Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/25 Februari 2020

Biomolekul Waktu : 13.00-16.00


PJP : Rahadian Pratama
Asisten : Agung Isnanto (G84160003)
Ranti Selvina (G84160001)
Ardi Rizky M (G84160005)
Afifah Salim (G84160071)

LIPID

Riyan Alifbi Putera Irsal G84180021


Tata Anugerah Putri G84160075
Dara Vahira G84160041
Tantri Sandira G84180019

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Gambar 1 Bentuk konfigurasi geometri asam lemak (Bintang et al. 2020)


Lipid adalah komponen vital dari sel. Tidak seperti karbohidrat dan protein, atau
asam nukleat yang memiliki struktur dasar, lipid tidak memiliki pola atau kesamaan
struktur antar anggotannya. Lipid didefinisikan sebagai biomolekul yang bersifat
nonpolar. Lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam berbagai pelarut nonpolar seperti
eter. Lipid berfungsi sebagai cadangan dan sumber energi. Lipid juga berperan dalam
proses komunikasi antar sel dan prekursor untuk sintesis berbagai senyawa sepeti garam
empedu. Lipid berfungsi sebagai insulator organ jantung, hati, pembuluh darah, dan
saraf (Bintang et al. 2020). Lemak dan minyak adalah trigliserida. Keduanya memiliki
struktur yang sama. Perbedaan keduanya hanya ditentukan oleh titik lelehnya. Pada
suhu kamar lemak berbentuk padat, minyak berbentuk cair. Titik leleh minyak
dipengaruhi oleh struktur (semakin panjang rantai karbon, semakin tinggi titik leleh),
dan jumlah ikatan rangkap asam lemak penyusun. Lemak dapat diubah menjadi minyak
dengan cara hidrogenasi menggunakan katalis nikel. Trigliserida adalah senyawa kimia
yang terdiri dari ikatan gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Hariyadi et al. 2018).
Lipid terbagi menjadi dua bagian, yaitu lipid sederhana (senyawa ester yang
diperoleh dari gabungan asam lemak dan gliserol, contohnya minyak, lemak dan lilin)
dan lipid gabungan (lipid sederhana yang mempunyai gugus tambahan seperti P dan N,
contohnya fosfolipid, fosfomyelin). Lipid terbagi menjadi dua berdasarkan sifat
kimanya, yaitu lipid disabunkan (lemak dan minyak), dan lipid tidak disabunkan
(steroid) (Hariyadi et al. 2018). Tujuan praktikum adalah menunjukkan sifat dan
struktur lipid melalui uji kulatitatif dan mempelajari sifat lipid melalui beberapa reaksi
uji kualitatif.

Gambar 2 Struktur trigliserida (Poedjiani 2009)


METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, pada
Selasa, 25 Februari 2020 dan pukul 13.00 – 16.00 WIB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain tabung reaksi, pipet tetes,
Tabung reaksi, pipet volumetrik, bulb merah, bulb hitam, pipet tetes, kertas, dan
sumbat. Bahan yang digunakan antara lain Minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, asam palmitat, asam stereat, akuades, eter, kloroform, alkohol panas,
alkohol dingin, alkali (NaOH), asam encer, kristal KHSO4, pati, pereaksi iod Hubl, HCl
pekat, CaCO3, minyak kelapa tengik, kloroform anhidrat, H2SO4.

Prosedur Percobaan

Uji Kelarutan
Sebanyak 2 mL pelarut dan 2 mL bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Tabung dikocok kuat-kuat dan diamati perubahannya. Lakukan percobaan ini
dengan bahan minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat,
dan asam stereat.

Uji Akrolein
Sedikit kristal KHSO4 dan 4 tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, tabung tersebut dipanaskan di atas spritus. Lakukan percobaan ini dengan bahan
minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, dan asam
stereat.

Uji Ketidakjenuhan
Sebanyak 1 mL bahan percobaan dan 1 mL kloroform dimasukkan ke tabung
reaksi, serta dikocok sampai larut. Pereaksi iod ditetes sedikit-demi sedikit sambil
dikocok dan diamati. Lakukan percobaan ini dengan bahan minyak kelapa, minyak
kelapa tengik, lemak hewan, mentega, blue band, asam palmitat, dan asam oleat.

Uji Ketengikan
Sebanyak 5 mL bahan percobaan dan 5 mL HCl pekat dimasukkan ke
erlenmeyer 100 mL. Kertas saring disediakan dan dicelupkan ke dalam floroglusinol
serta disumbat. Serbuk CaCO 3 dimasukkan dan ditutup dengan sumbat yang dijepit
kertas floroglusinol, sehingga kertasnya tergantung, dibiarkan 20 menit, dan diamati.
Lakukan percobaan ini dengan bahan minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak
hewan, dan mentega.

Uji Salkowski dan Uji Lieberman


Beberapa miligram kolestrol dilarutkan dalam 3 mL kloroform anhidrat di tabung
reaksi. Asam sulfat pekat ditambahkan sebanyak 3 mL, dan dikocok perlahan. Setelah
pengerjaan uji salkowski tadi, ditambahkan 10 tetes asam anhidrat dan 2 tetes asam
sulfat pekat, dikocok perlahan dan amati perubahannya.

HASIL

Uji Kelarutan

Lipid dengan sifat nonpolarnya tidak dapat larut dalam air, namun dapat larut
dalam pelarut selain air. Kelarutan lipid dapat diketahui dengan menguji kelarutannya
secara langsung menggunakan pelarut yang digunakan. Lipid dilarutkan ke dalam
pelarut air, eter, kloroform, alkohol panas, alcohol dingin, alkali, dan asam encer. Hasil
uji kelarutan yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 1). Sampel lipid yang diuji
semuanya larut dalam klorofom. Kelarutan terbanyak ada pada gliserol.

Tabel 1 Hasil uji Kelarutan


Klorofor Alkoho Alkohol Asam
Pelarut Air Eter Alkali
m l panas dingin encer
Sampel
Minyak
- + + - - + +
kelapa
Lemak
- + + - - + -
hewan
Mentega - + + - - - -
Margarin - + + - - + -
Gliserol + + + + + + +
Asam
- + + - - - -
palmitat
Asam
- + + - - - -
stereat
Keterangan : (+) = larut; (-) = tidak larut

Uji Akrolein

Minyak yang mengandung gliserol bebas bila terhidrasi akan membentuk


aldehid akrilat atau acrolein. Dehidrasi terjadi karena penambahan KHSO 4 dan
pemanasan langsung diatas api. Akrolein terbentuk dengan munculnya asap putih pada
saat pemanasan. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi yaitu
bubuk kalium bisulfate (KHSO4) yang akan menarik molekul air. Hasil uji akrolein
yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 2). Uji akrolein dilakukan pada contoh lipd
minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat, asam strearat dan satu contoh dari
karbohidrat, yaitu pati.

Tabel 2 Hasil uji Akrolein


Sampel Bau Asap
Gliserol + Ada
Asam palmitat ++ Ada
Minyak kelapa +++ Ada
Lemak hewan ++ Ada
Pati ++ Tidak ada
Asam stereat + Ada
Keterangan : (+++) = sangat bau; (++) = bau; (+) = sedikit bau; (-) = tidak bau

Uji Ketidakjenuhan

Uji ketidakjenuhan dilakukan untuk mengetahui jenis lipid yang mengandung


asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memiliki
ikatan rangkap, apabila dicampurkan dengan senyawa yang mengandung halogen akan
teradisi. Hasil uji ketidakjenuhan yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 3). Minyak
kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega, asam palmitat, dan asam oleat
diuji ketidakjenuhannya.

Tabel 3 Hasil uji ketidakjenuhan


Sampel Hasil Gambar

Minyak kelapa Tidak jenuh

Minyak kelapa tengik Tidak jenuh

Asam oleat tidak jenuh

Asam palmitat Tidak jenuh

Margarin Jenuh

Mentega Tidak jenuh

Lemak hewan Tidak jenuh


Uji Ketengikan

Minyak atau lemak yang dibiarkan terlalu lama akan menjadi rusak atau tengik.
Uji ketengikan dilakukan untuk mengetahui minyak atau lemak yang sudah rusak
karena sudah lama di biarkan. Uji ketengikan dilakukan pada minyak kelapa, minyak
kelapa tengik, mentega, dan lemak hewan. Minyak atau lemak tengik yang diuji pada uji
ketengikan ini akan menghasilkan warna merah muda di kertas floroglusinol yang
digunakan, sedangkan minyak atau lemak yang masih bagus kertas floroglusinol akan
tetap berwarna putih. Hasil uji yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 4). Minyak
kelapa, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan menujukkan perubahan kertas
floroglusinol menjadi merah muda yang berarti sudah rusak atau tengik. Mentega yang
diuji tidak tengik karena tidak ada perubahan pada kertas floroglusinol.

Tabel 4 Hasil uji ketengikan


Sampel Hasil Gambar

Lemak hewan Tengik

Mentega Tidak tengik

Minyak kelapa Tengik

Minyak kelapa tengik Tengik


Uji Salkowski dan Uji Lieberman

Uji salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi


keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan
volum yang sama ditambahkan asam sulfat. Apabila dalam sample tersebut terdapat
kolesterol, maka lapisan kolesterol dibagian atas menjadi berwarna hijau dan asam
sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluorosensi hijau. Hasil uji yang
telah dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 5). Uji yang dilakukan menghasilkan larutan
dengan dua lapisan warna, yaitu kuning dan merah. Warna merah yang dihasilkan
merupakan larutan kolesterol. Jika larutan ini dipendar pada cahaya warna merah
tampak akan menunjukkan warna biru atau hijau.
Uji warna lain yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol adalah
uji Liebreman Buchard. Hasil uji yang telah dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 5). Uji
yang dilakukan menghasilkan larutan dengan tiga lapisan warna, yaitu bening, kuning,
dan hijau. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang disebut fluorosensi. Lapisan
fluorosensi ini terbentuk karena H2SO4 pekat tercampur dengan kolestrol dan kloroform.
Adanya fluoresensi hijau terjadi bila dikenai cahaya.
Tabel 5 Hasil uji kolesterol

Uji Gambar
Salkowski

Lieberman-Buchard

PEMBAHASAN

Uji Kelarutan
Prinsip uji kelarutan yaitu like dissolve like, artinya senyawa polar akan larut
dalam pelarut polar, hal ini disebabkan karena adanya momen dipol pada senyawa polar
sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan pelarut polar. Begitu juga sebaliknya
senyawa nonpolar dapat larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar tapi tidak dapat larut
dalam pelarut polar sebab pada senyawa nonpolar tidak memiliki momen dipol sehingga
tidak dapat berinteraksi dengan pelarut polar, akibatnya tidak dapat larut (Budimarwati
2010).
Senyawa lipid memiliki sifat kelarutan yang berbeda-beda. Lipid dapat larut
dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, benzena dan pelarut
polar yang dipanaskan dan tidak dapat larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol.
Kelarutan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya.
Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan asam
lemak nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Daya kelarutan asam lemak biasanya lebih
tinggi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik bersifat polar
dan nonpolar. Semakin panjang rantai karbon lemak semakin sukar dalam pelarut polar
(Susanti et al. 2011). Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang
termasuk golongan lipid.
Hasil uji kelarutan pada (Tabel 1) menunjukkan seluruh lipid larut pada
kloroform. Mentega dan margarin juga larut pada eter. Mentega, margarin, minyak
kelapa, lemak hewan, asam palmitat, dan asam asam oleat merupakan senyawa
nonpolar, sehingga dapat larut dalam kloroform karena sama-sama bersifat nonpolar.
Gliserol seharusnya larut pada semua pelarut, yaitu air, alkohol panas, alkohol dingin,
alkali, dan asam encer kecuali kloroform dan eter. Gliserol atau alkohol trifungsional
mempunyai 3 buah gugus fungsi alkohol (gugus hidroksi, -OH) dengan nama lain 1,2,3-
proponanatriol. Gliserol merupakan penyusun lipid yang bersifat polar, sehingga dapat
larut pada air, alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer yang sama-sama
bersifat polar. Hasil uji yang tidak larut dalam alkohol tidak sesuai dengan Budimarwati
(2010) yang mengatakan bahwa alkohol bersifat semipolar rmenyebabkan alkohol dapat
bereaksi dengan larutan yang bersifat polar maupun non polar. Alkohol panas dapat
merusak ikatan pada lipid, sehingga dapat larut sempurna (Budimarwati 2010).

Uji Akrolein

Gambar 3 Reaksi pembentukan akrolein (Bintang et al. 2020)


Uji akrolein digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan gliserol pada
suatu larutan. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Ketika lemak dipanaskan
setelah ditambahkan agen pendehidrasi yaitu bubuk kalium bisulfate (KHSO 4) yang
akan menarik molekul air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk
aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CH=CHO) yang memiliki bau
seperti lemak terbakar (tengik) dan ditandai dengan asap putih (Agusta 2017).
Pembentukan akril aldehida ditandai terbentuknya bau tengik seperti lemak
terbakar (tengik) dan ditandai dengan asap putih (Agusta 2017). Berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan, gliserol dan pati digunakan sebagai acuan. Gliserol
memberikan hasil positif yang membentuk asap putih dan berbau tengik atau seperti
lemak terbakar sedangkan pati memberikan hasil negatif karena tidak memiliki gliserol
dalam komposisi penyusunnnya. Minyak kelapa, lemak hewan, asam oleat, dan asam
stearat positif mengandung gliserol sebagai komposisi penyusunnya. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan Agusta (2017) bahwa minyak kelapa, lemak hewan, asam oleat,
asam sterarat, dan gliserol menghasilkan uji positf dengan menghasilkan bau dan asap
berwarna putih. Penambahan pereaksi KHSO4 sebagai katalis dalam hidrolisis lipid
menjadi asam lemak dan gliserol pada sampel (Budimarwati 2010).

Uji Ketidakjenuhan

Gambar 3 Mekanisme reaksi uji ketidakjenuhan (Bintang 2010).


Uji ketidakjenuhan lipid positif tidak mengandung lipid yang jenuh karena
ketika bahan uji yang telah homogen dengan larutan klorofrom ketika ditetesi iodine
atau pereaksi Jod Hubl akan berubah warna menjadi kuning. Hasil uji ketidakjenuhan
pada (Tabel 3) menunjukkan minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan,
mentega, dan asam oleat tidak jenuh karena menghasilkan uji positif berwarna kuning.
Mentega menunjukkan hasil positif karena banyak mengandung asam linoleat dan asam
oleat. Asam palmitat menunjukkan hasil negatif karena berwarna merah, berarti asam
palmitat merupakan lemak jenuh. Hasil yang diperoleh sesuai dengan Winarno (2002)
dan Lamuela (2004). Pereaksi Iod ini berfungsi sebagai pengadisi ikatan rangkap yang
adapa pada asam lemak tidak jenuh menjadi ikatan tunggal (Budimarwati 2010).

Uji Ketengikan

Gambar 4 Mekansime reaksi ketengikan (Poedjiani 2009)


Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan atom
karbon pada rantai karbonya berupa ikatan tunggal (jenuh). Contoh asam laurat, asam
palmitat,dan asam stearat. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mengandung
ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Contoh : asam oleat dan asam linoleat (Radiati
2012).
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa
oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Hasil yang diakibatkan
oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau
rancidity terutama disebabkan oleh aldehid dan keton. Tingkat kerusakan minyak dapat
diketahui dengan bilangan peroksida atau angka thiobarbiturat. Oksigen dapat
mempercepat kerusakan lemak, yaitu dengan terjadinya ketengikan secara oksidatif.
Proses oksidasi dapat dikendalikan dengan menurunkan konsentrasi oksigen dalam
kemasan. Semakin sedikit volume oksigen dalam kemasan maka proses ketengikan
semakin lambat. Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh,
tetapi bila minyak dipanaskan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh pun dapat
teroksidasi. Semakin cepat proses oksidasi, maka semakin besar peroksida yang
terbentuk atau minyak semakin cepat tengik (Leufven et al. 2007).
Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh, tetapi bila
minyak dipanaskan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh pun dapat teroksidasi.
Semakin cepat proses oksidasi, maka semakin besar peroksida yang terbentuk atau
minyak semakin cepat tengik. Hasil uji ketengikan pada (Tabel 4), menunjukkan bahwa
minyak kelapa, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan positif mengalami ketengikan.
Hasil uji positif ditunjukkan oleh perubahan warna menjadi merah muda pada ketas
floroglusinol. Lipid uji yang tidak tengik adalah mentega ditandai dengan tidak terjadi
perubahan. Beberapa pereaksi dan bahan yang ditambahakan dalam uji ketengikan,
penambahan HCl pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat
terjadinya ketengikan (Kristian 2003).
HCl pekat yang ditambahkan akanmenyumbangkan ion-ion hidrogennya
yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen
radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir
oksidasi akandihasilkan peroksida. Penambahan CaCO3, CaCO3 merupakan sumber
oksigen dan mengoksidasiminyak atau lemak yang diuji. Floroglusinol berfungsi
sebagai indikator atau penanda terbentuknya warna merah muda yaitu untuk melihat
kualitas sampelmasih bagus atau tidak (tengik). Hal yang menyebabkan minyak atau
lemak bisa tengik yaitu asam lemak yang teroksidasi menguap dan ditangkap oleh
floroglusinol (Kristian 2003).

Uji Kolesterol
Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan
asam sulfat ke campuran. Pelarut kloroform digunakan dalam melarutkan lemak
(kolestrol) karena lemak bersifat non polar. Selain itu, ditambahkan asam asetat anhidrat
karena untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan
asetil dalam kloroform. Penambahan asam sulfat dalam campuran yang berisi kolestrol
untuk memutus ikatan ester lipid maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolestrol
kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestroldiena. Produk ini dikonversi menjadi
polimer yang mengandung kromoform yang menghasilkan warna hijau. Pereaksi
Liebermann-Burchad (asam asetat anhidrid dan H2SO4 pekat, kolesterol dihidrolisis oleh
H2SO4 pekat mengeluarkan gugus OH yang akan bereaksi dengan asam asetat anhidrid
membentuk warna merah, hijau, biru (tergantung kadar kolesterol). Semakin pekat
warnanya semakin tinggi kolesterol (Budimarwati 2010).
Larutan kolestrol yang dicampur H2SO4 dan didiamkan sampai kedua larutan
terpisah. Ketika larutan tersebut ditambahkan H2SO4 pekat perbandingan antara sesudah
dan sebelum dicampur dengan H2SO4 pekat terlihat berbeda. Keadaan sebelum
diberikan H2SO4 pekat hanya terbentuk dua lapisan yaitu antara kloroform dan kolestrol.
Ketika telah dicampurkan dengan H2SO4 pekat dan didiamkan terbentuklah 3 lapisan
yaitu berwarna kuning, hijau, dan bening. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang
disebut fluorsensi. Lapisan fluorsensi ini terbentuk karena H 2SO4 pekat tercampur
dengan kolestrol dan kloroform. Asam sulfat berfungsi sebagai sebagai pemutus ikatan
ester lipid. Kolesterol bebas adalah kolesterol yang tidak terikat dengan molekul lain.
Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada
sebagian besar jaringan tubuh (Presmawari et al. 2013).
Uji Lieberman Buchard yang dilakukan menghasilkan larutan dengan tiga
lapisan warna, yaitu kuning, jingga, dan merah. Uji Salkowski menghasilkan larutan
dengan tiga lapisan warna, yaitu bening, kuning, dan hijau. Warna merah yang
dihasilkan merupakan larutan kolesterol. Jika larutan ini dipendar pada cahaya warna
merah tampak akan menunjukkan warna biru atau hijau. Hasil ini sesuai dengan
Anggraini dan Nabillah (2018) bahwa warna hijau yang dihasilkan untuk senyawa
steroid termasuk kolesterol. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang disebut
fluorosensi. Hasil ini sesuai dengan Budimarwati (2010) bahwa lapisan fluorosensi ini
terbentuk karena H2SO4 pekat tercampur dengan kolestrol dan kloroform.

SIMPULAN

Lipid tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut
dalam klofroform dan eter. Lemak terbagi menjadi lemak jenuh dan tak
jenuh. Asam lemak terbagi menjadi asam lemak polar dan nonpolar. Bau
tengik pada lemak disebabkan oleh aldehid dan keton.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Nabillah. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena angustifolia
Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21(2): 54 –
58.
Agusta E. 2017. Analisis lipid secara kimia dan triasetin dengan kromatografi cair
kinerja tinggi pada filter rokok[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Bintang M, Rahmawati F, Safira UM, dan Adrianto D. 2020. Biokimia Fisik. Bogor
(ID): IPB PRESS.
Budimarwati. 2010. Analisis Lipid. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Hariyadi P, Hunaefi D, Mulyawan A. 2018. Karakteristik lipid terstruktur hasil
transesterifikasi enzimatik antara minyak ikan dan minyak kelapa murni.
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 317-329.
Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Lamuela RRM, Gimeno E, Fito M, Castellote AI, Covas M, Torre BDLMC, Lopez
SMC. 2004. Interaction of olive oil phenol antioxidant components with low-
density lipoprotein. Bio Res. 37(2): 247-252.
Maharani DM, Bintoro N, Rahardjo B. 2012. Kinetika perubahan ketengikan
(rancidity) kacang goreng selama proses penyimpanan. AGRITECH. 32(1):
15-22.
Poedjiani A. 2009. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Penerbit Universitas
Indonesia.
Presmawari GN, Mardiana, Listiyana AD. 2013. Obesitas sentral dan kadar
kolesterol total. Kesehatan Masyarakat. 9(1): 37-43.
Radiati. 2013. Pengaruh pemanfaatan jenis dan konsentrasi lipid terhadap sifat fisik
edible film komposit whey-porang. Ilmi-Ilmu Peternakan. 23(1): 35 43.
Santika IGPNA. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak tubuh melalui jogging
selama 30 menit mahasiswa putra semester iv fpok ikip pgri bali tahun 2016.
Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 1(1): 89 – 98.
Susanti W, Jiniana NW, Rositasari D, Firti N, Purnama N. 2011. Kelarutan lipid serta
pengaruh emulgator terhadap kelarutan lipid. Biokimia Praktikum. 3(1): 1-31.
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai