Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan oleh

Undang-undang Dasar 1945, dimana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.1

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan

bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagaiinvestasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.2

Pembangunan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam

lingkungan yang sehat. Perkembangan kependudukan bertujuan untuk

mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas,

dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup. Pembangunan keluarga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,

tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan

kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. 3

Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019

dalam program Indonesia sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap

1
potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun

masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat,

yaitu keluarga.4

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,

khususnya bidang higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu

dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Sebagaimana

tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13

tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat, pemerintah merubah

pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan

penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit

terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi.5

Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan

kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya

keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari

kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi

lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan

kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat

yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.6

Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mendukung

peningkatan derajat kesehatan dilakukan melalui programpembinaan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269 tahun 2011 tentang pedoman umum

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) disebutkan bahwa sasaran primer harus
mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan rumah tangga yang ber perilaku

hidup bersih dan sehat, salah satu contoh perilaku sehat dalam PHBS adalah

menggunakan jamban keluarga untuk membuang kotoran atau tinja manusia.7

Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal tersebut di atas

pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat

bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain

kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. 7

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 Proporsi RT di Indonesia

menggunakan fasilitas BAB milik sendiri adalah 76,2 persen, milik bersama

sebanyak 6,7 persen, dan fasilitas umum adalah 4,2 persen. Masih terdapat RT

yang tidak memiliki fasiltas BAB/BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9 persen.

Lima provinsi tertinggi RT yang tidak memiliki fasilitas BAB/BAB sembarangan

adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua

(27,9%), dan Gorontalo (24,1%). Proporsi RT yang memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi improved (kriteria JMP WHO–Unicef) di Indonesia adalah

sebesar 58,9 persen. Lima provinsi tertinggi proporsi RT yang memiliki akses

terhadap fasilitas sanitasi improved adalah DKI Jakarta (78,2%), Kepulauan Riau

(74,8%), Kalimantan Timur (74,1%), Bangka Belitung (73,9%), dan Bali

(75,5%).8

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Sumatera

Utara menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (80,2%), milik bersama (6,1%),

dan fasilitas umum (3,4%). Lima kabupaten/kota tertinggi untuk proporsi rumah
tangga menggunakan fasilitas BAB milik sendiri adalah Langkat (95%),Kota

Sibolga (93,4%), Kota Medan (92,3%), Serdang Bedagai (92,2%), dan Labuhan

Batu (90,6%). Meskipun sebagian besar rumah tangga di Sumatera Utara

memiliki fasilitas BAB, masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas

BAB sehingga melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 10,2 persen. Lima

kabupaten/kota yang rumah tangganya tidak memiliki fasilitas BAB/BAB

sembarangan tertinggi adalah Mandailing Natal (57,1%), Padang Lawas (52,6%),

Tapanuli Tengah (45,6%), Pakpak Bharat (38,8%), dan Nias (36,3%).9

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri.

Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari

segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut

Hendrik L. Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan

individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku,

dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai optimal, bilamana

keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal.

Jika salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status

kesehatan bergeser di bawah optimal.10

Fasilitas jamban perannya sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap

rumah tangga. Jamban merupakan tempat yang digunakan untuk membuang

kotoran sisa pencernaan dan tinja manusia. Sebuah rumah yang sehat harus

dilengkapi dengan fasilitas jamban sehingga dapat menjamin kesehatan bagi


setiap individu maupun keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika dalam sebuah

rumah tidak memiliki jamban tentu akan membuat anggota keluarga tidak

menggunakan jamban saat buang air besar sehingga berpeluang untuk melakukan

buang air besar (BAB) disembarang tempat, dan kondisi ini tentunya dapat

berdampak negatif bagi kesehatan manusia terutama dalam penyebaran penyakit.11

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan

kotoran atau tinja masyarakat merupakan salah satu dari berbagai masalah

kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja

masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut

peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku,

tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat

perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak

mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit

seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta

estetika.12

Berdasarkan hasil penelitian I Nengah Darsana dkk, menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan , sikap dan peranan petugas

kesehatan terhadap kepemilikan jamban keluarga.13 Penelitian Erlinawati Pane

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kesediaan sarana air

bersih dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban. 14 Sejalan dengan

penelitian Meiske Yusuf mengatakan bahwa responden yang memiliki dukungan

keluarga yang baik dalam pemanfaatan jamban akan selalu memanfaatkan jamban
dengan baik, sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga yang

kurang baik tidak pernah memanfaatkan jamban.15 Dari penelitian- penelitian

tersebut menunjukkan ada pengaruh atau hubungan yang bermakna antara

pengetahuan, sikap, peranan petugas kesehatan, ketersediaan sumber air bersih

dan dukungan keluarga terhadap kepemilikan jamban atau dalam hal pemanfaatan

jamban.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kota Pemerintah Kota Padangsidimpuan pada tahun 2013-2017, Sebagai

landasan dalam pembangunan kesehatan di Pemerintah Kota Padangsidimpuan,

bahwa kondisi yang diharapkan tahun 2016 persentase penduduk yang memiliki

akses terhadap air yang berkualitas sekitar 74% dan persentase penduduk yang

menggunakan jamban sehat sekitar 70 %.16

Profil Dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2015 menyebutkan

bahwa hanya 23% masyarakat yang memiliki akses dengan sanitasi yang layak

(jamban sehat) dan dari 13.226 rumah tangga yang di pantau hanya 48% rumah

tangga yang ber PHBS.17 Disebutkan juga di dalam profil Puskesmas Pokenjior

tahun 2015 bahwa penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) mencapai
18
29,9 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rendahnya kepemilikan jamban di

wilayah Kota Padangsidimpuan dan masih rendahnya masyarakat yang

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). merupakan multi faktor

untuk penyebab masih rendahnya keinginan masyarakat untuk memiliki jamban

sendiri.
Berdasarkan survei pendahuluan , gambaran keadaan kepemilikan jamban

di Wilayah kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan Angkola

Julu Kota Padangsidimpuan dari 968 kepala keluarga terdapat sebanyak 292

kepala keluarga yang memiliki jamban dan sebanyak 676 kepala keluarga yang

tidak memiliki jamban atau hanya sekitar 30 % kepala keluarga yang memiliki

jamban sehat. Sebahagian besar masyarakat buang air besar ke sungai, parit dan

tempat pemandian umum yang letaknya di mesjid, namun tempat pemandian

umum itu sebahagian besar tidak memiliki septik tank karena tinjanya di alirkan

ke sungai atau parit, hal ini merupakan jamban yang tidak memenuhi persyaratan

kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas terlihat masih rendahnya kepemilikan

jambanpada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pokenjior. Jadi untuk lebih

fokus masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

- Apakah faktor predisposing (pengetahuan dan sikap), enabling (ketersediaan

air bersih) dan reinforcing (peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga)

memengaruhi terhadap kepemilikan jamban pada keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh predisposing

(pengetahuan dan sikap), enabling (ketersediaan air bersih) dan reinforcing

(peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) terhadap kepemilikan


jamban pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pokenjior dan Pemerintah Kota

Padangsidimpuan sebagai perencanaan program di masa yang akan datang

agar meningkatnya masyarakat yang memiliki jamban keluarga.

1.4.2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis permasalahan

melalui suatu penelitian.

1.4.3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk memperkaya

khasanah keilmuan berkaitan dengan ilmu kesehatan masyarakat serta

menjadi dasar pemikiran bagi penelitian selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pendekatan keluarga

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016

tentang pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan

keluarga ,selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan yang

kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan

Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan

pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,

untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal.

Sebagai penjabaran dari amanat undang-undang tersebut, Kementerian Kesehatan

menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari

masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang seperti ini

disebutrumah tangga atau keluarga inti (keluarga batih), sedangkan keluarga yang

anggotanya mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang

memiliki hubungan darah, bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya

pembantu rumah tangga), disebut keluarga luas (extended family). Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga

atau keluarga menentukan derajat kesehatan masyarakatnya.4

9
Derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh PHBS dari keluarga

tersebut. Inti dari pengembangan desa dan kelurahan adalah memberdayakan

keluarga-keluarga agar mampu mempraktikkan PHBS.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Penerapan PHBS dapat dipraktikan dalam segala bidang.7

Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktekkanperilaku yng dapat

menciptakan Rumah tangga Ber perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yang

mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

eksklusif, menimbangbalita setiap bulan, mengguunakan air bersih,

mencucitangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan airminum dan makan di

rumah tangga, menggunakanjamban sehat (Stop Buang Air Besar

Sembarangan/StopBABS), pengelolaan limbah cair di rumah tangga,membuang

sampah di tempat sampah, memberantasjentik nyamuk, makan buah dan sayur

setiap hari,melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok didalam rumah

dan lain-lain.7

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016

tentang pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan

keluarga , ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status

kesehatan sebuah keluarga sebagai berikut (1) Keluarga mengikuti program

Keluarga Berencana (KB), (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, (3)
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, (4) Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif, (5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan, (6) Penderita

tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, (7)Penderita hipertensi

melakukan pengobatan secara teratur, (8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan

pengobatan dan tidak ditelantarkan, (9)Anggota keluarga tidak ada yang merokok,

(10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), (11)

Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, (12) Keluarga mempunyai akses

atau menggunakan jamban sehat.4

2.2. Kesehatan lingkungan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2014 tentang

kesehatan lingkungan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya

pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktorrisiko lingkungan

untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,

biologi,maupun sosial.Pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi,

maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan

yangsetinggi-tingginya.19

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.20

Menurut himpunan ahli kesehatan masyarkat Indonesia (HAKLI),

kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang


keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.21

Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup perumahan,

pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,

pembuangan air kotor (limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.22

2.2.1. Pengertian Jamban dan Kotoran Manusia

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2014 tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa perilaku stop buang air besar

sembarangan harus di ikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter

berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi

standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang

berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia

b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai

dan lingkungan sekitarnya.5

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang

dan mengumpulkan kotoran atau najis manusia, biasa disebut kakus/ wc. Sehingga

kotoran tersebut akan tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi

penyebab atau penyebaran penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.

Jamban berguna untuk mencegah berkembangnya penyakit.

Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga

lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap

rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka
diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air

besar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap

bersih, nyaman dan tidak berbau. 23

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat –zat yang harus di

keluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2.22

2.2.2. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Tinja manusia adalah buangan atau kotoran manusia yang bau dan dapat

menimbulkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia

digolongkan menjadi :

1. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis dan infektiosa.

3. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis

Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan bisa langsung

yaitu mengurangi kejadian penyakit yang diakibatkan karena kontaminasi dengan

tinja (kolera, disentri, typus, dll), efek tak langsung biasanya berhubungan dengan

komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan.

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk

sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah salah satu sumber

penularan penyakit yang multi kompleks. Penyebaran yang bersumber pada feses
air
dapat melalui berbagai cara.23 mati
tangan
Makanan minuman sayur-sayuran dsb
tinja Penjamu
(host)
lalat

sakit
tanah
Gambar 2.2. Sumber penyebaran penyakit yang multikompleks

Dari skema diatas tampak jelas bahwa peranan tinja (kotoran) dalam

penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat langsung mengkontaminasi

makanan, minuman, sayuran, serangga (lalat, kecoa dll) dan bagian-bagian tubuh

kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda yang telah

terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang menderita suatu penyakit, sudah

barang tentu akan merupakan penyebab penyakit bagi orang lain. Akibat

kurangnya perhatian dalam pengelolan tinja disertai dengan cepatnya

pertambahan penduduk.23

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat

sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki

mata air atau sumur

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar – benar

diperlukan, harus di batasi seminimal mungkin

f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap di pandang

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.20


24
Menurut Ehler dan Steel , pembuangan kotoran seharusnya memenuhi

syarat yaitu :
a. Jarak jamban dengan air minum > 10 meter

Untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10

meter dari sumber air minum. Tetapi bila kondisi tanah berkapur dan letak

jamban pada sumber air di tanah miring, maka jaraknya sekitar 15 meter

b. Tersedia air dan alat pembersih dan mempunyai lantai yang kedap air

c. Mempunyai slap atau tempat pijakan kaki dan closet atau lubang jamban

d. Mempunyai pit atau sumur penampungan dan tidak mencemari sumber air

e. Tidak berbau dan tinja tidak bisa di jamah serangga, maka tinja harus

tertutup rapat dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang

f. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. Perlu dibuat dari bahan yang

kuat dan tahan lama serta bahan tidak mahal

g. Air seni tidak mencemari tanah disekitarnya. Lantai jamban harus cukup

luas minimal berukuran 1x1 meter dan cukup landai

h. Jamban dilengkapi alat pelindung, dinding kedap air dan terang

i. Luas ruangan cukup dan ventilasi terbuka serta cukup penerangan

Sarana sanitasi yang saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang

memenuhi standar dan persyaratan kesehatan (jamban sehat) yaitu : 7

a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang

berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.

b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai

dan lingkungan sekitarnya.

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan
penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh

penghuni rumah.

2.2.3 Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas jamban

harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan

lainnya.

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi

oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang

dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran

untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

c) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran/tinja

yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja

melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

- Tangki Septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari

kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian

cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter

untuk mengelola cairan tersebut.

- Cubluk merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan

cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan

limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan

bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.

Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari

longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu

kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya.5

2.2.4. Jenis – jenis jamban

Macam – macam tempat pembuangan tinja, antara lain : 25

1. Jamban Cemplung (Pit Latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di pedesaan. Jamban ini dibuat dengan

jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80 – 120 cm sedalam

2,5 – 8 meter. Jamban cemlung tidak boleh terlalu dalam, karena akan

mengotori air tanah di bawahnya. Jarak dari sumber air minum sekurang-

kurangnya 15 meter.

2. Jamban air (water latrine)

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, di isi air di dalam tanah sebagai

tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti pembusukan

tinja dalam air kali.

3. Jamban leher angsa (Angsa latrine)


Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan terisi air. Fungsi air ini

sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai,

tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang

menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.

4. Jamban bor (bored hole latrine)

Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena

untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara.

Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah

permukaan (meluap).

5. Jamban keranjang (bucket latrine)

Tinja ditampung di dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang ke

tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meningggalkan

tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah

besar, tidak di lokasi jambannya tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat

pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau.

6. Jamban parit (trench latrine)

Di buat lubang dalam tanah sedalam 30 – 40 cm untuk tempat defaecati.

Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit

sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang

berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat dan

pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.

7. Jamban empang (overhang latrine)


Jamban ini semacam rumah – rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali,

rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit

penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebar kemana - mana dengan air,

yang dapat menimbulkan wabah.

8. Jamban kimia (chemical toilet)

Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga

dihancurkan sekalian di desinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan

umum misalnya pesawat udara, dapat pula dipergunakan dalam rumah.

2.2.5. Penyediaan air bersih

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat

penting bagi perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan

umum, sehingga air merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Air

juga merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan

hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Kebutuhan yang pertama bagi

terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari

segi kuantitas dan kuallitasnya yaitu memenuhi syarat kebersihan dan keamanan.26

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990, bahwa

air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. 27 Air

minum Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama penduduk

perkotaan, selebihnya menggunakan sumur atau sumber lain. Syarat fisik air

bersih adalah tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.21


Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

uang bersih dan aman, antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga

e. Memenuhi standar minimal yang di tentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.28

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne disease atau water related disease.Terjadinya suatu

penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut

beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen

penyebabnya.

a. Penyakit viral, misalnya hepatitis viral, poliomielitis

b. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare

c. Penyakit protozoa, misalnya amebiasis, giardiasis

d. Penyakit helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease

e. Leptospiral, misalnya weil’s disease.29

2.3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,

mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan


masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, perlu

menyelenggarakan sanitasi total berbasis masyarakat. Pelaksanaan Sanitasi total

berbasis masyarakat (STBM) tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia no.13 tahun 2014. Sanitasi total berbasis masyarakat yang

selanjutnya disingkat STBMadalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis

dan sanitermelalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Pemicuan

adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu

atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir,

perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.

Ada 5 pilar sanitasi total berbasis masyarakat yang disebut sebagai Pilar

STBM, adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam

penyelenggaraan sanitasi total berbasis masyarakat, yaitu :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan

Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu

dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar

sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit, terdiri dari :

a. Membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat

memutus alurkontaminasi kotoran manusia sebagai sumber

penyakit secara berkelanjutan.

b. Menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang

memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun


a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan

makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan

b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air

minum dan makanan rumah tangga yang sehat.

3. Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum

danmakanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan

b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air

minum danmakanan rumah tangga yang sehat.

4. Perilaku Pengamanan Sampah Rumah Tangga

a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga

sesuaidengan jenisnya dan membuang sampah rumah

tangga di luar rumah secara rutin

b. melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali

(reuse)dan pengolahan kembali (recycle)

c. menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah

rumahtangga di luar rumah.

5. Perilaku Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

sebagaimana

a. melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga

melaluisumur resapan dan saluran pembuangan air limbah

b. menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair

rumah tangga
c. memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah

cairrumah tangga.5

2.4. Teori Perilaku

Dari asfek biologisperilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya

yaitu antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan seterusnya. 30

Menurut Benyamin Bloom perilaku terbagi dalam tiga domain yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang ada sebelumnya

setelah mengamati seseuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.


c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen

yang terdapat atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan

stimulus yang diberikan.

b) Menanggapi (Responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c) Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespons.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya

3. Tindakan atau Praktik (Practise)

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan dapat dibedakan menjadi 3

tingkatan menurut kualitasnya, yakni :

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)


Apabila subjek atau sesorang telah dapat melakukan atau mempraktekkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang, artinya

apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.31

2.4.1.Perilaku Kesehatan

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Blum, 1974).23

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

tersebut. Terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour).

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour)


3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behaviour).

4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitations behaviour).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku kesehatan lingkungan (environmental health behaviour)

Adalah seseorang merespons lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu

sendiri, terdiri dari :

1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya

komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan

kesehatan

2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut

segi- segi higiene pemeliharaan teknik dan penggunaanya

3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun

limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air

limbah, serta pembuatan limbah yang tidak baik


4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat yang meliputi

ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya

5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang- sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.32

2.4.2. Determinan perilaku kesehatan

Faktor yang yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut

determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi

acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut

adalah :

1. Teori Lawrence Green

Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, green membedakan

adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behaviour factors

(faktor perilaku) dan non behaviour factor (faktor non perilaku).

Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku senddiri ditentukan oleh 3

faktor utama, yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi

dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Misalnya

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,

ketersediaan air bersih, jamban dan sebagainya.


c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Misalnya dukungan

keluarga, tokoh masyarakat, peranan petugas kesehatan.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mengidentifikasi adanya 5 determinan yaitu :

a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan

objek atau stimulus diluar dirinya.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya

informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh

seseorang

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk

mengambil keputusan

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation)

3. Teori WHO (1984)

WHO mengatakan , bahwa mengapa seseorang berperilaku karena

adanya alasan pokok (determinan) yaitu :

a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling)

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai

(personal references)

c. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat


d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku sesorang.33

2.5. Landasan Teori

Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia

dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2

(dua) faktor pokok yakni yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor dari

luar perilaku (non- behaviorcauses).

Menurut Lawrence Greenyang mengatakan hubungan antara faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling

factor) dan faktor-faktor yang mendorong (reinforcing factors), dapat digambar

dalam bagan berikut: 23

1. Faktor Predisposing
- Pengetahuan
- Sikap
- Umur
2.
- Faktor Enabling
Kepercayaan
- Ketersediaan air bersih Perilaku
- Fasilitas kesehatan
- Ketersediaan jamban
3. Faktor Reinforcing
- Dukungan keluarga
- Dukungan tokoh
masyarakat
- Komitmen Pemerintah
- Kepercayaan

Gambar 2.3 Bagan teori Lewrence Green

2.5.1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepemilikan Jamban

Pada Keluarga

1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factors)

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mendorong

terjadinya suatu perilaku yang terwujud dalam pengetahuan dan sikap.


- Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Bagaimana pengetahuan kepala keluarga terhadap kepemilikan

jamban.

- Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya). Sikap kepala keluarga terhadap kepemillikan jamban pada

keluarga

5 Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin (Enabling factors) yaitu faktor- faktor yang memudahkan

individu atau populasi untuk merubah perilaku dan lingkungan mereka

tinggal. Dalam penelitian ini faktor pemungkin terwujud dalam ketersediaan

air bersih, dimana ketersediaan air bersih mempengaruhi terhadap

kepemilikan jamban pada keluarga.

3 Faktor Penguat (Reinforcing factors)

Faktor yang ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya suatu perilaku

yang terwujud dalam kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dalam

penelitian ini faktor penguat terwujud dalam peranan petugas kesehatan dan

dukungan keluarga.

a. Peranan Petugas Kesehatan

Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumber daya

manusia yang sangat berperan dalam Pembangunan Sistem Kesehatan nasional


(SKN). Pembanagunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui

kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif dan preventif.34

Penyuluhan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan merupakan

salah satu tugas pokok Puskesmas. Keluarga merupakan satuan unit terkecil yang

memiliki kewenangan mendapatkan arahan dari pelaksanaan kegiatan pokok

puskesmas tersebut.

Peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari

seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 10 Menurut hasil

penelitian Aminah dkk tahun 2013 menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepemilikan jamban keluarga .10

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman adalah sikap, tindakan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

Dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penguat bagi terjadinya

perilaku seseorang. Berdasarkan penelitian Eti Martina dkk menunjukkan bahwa

ada hubungan faktor dukungan keluarga terhadap kepemilikan jamban keluarga.35

2.6. Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen

Faktor Predisposing
- Pengetahuan
- Sikap
Variabel Dependen
- - Sikapn

Faktor Enabling Kepemilikan


- Ketersediaan air
bersih
Jamban

Faktor Reinforcing
- Peranan Petugas
Kesehatan
- Dukungan Keluarga

2.7. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kepemilikan jamban pada keluarga

di Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan

Angkola Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2017

2. Ada pengaruh sikap terhadap kepemilikan jamban pada keluarga di

Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan

Angkola Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

3. Ada pengaruh ketersediaan air bersih terhadap kepemilikan jamban pada

keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

4. Ada pengaruh peranan petugas kesehatan terhadap kepemilikan jamban

pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2017.


5. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepemilikan jamban pada

keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2017.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatancross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis yaitu untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap,

ketersediaan air bersih, peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga

terhadap kepemilikan jamban pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas

Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pokenjior

yang terdiri dari 4 desa , Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota

Padangsidimpuan, dimana masih banyak masyarakatnya yang belum memiliki

jamban sehat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2017 sampai bulan

Maret 2017.

35
3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Pokenjior Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Kota Padangsidimpuan sebanyak 968 KK.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan rumus penentuan

jumlah sampel menurut Slovin, sebagai berikut:

n= N = 968 = 283
1 + Ne2 1 + 968 (0,05)2

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan dalam pengambilan sampel

yang masih dapat di tolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan

nilai 5% (0,05)

Maka sampel pada masing- masing desa dapat dilihat di bawah ini :

No Desa Jumlah KK Sampel (KK)

1 Simatohir 130 38
2 Rimbasoping 358 105
3 Mompang 257 75
4 Joring Natobang 223 65
Jumlah 968 283
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random

sampling), artinya semua kepala keluarga mempunyai kesempatan yang sama

untuk di pilih sebagai sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data terbagi atas data primer dan data sekunder, yaitu:

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden langsung melalui

kuesioner yang telah disusun mencakup variabel independen yaitu pengetahuan,

sikap, ketersediaan air bersih, peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga

serta variabel dependen yaitu kepemilikan jamban.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen

dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, Puskesmas Pokenjior, Kantor

Camat, dan poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Pokenjior tentang jumlah

desa, jumlah jamban, jumlah KK, serta data lainnya yang dianggap relevan

dengan tujuan penelitian.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu di uji coba terhadap 30 KK

yang tidak termasuk dalam sampel penelitian untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas alat ukur. Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu butir pertanyaan.Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan

suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan
skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment

(r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan valid dan

sebaliknya.

Reliabilitas dapat merupakan indeks yang menunjukkan sejuah mana suatu

alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan

menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur

dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika nilai r-Alpha > r-tabel, maka

dinyatakan relialibel. Nilai r-Alpha untuk penentuan reliabilitas adalah :

1. Nilai r-Alpha ≥ r-tabel dikatakan reliabel

2. Nilai r-Alpha < r-tabel dikatakan tidak reliabel.

Secara keseluruhan semua item variabel pada kuesioner dinyatakan valid

dan reliabel. Hasil statistik menyatakan nilai Corrected item-total correlation dari

semua variabel adalah > 0,361. Sedangkan nilai Croanbach’s alpha adalah 0,968

> 0,60.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen

1. Pengetahuan adalah semua hal yang

diketahui oleh kepala keluarga tentang pengertian, manfaat, tujuan dan fungsi

jamban sehat.

2. Sikap adalah pendapat atau pandangan

responden tentang jamban sehat.


3. Ketersediaan air bersih adalah ketersediaan

air bersih yang dimiliki oleh kepala keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan seperti sumur gali dan PAM, dll

4. Peranan Petugas Kesehatan adalah

pandangan/persepsi/pendapat kepala keluarga tentang peranan petugas

kesehatan.

5. Dukungan keluarga adalah semua hal yang

diketahui atau dirasakan oleh kepala keluarga tentang dukungan keluarga.

3.5.2. Variabel Dependen

Kepemilikan jamban adalah seluruh kepala keluarga yang memiliki jamban

yang memenuhi syarat kesehatan.

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen

No Variabel Kategori Bobot Total Range Skala


jawaban Nilai Nilai Ukur
Independen
1 Pengetahuan a. Benar 1 10 Baik = 6-10 Ordinal
b. Salah 0 0 Kurang = 0-5
2 Sikap a.Sangat Setuju 4 32 Baik = 17-32 Ordinal
b.Setuju 3 24 Kurang = 1-16
c.Kurang setuju 2 16
d.Tidak setuju 1 8
3 Ketersediaan a. Ya 1 Tersedia= 1 Ordinal
air bersih b. Tidak 0 Tidak
c. Jawaban Air Tersedia = 0
Bersih
- Jawaban
(1,2,3) 1
- Jawaban (4) 0
4 Peranan a. Ya 1 6 Baik = 4-6 Ordinal
petugas b. Tidak 0 0 Kurang = 0-3
kesehatan
5 Dukungan a. Ya 1 6 Baik = 4-6 Ordinal
keluarga b. Tidak 0 0 Kurang = 0-3
Independen
1 Kepemilikan a. Ya 1 1 Memiliki = 1 Ordinal
Jamban b. Tidak 0 0 Tidak
Memiliki = 0

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel independen ( yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana air

bersih, peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) dan variabel

dependennya (kepemilikan jamban).

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh atau keadaan variabel independen yaitu Faktor predisposing

( pengetahuan dan sikap), Faktor enabling (ketersediaan air bersih) dan Faktor

reinforcing (peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) dengan variabel

dependen ( kepemilikan jamban ) dengan menggunakan uji statistik uji chi

square, dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal. Nilai p

dari masing-masing variabel independen yang diujikan dengan menggunakan uji

chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

faktor yang berpengaruh dan paling dominan dari varibel independen faktor
predisposing (pengetahuan dan sikap), Faktor enabling (ketersediaan air bersih)

dan Faktor reinforcing (peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga)

terhadap variabel dependen ( kepemilikan jamban ) secara simultan atau parsial

sekaligus menentukan faktor yang lebih berpengaruh dengan menggunakan uji

statistik uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95%. Alasan

penggunaan uji ini karena variabel dependen memiliki skala ukur ordinal dengan

skala ukur lebih dari dua kategori .


DAFTAR PUSTAKA

1. UUD Tahun 1945 Pasal 28

2. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. UU No. 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga

4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 tentang pedoman

penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga

5. Permenkes Sanitasi Total Berbasis Masyarakat No.13 Tahun 2014

6. Depkes RI, Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan 2005-

2025, Jakarta 2009

7. Permenkes No.2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Umum PHBS

8. Riset Kesehatan Dasar, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan

tahun 2013

9. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Utara, Badan penelitian dan

pengembangan kesehatan tahun 2013

10. Aminah arfah pulungan, Wirsal hasan, Nurmaini. faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga di desa sipange julu

kecamatan sayur matinggi kabupaten tapanuli selatan tahun 2013,

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/6667, vol.3, No.3 (2014)

11. Mukono H Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya Air Langga

University Press 2007, hlm 102 – 141

12. Lian G Otaya, pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap

penggunaan jamban keluarga (studi kasus di desa ilomangga kecamatan

42
tabongo kabupaten gorontalo), http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/index

vol.5, No.2, tahun 2012

13. I Nengah Daksana, I Made Bulda Mahayana, I Made Putra, faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga di desa Jehm

Bangli tahun 2012

14. Erlinawati Pane, Pengaruh perilaku terhadap penggunaan jamban, jurnal

kesehatan masyarakat nasional vol.3 No.5, April 2009

15. Meiske Yusuf,faktor-faktor pemanfaatan jamban oleh masyarakat desa

Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo tahun 2013, Skripsi

16. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padangsidimpuan

Tahun 2014- 2019

17. Profil Dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2015

18. Profil Puskesmas Pokenjior tahun 2015

19. Peraturan Presiden RI tentang kesehatan lingkungan No.66 tahun 2014

20. Syafruddin,SKM,Mkes. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Trans Info

Media, hlm 62-63, 2015

21. Cecep Triwibowo, pengantar dasar ilmu kesehatan masyarakat, nuha

medika, yogyakarta, 2015, hal 51

22. Notoadmodjo, S. Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta, hlm 180,

2007, hlm166-180

23. Notoadmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta, Rineka Cipta, 2007


24. (Ehler dan Steel ) dalam Elisabeth Tarigan, Tesis, Faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban di Kabupaten

Kabanjahe tahun 2007

25. Agusman. Hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana dengan

tindakan buang air besar keluarga pada masyarakat pesisir desa Kuala

Batahan Kabupaten Mandailing Natal (Tesis), 2016

26. Asmadi,ST,M.Si, Khayan,SKM,Mkes, Heru Subaris Kasjono,SKM,Mkes,

Teknologi pengolahan air minum, yogyakarta, Gosyen Publishing, 2011

27. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/ menkes/per/IX/1990, tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air

28. Budiman Chandra,Dr, Pengantar kesehatan lingkungan, Jakarta, 2012 hal 40

29. DR. H.Arif Sumantri, SKM,Mkes, Kesehatan Lingkungan , edisi revisi,

2010, hal 20-21

30. Notoadmodjo, S.. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta, Rineka Cipta hlm 34 – 112, 2003

31. Notoadmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta, Rineka Cipta, 2010.

32. Notoadmodjo, S Metodologi penelitian kesehatan Jakarta, edisi revisi

penerbit Rineka cipta, 2011, hal 139-141

33. Prof.DR.Notoadmodjo, S, promosi kesehatan,edisi revisi, rineka cipta, 2010,

hal 59-63

34. Wahit Iqbal Mubarak, ilmu kesehatan masyarakat , penerbit salemba

medika, Jakarta, tahun 2012, hal 49


35. Ety Martina, Drs Junaid, Sitti Zalmariyah Andisiri, faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat di desa Nalakura

Kec.Nabalano Kab.Muna Tahun 2016

36. Danang Sunyoto, Validitas dan Reliabilitas, Nuha Medika Yogyakarta,

Nopember 2012

37. Iman Muhammad,SE,S.Kom,MM,Mkes. Panduan penyusunan karya tulis

ilmiah bidang kesehatan, 2013

38. Iman Muhammad,SE,S.Kom,MM,Mkes, SPSS dalam penelitian kesehatan

dan umum, 2012


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERHADAP
KEPEMILIKAN JAMBAN PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS POKENJIOR
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA JULU
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2017

I. IDENTITAS RESPONDEN
No. Urut :
Tanggal Wawancara :
Nama :
Umur :
Alamat :

Petunjuk pengisian :
Isilah kolom yang tersedia sesuai identitas anda dan berikan tanda
checklist ()

1 Pekerjaan : 1) PNS
2) TNI/POLRI
3) Wiraswasta
4) Pedagang
5) Petani
6) IRT
2 Pendidikan : 1) Tidak Sekolah
2) Tidak Tamat SD
3) Tamat SD
4) Tamat SLTP/SMP
5) Tamat SLTA/SMA
6) Perguruan Tinggi
3 Penghasilan : 1) Rp.1.000.000 s/d 3.000.000
2) > Rp.3.000.000

II. VARIABEL INDEPENDEN


1. Pengetahuan
Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar
No Pernyataan Jawaban
1 Jamban adalah tempat untuk membuang dan (1) Benar
mengumpulkan kotoran manusia (2) Salah
2 Buang air besar yang benar adalah di jamban yang sehat (1) Benar
(2) Salah
3 Jamban sehat harus memiliki septik tank (1) Benar
(2) Salah
4 Jarak septik tank dari sumber air minimal 10 meter (1) Benar
(2) Salah
5 Dalam jamban sehat harus tersedia air dan alat (1) Benar
pembersih dan mempunyai lantai yang kedap air (2) Salah
6 Jamban dilengkapi alat pelindung, dinding kedap air (1) Benar
dan Terang (2) Salah
7 Jamban sehat bermanfaat untuk mencegah penularan (1) Benar
penyakit yang disebabkan kontaminasi tinja. (2) Salah
8 Selain dapat mencegah penularan penyakit, manfaat yang (1) Benar
dapat diperoleh dengan menggunakan jamban adalah (2) Salah
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat
9 Jamban sehat tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran (1) Benar
langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia (2) Salah
akibat pembuangan kotoran manusia.
10 Dalam membangun jamban sehat tidak harus mahal (1) Benar
(2) Salah

2. Sikap
Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar dan
pilih sesuai kategori jawaban yang tersedia.
SS = Sangat Setuju KS = Kurang Setuju
S = Setuju TS = Tidak setuju
Jawaban
No Pertanyaan SS S KS TS
1 Setujukah anda bahwa dalam setiap keluarga harus
memiliki jamban sehat
2 Setujukah anda bahwa dalam melakukan buang air
besar harus di jamban yang sehat
3 Setujukah anda bahwa mendirikan jamban
merupakan cara untuk memutus rantai penularan
penyakit dari tinja
4 Setujukah anda bahwa air sumur dapat tercemar
oleh tinja
5 Setujukah anda buang air besar sembarang
tempat dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan
6 Setujukah anda jika masih ada anggota keluarga
yang buang air besar di tempat terbuka
7 Setujukah anda bahwa tinja dapat menularkan
berbagai macam penyakit
8 Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk
menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak
berbau
3. Ketersediaan Air Bersih
Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di rumah anda tersedia sumber (1) Ya
air bersih (2) Tidak
2 Jika Ya, Apa jenis sarana air bersih yang (1) Sumur Gali
Anda gunakan untuk keperluan sehari- (2) PAM
hari
3 Jika Tidak, Apa jenis sarana air bersih (1) Sumur tetangga
yang Anda gunakan untuk keperluan (2) Sungai
sehari- hari (3) Air pegunungan
4 Menurut Anda, air bersih adalah: (1) Tidak berwarna
(Jawaban boleh lebih dari 1) (2) Tidak berasa
(3) Tidak berbau
(4) Bukan salah satu di atas

4. Peranan Petugas Kesehatan


Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar
No Pernyataan Jawaban
1 Petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan (1) Ya
tentang sanitasi lingkungan (2) Tidak
2 Petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan (1) Ya
tentang jamban sehat (2) Tidak
3 Petugas kesehatan pernah menyarankan masyarakat untuk (1) Ya
membangun jamban sehat (2) Tidak
4 Petugas kesehatan pernah melakukan pengawasan/survey (1) Ya
ke rumah anda (2) Tidak
5 Petugas kesehatan pernah mensosialisasikan kepada anda (1) Ya
tentang stop buang air besar sembarangan (2) Tidak
6 Petugas kesehatan memberikan penyuluhan akibat buang (1) Ya
air besar sembarangan (2) Tidak
5. Dukungan Keluarga
Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar
No Pernyataan Jawaban
1 Ada dukungan keluarga supaya buang air besar di jamban (1) Ya
(2) Tidak
2 Ada dukungan keluarga untuk tidak buang air besar di (1) Ya
sembarang tempat (2) Tidak
3 Ada dukungan keluarga untuk membersihkan jamban (1) Ya
bersama- sama (2) Tidak
4 Ada dukungan keluarga dalam mengikuti penyuluhan (1) Ya
tentang sanitasi dan jamban sehat (2) Tidak
5 Ada dukungan keluarga untuk membangun jamban (1) Ya
sendiri setelah mendapatkan penyuluhan dari Puskesmas (2) Tidak
6 Ada dukungan keluarga untuk melaksanakan hidup sehat (1) Ya
(2) Tidak

III. VARIABEL DEPENDEN (KEPEMILIKAN JAMBAN)


Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut anda benar
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di rumah anda memiliki jamban sehat (1) Ya
(2) Tidak
2 Bila Ya, jenis jamban apa yang digunakan (1) Leher Angsa
(2) Cemplung
(3) Plengsengan
3 Bila Tidak, dimana anda membuang Kotoran/ (1) Jamban Umum
tinja (2) Jamban Cemplung
(3) Di pekarangan Rumah
(4) Di sungai
4 Tempat penampungan kotoran /tinja dibuang (1) Septic Tank
ke mana ? (2) Parit
(3) Sungai

Anda mungkin juga menyukai