Anda di halaman 1dari 20

ACARA I

LIPIDA

A. Tujuan
Tujuan dari Acara I Lipida adalah :
1. Mengetahui adanya ikatan rangkap dalam lipida
2. Mengetahui adanya emulsi dalam asam lemak
3. Mengetahui ada kandungan kolesterol dalam bahan yang
diuji

B. Tinjauan Pustaka
Pipet merupakan salah satu alat ukur volume yang
terbuat dari gelas. Pipet memiliki ukuran/volume yang
bervariasi, dan yang sering digunakan di laboratorium adalah
pipet ukur 10 ml dan 25 ml. Batas kesalahan pengukuran
menggunakan pipet 10 ml dan 25 ml masing-masing adalah
0,03 ml dan 0,05 ml (Silitonga, 2008).
Propipet sering disebut dengan karet penghisap atau safety pipet
manipulator. Propipet berbeda dengan pipet tetes biasa, jika pipet tetes biasa
tidak mempunyai skala pada sisi tabungnya namun propipet memiliki skala
pada sisi tabungnya. Fungsinya sama dengan pipet tetes biasa yaitu untuk
memindahkan zat cair ke media lain (Fairhall, 1957).
Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan dua zat atau lebih untuk
kemudian diketahui hasil akhir reaksinya. Tabung reaksi tidak memiliki skala.
Tabung reaksi juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menampung suatu
zat dari media lain (Rukmiasih dkk, 2009).
Kloroform merupakan jenis pelarut nonpolar. Kloroform dapat
melarutkan senyawa lipida. Kloroform juga digunakan untuk mengekstraksi
senyawa lipida (Logan et al, 2008).

Eter adalah senyawa yang mempunyai dua gugus organik melekat pada
atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R, yang R dan R-nya
bisa sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau aril. Eter
merupakan senyawa tak berwarna dengan bau enak yang khas. Eter pada
umumnya tidak bereaksi dengan asam encer, basa encer, atau dengan reduktor
atau oksidator biasa. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Eter
merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan reaksi-reaksi organik (Hart,
1983).
Aquades atau H2O adalah suatu senyawa yang mempunyai sifat
istimewa. Ion OH- dan H+ air sangat menentukan sifat biologis dan struktur
molekul senyawa yang ada di dalamnya, seperti protein, lipida, dan banyak
lagi komponen dalam sel. Dibanding dengan cairan lain, air adalah pelarut
yang paling baik. Air melarutkan atau mendispersi berbagai zat berdasarkan
sifat dwikutub yang dimilikinya. Berbagai zat berupa kristal mudah larut
dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform atau
benzena (Girindra, 1986).
Na2CO3 lebih populer dengan nama soda abu. Na2CO3 digunakan untuk
penetralan asam lemak bebas (Ketaren, 1986: 195,199), sehingga lemak
bebas akan terikat oleh ion natrium menjadi sabun, dan sabun ini dapat
dipisahkan dari minyaknya. Lepasnya asam lemak dari trigliserida atau
minyak disebabkan karena terhidrolisis, yaitu dengan adanya air dan panas.
Apabila terdapat basa ataupun garam basa dalam larutan maka asam lemak
dapat bereaksi menjadi sabun (Winarni dkk, 2010).
Asam asetat anhidrat adalah salah satu jenis asam anhidrat. Anhidrida
asetat memiliki efek menghilangkan asam lemak bebas dan trigliserida
kromofor. Namun efek yang dihasilkan anhidrida asetat kurang atau sedikit
(Omoniyi, 2007).
H2SO4 atau dengan nama lain asam sulfat merupakan katalis untuk
asam lemak tak jenuh rantai panjang. Asam sulfat adalah zat pengoksidasi
kuat sehingga asam lemak tersebut akan teroksidasi/pecah. Oleh karena itu
penanganan menggunakan asam sulfat harus hati-hati (Aritonang, 2009).

Hubl iod adalah larutan iod dalam alkohol yang mengandung sedikit
HgCl2. Iodium ini menjadi ukuran banyaknya ikatan rangkap
pada lemak atau minyak. Hal ini karena iod hanya akan diserap
oleh senyawa lipid yang memiliki ikatan rangkap (Girindra,
1986).
VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan salah satu produk
pangan fungsional yang populer. VCO adalah minyak yang
diproses tanpa pemanasan dari

daging buah kelapa segar.

Berbeda dengan minyak yang diolah dari kopra (Copra Oil /


CO), VCO lebih diperuntukkan untuk dikonsumsi sebagai
nutraceutical (Fatimah, 2011).
Lipida berasal dari bahasa latin Lipos yang berarti lemak.
Lipida adalah bagian dari tanaman atau hewan yang istimewa
karena kelarutannya. Lipida larut dalam eter serta pelarut
nonpolar lain dan tidak larut dalam air. Sifat kelarutan ini
yang membedakan lipida dari golongan senyawa alam
penting lain seperti protein, karbohidrat, dan asam nukleat
yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut organik
nonpolar (Hart, 1983).
Lemak

dan

minyak

adalah

suatu

trigliserida

atau

triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak


adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair
pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh
sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh.
Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut
dalam air (Panagan dkk, 2011).
Struktur

lipid

ditandai

oleh

relatif

kurangnya

mengandung oksigen. Lemak, hampir semua terdiri dari


karbon (C) dan hidrogen (H) yang menyebabkan hidrofobik
dan hampir semuanya tidak dapat bercampur dengan air.

Oksigen berhubungan dengan satu atau lebih ikatan ester


pada setiap kategori lipid bahan makanan (Linder, 1992).
Jenis-jenis utama lipida digolongkan menjadi 10 macam
yaitu :
a. Asam lemak :
1) Asam lemak jenuh
2) Asam lemak tidak jenuh
b. Alkohol lemak
c. Netral :
1) Gliserol mono, di- dan tri-asil (ester dengan gliserol);
2) Eter gliserol
3) Malam
d. Fosfoliserida
e. Spingolipida
f. Terpena
g. Steroida
h. Lipida terkonjugasikan :
1) Lipoprotein (larut dalam air)
2) Proteolipida (tak larut dalam air larut dalam pelarut
lemak)
3) Lipopolisakarida
i. Prostaglandin
j. Hidrokarbon (Page, 1997).
Berdasarkan

sifat

kimia

dan

sifat

fisiknya,

Bloor

mengklasifikasikan lipida sebagai berikut :


a. Lipida sederhana (homolipida) : ester yang menghasilkan
asam lemak dan alkohol jika dihidrolisis. Lipida sederhana
dibagi menjadi :
1) Lemak, ester lemak, dan gliserol
2) Lilin, yaitu ester asam lemak
b. Lipida majemuk (compound lipid) : ester asam lemak
dengan alkohol yang mengandung gugus lain; contohnya
fosfolipida dan serebrosida (glikolipida).
c. Derivat lipida : hasil hidrolisis lipida sederhana dan lipida
majemuk. Temasuk ke dalam golongan ini ialah asam
lemak, gliserol, steroid, alkohol, aldehida, dan keton
(Girindra, 1986).

Beberapa reaksi penting mengenai lipida antara lain :


a. Hidrolisis lemak : dengan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak (sabun); dengan asam menghasilkan
asam lemak dan gliserol; dengan enzim menghasilkan
asam lemak dan monogliserida.
b. Bilangan penyabunan : untuk menentukan besarnya
molekul lemak, makin besar molekul lemak makin kecil
angka penyabunannya.
c. Bilangan asam : untuk menentukan banyaknya asam
lemak bebas, bilangan asam akan meningkat pada lemak
yang tengik.
d. Bilangan asetil : merupakan ukuran banyaknya gugus OH dalam lemak.
e. Bilangan iodium : menjadi ukuran banyaknya ikatan
rangkap pada lemak atau minyak.
f. Bilangan Reichert-Meissl : banyaknya

basa

yang

diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang larut dan


didestilasi dari lemak tersabun dan diasamkan, digunakan
untuk penentuan matangnya mentega.
g. Bilangan Polenske : banyaknya basa yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak yang tidak larut dari
lemak

tersabun

dan

diasamkan,

digunakan

untuk

penentuan matangnya mentega (Girindra, 1986).


Metode yang sering digunakan dalam analisis kimiawi
lipid yaitu kromatografi. Kromatografi adalah metode fisika
untuk pemisahan komponen-komponen yang terdistribusi
antara dua fasa berdasarkan pada perbedaan kesetimbangan
komponen-komponen campuran antara fasa stasioner dan
fasa gerak. Fasa stasioner adalah fasa yang menahan
cuplikan secara selektif, berupa zat padat atau cairan. Fasa
gerak berupa zat alir yang mengalir lambat membawa

cuplikan menembus fasa stasioner, berupa cairan atau gas


(Panagan dkk, 2011).
Beberapa metode dengan kromatografi yaitu :
a. Kromatografi lapis-tipis (TLC-Thin Layer Chromatography)
TLC digunakan untuk pemisahan lipid dalam ekstrak
kloroform-metanol ke dalam komponen-komponennnya,
misalnya triasilgliserol, ester kolesterol, dan fosfolipid.
b. Kromatografi gas-cair (GLC-Gas Liquid Chromatography)
GLC adalah teknik pemisahan campuran asam lemak atau
sterol. Dapat juga digunakan dalam bidang lain, misalnya
pemisahan asam amino, obat-obatan, dan pestisida. GLC
menjadi alat diagnostik dalam toksikologi dan patologi
forensik.
c. Kromatografi cairan berdaya kerja tinggi (HPCL-High
Power Chromatography Liquid)
HPLC digunakan untuk memisahkan
berbeda

hanya

pada

satu

sisa

tigliserid

asam

yang

lemaknya.

Prostaglandin juga dapat dipisahkan. Metode ini dapat


digunakan untuk lipid, karbohidrat, peptid, protein, asam
amino, obat-obatan, dan senyawa-senyawa lain yang
bermanfaat secara biokimia (Montgomery et al, 1993).

C. Metode Penelitian
1. Alat
a. Beaker glass
b. Pipet tetes
c. Propipet
d. Rak tabung reaksi
e. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam asetat anhidrat

c. Asam Oleat
d. Eter
e. H2SO4 pekat
f. Kloroform
g. Larutan Na2CO3 1%
h. Lemak hewani / lemak ayam
i. Minyak jelantah
j. Minyak kelapa
k. Minyak sawit
l. Minyak wijen
m. Pereaksi Hubl Iod
n. VCO

3. Cara Kerja
a. Percobaan 1 : Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi

b. Percobaan 2 : Uji Ketidakjenuhan Lipid

c. Percobaan

3 :

Reaksi

Liebermann-Burchad untuk

Kolesterol

D. Pembahasan
Tabel 1.1 Pengamatan Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi
Kel
.
1
5
8
2
6
9
12
3
7
10
13
4
11

Sampel
Kloroform + minyak kelapa

Eter + minyak kelapa

Aquades + minyak kelapa


Na2CO3 + minyak kelapa

Larut

Tidak Larut

Emulsi

14
Sumber : Laporan Sementara

Pembahasan
Lemak

dan

minyak

adalah

suatu

trigliserida

atau

triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak


adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair
pada suhu kamar. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan
yang tidak larut dalam air (Panagan dkk, 2011). Lipida larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform (Hart,
1983). Hidrolisis lipid dengan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak (Girindra, 1986).
Percobaan

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

adanya

tidaknya emulsi dalam asam lemak menggunakan beberapa


jenis

pelarut.

Sampel

pelarut

yang

digunakan

adalah

kloroform, eter, aquades, dan Na2CO3. Kloroform dan eter


adalah jenis pelarut nonpolar, aquades adalah jenis pelarut
polar, dan Na2CO3 merupakan larutan yang bersifat basa.
Hasil percobaan yaitu minyak kelapa yang diteteskan
pada pelarut kloroform dan eter menjadi homogen, artinya
minyak kelapa larut dalam kedua pelarut tersebut. Minyak
kelapa yang diteteskan pada aquades tidak dapat larut
meskipun telah digojog dan didiamkan selama 5 menit, hasil
akhir antara minyak kelapa dan aquades membentuk dua
lapisan dengan batas yang jelas dan dapat dilihat seperti
cincin yang melingkar. Sedangkan minyak kelapa yang
diteteskan

pada

Na2CO3

tidak

larut,

namun

terjadi

pembentukan buih-buih dan sedikit endapan di permukaan


larutan, dan inilah yang disebut sebagai reaksi pembentukan
emulsi.
Percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan
teori. Berdasarkan teori, lipid dapat larut dalam pelarut

nonpolar, contohnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol


(Hart, 1983). Hampir semua lemak terdiri dari karbon (C) dan
hidrogen (H) yang menyebabkan hidrofobik dan hampir
semuanya tidak dapat bercampur dengan air (Linder, 1992).
Asam lemak dapat bereaksi dengan basa membentuk garam,
garam yang dihasilkan dapat larut dalam air dan dikenal
sebagai sabun. Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon
dengan gugus COO- pada ujungnya, bagian hidrokarbon
bersifat hidrofob artinya tidak suka air atau tidak mudah larut
dalam air, sedangkan gugus

COO - bersifat hidrofil yang

artinya suka air/larut dalam air. Pada

proses pembentukan

emulsi, bagian hidrofob molekul masuk ke dalam lemak,


sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada di bagian luar
yang menyebabkan adanya gaya tolak antara muatan listrik
negatif yang menyebabkan lemak akan terpecah menjadi
partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi (Poedjiadi,
1994).
Tabel 1.2 Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Lipid
Jumlah tetes
lipid
1
70
6
Minyak
80
8
kelapa
23
13
8
2
3
7
Minyak
3
9
wijen
5
14
5
3
Minyak
6
10 sawit
3
4
Lemak
15
11 hewani
4
5
10
Asam oleat
12
6
Sumber : Laporan Sementara
Kel.

Sampel

Jenuh

Tidak
jenuh

Pembahasan
Pada uji ketidakjenuhan lipid, reagen yang digunakan
adalah kloroform dan hubl iod. Kloroform berfungsi sebagai
pelarut sampel lipid. Reagen hubl iod merupakan larutan
yang terdiri dari larutan iod dalam alkohol yang mengandung
sedikit HgCl2; larutan iod berfungsi sebagai sumber iod bebas
yang nantinya akan berikatan dengan ikatan rangkap pada
lipid, dan HgCl2 berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan
rangkap

untuk

menyatakan

tingkat

kejenuhan

lipid

menggunakan reagen hubl iod. Reaksi yang terjadi adalah


reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan
rangkap yang terdapat dalam molekul zat, kemudian iodium
tersebut akan menggantikan posisi ikatan rangkap sehingga
jumlah ikatan rangkap berkurang atau bahkan menjadi tidak
ada sama sekali. Dengan adanya reaksi adisi ini, maka
larutan iodium yang sebelumnya berwarna pink akan berubah
menjadi bening.
Berdasarkan hasil percobaan, sampel yang termasuk
lemak jenuh adalah minyak kelapa. Sedangkan sampel yang
termasuk lemak tidak jenuh adalah minyak

wijen, minyak

sawit, lemak hewani, dan asam oleat. Di dalam percobaan ini,


semakin

banyak

tetes

lipid

yang

dibutuhkan

untuk

menghilangkan warna pink pada reagen (kloroform + hubl


iod) maka semakin jenuh sampel lipid tersebut. Sampel yang
paling jenuh dalam percobaan adalah minyak kelapa pada
kelompok 1 dengan jumlah 70 tetes dan sampel yang paling
tidak jenuh adalah minyak wijen pada kelompok 2 dan 7
dengan jumlah 3 tetes.

Menurut teori, minyak kelapa termasuk lemak jenuh


dengan kandungan asam lemak di dalamnya yaitu : asam
lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acids, MCFA) 80%;
asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acids, SCFA)
10%; dan sedikit asam lemak jenuh rantai panjang palmitat
(5%) (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Minyak kelapa sawit juga
termasuk lemak jenuh, mengandung asam palmitat (44%),
asam stearat (4,6%), asam miristat (1%) dan sisanya adalah
asam linoleat (38,7%) (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Asam
oleat memiliki rumus C17H33COOH dan termasuk ke dalam
jenis asam lemak tidak jenuh (Poedjiadi, 1994). Lemak
hewani mengandung asam palmitat dan stearat, kedua asam
lemak tersebut termasuk asam lemak jenuh (Page, 1997).
Minyak

wijen

termasuk

jenis

minyak

sayuran

yang

mengandung asam linoleat dan linolenat dan termasuk asam


lemak tidak jenuh (Page, 1997).
Dari sampel lipida yang telah diuji, terdapat beberapa
sampel yang sudah sesuai dengan teori dan ada beberapa
yang belum sesuai dengan teori. Sampel yang belum sesuai
dengan teori yaitu minyak sawit dan lemak hewani. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara teori
dan

data

hasil

percobaan,

diantaranya

adalah

karena

senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus


struktur yang serupa atau mirip (Poedjiadi, 1994), sehingga
bisa saja terjadi kemungkinan adanya perbedaan tersebut.
Kemungkinan lainnya yaitu adanya perbedaan penghitungan
jumlah tetes lipid yang dibutuhkan pada masing-masing
kelompok

untuk

setiap

sampel

sehingga

dalam

mengkategorikan apakah sampel termasuk lemak jenuh atau


lemak tidak jenuh menjadi kurang valid.

Tabel 1.3 Pengamatan Liebermann-Burchad untuk Kolesterol


Kel
.

Sampel

1
5
8

Kolesterol
(+)
(-)

Lemak
ayam

12

2
6
9

Minyak
jelantah

13

Minyak
7

wijen
10

14

VCO
11

Sumber : Laporan Sementara

Perubahan warna
Kuning kuning
kehijauan
Kuning kuning
kehijauan
Kuning kuning
kehijauan
Kuning kuning
kehijauan
Coklat bening coklat
pekat
Kuning kuning
kehijauan
Kuning kuning
kehijauan
Kuning kuning
kehijauan
Kuning coklat pekat
Kuning coklat pekat
Kuning - kuning
Kuning - kuning
Putih bening - keruh
Putih bening - keruh

Pembahasan
Pada uji Liebermann-Burchad untuk kolesterol, reagen
yang digunakan adalah kloroform, asam asetat anhidrat, dan
H2SO4 pekat. Kloroform berfungsi sebagai pelarut sampel
lipid. Asam asetat anhidrat berfungsi untuk mengekstraksi
kolesterol, mengendapkan protein, dan menjamin media
bebas air. Penambahan H2SO4 pekat pada uji LiebermannBurchad fungsinya untuk membentuk kompleks warna.
Prinsip uji kolesterol menggunakan metode LiebermannBurchad adalah menggunakan indikasi pewarnaan. Pada saat
sampel ditambah dengan kloroform maka warna larutan akan
berubah menjadi merah sampai kebiruan, kemudian larutan

akan berubah menjadi hijau setelah ditambah dengan H 2SO4


pekat

jika

sampel

positif

mengandung

kolesterol.

Penambahan asam asetat anhidrat sendiri adalah untuk


mengekstraksi kolesterol, mengendapkan protein, dan dapat
bereaksi dengan molekul air menjadi asam asetat.
Sampel yang mengandung kolesterol berdasarkan hasil
percobaan

adalah

lemak

ayam

dan

minyak

jelantah;

sedangkan sampel yang tidak mengandung kolesterol adalah


minyak jelantah, minyak wijen, dan VCO. Untuk sampel
minyak jelantah, pada kelompok 2 dan kelompok 6 tidak
mengandung kolesterol, namun pada kelompok 9 dan 13
positif mengandung kolesterol.
Mekanisme pada sampel yang mengandung kolesterol
yaitu pada saat sampel dilarutkan dalam kloroform, maka
akan terbentuk warna merah sampai kebiruan. Penambahan
H2SO4 pekat berfungsi sebagai oksidator dan menyebabkan
asam lemak akan teroksidasi/pecah (Aritonang, 2009). Reaksi antara
kolesterol dan asam asetat anhidrat akan membuat larutan
berubah warna menjadi hijau. Warna akhir larutan tidak
seluruhnya menjadi hijau, namun masih ada sebagian dari
larutan yang berwarna kuning yang merupakan sisa H2SO4
yang tidak ikut bereaksi.
Hasil yang didapat dalam percobaan sudah sesuai
dengan teori. Secara umum, makanan yang berasal dari
hewani

selain

mengandung

asam

lemak

jenuh

juga

mengandung kolesterol. Asam lemak jenuh selain banyak


ditemukan pada lemak hewani juga terdapat pada minyak
yang sudah pernah dipakai untuk menggoreng (minyak
jelantah) (Sartika, 2008).

E. Kesimpulan
Dari percobaan Acara I Lipida dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Lipid larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform dan
eter.
2. Lipid tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air.
3. Lipid yang direaksikan dengan basa akan membentuk
emulsi, contohnya Na2CO3.
4. Indikasi terjadinya emulsi pada lipid adalah terbentuknya
sedikit endapan dan buih/gelembung pada permukaan
larutan setelah reaksi.
5. Uji ketidakjenuhan lipid digunakan untuk mengetahui
adanya ikatan rangkap pada lipid
6. Semakin banyak tetes lipid yang dibutuhkan untuk
menghilangkan

warna

pada

reagen

hubl

iod

maka

semakin jenuh sampel tersebut.


7. Sampel yang termasuk lemak jenuh adalah minyak
kelapa.
8. Sampel yang termasuk lemak tidak jenuh adalah minyak
wijen, minyak sawit, lemak hewani, dan asam oleat.
9. Sampel yang paling jenuh adalah minyak kelapa dengan
jumlah tetes 70 tetes.
10.

Sampel yang paling tidak jenuh adalah minyak wijen

dengan jumlah tetes 3 tetes.


11.

Metode

Liebermann-Burchad

digunakan

untuk

menentukan adanya kandungan kolesterol dalam lipid.


12.

Sampel yang positif mengandung kolesterol akan

berubah menjadi hijau setelah direaksikan dengan reagen


asam asetat anhidrat dan H2SO4 pekat.

13.

Sampel yang positif mengandung kolesterol adalah

lemak ayam dan minyak jelantah.


14.

Sampel yang tidak mengandung kolesterol adalah

minyak wijen dan VCO.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Henry F dan Herling D. Tangkuman. 2009. Reaksi


Esterifikasi Garam Asam Lemak dengan Alkil Klorida
Berantai Panjang menggunakan Tridodekilamin Hidroklorida
sebagai Katalis Perpindahan Dua Fasa. Chem. Prog. Vol. 2,
No.1. Mei 2009.
Fairhall, A. W. 1963. Dating of Uranium Minerals by the Spesific
Radioactivity of Lead. Journal of Chemical Education, Vol. 40,
Page 626, December, 1963.
Fatimah, Feti dan Barlina Rindengan. 2011. Pengaruh Diet Emulsi
Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap Profil Lipid Tikus Putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Littri 17(1), Maret 2011. Hlm. 18
24.
Girindra, Aisjah. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Erlangga.
Jakarta.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan
Pemakaian Secara Klinis. UI-Press. Jakarta.
Logan, John M., et al. 2008. Lipid Corrections in Carbon and
Nitrogen Stable Isotope Analyses : Comparison of Chemical
Extraction and Modelling Methods. Journal of Animal Ecology
2008, 77, 838846.
Montgomery, Rex., et al. 1993. Biokimia Jilid 2 Edisi Keempat.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Omoniyi K. I. 2007. The Effects of Heat on the Quality of Thevetia
Peruviana Oil. Continental Journal Applied Sciences 1: 11 15, 2007.
Page, David S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Panagan, Almunady T., dkk. 2011. Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak
Ikan Patin (Pangasius pangasius ) dengan Metoda
Kromatografi Gas. Jurnal Penelitian Sains, Vol. 14,
No.
4(C) 14409.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Rukmiasih., dkk. 2009. Dampak Penggunaan Beluntas dalam
Upaya Menurunkan Kadar Lemak Daging terhadap Produksi

dan Kadar Lemak Telur Itik Lokal. Jurnal llmu Pertanian


Indonesia, Agustus 2009, hlm. 73-82.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh,
Tidak Jenuh, dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 2, No. 2. 2008.
Silalahi ,Jansen dan Siti Nurbaya. 2011. Komposisi, Distribusi dan
Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa dan
Kelapa Sawit*. Jurnal Indon Med Assoc, Vol. 61, No. 11,
November 2011.
Silitonga, Maulim P. 2008. Akurasi Alat-Alat Ukur Volume Yang
Digunakan Dalam Praktikum dan Penelitian Di Laboratorium
Kimia FMIPA Unimed. Jurnal Pendidikan Matematika & Sains,
Vol. 3 (2) 2008 h 132-135.
Winarni., dkk. 2010. Penetralan Dan Adsorbsi Minyak Goreng
Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Jurnal Vol. 8,
No. 1, Juni 2010.

Anda mungkin juga menyukai