LIPID
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain tabung reaksi, pipet tetes,
Tabung reaksi, pipet volumetrik, bulb merah, bulb hitam, pipet tetes, kertas, dan
sumbat. Bahan yang digunakan antara lain Minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, asam palmitat, asam stereat, akuades, eter, kloroform, alkohol panas,
alkohol dingin, alkali (NaOH), asam encer, kristal KHSO4, pati, pereaksi iod Hubl, HCl
pekat, CaCO3, minyak kelapa tengik, kloroform anhidrat, H2SO4.
Prosedur Percobaan
Uji Kelarutan
Sebanyak 2 mL pelarut dan 2 mL bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Tabung dikocok kuat-kuat dan diamati perubahannya. Lakukan percobaan ini
dengan bahan minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat,
dan asam stereat.
Uji Akrolein
Sedikit kristal KHSO4 dan 4 tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, tabung tersebut dipanaskan di atas spritus. Lakukan percobaan ini dengan bahan
minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, dan asam
stereat.
Uji Ketidakjenuhan
Sebanyak 1 mL bahan percobaan dan 1 mL kloroform dimasukkan ke tabung
reaksi, serta dikocok sampai larut. Pereaksi iod ditetes sedikit-demi sedikit sambil
dikocok dan diamati. Lakukan percobaan ini dengan bahan minyak kelapa, minyak
kelapa tengik, lemak hewan, mentega, blue band, asam palmitat, dan asam oleat.
Uji Ketengikan
Sebanyak 5 mL bahan percobaan dan 5 mL HCl pekat dimasukkan ke
erlenmeyer 100 mL. Kertas saring disediakan dan dicelupkan ke dalam floroglusinol
serta disumbat. Serbuk CaCO 3 dimasukkan dan ditutup dengan sumbat yang dijepit
kertas floroglusinol, sehingga kertasnya tergantung, dibiarkan 20 menit, dan diamati.
Lakukan percobaan ini dengan bahan minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak
hewan, dan mentega.
HASIL
Uji Kelarutan
Lipid dengan sifat nonpolarnya tidak dapat larut dalam air, namun dapat larut
dalam pelarut selain air. Kelarutan lipid dapat diketahui dengan menguji kelarutannya
secara langsung menggunakan pelarut yang digunakan. Lipid dilarutkan ke dalam
pelarut air, eter, kloroform, alkohol panas, alcohol dingin, alkali, dan asam encer. Hasil
uji kelarutan yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 1). Sampel lipid yang diuji
semuanya larut dalam klorofom. Kelarutan terbanyak ada pada gliserol.
Uji Akrolein
Uji Ketidakjenuhan
Margarin Jenuh
Minyak atau lemak yang dibiarkan terlalu lama akan menjadi rusak atau tengik.
Uji ketengikan dilakukan untuk mengetahui minyak atau lemak yang sudah rusak
karena sudah lama di biarkan. Uji ketengikan dilakukan pada minyak kelapa, minyak
kelapa tengik, mentega, dan lemak hewan. Minyak atau lemak tengik yang diuji pada uji
ketengikan ini akan menghasilkan warna merah muda di kertas floroglusinol yang
digunakan, sedangkan minyak atau lemak yang masih bagus kertas floroglusinol akan
tetap berwarna putih. Hasil uji yang dilakukan dapat dilihat pada (Tabel 4). Minyak
kelapa, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan menujukkan perubahan kertas
floroglusinol menjadi merah muda yang berarti sudah rusak atau tengik. Mentega yang
diuji tidak tengik karena tidak ada perubahan pada kertas floroglusinol.
Uji Gambar
Salkowski
Lieberman-Buchard
PEMBAHASAN
Uji Kelarutan
Prinsip uji kelarutan yaitu like dissolve like, artinya senyawa polar akan larut
dalam pelarut polar, hal ini disebabkan karena adanya momen dipol pada senyawa polar
sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan pelarut polar. Begitu juga sebaliknya
senyawa nonpolar dapat larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar tapi tidak dapat larut
dalam pelarut polar sebab pada senyawa nonpolar tidak memiliki momen dipol sehingga
tidak dapat berinteraksi dengan pelarut polar, akibatnya tidak dapat larut (Budimarwati
2010).
Senyawa lipid memiliki sifat kelarutan yang berbeda-beda. Lipid dapat larut
dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, benzena dan pelarut
polar yang dipanaskan dan tidak dapat larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol.
Kelarutan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya.
Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan asam
lemak nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Daya kelarutan asam lemak biasanya lebih
tinggi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik bersifat polar
dan nonpolar. Semakin panjang rantai karbon lemak semakin sukar dalam pelarut polar
(Susanti et al. 2011). Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang
termasuk golongan lipid.
Hasil uji kelarutan pada (Tabel 1) menunjukkan seluruh lipid larut pada
kloroform. Mentega dan margarin juga larut pada eter. Mentega, margarin, minyak
kelapa, lemak hewan, asam palmitat, dan asam asam oleat merupakan senyawa
nonpolar, sehingga dapat larut dalam kloroform karena sama-sama bersifat nonpolar.
Gliserol seharusnya larut pada semua pelarut, yaitu air, alkohol panas, alkohol dingin,
alkali, dan asam encer kecuali kloroform dan eter. Gliserol atau alkohol trifungsional
mempunyai 3 buah gugus fungsi alkohol (gugus hidroksi, -OH) dengan nama lain 1,2,3-
proponanatriol. Gliserol merupakan penyusun lipid yang bersifat polar, sehingga dapat
larut pada air, alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer yang sama-sama
bersifat polar. Hasil uji yang tidak larut dalam alkohol tidak sesuai dengan Budimarwati
(2010) yang mengatakan bahwa alkohol bersifat semipolar rmenyebabkan alkohol dapat
bereaksi dengan larutan yang bersifat polar maupun non polar. Alkohol panas dapat
merusak ikatan pada lipid, sehingga dapat larut sempurna (Budimarwati 2010).
Uji Akrolein
Uji Ketidakjenuhan
Uji Ketengikan
Uji Kolesterol
Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan
asam sulfat ke campuran. Pelarut kloroform digunakan dalam melarutkan lemak
(kolestrol) karena lemak bersifat non polar. Selain itu, ditambahkan asam asetat anhidrat
karena untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan
asetil dalam kloroform. Penambahan asam sulfat dalam campuran yang berisi kolestrol
untuk memutus ikatan ester lipid maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolestrol
kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestroldiena. Produk ini dikonversi menjadi
polimer yang mengandung kromoform yang menghasilkan warna hijau. Pereaksi
Liebermann-Burchad (asam asetat anhidrid dan H2SO4 pekat, kolesterol dihidrolisis oleh
H2SO4 pekat mengeluarkan gugus OH yang akan bereaksi dengan asam asetat anhidrid
membentuk warna merah, hijau, biru (tergantung kadar kolesterol). Semakin pekat
warnanya semakin tinggi kolesterol (Budimarwati 2010).
Larutan kolestrol yang dicampur H2SO4 dan didiamkan sampai kedua larutan
terpisah. Ketika larutan tersebut ditambahkan H2SO4 pekat perbandingan antara sesudah
dan sebelum dicampur dengan H2SO4 pekat terlihat berbeda. Keadaan sebelum
diberikan H2SO4 pekat hanya terbentuk dua lapisan yaitu antara kloroform dan kolestrol.
Ketika telah dicampurkan dengan H2SO4 pekat dan didiamkan terbentuklah 3 lapisan
yaitu berwarna kuning, hijau, dan bening. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang
disebut fluorsensi. Lapisan fluorsensi ini terbentuk karena H 2SO4 pekat tercampur
dengan kolestrol dan kloroform. Asam sulfat berfungsi sebagai sebagai pemutus ikatan
ester lipid. Kolesterol bebas adalah kolesterol yang tidak terikat dengan molekul lain.
Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada
sebagian besar jaringan tubuh (Presmawari et al. 2013).
Uji Lieberman Buchard yang dilakukan menghasilkan larutan dengan tiga
lapisan warna, yaitu kuning, jingga, dan merah. Uji Salkowski menghasilkan larutan
dengan tiga lapisan warna, yaitu bening, kuning, dan hijau. Warna merah yang
dihasilkan merupakan larutan kolesterol. Jika larutan ini dipendar pada cahaya warna
merah tampak akan menunjukkan warna biru atau hijau. Hasil ini sesuai dengan
Anggraini dan Nabillah (2018) bahwa warna hijau yang dihasilkan untuk senyawa
steroid termasuk kolesterol. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang disebut
fluorosensi. Hasil ini sesuai dengan Budimarwati (2010) bahwa lapisan fluorosensi ini
terbentuk karena H2SO4 pekat tercampur dengan kolestrol dan kloroform.
SIMPULAN
Lipid tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut
dalam klofroform dan eter. Lemak terbagi menjadi lemak jenuh dan tak
jenuh. Asam lemak terbagi menjadi asam lemak polar dan nonpolar. Bau
tengik pada lemak disebabkan oleh aldehid dan keton.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Nabillah. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena angustifolia
Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21(2): 54 –
58.
Agusta E. 2017. Analisis lipid secara kimia dan triasetin dengan kromatografi cair
kinerja tinggi pada filter rokok[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Bintang M, Rahmawati F, Safira UM, dan Adrianto D. 2020. Biokimia Fisik. Bogor
(ID): IPB PRESS.
Budimarwati. 2010. Analisis Lipid. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Hariyadi P, Hunaefi D, Mulyawan A. 2018. Karakteristik lipid terstruktur hasil
transesterifikasi enzimatik antara minyak ikan dan minyak kelapa murni.
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 317-329.
Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Lamuela RRM, Gimeno E, Fito M, Castellote AI, Covas M, Torre BDLMC, Lopez
SMC. 2004. Interaction of olive oil phenol antioxidant components with low-
density lipoprotein. Bio Res. 37(2): 247-252.
Maharani DM, Bintoro N, Rahardjo B. 2012. Kinetika perubahan ketengikan
(rancidity) kacang goreng selama proses penyimpanan. AGRITECH. 32(1):
15-22.
Poedjiani A. 2009. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Penerbit Universitas
Indonesia.
Presmawari GN, Mardiana, Listiyana AD. 2013. Obesitas sentral dan kadar
kolesterol total. Kesehatan Masyarakat. 9(1): 37-43.
Radiati. 2013. Pengaruh pemanfaatan jenis dan konsentrasi lipid terhadap sifat fisik
edible film komposit whey-porang. Ilmi-Ilmu Peternakan. 23(1): 35 43.
Santika IGPNA. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak tubuh melalui jogging
selama 30 menit mahasiswa putra semester iv fpok ikip pgri bali tahun 2016.
Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 1(1): 89 – 98.
Susanti W, Jiniana NW, Rositasari D, Firti N, Purnama N. 2011. Kelarutan lipid serta
pengaruh emulgator terhadap kelarutan lipid. Biokimia Praktikum. 3(1): 1-31.
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.