Kelompok 2
Tiyara Fany Mansyah G84180018
Fatma Ayyalah Fadhilla Ilyas G84180042
Syahrul Ramadhan G84180016
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN
Lemak atau lipid merupakan suatu molekul yang terdiri atas oksigen, hidrogen,
karbon, dan terkadang terdapat nitrogen serta fosforus (Santika 2016). Pengertian lemak
tidak mudah untuk dapat larut dalam air, sehingga dibutuhkan pelarut khusus lemak
seperti kloroform. Lipid adalah zat yang termasuk senyawa heterogen yang terdapat
dalam jaringan tanaman dan hewan. Lipid merupakan ester asam lemak yang tersebar di
alam dalam bentuk nabati maupun hewani (Susanti et al. 2011). Molekul lemak terdiri
atas 4 bagian, antara lain 1 molekul gliserol serta 3 molekul asam lemak. Asam lemak
terdiri atas rantai hidrokarbon dan juga gugus karboksil. Molekul gilserol mempunyai 3
gugus hidroksil serta pada tiap gugus hidroksil tersebut dapat berinteraksi dengan gugus
karboksil asam lemak (Santika 2016). Ciri khas yang umum dijumpai disemua lipid
adalah kandungan hidrokarbonnya diturunkan dari polimerasi asetat yang diikuti dengan
reduksi rantai itu terbentuk (Kuchel 2006).
Lipid merupakan sekumpulan senyawa dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri serupa
dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Lipid merupakan komponen vital dari sel,
yaitu membran sel. Lipid berfungsi sebagai cadangan dan sumber energi bagi tubuh.
Lipid juga berperan dalam proses komunikasi antar sel, sebagai perkusor untuk sintesis
berbagai senyawa seperti garam empedu dan beberapa hormon steroid. Lipid berfungsi
sebagai insulator organ jantung, hati, pembuluh darah dan syaraf. Lipid banyak terdapat
di jaringan bawah kulit sekitar perut dan jaringan lemak di sekitar ginjal, juga terdapat
di jaringan otak, atau dalam telur (Bintang et al. 2020). Lipid juga memainkan peran
penting sebagai kofaktor enzim, pembawa elektron, pigmen penyerap cahaya, jangkar
hidrofobik untuk protein, "pendamping" untuk membantu protein melipat, agen
pengemulsi dalam saluran pencernaan, hormon, dan pembawa pesan intraseluler
(Nelson dan Cox 2013).
Lipid terbagi menjadi dua berdasarkan sifat kimanya, yaitu lipid disabunkan
(lemak dan minyak), dan lipid tidak disabunkan (steroid) (Hariyadi et al. 2018).
Berdasarkan dari komposisi kimia, lemak dibagi menjadi 3, yaitu lemak sederhana,
lemak campuran, dan lemak asli atau derivat lemak. Lemak sederhana tersusun dari
trigliserida, yang terdiri atas 1 gliserol dan 3 asam lemak, contohnya lilin, plastisin, dan
minyak. Lemak campuran tersusun dari gabungan antara lipid sederhana dengan
senyawa bukan lemak dengan gugus tambahan seperti P dan N, contohnya lipoprotein,
fosfolipid, dan fosfatidilkolin. Lemak asli atau derivat lemak adalah senyawa yang
dihasilkan yang berasal dari proses hidrolisis lipid, seperti asam lemak dan kolesterol
(Santika 2016).
Asam lemak dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan atom
karbon pada rantai karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh), contohnya asam laurat,
asam palmitat, dan asam stearat. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya, contohnya asam oleat dan asam
linoleat (Radiati 2012). Tujuan praktikum ini adalah menunjukkan sifat dan struktur
lipid melalui uji kulatitatif dan mempelajari sifat lipid melalui beberapa reaksi uji
kualitatif.
METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, pipet tetes,
pipet mohr 5 mL, penangas air, spiritus, Erlenmeyer 100 mL, kertas saring, sumbat
karet, dan kertas. Bahan yang digunakan antara lain air, eter, kloroform, akohol, alkali,
minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearate,
kristal KHSO4, pati, pereaksi Jod Hubl, asam oleat, minyak kelapa tengik, blue band,
HCL pekat, floroglusinol, serbuk CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam asetat
anhidrat, dan pereaksi Lieberman Buchard.
Uji Kelarutan
Sebanyak 2 mL air, eter, kloroform, alkohol panas, alcohol dingin, alkali, dan
asam encer dimasukkan ke dalam tujuh tabung reaksi bersih. Minyak kelapa, lemak
hewan, mentega, gliserol, asam palmitat, dan asam stearate masing-masing dibubuhkan
ke dalam tabung reaksi dan dikocok sekuat-kuatnya. Kelarutan masing-masing tabung
dimati perbedaannya.
Uji Akrolein
Sedikit kristal KHSO4 dimasukkan kedalam enam tabung reaksi bersih dan
kering. Sebanyak tiga sampai empat tetes minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam
palmitat, asam stearate, dan pati masing-masing dimasukkan ke dalam satu tabung.
Tabung dipanaskan langsung di atas api diawali dengan api kecil. Asap putih yang
keluar menunjukkan bau akrolein.
Uji Ketidakjenuhan
Uji Ketengikan
HASIL
Uji Kelarutan
Lipid dengan sifat nonpolarnya tidak dapat larut dalam air, namun dapat larut
dalam pelarut selain air. Kelarutan lipid dapat diketahui dengan menguji kelarutannya
secara langsung menggunakan pelarut yang digunakan. Lipid dilarutkan ke dalam
pelarut air, eter, kloroform, alkohol panas, alcohol dingin, alkali, dan asam encer. Hasil
uji kelarutan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. Sampel lipid yang diuji
semuanya larut dalam klorofom kecuali gliserol. Kelarutan terbanyak ada pada gliserol,
yaitu larut pada air, alkohol panas, akohol dingin, alkali, dan asam encer.
.
Tabel 1 Uji Kelarutan
Sampe Lemak Asam Asam
Minyak Menteg
l hewan Margarin Gliserol palmitat stearat
kelapa a
Produk
Air - - - - + - -
Eter - - + + - - -
Kloroform + + + + - + +
Alkohol +
- - - - - -
panas
Alkohol +
- - - - - -
dingin
Alkali - - - - + - -
Asam encer - - - - + - -
Keterangan :+ = larut; - = tidak larut
Uji Akrolein
Uji Ketidakjenuhan
Minyak atau lemak yang dibiarkan terlalu lama akan menjadi rusak atau tengik.
Uji ketengikan dilakukan untuk mengetahui minyak atau lemak yang sudah rusak
karena sudah lama di biarkan. Uji ketengikan dilakukan pada minyak kelapa, minyak
kelapa tengik, mentega, dan lemak hewan. Minyak atau lemak tengik yang diuji pada uji
ketengikan ini akan menghasilkan warna merah muda di kertas floroglusinol yang
digunakan, sedangkan minyak atau lemak yang masih bagus kertas floroglusinol akan
tetap berwarna putih. Hasil uji yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4. Minyak
kelapa, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan menujukkan perubahan kertas
floroglusinol menjadi merah muda yang berarti sudah rusak atau tengik. Mentega yang
diuji tidak tengik karena tidak ada perubahan pada kertas floroglusinol.
Tabel 4 Uji Ketengikan
Sampel Hasil Gambar
Uji warna lain yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol adalah
uji Liebreman Buchard. Hasil uji yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2. Uji
yang dilakukan menghasilkan larutan dengan tiga lapisan warna, yaitu bening, kuning,
dan hijau. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang disebut fluorosensi. Lapisan
fluorosensi ini terbentuk karena H2SO4 pekat tercampur dengan kolestrol dan kloroform.
Adanya fluoresensi hijau terjadi bila dikenai cahaya.
PEMBAHASAN
Gambar 4 Reaksi adisi molekul iodium pada ikatan rangkap (Bintang et al. 2020)
Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak,
aldehid dan keton. Bau tengik atau rancidity terutama disebabkan oleh aldehid dan
keton. Tingkat kerusakan minyak dapat diketahui dengan bilangan peroksida atau angka
thiobarbiturat (Pangestuti dan Rohmawati 2018). Oksigen dapat mempercepat
kerusakan lemak, yaitu dengan terjadinya ketengikan secara oksidatif. Proses oksidasi
dapat dikendalikan dengan menurunkan konsentrasi oksigen dalam kemasan (Leufven
et al. 2007). Semakin sedikit volume oksigen dalam kemasan maka proses ketengikan
semakin lambat.
Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh, tetapi bila
minyak dipanaskan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh pun dapat teroksidasi
(Jacobson 1967). Semakin cepat proses oksidasi, maka semakin besar peroksida yang
terbentuk atau minyak semakin cepat tengik. Hasil uji ketengikan pada Tabel 4,
menunjukkan bahwa minyak kelapa, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan positif
mengalami ketengikan. Hasil uji positif ditunjukkan oleh perubahan warna menjadi
merah muda pada ketas floroglusinol. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi antara
floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Lipid
uji yang tidak tengik adalah mentega ditandai dengan tidak terjadi perubahan.
Ketengikan yang terjadi pada suatu bahan dipengaruhi proses penyimpanan yang terlalu
lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkan
bahan menjadi tengik, dengan kata lain ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak
menunjukkan bahwa kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh
oksigen dalam udara bebas (Poedjiadi 2006).
Beberapa pereaksi dan bahan yang ditambahakan dalam uji ketengikan,
penambahan HCl pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat
terjadinya ketengikan. HCl pekat yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion
hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas
dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada
tahap akhir oksidasi akandihasilkan peroksida. Penambahan CaCO3, CaCO3 merupakan
sumber oksigen dan mengoksidasiminyak atau lemak yang diuji. Floroglusinol
berfungsi sebagai indikator atau penanda terbentuknya warna merah muda yaitu untuk
melihat kualitas sampelmasih bagus atau tidak ( tengik ). Hal yang menyebabkan
minyak atau lemak bisa tengik yaitu asam lemak yang teroksidasi menguap dan
ditangkap oleh floroglusinol (Kristian 2003).
Kolesterol bebas adalah kolesterol yang tidak terikat dengan molekul lain.
Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada
sebagian besar jaringan tubuh (Presmawari et al. 2013). Uji Salkowski dan uji
Lieberman Buchard merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan
volum yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai sebagai
pemutus ikatan ester lipid maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolestrol
kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestroldiena. Apabila dalam sample tersebut
terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol dibagian atas menjadi berwarna hijau dan
asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluorosens hijau. Pelarut
kloroform digunakan dalam melarutkan lemak (kolestrol) karena lemak bersifat non
polar.
Asam asetat anhidrat ditambahkan dengan tujuan untuk mengekstraksi
kolesterol, memastikan media bebas air dan membentuk turunan asetil dari steroid
yang kemudian ditetesi dengan asam sulfat pekat melalui dindingnya akan
menghasilkan warna hijau untuk senyawa steroid termasuk kolesterol (Amin 2015).
Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromoform yang
menghasilkan warna hijau. Pereaksi Liebermann-Burchad (asam asetat anhidrid dan
H2SO4 pekat), kolesterol dihidrolisis oleh H2SO4 pekat mengeluarkan gugus OH yang
akan bereaksi dengan asam asetat anhidrid membentuk warna merah, hijau, biru
(tergantung kadar kolesterol). Semakin pekat warnanya semakin tinggi kolesterol
(Budimarwati 2010). Selain untuk uji kualitatif, uji Liebermann Buchard juga dapat
digunakan untuk menentukan jumlah kolesterol secara kuantitatif. Semakin pekat warna
yang ditunjukan, maka semakin banyak kolesterol yang terdapat pada sampel.
Larutan kolestrol yang dicampur H2SO4 dan didiamkan sampai kedua larutan
terpisah. Ketika larutan tersebut ditambahkan H2SO4 pekat perbandingan antara sesudah
dan sebelum dicampur dengan H2SO4 pekat terlihat berbeda. Keadaan sebelum
diberikan H2SO4 pekat hanya terbentuk dua lapisan yaitu antara kloroform dan kolestrol.
Ketika telah dicampurkan dengan H2SO4 pekat dan didiamkan terbentuklah 3 lapisan
yaitu berwarna kuning, hijau, dan bening. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang
disebut fluorsensi. Lapisan fluorsensi ini terbentuk karena H 2SO4 pekat tercampur
dengan kolestrol dan kloroform. Mekanisme reaksi yang terjadi dapat dilihat pada
Gambar 6.
Uji Lieberman Buchard yang dilakukan menghasilkan larutan dengan tiga
lapisan warna, yaitu kuning, jingga, dan merah. Uji Salkowski menghasilkan larutan
dengan tiga lapisan warna, yaitu bening, kuning, dan hijau. Warna merah yang
dihasilkan merupakan larutan kolesterol. Jika larutan ini dipendar pada cahaya warna
merah tampak akan menunjukkan warna biru atau hijau. Hasil ini sesuai dengan
Anggraini dan Nabillah (2018) bahwa warna hijau yang dihasilkan untuk senyawa
steroid termasuk kolesterol. Lapisan yang berwarna hijau inilah yang disebut
fluorosensi. Hasil ini sesuai dengan Budimarwati (2010) bahwa lapisan fluorosensi ini
terbentuk karena H2SO4 pekat tercampur dengan kolestrol dan kloroform.
Gambar 6 Reaksi pembentukan warna hijau antara kolesterol dengan pereaksi
Lieberman-Burchard (Anggraini dan Nabillah 2018)
SIMPULAN
Lipid tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut dalam klofroform
dan eter. Lemak terbagi menjadi lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak terbagi
menjadi asam lemak polar dan nonpolar. Bau tengik pada lemak disebabkan oleh
aldehid dan keton.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Nabillah. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena angustifolia
Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 21(2): 54 –
58.
Agusta E. 2017. Analisis lipid secara kimia dan triasetin dengan kromatografi cair
kinerja tinggi pada filter rokok[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Amin MS. 2015. Studi in vitro; efek antikolesterol dari ekstrak metanol buah
parijoto (medinilla speciosa blume) terhadap kolesterol total [Skripsi].
Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah.
Bintang M, Rahmawati F, Safira UM, dan Adrianto D. 2020. Biokimia Fisik. Bogor
(ID): IPB PRESS.
Budimarwati. 2010. Analisis Lipid. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Hariyadi P, Hunaefi D, Mulyawan A. 2018. Karakteristik lipid terstruktur hasil
transesterifikasi enzimatik antara minyak ikan dan minyak kelapa murni.
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 317-329.
Hawab HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang (ID): Bayumedia
Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Kuchel P. 2006. BIOKIMIA. Jakarta (ID): Erlangga.
Lamuela RRM, Gimeno E, Fito M, Castellote AI, Covas M, Torre BDLMC, Lopez
SMC. 2004. Interaction of olive oil phenol antioxidant components with low-
density lipoprotein. Bio Res. 37(2): 247-252.
Leufven A, Sedaghat N, Habibi MB. 2007. Influence of different packagingsystems
on stability of raw dried pistachio nuts at various conditions. SID. 1(1): 27-
36.
Maharani DM, Bintoro N, Rahardjo B. 2012. Kinetika perubahan ketengikan
(rancidity) kacang goreng selama proses penyimpanan. AGRITECH. 32(1):
15-22.
Poedjiani A. 2009. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Penerbit Universitas
Indonesia.
Poedjiadi A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Presmawari GN, Mardiana, Listiyana AD. 2013. Obesitas sentral dan kadar
kolesterol total. Kesehatan Masyarakat. 9(1): 37-43.
Radiati. 2013. Pengaruh pemanfaatan jenis dan konsentrasi lipid terhadap sifat fisik
edible film komposit whey-porang. Ilmi-Ilmu Peternakan. 23(1): 35 43.
Santika IGPNA. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak tubuh melalui jogging
selama 30 menit mahasiswa putra semester iv fpok ikip pgri bali tahun 2016.
Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 1(1): 89 – 98.
Susanti W, Jiniana NW, Rositasari D, Firti N, Purnama N. 2011. Kelarutan lipid serta
pengaruh emulgator terhadap kelarutan lipid. Biokimia Praktikum. 3(1): 1-31.
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.