Anda di halaman 1dari 13

ACARA I

PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN

A. TUJUAN
Tujuan praktikum Acara I Penentuan Panas Spesifik Bahan adalah :
1. Memahami salah satu metode penentuan panas spesifik bahan hasil
pertanian
2. Menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil pertanian
B. TINJAUAN PUSTAKA
Secara spontan kalor mengalir dari satu benda bersuhu lebih tinggi
ke benda yang bersuhu lebih rendah. Satuan umum kalor disebut kalori
(kal) dan didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 gr air sebesar 1 0C. Kalor merupakan energi yang
ditransfer dari satu benda ke benda yang lain karena perbedaan suhu.
Dalam satuan SI, satuan utnuk kalor seperti untuk setiap bentuk energi,
adalah joule. Bila bagian yang berbeda dari sistem terisolasi berada pada
suhu yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian yang bersuhu tinggi
kebagian yang bersuhu lebih rendah. Jika sistem benar-benar terisolasi,
tidak ada nergi yang dapat mengalir ke dalam atau ke luar dari benda
tersebut. Kalor yang dilepaskan oleh sebagian sistem sama dengan kalor
yang dimasukkan oleh bagian yang lain : kalor yang dilepas = kalor yang
masuk. Pertukaran energi merupakan dasar untuk teknik yang dikenal
sebagai kalorimetri yag merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran
kalor. Untuk setiap pengukuran, menggunakan kalorimeter. Kalorimeter
terisolasi baik sehingga hanya jumlah kecil kalor tertukar dengan kalor
luar. Salah satu penggunaan kalorimeter yang terpenting adalah penentuan
kalor spesifik zat. Dalam teknik mengenal sebagai metode percampuran;
contoh zat dipanaskan sampai suhu tinggi, yang diukur secara akurat, dan
kemudian secara cepat dimasukkan kedalam kalorimeter yang berisi air
dingi. Kalor yang hilang oleh zat akan diterima oleh air dan kalorimeter.
Dengan mengukur suhu akhir campuran, kalor spesifik dapat dihitung
(Giancoli, 1997).

Kalor (atau energi termal) berpindah melalui konduksi, konveksi


dan radiasi. Konduksi adalah peristiwa dimana enegi termal berpindah
dalam zat akibat tumbukan antara molekul-molekul zat trsebut. Semakin
panas benda, semakin besar energi kinetik rata-rata molekul-molekulnya.
Bila antara dua benda yang bersentuhan terdaat suatu perbedaan suhu,
molekul dalam benda yang lebih panas yang memiliki energi lebih tinggi,
memindahlan energi ke molekul dalam benda yang lebih dingin yang
memiliki energi lebih rendah. Ini berlangsung apabila terjadi tumbuka
antara kedua jenis molekul itu. Timbul aliran energi, energi termal, dari
benda yang panas ke benda yang lain (Buche, 1989).
Termometer air raksa atau cairan lainnya, adalah didasarkan atas
pemuaian panas. Panas yang diperlikan untuk menaikkan suhu 1 gram
benda sebesar kenaikan suhu 1 0C, disebut panas jenis, yang satuannya
adalah kalori/gram 0C, yang umumnya tergantung suhu benda. Panas jenis
air murni pada suhu 15 0C adalah 1 kalori/gram 0C. Adapun panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 0C bagi bahan yang massanya m dan
panas jenisnya c adalah mc, yakni sama dengan ekuivalen dengan panas
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 0C air murni sebanyak mc,
sehingga besaran mc lalu dinamakan sebagai nilai air, atau serig pula
disebut sebagai kapasitas panas. Panas kecuali mengalir dari suatu benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih renda apabila
keduanya disinggungkan satu sama lain, juga mengalir dari bagian suatu
benda tang suhnya tinggi ke bagian lain dari benda itu yang juga suhunya
lebih rendah (Soedojo, 1999).
Sifat fisik bahan seperti dimensi, densitas, panas laten, panas
jenis serta sifat termal yaitu konduktivitas termal, difusivitas termal,
dan emisivitas termal, panas spesifik sangat signifikan berpengaruh
dalam problem pindah panas pada bahan hidup seperti produk
pangan. Konduktivitas thermal bahan (k) adalah proses perpindahan
panas secara konduksi atau besarnya laju pindah panas persatuan waktu
dalam suatu unit operasi. Nilai ini spesifik untuk tiap jenis bahan. Nilai k
akan berbeda untuk bahan yang berbeda disebabkan pada komponen yang
2

terkandung di dalam bahan berbeda. Nilai k juga dipengaruhi oleh suhu,


sehingga nilai k bahan pada berbagai suhu sangat penting diketahui.
Panas spesifik (Cp) bahan pangan adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk meningkatkan temperatur satu satuan kuantitas bahan pangan
sebesar satu derajat dikali bobot produk dikali perubahan temperatur yang
diinginkan (Jassin, 2011).
Nilai kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan
bakar pada waktu terjadinya oksidari unsur-unsur kimia yang ada pada
bahan bakar tersebut. Nilai kalor atas atau highest heating value (HHV)
adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg bahan bakar
dengan memperhitungkan panas kondensasi uap. Nilai kalor bawah atau
lowest heating value (LHV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari
pembakaran 1 kg bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi
uap. Nilai kalor (heating value) suatu bahan bakar dapat juga diperoleh
dengan menggunakan peralata dilaboraturium, yairu bom calorimeter
oksigen (Napitupulu, 2006).
Pengembunan campuran uap yang mengandung gas
sering dijumpai di industri. Penelitian mengenai pengaruh
gas pada proses pengembunan

telah banyak dilakukan.

Pengaruh tersebut diantaranya adalah penurunan koefsien


perpindahan panas rerata pada pengembunan campuran
uap air dan udara dan meningkatkan hambatan permukaan
dan menurunkan estimasi nilai
Pendekatan perancangan

koefisien pengembunan.

kondensor campuran uap dan

gas dapat dikelompokkan menjadi 2 model, yaitu model


setimbang (equilibrium model) dan model tidak setimbang
(non equilibrium model). Fenomena pengembunan
yang mengandung

gas lebih

dapat dijelaskan

uap

dengan

model tak setimbang daripada model setimbang karena


kemungkinan terjadinya perbedaan

suhu antara badan

uap-gas dengan suhu batas antarmuka semakin besar


(Sarto dkk, 2010).
Sebagai unit seluruh kalorimeter (air + hardware)
akan memiliki panas yang pasti kapasitas, kkal yang akan
memiliki satuan J / C atau kJ / K. Hanya ada energi per
derajat suhu untuk unit untuk kapasitas panas polos.
Semua kapasitas panas memiliki bahwa untuk unit dan
semua kapasitas panas adalah properti yang luas yang
berarti semakin besar kalorimeter, semakin besar panas
kapasitas akan. Panas spesifik untuk air (properti intensif)
kali massa air (sifat ekstensif) sama dengan kapasitas
panas dari air (McCord, 2007).
Wire and tube condenser ini sangat berperan penting dalam
efisiensi kerja maupun biaya operasi mesin kulkas. Bentuk dan spesifikasi
geometri

alat

sangat

menentukan

besarnya

panas yang

dapat

dipindahkan ke lingkungan. Jarak antar wire, diameter wire, diameter


tube, dan jarak antar tube pada alat merupakan parameter desain
yang sering diubah-ubah untuk mendapatkan perpindahan panas yang
optimum antara refrigerant dengan lingkungan. Parameter-parameter
tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap koefisien perpindahan
panas konveksi natural pada bagian luar alat (Wahyudi dkk, 2012).
Kapasitas panas adalah salah satu termopisical dasar dan sifat
termodinamika bahan makanan. Hal ini secara langsung terkait dengan
derivatif suhu termodinamika dasar fungsi dan karena itu sangat
diperlukan untuk perhitungan perbedaan fungsi antara temperatur yang
berbeda. Hal ini digunakan untuk membangun energi saldo, entropi dan
perubahan menghitung dalam reaksi entalpi dengan suhu. Variasi dalam
kapasitas panas berfungsi sebagai indikator yang sensitif fase transisi dan
suatu alat penting untuk memahami perubahan dalam struktur solusi cair
seperti minyak goreng (Alakali, 2012).
Metode kalorimetrik biasanya digunakan dalam pengukuran panas
kapasitas. Namun, metode eksperimen tidak dimanapun pengukuran yang

sangat akurat sehinnga tidak mungkin karena untuk kondisi ekstrim


permukaan, geometri bahan dan ukuran, disituasi seperti ini, metode
masalah inversi yang paling cocok karena menggunakan pengetahuan
tentang suhu transien padat dalam hubungannya dengan persamaan
konduksi panas dan Levenberg - Marquardt algoritma untuk menentukan
sifat termopisical lebih akurat (Kuye et al, 2010).
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur panas spesifik
(Cp) dari produk makanan, sebagai metode campuran, metode kalorimeter
perbandingan, metode adiabatik , atau menggunakan Scanning Diferensial
Calorimetri (DSC). Metode campuran adalah teknik yang paling banyak
digunakan untuk mengukur panas spesifik produk makanan karena
kesederhanaan dan akurasi (Oliveira et al, 2012).
Energi-energi internal 0 C air dan es dianggap dari perspektif
derajat kebebasan dan panas laten fusi air dihitung, yang dalam perjanjian
baik dengan nilai yang diterbitkan. Dengan pertimbangan yang sama,
kalor laten fusi amonia dan metanol dihitung dan hasilnya dalam
perjanjian yang wajar dengan nilai diterbitkan. Strategi sederhana ini dapat
memberikan memanaskan spesifik air, amonia cair, dan metanol, yang
dalam kesesuaian dengan data yang dikenal (Lianxi dan Feng, 2008).
Pindah panas adalah sebuah operasi terjadi berulang-ilang pada
industry pangan. Memasak, membakar, sterilisasi ataupun pendinginan,
pindah panas adalah sebuah bagian setiap pengolahan pangan.
Pengatahuan prinsip-prinsip yang mengatur pindah panas adalah penting
untuk dapat memakai suatu pengolahan pangan. Pindah panas adalah
proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu
badan je badan lain yang lebih dingin. Perbedaan suhu antara sumber
panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas.
Peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan gaya tarik sehingga
meningkatkan kecepatan pindah panas. Panas yang melalui satu badan ke
badan lain, pindah menembus beberapa perantara, yang pada umumnya
memberikan penahanan pada aliran panas. Kedua faktor ini, yaitu

perbedaan suhu dan penahan aliran panas, mempengaruhi kecepatan


pindah panas (Earle, 1969).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Kalorimeter
b. Thermometer
c. Pengukur waktu
d. Timbangan
e. Kompor listrik
f. Pengaduk spatula
g. Gelas beker
2. Bahan
a. Aquadest
b. Susu bubuk
c. Kopi bubuk
d. Tepung terigu

Ditimbang kalorimeter

Diukur suhu kalorimeter

Ditimbang aquadest

Diukur suhu aquadest

Dimasukkan kedalam kalorimeter

Ditimbang sampel

Dipanaskan hingga 80 C

Dimasukkan sampel kedalam


kalorimeter secara cepat
Diaduk campuran sampel dan
aquadest
Diukur waktu percampuran bahan
tersebut
3.

Cara kerja

D. HASIL dan PEMBAHASAN


Tabel 1.1 Hasil Penentuan Panas Spesifik Bahan
Kel

Bahan

Berat

T ( 0 C)

(gr)
1
Kopi
25
4
Kopi
25
2
Susu
25
5
Susu
25
7
Susu
25
3
Terigu
25
6
Terigu
25
8
terigu
25
Sumber : Laporan Sementara

42
35
36
34
34
35
35
35

Panas

Panas

Spesifik

spesifik

(kal/ g 0 C)
1,569
0,618
0,849
0,582
0,093
0,731
0,731
0,494

rata-rata
1,0935
0,508
0,652

Panas spesifik adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk


menaikkan suhu (T) satu massa (m) benda sebesar satu derajat. Panas
spesifik dapatdiartikan jumlah panas yang bertambah atau hilang dari
produk pangan setiap ada perubahan satu unit suhu tanpa terjadinya
perubahan bentuk (J/kg. oC). panas spesifik ini merupakan fungsi dari
beberapa komponen dari produk pangan, diantaranya adalah kadar air,
suhu dan tekanan.
Fungsi adanya pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan
untuk perhitungan proses-proses pemanasan atau pendinginan. Panas
spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan. Sifatsifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya
perubahan temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan
sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang
didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah
temperatur suatu benda sebesar 10C.
Sifat intensif berhubungan dengan kapasitas panas adalah kalor jenis
(panas spesifik) yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 g zat sebesar 1 0C. Untuk air, panas spesifiknya
adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat mempunyai panas spesifik yang
lebih kecil dari air. Laju atau kecepatan pemanasan dan pendinginan suatu
bahan, seperti profil perkembangan suhu didalamnya, sangat tergantung
pada koefisien konduksi atau penghantaran panas, dan pengetahuan
terhadap parameter ini sangat diperlukan untuk keperluan perhitungan.
Seperti pada panas spesifik, koefisien konduksi panas tergantung pada
kandungan lengas dan suhu, dan untuk bahan-bahan berongga (porous),
misalnya kumpulan bijian, juga tergantung pada porositas bahan. Untuk
bahan-bahan berserat, arah aliran panas, sejajar atau memotong serat, juga
merupakan salah satu factor penentu.
Efek suhu terhadap koefisien konduksi panas berlainan tergantung sifat
bahannya. Koefisien konduksi panas pada air sedikit meningkat terhadap
suhu, dan berdasarkan hal ini, kelakuan yang sama diperkirakan terjadi
pada bahan-bahan yang mempunyai kadar lengas tinggi. Dalam

pemanasan dan pengeringan produk pertanian, adalah sangat penting


untuk mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa
lama supaya tidak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas
perkecambahan suatu benih turun dengan drastis apabila terkena panas
yang

berlebihan,

sementara

kualitas

bahan-bahan

lain

mungkin

memburuk. Pemahaman tentang sufat-sifat dari hasil pertanian dan


perubahan-perubahan yang terjadi dapat digunakan untuk menilai dan
menetapkan muru bahan tersebut. Panas spesifik merupakan salah satu
dari karakteristik termal bahan.
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diletahui
intuk membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang
berhubungan dengan pengunaan termal, misalnya untuk perencanaan,
penegndalian, dan operasi dalam perlakuan seperti pemanasan dengan
penggorengan vakum frying.
Pada percobaan acara I Penentuan Panas Spesifik Bahan digunakan
kalorimeter untuk mengukur panas spesifik kopi, susu dan tepung terigu.
Kalorimeter terdiri dari sebuah bejana alumunium yag kalor jenisnya
diketahui. Bejana ini ditempatkan didalam bejana yang lain yang lebih
besar.agar kedua bejana tersebut tidak bersentuhan satu sama lain diberi
cincin isolator dan dinding penyekat berupa udara diantara keduanya.
Untuk memperkecil kemungkinan/ pertukaran kalor dengan lingkungan,
kalorimeter dilengkapi dengan tutup berbahan plastik yang merupakan
isolator yang baik.
Prinsip kerja kalorimetri didasarkan atas asas Black yang berbunyi,
Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor dilepas zat suhunya lebih
tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya
lebih rendah. Jika dua buah benda berbeda yang suhunya decampurkan,
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap banda sama dengan jumlah
kalor yang dilepas benda panas. Benda yang didinginkan melepas kalor
yang sama besar dengan kalor diserap bila dipanaskan.

10

Pada suhu kamar, panas spesifik suatu bahan yang mengandung air
dapat dihitung berdasarkan nilai-nilai panas spesifik dari bahan kering dan
airnya, dimana cd panas spesifik bahan kering, cw panas spesifik air, dan U1
adalah kadar lengas bahan (dihitung dengan basis basah). Panas spesifik
tepung (kanji) kering adalah 1.54 kJ kg-1 oC-1 (0.37 kcal kg-1 oC-1); tepung
padian (gandum, cantel) juga memiliki nilai yang sama. Panas spesifik
untuk padi-padian lain pada kadar lengas yang berlainan bisa ditentukan
menggunakan persamaan diatas. Panas spesifik bahan kering sayuran dan
buah-buahan adalah 0.8-0.9 kJ kg-1 oC-1, dan untuk susu kering kaya lemak
adalah 1.8-1.9 kJ kg-1 oC-1, menunjukkan bahwa panas spesifik bahan
kering pada bahan yang berlainan adalah sangat berbeda
( Purwantana, 2010).
Pada percobaan penentuan panas spesifik pada susu, langkah pertama
adalah menghitung besarnya Q air yang diproleh dari masa air dikalikan
panas spesifik air dikalikan selisih suhu akhir campuran dan suhu awal air
sehingga diperoleh Q air 800 kal. Selanjutnya menghitung Q kalorimeter
dengan cara yang sama dan diperoleh 133,905 kal. Kemudian menentukan
c bahan (susu) yang dari persamaan Q bahan sama dengan Q air ditambah
Q kalorimeter dan nilainya sebesar 993,905 kal. Selanjunya menentukan Q
bahan dengan perhitungan dengan perhitungan massa susu dikalikan
dengan c susu dikalikan dengan selisih suhu susu dan suhu campuran
sehingga memperoleh 0,849 kal/g0C. Menurut Bambang (2010) nilai panas
spesifik bahan susu sebesar 1,8 Kj/kg. hasil percobaan kurang sesuai
dengan teori dikarenakan beberapa factor, diantaranya adalah kesalahan
saat membaca skala thermometer sehingga suhu kurang tepat, kesalahan
saat menimbang berat susu dan kesalahan saat pengadukan sehingga bahan
tercecer saat pemanasan.
Faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi adalah massa bahan,
besarnya kalor spesifik bahan, waktu pemanasan, daya dan besarnya
perubahan yang terjadi
E. KESIMPULAN
Kesimpilan dari acara I Penentuan Panas Spesifik Bahan ini adalah :

11

1. Panas spesifik (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk
menaikkan suhu (T) satu massa (m) benda sebesar satu derajat.
2. Panas spesifik susu yang diperoleh sebesar 0.849 kal /g0C.
3. Faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi adalah massa bahan,
besarnya kalor spesifik bahan, waktu pemanasan, daya dan besarnya
perubahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Alakali, Joseph S, Sunday O. Eze, dan Michael O. Ngadi. 2012. Influence of
Variety and Processing Methods on Specific Heat Capacity of Crude
Palm Oil. International Journal of Chemical Engineering and
Applications, Vol. 3, No. 5, October 2012.
Buche, Frederick. 1989. Teori dan Soal-Soal Fisika. Erlangga. Jakarta.
Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya.
Bogor.
Giancoli, Douglas. 1997. Fisika Jilid 1 Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Jassin, Ernawati. 2011. 7 Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Thermal Dan
Panas Spesifik Beberapa Jenis Ikan.
Kuye, A.O, Oko and S.N. Nnamchi. 2010. Determination Of The Thermal
Conductivity And Speciic Heat Capacity Of Neem Seeds By Inverse
Problem Method. Journal of Engineering Science and Technology
Review 3 (1) (2010).
Lianxi Ma dan Feng Li. 2008. Explain The Latent Heat And Specific Heat Of
Water, Ammonia, And Methanol With Degrees Of Freedom. Blinn
College, Bryan, TX 77805, USA. High School, Tangshan, Hebei,
063021, P.R. China.

12

McCord. 2007. Calorimetry.


Napitupulu. Farel H. 2006. Pengaruh Nilai Kalor (Heating Value) Suatu Bahan
Bakar Terhadap Perencanaan Volume Ruang Bakar Ketel Uap
Berdasarkan Metode Penentuan Nilai Kalor Bahan Bakar yang
dipergunakan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No 1.
Oliveira, J. M., Lessio, B. C., Morgante, C. M., Santos, M. M. dan Augusto, P. E.
D. 2012. Specific heat (Cp) of tropical fruits: Caj, Cashew Apple,
Cocoa, Kiwi, Pitanga, Soursop fruit and Yellow melon. International
Food Research Journal 19 (3).
Purwantana, Bambang. 2010. Sifat Panas Bahan.
Sarto, Bambang Soehendro, I Made Bendiyasa dan Rochmadi. 2010. Reaktor,
Perpindahan Panas dan Massa pada Pengembunan Campuran
Metanol-Propanol-Udara dalam Kondesor Tegak. Vol. 13 No. 2.
Soedojo, Peter. 1999. Fisika Dasar. Andi. Yogyakarta.
Wahyudi, Eko Prasetyo, Zainal Fatah, Ali Altway dan Lili Pujuastuti. 2012.
Optimasi Kapasitas Penukar Panas Wire And Tube Heat Exchanger
dengan Variabel Jarak Antar Wire. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 1,
No. 1, (2012) 1-6.

13

Anda mungkin juga menyukai