Disusun oleh :
Anis Fadhylah
Pembimbing Akademik:
Oleh:
Anis Fadhylah
Menyetujui,
Mengetahui,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Manajemen dengan judul
“Laporan Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Umbulharjo I”.
Penulisan Laporan Manajemen Puskesmas ini dilakukan dalam rangka memenuhi
tugas praktik asuhan kebidanan holistik di Puskesmas. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari laporan
komprehensif ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga
laporan manajemen ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah
penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68
km2 dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI,
2014).1 Di negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar
menjadi negara penduduk terbanyak. Angka Fertilitas atau Total Fertility
Rate (TFR) Indonesia 2,4 berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN,
yaitu 2,3. Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan
penduduk yang relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan
(2013) sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
1,48%. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan
adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian
rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama
ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan
program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).2
Salah satu program yang dicanangkan adalah keluarga berencana
yang meliputi penyedia informasi, pendidikan, dan cara- cara bagi
keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa
jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan
berhenti mempunyai anak.3 KB aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS)
tahun 2017 sebesar 63,22 %, sedangkan yang tidak pernah sebesar
18,63%. Untuk pemilihan alat kontrasepsi 80% peserta KB aktif memilih
suntikan dan pil dibanding metode lainnya. Suntikan dan pil termasuk
dalam non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP) sehingga
tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih
rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya. Cakupan peserta KB aktif
menurut metode kontrasepsi modern tahun 2017 yaitu Alat Kontrasepsi
Bawah Rahim (AKDR) 7,15%, Metode Operasi Wanita (MOW) 2,78%,
Metode Operasi Pria (MOP) 0,53%, implant 6,99%, suntik 62,77%,
kondom 1,22% dan pil 17,24%.4
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine
Devices (IUD) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan
nyaman bagi sebagian wanita. IUD merupakan metode kontrasepsi
reversibel yang paling sering digunakan di seluruh dunia dengan
pemakaian mencapai sekitar 100 juta wanita, sebagian besar berada di
China. Generasi terbaru AKDR memiliki efektivitas lebih dari 99% dalam
mencegah kehamilan pada pemakaian satu tahun atau lebih.5 Fenomena
pemilihan alat non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP) yang
terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan rata-rata pelayanan
kontrasepsi tiap bulan kontrasepsi suntik 42,83 %, pil 10,74 % jiwa,
kondom 8,5 % sedangkan untuk pemilihan MKJP seperti Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) 24,69%, implant 7,55 %, Metode Kontrasepsi
Wanita (MOW) 4,92% dan Metode Kontasepsi Pria (MOP) 0,77%.
Dalam sebuah studi, metode kontrasepsi jangka panjang 20 kali lebih
efektif daripada metode kontraepsi suntik dan pil. MKJP juga tergolong
aman, mudah digunkaan, tahan lama, cepat digunakan, dan sedikit
kontraindikasi. Selain itu, peningkatan MKJP masuk dalam Arah
Kebijakan dan Strategi Pembangunan 2015- 2019 untuk mengurangi
resiko drop-out.1
Di samping keefektifan dari AKDR tersebut ada beberapa kerugian
dalam pemakaian AKDR, antara lain perdarahan (spotting)
antarmenstruasi, nyeri haid yang berlebihan, periode haid lebih lama, dan
perdarahan berat pada waktu haid. Hal-hal tersebut memungkinkan
terjadinya anemia dan resiko lainnya. Setiap bulan, wanita usia subur akan
mengalami kehilangan darah akibat periode menstruasi. Penggunaan alat
kontrasepsi berpengaruh terhadap pengeluaran darah menstruasi pada
wanita, termasuk AKDR yang dapat meningkatkan pengeluaran darah 2
kali saat menstruasi. Dongour et. al 2016 menyatakan bahwa periode
menstruasi yang berlangsung lebih lama dari 5 hari dan penggunaan
AKDR keduanya secara independen berhubungan dengan nilai
hemoglobin yang lebih rendah (secara berturut-turut -0,15 sampai -0,25
g/dl). Menurut Arisman tahun 2017 terjadinya perdarahan yang berlebihan
saat menstruasi akan mengakibatkan anemia besi.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 pengguna KB
aktif Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 320.533 (59,85%) yang
terdiri dari akseptor kb modern 314.206 (58,67%) dan akseptor kb
tradisional 6.327 (1,18%).5 Data Profil Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2018 menunjukkan cakupan akseptor KB Kota
Yogyakarta dengan jumlah peserta KB aktif 32.396 (75,6%) dan peserta
KB baru 1.518 (3,5%)5
Akseptor KB aktif di Puskesmas Umbuharjo 1 tahun 2019 yaitu
IUD sebanyak 31%, MOW sebanyak 5,8%, implant sebanyak 1,6%,
kondom sebanyak 14,2%, suntik sebanyak 39% dan pil sebanyak 8%.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus keluarga
berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor lama
KB IUD dengan anemia ringan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor
lama KB IUD dengan anemia ringan.
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah yang mungkin terjadi
pada kasus keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun
P2Ab0Ah2 akseptor lama KB IUD dengan anemia ringan.
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus
keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor
lama KB IUD dengan anemia ringan.
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada kasus keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun
P2Ab0Ah2 akseptor lama KB IUD dengan anemia ringan.
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani
kasus keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2
akseptor lama KB IUD dengan anemia ringan.
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani
kasus keluarga berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2
akseptor lama KB IUD dengan anemia ringan.
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus keluarga
berencana pada Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor lama
KB IUD dengan anemia ringan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan keluarga berencana
yang berkaitan dengan IUD.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada kasus keluarga berencana IUD
dengan anemia ringan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat mengkaji teori, menjabarkan ilmu, serta mengaplikasikan
asuhan yang akan diberikan pada kasus keluarga berencana IUD
dengan anemia ringan.
b. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Umbulharjo 1
Laporan komprehensif ini dapat dijadikan dokumentasi di
Puskesmas Umbulharjo 1, dapat juga menjadi bahan update
keilmuan.
BAB II
a) Perokok.
b) Pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila
tidak terlihat adanya infeksi.
c) Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
d) Gemuk ataupun kurus.
e) Sedang menyusui.
8. Pemantauan
Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat risiko
AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang.
Pemeriksaan AKDR dapat di lakukan setiap tahun atau bila terdapat
keluhan (nyeri, perdarahan dan demam).10
Tabel 1. Penanganan Efek Samping yang Umum dan Permasalahan yang lain
Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
1. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
2. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Pasal 25
Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi huruf a : pemberian pelayanan
alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit.14
D. Anemia
1. Pengertian anemia
dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang
kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel – sel darah merah dan
fungsi lain dalam tubuh terganggu. Anemia terjadi ketika jumlah sel
mengancam kematian.14
2. Penyebab Anemia
merah.15
dinding usus dan memakan makanan membuat zat gizi tidak dapat
khususnya zat besi. Gigitan cacing tambang pada dinding usus juga
30
maupun internal, misalnya pada waktu kecelakaan atau menstruasi
Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola
sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan
protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat
oksigen, maka setiap aktivitas fisik pada anemia defisiensi zat besi
defisiensi zat besi akan mengeluhkan rasa mudah lelah dan mengantuk.
Keluhan lainnya adalah sakit kepala, tinnitus dan gangguan cita rasa.
31
Kadangkala antara kadar hemohlobin dan gejala anemia terdapat
(kuku, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan), jantung
atau pendek saat melakukan aktivitas ringan nyeri dada, pusing, mata
berkunang, cepat marah (mudah rewel pada anak), dan tangan serta
BAB III
PEMBAHASAN
32
A. Pengkajian
Ny. A usia 30 tahun datang ke Puskesmas Umbulharjo 1 pada
tanggal 04 Februari 2020 pada pukul 10.10 WIB. Masa pencegahan
kehamilan pasca melahirkan yakni umur 20-35 tahun yang baik berjarak
dua sampai empat tahun dari anak pertama ke anak kedua. Pasangan suami
istri yang telah mempunyai anak kurang dari tiga orang dalam kebijakan
pembangunan keluarga sejahtera, dianjurkan untuk mengikuti cara-cara
pencegahan kehamilan dengan mengikuti program KB yaitu maksud
menjarangkan kehamilannya.15
Ibu ingin lepas KB IUD dan mengatakan bahwa menstruasinya lebih
lama dan lebih banyak dari biasanya. Keluhan tersebut termasuk hal
normal dan merupakan efek samping dari penggunaan KB IUD.
Berdasarkan hasil penelitian Puspitasari menunjukkan bahwa kejadian
efek samping secara umum dari penggunaan kontrasepsi IUD adalah
menstruasi lebih lama dan banyak 121 responden (75,6%), perubahan
siklus haid 121 responden (75,6%), nyeri sewaktu menstruasi 86 responden
(53,75%), flek-flek (spooting) sebanyak 66 responden (41,2%).
Ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena
terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di
daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan
menambah volume darah yang keluar pada masa haid. Darah yang keluar
bisa dibedakan, biasanya jika spotting, yang keluar adalah berwarna
kecoklatan, sedangkan pada saat haid, darah akan berwarna merah segar.16
Menurut Nawirah, perubahan siklus menstruasi umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan, hal ini diakibatkan oleh
enzim-enzim yang merusak protein dan mengaktifasi penghancuran
bekuan-bekuan darah terkumpul dalam jaringan endometrium yang
berhubungan dengan IUD. Maka terjadilah pengeluaran darah yang
bertambah juga diperkirakan terjadinya haid pada akseptor IUD lebih
cepat dari biasanya. Pada saat ini kadar progesteron lebih tinggi dari
33
keadaan biasa waktu terjadi haid sehingga menyebabkan bertambah
lamanya dan jumlah darah haid.15
Semua AKDR yang mengandung tembaga meningkatkan jumlah
dan/atau lama perdarahan menstruasi. Di Indonesia jenis AKDR yang saat
ini masih diproduksi digunakan merupakan AKDR medicates yang
mengandung logam seperti Copper T dan Nova T, dan hanya sebagian
yang masih menggunakan AKDR jenis unmedicates yaitu jenis Lippes
Lop. Hal ini mengakibatkan jumlah darah menstruasi akseptor setelah
menggunakan IUD bertambah banyak. Insersi IUD menyebabkan
meningginya konsentrasi plasminogen aktivators dalam endometrium, dan
enzim-enzim ini menyebabkan bertambahnya aktivitas fibrinolitik serta
menghalangi pembekuan darah. Akibatnya timbul perdarahan yang lebih
banyak.16
Berdasarkan hasil penelitian Margiyati mengungkapkan bahwa
sebagaian besar responden mengalami gangguan menstruasi sebanyak 33
responden (86,84%). Gangguan menstruasi yang dirasakan oleh responden
diantaranya adalah menstruasi menjadi lebih lama, darah yang dikeluarkan
saat menstruasi lebih banyak, terdapat flek diantara waktu menstruasi.17
Tingkat komplikasi atau efek samping rendah dan sedang. Efek
samping yang paling umum dan komplikasi adalah amenore (7,36-
11,59%), perdarahan (4,85-15,69%), dan nyeri panggul (11,12-14,27%).
Penting peningkatan dari waktu ke waktu diamati dalam tingkat perforasi
dari dinding rahim di semua kelompok, perdarahan dan menorrhagia
dengan AKDR-LNG dan sterilisasi tuba, dismenore dan anemia dengan
sterilisasi, dan ovarium kista dengan AKDR-LNG. Penurunan radang
panggul yang signifikan penyakit diamati dari waktu ke waktu di antara
wanita yang menjalani sterilisasi.
34
menunjukkan bahwa ibu di perkotaan memiliki cenderung menggunakan
MKJP yang lebih tinggi dibandingkan ibu di pedesaan karena ibu di
perkotaan lebih banyak terpapar informasi mengenai MKJP dari berbagai
sumber.18 Ny. A menikah 1 kali usia 25 tahun, siklus menstruasinya teratur
setiap bulannya, menarche usia 13 tahun, lamanya 8-9 hari, ganti pembalut
4 kali sehari, HPHT tanggal 05 Januari 2020.
Ny. A memiliki riwayat ostetri P2Ab0Ah2, persalinan terakhir
spontan pada tanggal 20 Oktober 2015 sehingga usia anak terakhir yaitu 5
tahun. Menurut tinjauan teori, ibu yang telah memiliki 2 anak atau lebih
cenderung berminat menggunakan MKJP karena ibu mulai berpikir untuk
berhenti memiliki anak terlebih lagi jika ibu telah berada pada usia tidak
produktif karena ibu mulai memikirkan resiko persalinan (BKKBN,
2010).19 Berdasarkan hasil penelitian Puspitasari menunjukkan bahwa
paling banyak responden memiliki jumlah anak 2 sebesar 82 responden
(51,2%). Hal ini dikarenakan responden yang memang sudah mengerti
tentang program KB dan mau mengikuti program tersebut yang
menganjurkan untuk memiliki 2 anak lebih baik, sehingga mereka mau
menggunakan alat kontrasepsi.16
Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi KB progestin
sebelum kehamilan anak kedua. Saat ini, Ny. A menggunakan KB IUD
yang dipasang mulai tanggal 20 Oktober 2015. Dari hasil anamnesa,
diketahui pendidikan Ny. A adalah S1. Berdasarkan penelitian Pitriani
mengungkapkan bahwa ibu yang tingkat pendidikan rendah beresiko 23
kali tidak menggunakan IUD dari pada yang berpendidikan tinggi. Tingkat
pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu
bergandengan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, makin
tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pemahaman seseorang terhadap
informasi yang didapat dan pengetahuan akan semakin tinggi.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku, sikap dan tindakan manusia. Pengetahuan masyarakat dalam hal
35
ini responden terhadap KB akan mempengaruhi perilaku, sikap dan
tindakan masyarakat terhadap KB, baik dalam hal pemilihan alat
kontrasepsi maupun kesadaran untuk melakukan KB. Peranan
pengetahuan dalam KB diarahkan pada pemahaman PUS tentang umur
yang sehat untuk hamil dan melahirkan, jarak kehamilan yang terlalu
berisiko, serta jumlah anak yang ideal guna mencapai keluarga bahagia
dan sejahtera. Pengetahuan yang benar akan mempertinggi minat
penggunaan MKJP.
Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB
akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode atau alat kontrasepsi
yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan,
kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga
dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai karena wawasan sudah
lebih baik, sehingga kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan
pelayanan.20
Ibu mengatakan bahwa suami mendukungnya untuk menggunakan
KB IUD. Menurut penelitian Sari mengungkapkan bahwa responden
dengan persetujuan pasangan yang mendukung lebih berpeluang dalam
memilih AKDR dari pada pasangan yang tidak mendukung. Ambarwati
juga mengemukakan bahwa persetujuan pasangan/suami berperan penting
dalam pemilihan AKDR. Pemasangan AKDR membutuhkan kerjasama
dengan suami karena alasan takut benangnya mengganggu saat
bersenggama. Dukungan suami sangat diperlukan untuk pengambilan
keputusan dalam ber KB karena kenyataan yang terjadi di masyarakat
bahwa apabila suami tidak mengijinkan atau tidak mendukung hanya
sedikit ibu yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut.
Dukungan suami sangat penting untuk memotivasi dan mensupport istri
dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan.18
Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti jantung,
asma, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, kanker payudara dan kanker
serviks. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD : 97/66 mmHg, N : 85
36
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,5 C, BB : 90 kg, dan TB : 158 cm. Hasil
pemeriksaan fisik yaitu konjungtiva pucat, tidak terdapat pembesaran pada
kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak terdapat massa pada payudara dan
abdomen. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dapat disimpulkan diagnosa
yaitu Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor lama KB IUD dengan anemia
ringan.
B. Analisis
Diagnosa : Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor lama KB IUD dengan
anemia ringan
Masalah : kurang pengetahuan mengenai efek samping KB IUD dan
anemia ringan
Kebutuhan : KIE mengenai efek samping KB IUD dan perbaikan Hb
C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan secara umum bahwa ibu dalam
keadaan baik.
E : ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu pemeriksaan laboratorium untuk cek Hb karna
keluhan menstruasi lama dan banyak
E : Hb 10,4
3. Memberitahu ibu hasi pemeriksaan Laboratorium Hb ibu mengalami
anemia ringan
E : ibu merasa cemas
4. Memberi KIE kepada ibu untuk makan makanan yang kaya zat besi
dapat memperbaiki Hb seperti kacang-kacangan, daging merah, telur,
ikan, ikan-ikanan atau hati ayam
E ibu bersedia
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa belum waktunya lepas IUD. IUD
dapat digunakan sampai dengan 8-10 tahun
E ; ibu mengerti dan mengira sudah waktunya lepas
37
6. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan mengenai menstruasi yang lebih
lama dan banyak merupakan hal yang normal dan merupakan efek
samping dari penggunaan KB IUD.
E : ibu paham
7. Menganjurkan ibu untuk mengecek keberadaan benang setiap selesai
mentruasi dengan cara ibu jongkok kemudian memasukkan jari ke
dalam vagina ibu.
E : ibu paham dan bersedia melakukan
8. Kemudian menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 6
bulan lagi atau jika terdapat keluhan.
E : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
Pada kasus Ny. A usia 30 tahun P2Ab0Ah2 akseptor lama KB IUD
dengan anemia ringan, penatalaksanaan yang diberikan sudah tepat dan
sesuai dengan kewenangan bidang seperti yang diatur dalam UU dan
permenkes. Berdasarkan UU No 4 tahun 2019 tentang kebidanan dalam
Pasal 51 yang berbunyi dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan
komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.13
Permenkes No 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan dalam pasal 21 yang berbunyi dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana dan pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Selain itu, terdapat juga dalam pasal 25 yang berbunyi kewenangan
berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (1) huruf a, meliputi pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam
rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit.14
38
BAB IV
PENUTUP
39
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada kasus KB IUD. Asuhan kebidanan yang diberikan pada
Ny. A di Puskesmas Umbulharjo 1 berjalan sesuai teori. Selain itu dari
penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Asuhan kebidanan pada Ny. A dilakukan berdasarkan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. A dapat diidentifikasi diagnosa
kebidanan yaitu IUD dengan anemia ringan.
3. Asuhan kebidanan pada Ny. A dapat menentukan masalah yaitu
kurang pengetahuan mengenai efek samping KB IUD dan anemia
ringan.
4. Asuhan kebidanan pada Ny. A dapat menentukan kebutuhan yaitu
dengan KIE mengenai efek samping KB IUD dan anemia ringan.
5. Asuhan kebidanan pada Ny. A dengan merencanakan tindakan yang
akan dilakukan yaitu dengan memberikan KIE mengenai efek
samping KB IUD dan anemia ringan.
6. Asuhan kebidanan pada Ny. A dengan melaksanakan tindakan yaitu
memberikan KIE mengenai efek samping KB IUD dan anemia ringan
7. Asuhan kebidanan pada Ny. A dengan melakukan evaluasi pada kasus
KB IUD dengan anemia ringan.
8. Asuhan kebidanan pada Ny. A dengan melakukan pendokumentasian
pada kasus KB IUD dengan anemia ringan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
40
Diharapkan dapat menambah pengalaman melakukan pengkajian
dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana.
2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Umbulharjo 1
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada keluarga berencana.
DAFTAR PUSTAKA
41
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes
RI; 2015.
9. Moegni. (Eds. 1). (2013). Buku Saku Pelayanan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
42
15. Nawirah. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi IUD di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo
Kabupaten Polman.
18. Sari. 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam
Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD.
43