Anda di halaman 1dari 11

Anamnesa Dan Pemeriksaan Fisik Gangguan Perkemihan

Sistem Urogenitalia
Urologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan kelainan
traktus urogenitalia pria dan traktus urinaria wanita. Organ urinaria terdiri atas ginjal dan salurannya,
ureter, buli-buli dan uretra. Organ reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, prostat dan penis. Kebanyakan organ urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal, kecuali
testis, epididimis, vas deferens, penis dan uretra.

Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitonial bagian
atas, berbentuk mirip kacang dengan sisi cekung menghadap ke medial. Pada hilus terdapat pembuluh
darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter meninggalkan ginjal. Secara anatomis ginjal terbagi
menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron,
sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari
ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus kolegentes.
Urin yang terbentuk di dalam nefron akan disalurkan melalui piramida ke sistem pelivaklises ginjal
untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kalis minor,
infundibulum, kalis major dan pielum/pelvis renalis.
Fungsi ginjal, selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melaljui urine, ginjal berfungsi
juga dalam (1) mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) dalam
mengatur jumlah cairan tubuh, (2) mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, (3) menghasilkan
beberapa hormon, antara lain eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin
yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormone prostaglandin.

Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine dari pielum
ginjal ke dalam buli-buli. Jika terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos yang
berlebihian yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi
itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis terdapat beberapa tempat
yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain, sehingga batu atau benda-benda
lain yang berasal dari gunjal seringkali tersangkut di tempat itu. Penyempitan tersebut adalah (1)
perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, atau pelvi-ureter junction, (2) tempat ureter menyilang
arteri iliaka di rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli.

Buli-Buli
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman.
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritonium, (2) dua permukaan inferiolateral, dan (3) permukaan posterior.
Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli. Buli-buli berfungsi
menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkan melalui uretra dalam mekanisme miksi
(berkemih). Kapasitas buli-buli dalam menampung urin pada orang dewasa kurang lebih adalah 300-
450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari Koff adalah:
Kapasitas buli-buli = {Umur (tahun) + 2} x 30 ml.
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas
simfisis sehingga dapat dipalplasi dan diperkusi.
Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke laur dari buli buli melalui proses miksi,
dan secara anatomis dibagi menjadi uretra posterior dan uretra anterior.  Panjang uretra pada wanita
kurang lebih 3-5 cm, sedangkan pada pria kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang
menyebabkan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior pria terdiri
atas uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars
membranacea. Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spngiosum penis, dan
terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna.
Di dalam lumen anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi.
Panjang uretra wanita kurang lebih 4 cm dengan diameter 8 mm, dan berada di bawah simfisis
pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra, di
antaranya kelenjar skene.

Kelenjar Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rektum
dan membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk sebagai buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm
dan beratnya kurang lebih 20 gram. Prostat menghasilkan suatu cairan yang meruapakn salah satu
komponen dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior dan dikeluarkan berasama cairan semen lain saat ejakulasi. Jika kelenjar ini mengalami
hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas, dapat mengobstruksi uretra posterior dan
mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.

Testis
Testis adalah organ genetalia pria yang terletak dalam skrotum. Ukuran pada orang dewasa
adalah 4x3x2,5 cm, dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Di luar tunika albuginea terdapat tunika
vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis serta tunika dartos. Secara histopatologis,
testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Testis mendapatkan darah dari
beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri
deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan (3) arteri kremastika yang merupakan arteri
epigastrika.

Epididimis
Epididimis adalah organ yang berbentuk seperti sosis terdiri atas kaput, korpus dan kauda
epididimis. Kauda epididimis terhubung dengan testis melalui duktus eferentes. Vaskularisasi
epididimis berasal dari arteri testikularis dan arteri deferensialis. Di sebelah kaudal, epididimis
berhubungan dengan vasa deferens.

Vas Deferens
Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35 cm, bermula dari
kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Dalam perjalanannya
menuju duktus ejakulatorius, duktus deferens dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (1) pars tunika
vaginalis, (2) pars skrotalis, (3) pars inguinalis, (4) pars pelvikum dan (5) pars ampularis. Duktus ini
terdiri atas otot polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatik sehingga dapat berkontraksi
untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior.

Vesikula seminalis
Vesikula seminalis terletak di dasar buli buli dan disebelah kranial dari kelenjar. Panjangnya
kurang lebih 6 cm berbentuk sakula-sakula. Vesikula smeinlais menghasilkan cairan yang merupakan
bagian dari semen.
Penis
Penis terdiri atas 3 buah korpora berbentuk silindris, yaitu 2 buah korpora kavernosa yang
saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di sebelah ventralnya. Korpus
spongiosum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan dis sebelah distal dilapisi oleh
otot bulbo-kavernosis. Korpus spongiosum ini berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Korpus
kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelastik tunika albuginea menjadi satu kesatuan, sedangkan di
sebelah proksimal terpisah menjadi duda sebagai krura penis. Di dalam setiap korpus yang terbungkus
tunika albugenia terdapat jaringan erektil yang berupa jaringan kavernus. Jaringan ini terdiri atas
sinusoid atau rongga lakuna yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos kavernosis, dan dapat
menampung darah yang cukup banyak sehingga terjadi ketegangan batang penis. Ketiga korpora itu
dibungkus oleh fasia Buck dan lebih superfisial lagi oleh fasia Colles atau fasia Dartos.

Pemeriksaan Urologi
Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter dituntut untuk dapat
melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari:
1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang digali
melalui anamnesis yang sistematik,
2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisis terhadap pasien untuk mencari data-data
objektif mengenai keadaan pasien,
3. Pemeriksaan penunjuang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi atau
imaging, uroflometri atau urodinamika, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi.

Anamnesis dan Riwayat Penyakit


Anamnesis yang sistematik mencakup (1) keluhan utama pasien, (2) riwayat penyakit lain yang
pernah dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan (3) riwayat penyakit yang diderita saat ini.
Pasien datang ke dokter mungkin dengan keluhan (1) sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan
urologi, seperti malaise, pucat, uremia yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, 
dan (2) lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.

Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan sebagai
nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau berupa referred pain (nyeri yang
dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia
seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang melingkupi organ
tersebut. Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri,
berbeda dengan organ berongga sperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang
nyaman/discomfort.

Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada
pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang menjadi penyebab
hidronefritis, atau pada tumor ginjal.

Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik  yang terhambat
oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul  
bergantung dari gerakan perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan pertama tama di daerah
sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal hingga ke
daerah kemaluan. Sering nyeri ini diikuti keluhan pada sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.
Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi vesika
urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila
buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan
dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang
disertai hematuria.

Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat dan
distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun umunya diaraskan pada abdomen bawah,
inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti
frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine.

Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari kelainan
organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari organ di luar skrotum). Nyeri akut primer
dapat disebabkan oleh toriso testis atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma
pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan
sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering dianggap
disebabkan kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel,
maupun tumor testis.

Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya merupakan
refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama pada meatus uretra eksternum.
Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans
penis. Sedangkan nyeri yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau
priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi glans).

Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi, obstruksi,
inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi, poakisuria atau drekuensi, nokturia dan
disuria; sedangkan keluhan obstruksi meluiputi hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine
melemah, intermitensi dan menentes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi
dan obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.

Gejala iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, merupakan akibat hiperiritabilitas
dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli-buli, adanya
obstruksi intravesika atau karena kelainan buli-buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah
frekuensi berkemih yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi).
Hal ini dapat disebabkan karena produksi urine yang berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang
menurun. Nokturia adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin
meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif dan odem perifer karena berada pada posisi
supinasi. Pada pasien usia tua juga dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat
karena kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi  urine.

Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksternum akan diikuti pengeluaran urin. Apabila terdapat
obstruksi infravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengejan untuk
memulai miksi. Setelah  urine keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh
dekat kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian memancar lagi
(disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam
buli buli dengan masih keluar tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi
mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi
yang sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya makin penuh hingga keluar urin yang menetes
tanpa disadari yang dikenal sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra
anterior biasanya ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan kadang berputar putar.

Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang keluar dari
buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam inkontinensia urine, yaitu
inkontinensia true atau continuous (urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen
meningkat), inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli
penuh).

Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan per uretram yang keluar tanpa
proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial),
seluruh proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Hematuria dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.

Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena adanya
fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas
karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.

Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adlah adanya darah di dalam ejakulat, biasa ditemukan
pada pasien usia ubertas dan paling banyak pada usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90%
mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering disebabkan oleh kelainan pada
prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat
sembuh sendiri. Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya ingeksi
vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma prostat.

Cloudy urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi saluran
kemih.

Keluhan pada skrotum dan isinya


Keluhan pada daerah ini yang menyebabkan pasien datang berobat ke dokter adalah,
pembesaran buah akar, varikokel, atau kriptorkismus. Pembesaran skrotum dapat disebabkan tumor
testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.

Keluhan disfungsi seksual


Termasuk disfungsi seksual adalah penurunan libido, kekuatan ereksi menurun, disfungsi
ereksi, ejakulasi retrograd (air mani tidak keluar pada saat ejakulasi ), tidak pernah merasakan
orgasmus atau ejakulasi dini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan
pemeriksaan urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat memberikan manifestasi
sistemik, atau tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan di bidang urogenitalia kebetulan menderita
penyakit lain. Hipertensi, edema tungkai, dan ginekomasti dapat merupakan tanda dari kelainan sistem
urogenitalia.

Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus diperhatikan
saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh hidronefrosis atau
tumor pada daerah retroperitonial. Palpasi dilakukan secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan
meraba ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.

Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas buli buli atau
adanya buli buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat
ditentukan batas atas buli buli.

Pemeriksaan genetalia eksterna


Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis, fistel uretro
kutan, dan tumor penis. Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan fibrosis korpus
spongiosum yang teraba pada palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal
sebagai spongiofibrosis.

Pemeriksaan skrotum dan isinya


Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau adanya
hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Untuk membedakan antara
massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum dapat dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada
isi skrotum.

Colok dubur (Rectal Toucher)


Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan pelicin) ke
dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernous
(BCR), (2) adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian refleks bulbo-
kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit yang
diberikan pada glans penis. Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina
untuk menilai kemungkinan adanya kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah
di vagina, dan massa di buli-buli.

Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi  motor neuron atau lesi saraf perifer yang
merupakan penyebab dari buli buli neurogen.

Referensi:
Purnomo, B.B. 2008. Dasar-dasar Urologi (edisi kedua). Sagung Seto, Jakarta.
Keterampilan Terapeutik dan Intervensional
Kateterisasi kandungan kemih pria
Kateterisasi kandung kemih paling sering dilakukan pada pasien retensi urine akut. Pasien biasanya
adalah pria tua yang mungkin memiliki riwayat gejala prostat. Anda harus ingat bahwa pasien yang
memerlukan kateterisasi darurat kemungkinan besar merasa sangat tidak nyaman. Lakukan
pendekatan dengan penuh perhatian.
      Selalu perkenalkan diri Anda, jelaskan prosedur yang akan Anda lakukan, dan alasannya. Beri
kesempatan pada pasien untuk bertanya dan pastikan Anda mendapatkan persetujuan lisan pasien.
      Sebelum memulai setiap prosedur, pastikan semua peralatan yang diperlukan telah tersedia, dan
periksa troli. Daftar peralatan diperlihatkan dibawah.

Peralatan kateterisasi Kandung Kemih Pria


 Gel liknokain
 Bahan pembersih
 Set kateter
 Tabung suntik
 Kateter steril
 Air steri untuk balon
 Kantong drainase kateter

Kateterisasi Kandung Kemih


 Buka baju putih Anda, masukkan dasi, dan cuci tangan pada awal prosedur untuk mengurangi
resiko infeksi. Buka set kateter tanpa menyentuh bagian dalam kertas/duk. Minta asisten untuk
membuka sepasang sarung tangan yang ukurannya sesuai, dan biarkan jatuh didaerah steril, yaitu
dipermukaan dalam set kateter. Kenakan sarung tangan tanpa menyentuh permukaan luarnya yang
steril.
 Tata peralatan di troli sehingga semua mudah diakses dengan tetap mempertahankan teknik
aseptik. Minta asisten membuka tabung suntik dan jarun ukuran 21, biarkan jatuh di daerah steril,
dan hubungkan keduanya. Sedot air steril dalam jumlah yang pas untuk mengisi balon di kateter
(volume tertulis di samping kemasan kateter) dan letakkan didaerah steril. Minta asisten membuka
kateter yang sesuai. Biarkan jatuh di daerah steril. Minta asisten mengisi pot kecil dengan cairan
pembersih yang sesuai (biasanya klorheksidin).
 Bersihkan penis pasien dengan teknik tanpa-sentuh dengan cara memegang penis melalui
perantara kassa steril (dengan tangan non dominan Anda). Ambil satu kassa steril dari set kateter
dengan forseps. Celupkan kedalam cairan pembersih dan bersihkan glens lebih dulu. Ulangi
dengan kassa baru, mulai dari bulbus (bagian terbersih) kesepanjang batang penis. Mungkin Anda
harus menarik prepusium pada awal prosedur dan mengembalikannya pada akhir prosedur. Buang
kassa setiap kali selesai melakukan pembersihan, dan mulai lagi dibulbus dengan kasa baru.
Setelah dirasa cukup bersih, ambil duk steril dari set kateter dan lubangi dibagian tengah.
Masukkan penis melalui lubang tersebut dan biarkan penis berada diatas duk steril.
 Anestesi daerah tersebut dengan menghubungkan ujung slang dari set kateter ketube gel anastetik.
Angkat penis ke posisi hampir tegak lurus dengan menggunakan tangan nondominan Anda melalui
sebuah perantara kassa seperti sebelumnya. Dorong ujung slang ke dalam meatus, dan peras
isinya (anestetik lokal) ke dalam uretra.
 Ambil kateter dari daerah steril. Kateter terletak dalam pembungkus politen yang tertutup sampai
ujung kateter. Buka ujung politen sambil memegang kateter melalui pembungkus tersebut, tetapi
jangan menyentuh ujung kateter.
 Celupkan ujung kateter ke dalam gel (diletakkan di kassa oleh asisten) dan masukkan ke meatus.
Pastikan ujung distal kateter terletak di bengkok dari set kateter atau Anda akan kebasahan. Angkat
penis, dan dorong kateter dengan kuat sampai terasa belokan prostat (Anda mungkin perlu
mengubah posisi penis ditahap ini). Lewati belokan tersebut pelan-pelan tanpa memaksa dan
dorong kateter kedalam kandung kemih. Anda akan tahu bila sudah in situ karena urine mulai
keluar.
 Masukkan tabung suntik yang sudah terisi ke lengan samping kateter, dan suntikkan air steril dalam
jumlah yang sesuai. Kemudian, tarik kateter sampai Anda merasakan tahanan. Sambung slang
drainase ke kantong kateter, dan pastikan sambungan tetap steril.
 Sebelum Anda pergi, upayakan pasien nyaman dengan membuat lengkungan di kateter dan
menempelkannya di tungkai. Ingat, kembalikan prepusium! Pastikan pasien sudah tertutup sebelum
Anda pergi.

ANAMNESIS Skoring Sindroma Prostat menurut IPSS


<1 Kira-
N Tidak < ½ Hampir Skor oleh
Aspek yang dinilai setiap kira < >½ nya
o. pernah nya selalu penderita
5x ½ nya
Pengosongan tidak sempurna
Selama satu bulan yang
lalu,berapa sering anda merasa
1. 0 1 2 3 4 5
kencing tidak tuntas,artinya masih
ada sisa urin dalam kandung seni
setelah selesai kencing
Sering kencing
Selama satu bulan yang
2. 0 1 2 3 4 5
lalu,berapa sering anda harus
kencing lagi sebelum 2 jam
Kencing terputus
Selama satu bulan yang
3. lalu,berapa sering anda 0 1 2 3 4 5
mengalami pancaran urin berhenti
kemudian keluar lagi
Kesulitan menahan rasa ingin
kencing
4. Selama satu bulan yang 0 1 2 3 4 5
lalu,berapa sering anda sulit
menahan kencing
Pancaran lemah
Selama satu bulan yang
5. 0 1 2 3 4 5
lalu,berapa sering pancaran
kencing anda melemah
Mengejan
Selama satu bulan yang
6. 0 1 2 3 4 5
lalu,berapa sering anda harus
mengejan untuk memulai kencing
Kencing malam hari
Selama satu bulan yang
7. lalu,selama anda tidur malam 0 1 2 3 4 5
berapa kali anda harus bangun
untuk kencing
Jumlah Skor
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN UROGENITAL

PENILAIAN
PALPASI GINJAL
I II III
Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang
1
akan dilakukan
2 Menjelaskan kepada pesien untuk mengikuti perintah yang diberikan
Memberitahukan kepada pasien untuk mengosongkan kandung
3
kencing (meminta untuk miksi atau membuka aliran kateter)
Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan melekat
4
bantal dibawah kepala
5 Tangan pasien diletakan disisi badan atau diletakan di atas kepala
6 Mencuci tangan
7 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
PALPASI GINJAL KANAN
Letakan telapak tangan kiri dibelakang pinggang kanan pasien,
8
sejajar costa XII
Angkat tangan kiri, mencoba untuk mengangkat ginjal kanan ke arah
9
anterior
Letakan telapak tangan kanan secara lembut di atas kuadran kanan
10
atas, sejajar otot rectus
11 Pasien dipersilahkan untuk menarik nafas dalam
12 Mencoba memegang ginjal diantara kedua telapak tangan
Pasien dipersilahkan menghembuskan nafas dan berhenti benafas
13
sementara
14 Perlahan-lahan lepaskan tekanan tangan kanan
15 Jika ginjal teraba, jelaskan ukurannya, kontur dan adanya rasa nyeri
PALPASI GINJAL KIRI
16 Pemeriksa tetap berada disebelah kanan pasien
Pergunakan tangan kiri untuk mengangkat pinggang kiri dan
17 pergunakan tangan kanan untuk meraba (palpasi dalam) pada
kuadran kiri atas (kedua tangan melintasi abdomen)
18 Melakukan prosedur seperti pada pemeriksaan ginjal kanan
MENILAI NYERI KETOK GINJAL
19 Mempersilahkan pasien duduk
Pergunakan ujung jari, untuk menimbulkan rasa nyeri dengan
20
menekan sudut costoverterba XII
Jika tidak terasa nyeri, letakan kepalan tangan kiri pada sudut
costoverterba, pukul menggunakan permukaan ulnar tangan
21
kanan.Tenaga yang digunakan secukupnya, hingga dapat dirasakan
pasien namun tidak menimbulkan nyeri pada pasien normal
22 Mencuci tangan

PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH


Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang
1
akan dilakukan
2 Menjalaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang diberikan
Pasien dipersilahkan untuk kencing atau mengosongkan kendung
3
kemih
4 Menempatkan pasien pada ruangan yang terpisah dengan tirai/tabir
5 Mencuci tangan, mengenakan sarung tangan bersih
Pasien  dipersilahkan tidur terlentang di meja pemeriksaan dan
6
membuka celana/baju bawah
Inspeksi
7 Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan pasien
Perhatikan daerah suprapubik, keadaan dan warna kulit, adanya
8 jaringan parut, benjolan.Bila terdapat benjolan dilajutkan dengan
pemeriksaan benjolan
Perkusi
Lakukan perkusi menggunakan jari tengah tangan kiri sebagai
9
landasan dan jari telunjuk/jari tengah kanan sebagai perkusor
Perkusi dilakukan secara sistemis mulai dari umbilicus menuju
10 simpisis pubis (cranial ke caudal). Menilai apakah terdapat
perubahan suara perkusi
Bila terdapat perubahan perkusi dari timpani ke redup, tentukan
11
batas-batasnya
Palpasi
Menggunakan ujung jari II,III dan IV tangan kanan. Palpasi pada
12
daerah supra pubik
Merasakan apakah teraba massa, kistik atau padat. Bila teraba
13
masa lakukan pemeriksaan benjolan
Bila teraba masa keras dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual
14 bersamaan dengan pemeriksaan colok dubur (tangan kiri pada
supra simpisis, telunjuk tangan kanan melakukan colok dubur
PEMERIKSAAN ALAT GENETALIA PRIA
Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang
1
akan dilakukan
2 Menjalaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang diberikan
3 Menempatkan pasien pada ruangan yang terpisah dengan tirai/tabir
4 Mencuci tangan
Pemeriksaan Penis
1 Inspeksi penis mencakup kulit dan prepusium
Perhatikan apakah sudah dilakukan sikumsisi atau belum. Bila tidak
2 sirkumsisu, retrasikan prepusium atau minta pasien untuk
meretrasikan preputium
Perhatikan glands penis, adakah ulkus, jaringan parut, nodul atau
3
tanda inflamasi
Palpasi kemungkinan adanya ketidaknormalan penis (nodul, nyeri
4
atau indurasi)
Palpasi korpus penis diantara diantara ibu jari dan jari II dan jari III.
5
Rasakan adanya indurasi
Palpasi korpus spongiosum adakah teraba penebalan, fibrosis atau 
6
teraba tumor/batu
Jika pasien menyatakan terdapar discharge namun tidak tampak
pada inspeksi, mintalah pasien untuk mengurut penis mulai dari
7 pangkal ke ujung glans penis
Pemeriksaan Scrotum
Melakukan inspeksi scrotum mencakup kulit. Angkat scrotum
1
sehaingga bagian posterior scrotum terlihat
Memperhatikan kontur scrotum, perhatikan adanya edema,
2
venektasi
Palpasi masing-masing testis dan epididimis di antara ibu jari dan
jari II-III. Catat ukuran,bentuk, konsistensi dan adanya nyeri.
3
Rasakan kemungkinan adanya nodul/benjolan. Bila terdapat
benjolan dilajutkan sebagai pemeriksaan benjolan
Palpasi masing-masing funikulus spermatikus termasuk vas
deferens diantara ibu jari dengan jari II-III mulai dari epididimis
4 sampai anulus inguinalis externus. Catat adanya pelebaran pleksus
pampiniformis atau benjolan. Bila terdapat benjolan dilajutkan
sebagai pemeriksaan benjolan
5 Mencuci tangan

Keterangan penilaian
I: tidak dikerjakan
II: dikerjakan tetapi kurang benar/tidak sesuai urutan prosedur
III: dikerjakan dengan benar/sesuai urutan prosedur

Anda mungkin juga menyukai