Anda di halaman 1dari 5

Teori kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor

eksternal atau lingkungan sehingga pengetahuan itu bersifat non-objektif, temporer, serta selalu
berubah. Belajar merupakan pemaknaan pengetahuan, sedangkan mengajar itu menggali makna. Pada
teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, sehingga bisa
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Teori ini pun mengenal
konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Jadi dengan adanya teori kognitivisme seorang siswa akan memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tetap setia
dalam ingatan.

Pada teori kognitivisme seorang peserta didik dilatih untuk berpikir secara cerdik untuk menyelelesaikan
masalahnya. Peserta didik harus dapat menggali pengetahuannya sendiri. Menurut tokoh psikologi
Pendidikan Jean Piaget menyatakan bahwa, teori belajar kognitivisme adalah suatu proses belajar
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya dengan melibatkan proses berpikir/bernalar. Jadi
dalam teori ini lebih menekankan pada pemaknaan dalam belajar, sehingga belajar tidak hanya
menghafal tetapi yang lebih penting adalah seorang peserta didik harus menangkap makna dari proses
belajar yang dia lakukan.

Dengan adanya teori kognitivisme peserta didik akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Namun,
pada teori kognitivisme peserta didik akan memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
dapat menimbulkan kesenjangan antar peserta didik, apabila seorang guru tidak dapat mengontrol
perbedaan yang terjadi. Sehinggga, siswa yang pandai akan semakin pandai dan yang kurang pandai
akan semakin tertinggal.

Menurut aliran behavioristik belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara pesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan
Respon (S-R). Oleh sebab itulah teori ini dikenal atau disebut dengan teori stimulus respon. Teori-teori
yang termasuk kedalam kelompok behavioristik diantaranya: Koneksionisme, dengan tokohnya
Thorndike, Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop, Operant conditioning, yang dikembangkan
oleh Skinner, Sistematic behavior, yang dikembangkan oleh Clarek Hull, Contiguous. conditioning, yang
dikembangkan oleh Edwin Guthrie.
 Perbedaan antara aliran behavioristik dan aliran kognitif adalah: pertama teori behavioristik
mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan teori kognitif lebih mementingkan apa yang ada
dalam diri. Kedua dalam teori behavioristik mementingkan pada bagian-bagian, namun dalam
teori kognitif mementingkan keseluruhan. Ketiga pada teori behavioristik mengutamakan peran
reaksi, dan pada teori kognitif menguatkan fungsi kognitif. Keempat dalam teori belajar
behavioristik hasil belajar terbentuk secara mekanis, dalam teori kognitif terjadi
kesinambunagan dalam diri. Kelima teori behavioristik dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,
dan teori kognitif tergantung pada saat itu. Keenam teori behavioristik mementingkan
pembentukan kebiasaan, dan pada teori kognitif mementingkan terbentuknya struktur kognitif.
Ketujuh pada teori behavioristik dalam memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and
eror, sedangkan pada teori kognitif untuk memecahkan masalah didasarkan kepada insight.

 Teori belajar kognitif adalah teori yang lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Sedangkan, teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognitif holistik diantaranya: Teori
Gestalt dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer, Teori Medan (Field Theory) dengan
tokohnya Lewin, Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler, Teori Humanistik dengan
tokohnya Maslow dan Rogers serta teori Konstruktivisik dengan tokohnya yang sangat terkenal
yaitu Jean Piaget.

 Prinsip-prinsip Belajar Teori Kognitif

Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental
dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitif
yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor
telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.

Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:

1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.

2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.

3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.

4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

Apakah Siswa Aktif

Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk
memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang
pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka
mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman
mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan
pemahaman. teori belajar kognitif pandangan manusia sebagai "agen goal-directed yang aktif mencari
informasi.

Siswa Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu

Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta didik menafsirkan
pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-
anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah
bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola.
Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi
anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang
dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa
menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman peserta didik

Membangun Pembelajar Memahami dari Rekaman

Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana
itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya,
mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk membangun pemahaman tentang apa yang
mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat
informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang
membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa siswa
membangun pemahaman mereka sendiri (greeno et al,1996).

Definisi Pembelajaran

Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mantal seseorang yang atas kapasitas
untuk menunjukkan perilaku yang berbeda. Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari perspektif
kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam perilaku, bukti perubahan dalam
struktur mental dapat terjadi dalam beberapa waktu kemudian. "struktur mental" bahwa perubahan
termasuk skema, keyakinan, tujuan, harapan dan komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena
randy misalnya sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan Tanta, Rendy dan
Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka, menghubungkan informasi dari grafik, transparansi,
dan demonstrasi.

Tokoh-tokoh teori kognitif

1. PIAGET

Dalam pemikrannya pieget mengemukakan bahwasanya perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetic yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Pieget
tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secata kualitatif.

Struktur kognitif menurutnya juga dipengaruhi oleh proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sedangkan
akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Lebih ringkasnya,
apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi
sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Inilah yang disebut dengan asimilasi.
Sebaliknya pabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang
diterima maka hal ini disebut dengan akomodasi.

2.BRUNNER

Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik.
Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam
lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam
pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses
belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

1. Tahap enaktif;

Dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara
langsung.

2. Tahap ikonik;

Pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan
gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek,
melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan
disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).

3. Tahap simbolik;

Tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-
objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang
didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan
dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk
mencapai pemahaman.

3.AUSABEL

Menurut Ausubel dalam (Dahar, 1988: 134) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau
penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Dimensi
kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada
struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya
mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada
dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

Anda mungkin juga menyukai