Anda di halaman 1dari 8

B.

Keluarga Berencana (KB)

1. Program KB

Konsep keluarga berencana telah banyak dikemukakan para ahli. Menurut Hartanto

(2004), Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, (2) mendapat kelahiran yang diingikan, (3) mengatur interval dintara

kehamilan, (4) menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Sedangkan menurut bkkbn (2015) keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam

mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan

dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal,

mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan

membina ketahanan serta kesejahteraan anak.

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan

nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spriritual,dan sosial

budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan

kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999).

2. Tujuan Pelaksanaan Program KB

a) Penjarangan kehamilan (waktu, jarak, dan jumlah kehamilan), meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan bayi serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia

dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk

Indonesia.
b) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu

dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

c) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi

yang dapat mencegah kematian pada ibu.

3. Macam-macam kontrasepsi

Macam-macam kontrasepsi menurut Hartanto (2004: 42-44) adalah:

A. Kontrasepsi Metode Sederhana

a) Tanpa alat

 KB Alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode

suhu basal, metode lender serviks.

 Coitus interruptus.

b) Dengan alat

 Mekanisme (barier), terdiri dari kondom pria, barier intravegina

(diafragma, kap serviks, spons, kondom).

 Kimiawi, yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam, agina

jelly, vagina tablet dan vagina slube film).

 Kontrasepsi Metode Modern

c) Kontrasepsi Hormonal

 Per oral: Pil Kombinasi (POK, minipil, morning after pil).

 Injeksi atau suntikan: DMPA, NETEN,microsphere, microcapsules).

d) Subkutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit)

 Implant non biogradable: (norplant, norplant)

 Implant biogradable : capronor, pellets.


e) Intra Uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR):

Cooper T, Medus, Seven Cooper T.

f) Metode Kontrasepsi Mantap

 Pada Wanita Medis Operatif

Wanita (MOW): Tubektomi

 Pada Pria Medis Operatif

Pria (MOP): Vasektomi

4. Penggunaan program KB di Indonesia

Pencapaian program KB di Indonesia masih jauh dari sasaran program

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN) 2010-2014. Hasil

Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, nenunjukkan bahwa

pencapaian penggunaan contrasepsi (CPR) mengalami sedikit peningkatan dari

61% menjadi 61,4%.Hal ini seharusnya diikuti dengan penurunan kebutuhan

pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang tidak terpenuhi (unmetneed). Namun,

unmet need kontrasepsi malah mengalami peningkatan sebesar 1,5%. unmet need

keluarga berencana diartikan sebagai persentase wanita usia subur yang tidak

menggunakan suatu metode atau alat kontrasepsi, sedangkan mereka tidak

nenginginkan anak lagi atau ingin menunda celahiran anak berikutnya. Unmet need

juga ermasuk wanita hamil yang berstatus kawin, ramun kehamilannya tidak

dikehendaki dan menjadi hamil karena tidak menggunakan contrasepsi.

Berjalan atau tidaknya suatu program dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:

sikap terhadap program KB,persepsi tentang sikap suami, takut efek samping

penggunaan KB, dan penerimaan sosial budaya. Pembahasan yang berkaitan


dengan psikososial hampir selalu menyertakan sikap (keyakinan perilaku), baik itu

sikap individu maupun sikap kelompok (keyakinan normatif) dalam

pembahasannya. Sikap dalam penelitian ini dapat diterjemahkan ke dalam sikap

individu terhadap program KB yaitu berupa pernyataan persetujuan maupun

pertentangan terhadap penggunaan kontrasepsi. Sikap di luar individuberupa sikap

suami dan pandangan agama maupun budaya terhadap penggunaan kontrasepsi.

Untuk lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pendidikan

Faktor pendidikan menuntut perbedaan upaya peningkatan peran serta

dalam program keluarga berencan (KB) melalui cara penyebaran informasi

dan motivasi yang berbeda. Untuk masyarakat perkotaan yang mempunyai

tingkat pendidikan dan kesadaran yang tinggi memandang MKJP

merupakan merupakan kontrasepsi yang mempunyai kualitas yang

tertinggi.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dapat juga menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam dalam penggunaan metode kontrasepsi. Pilihan kontrasepsi yang

tepet memerlukan pengetahuan tentang motifasi, kemanjuran, dan

kemudahan dari berbagai kontrasepsi Oleh karena itu para istri perlu diberi

pengetahuuan yang cukup mengenahi KB sehingga mempunyai keyakinan

tentang kontrasepsi yang dipilih dan akan digunakan

c. Pekerjaan atau Mata Pencaharian


Pekerjaan membuka imbalan ekonomis dan psikologis bagi ibu, serta

mempunyai dampak yang besar terdapat penurunan fertilitas. Oleh sebab

itu kebijakan program kami perlu mengimbangkan aspirasi baru dan

aktifitas baru diluar rumah tangga untuk memantapkan penurunan fertilitas.

Semakin tinggi sesorang dalam pekerjaannya maka dapat mempengaruhi

seseorang utuk memilih alat kontrasepsi yang akan dipilih dan digunakan.

d. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor mendasar yang akan mempengaruhi

segala aspek kehidupan. Aspek ekonomi terkait langsung dengan daya beli

keluarga, baik daya termasuk daya beli makanan maupun daya beli

terhadap pelayanan kesehatan yang baik termasuk dalam daya beli

pelayanan KB dan penggunaan kontrasepsi. Faktor ekonomi berhubungan

dengan tingkat pendapatan tersebut seimbang dengan jumlah anggota

keluarga yang menjadi tanggungannya

e. Dukungan Keluarga

faktor lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, terutama

dalam memutuskan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya. Panutan dari

keuarga sangat penting dalam memberi motivasi dan dorongan untuk

melakukan suatu kegiatan, terutama pada masyarakat pedesaan. Pengertian

dan pemahaman yang baik serta benar dari lingkungan sekitar akan

memberikan motivasi bagi keikutsertaan masyarakat dalam KB. Seorang

akseptor akan membutuhkan persetujuan dari suami, orang tua, mertua,

saudara dalam mengambil keputusan untuk menjadi akseptor.


f. Peran Suami

Pembicaraan antara suami istri mengenai KB tidak menjadi prasyarat

dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi

halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi.

Keadaan yang paling ideal adalah bahwa istri dan suami harus

bersama-sama:

a. Memilih metode kontrasepsi terbaik.

b. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi.

c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi.

d. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi

(Hartanto, 2004:41).

g. Kualitas Pelayanan KB

Kebijakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) diarahkan untuk

menjalin pasangan suami istri agar memperoleh pelayanan kontrasepsi

yang berkualitas, bebas dari paksaan, berorientasi terhadap permintaan

aseptor, pemberian pelayanan dan informasi yang dijalin kerahasiannya,

serta memilih jenis-jenis pelayanan sesuai dengan keinginan mereka

Pelayanan kontrasepsi yang berkualitas adalah hak semua pasangan

usia subur.

Untuk itu akses pelayanan kontrasepsi harus terbuka bagi semua lapisan

masyarkat. Pelayanan kontrasepsi dikatakan berkualitas bila memenuhi

hak-hak klien.
Ada 10 hak klien yang harus dipenuhi oleh penyedia pelayanan

kontrasepsi, yaitu: 1) Hak akses, 2) Hak informasi, 3) Hak memilih, 4) Hak

pelayanan, 5) Hak privasi, 6) Hak kerahasiaan, 7) Hak harga diri, 8) Hak

kenyamanan, 9) Hak pelayanan lanjutan, dan 10) Hak berpendapat

(BKKBN, 2007: 1).

h. Akses Pelayanan KB

Akses terhadap pelayanan KB yang bermutu merupakan unsur penting

dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi.

Klasifikasi fasilitas pelayanan KB meliputi:

 Fasilitas Pelayanan Sederhana

Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas yang mampu

dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi medote:

sederhana, pil KB, suntik KB, IUD, upaya penanggulangan efek

samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.

Fungsinya memberikan pelayanan KIE medis sebelum maupun

sesudah pelayanan, memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana,

memberikan penanggulangan efek samping dan komplikasi ringan,

memberikan pelayanan rusukan serta melakukan pencatatan dan

pelaporan.

Tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan KB sederhana yaitu

perawatan kesehatan atau bidan yang sudah mendapat latihan KB.

Selain itu tenaga administrasi juga diperlukan

 . Fasilitas Pelayanan Lengkap


Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas yang mampu

dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode

sederhana (kondom, obat vagial), pil KB, suntik, IUD,

pemasangan/pencabutan implant, kontrasepsi pria dan wanita bagi

yang memenuhi persyaratan.

Fungsinya yaitu memberikan pelayanan KIE baik sebelum

maupun sesudah pelayanan kontrasepsi serta pelayanan konseling

KB. Memberikan pelayanan kontrsepsi sederhana, pelayanan

suntikan KB, pemasangan IUD, implan serta kontrasepsi mantap

pada pria dan wanita. Memberikan pelayanan jurukan, rekanalisasi

serta infertilitas. Menangani efek samping/komplikasi ringan dan

berat.

Melakukan pencatatan dan pelaporan, melaksanakan pelatihan

dan melakukan penelitian tehnologi kontrasepsi dan biomedis.

Tenaga kesehatan yang diperlukan diantaranya dokter spesialis

kebidanan dan dukungan yang telah mengikuti pelantikan

infertilitas dan rekanalisasi. Dokter spesialis bedah yang telah

mengikuti pelatihan infertilitas dan rekanalisasi, dokter spesialis

andrologi, urologi, dokter umum terlatih, tenaga konseling, bidan

dan perawat terlatih serta tenaga adminitrasi terlatih (BKKBN,

1996:31).

Anda mungkin juga menyukai