Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi

kasus merupakan rancangan penelitian yang mencangkup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas

atau institusi. Rancangan studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun

tetap mempertimbangkan faktor penelitiann waktu. Riwayat dan pola perilaku

sebelumnya, biasanya dikaji secara terperinci. Keuntungan yang paling besar

dalam rancangan ini adalah pengkajian secara terperinci meskipun jumlah

respondenya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit objek

secara jelas

1.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis

Kediri yang beralamat di Jl. IBH Pranoto No. 1-7 Kediri. Studi kasus ini

dilaksanakan di Gedung Duvall Lantai III Ruang Efrata, Wijaya Kusuma,

dan di Gedung Jones Lantai III Ruang Hosana di Rumah Sakit Baptis

Kediri yang masing-masing memiliki sumberdaya sebagai berikut :


2

1) Sumber Daya Manusia

Tabel 3.1 Jumlah dan Kualifikasi Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Baptis Kediri.
Jumlah
No Ruangan Tingkat Pendidikan
Ketenagaan
D3 S1 Ners
Perawat
F % F % F %
Gedung Duvall
1 Lantai III Ruang 19 5 26,3 2 10,5 12 63,1
Efrata
Gedung Duvall
2 Lantai III Ruang 20 12 60 - - 7 35
Wijaya Kusuma
Gedung Jones
3 Lantai III Ruang 13 8 61,5 - - 5 38,4
Hosana
Jumlah 52 25 2 24
Sumber: Data jadwal dinas Ruang Efrata, Wijaya Kusuma dan Hosana
bulan Januari 2020.

Berdasarkan data tabel 3.1 didapat bahwa jumlah perawat di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri diruang Efrata, Wijaya Kusuma, dan

Hosana berjumlah 52 perawat dengan tingkat pendidikan paling banyak

…, .. perawat di diketahui paling banyak perawat dengan tingkat

pendidikan.

2) Sarana Prasarana

Tabel 3.2 Kapasitas Tempat Tidur dan BOR di Instalasi Rawat Inap Gedung
Duvall Lantai III Rumah Sakit Baptis Kediri.
Kapasitas Tempat Tidur

Oktober November Desember


No Ruangan
Jumlah Jumlah Jumlah
BOR BOR BOR
TT TT TT
Gedung Duval
1 Lantai III Ruang 31 48% 31 56% 31 53%
Efrata
2 Gedung Duval 36 56% 36 57% 36 53%
Lantai III Ruang
3

Wijaya Kusuma
Gedung Jones
3 Lantai III Ruang 26 56% 26 60% 26 52%
Hosana
Sumber : Data rekam medik Rumah Sakit Baptis Kediri bulan januari 2020

Berdasarkan data tabel 3.2 didapat data Pra Penelitian hasil rata-

rata BOR 3 bulan terakhir bulan Oktober sampai dengan Desember yang

tertinggi adalah ruang Hosana 60%.

3) Metode MAKP yang di terapkan

Tabel 3.3 Tabel pembagian tim dalam MAKP Instalasi Rawat Inap Efrata
dan Instalasi Rawat Inap Efrata.
NO MAKP JUMLAH
1 TIM I 9 Perawat
2 TIM II 8 Perawat
3 TIM III -
Total 17 perawat
Sumber : Data jadwal dinas perawat Gedung Duvall Ruang Efrata dalam
bulan Januari 2020

Tabel 3.4 Tim dalam MAKP Gedung Duvall Lantai III Ruang Wijaya
Kusuma.
NO MAKP JUMLAH
1 TIM I 9 Perawat
2 TIM II 8 Perawat
3 TIM III -
Total 17 perawat
Sumber : Data jadwal dinas perawat Gedung Duvall Ruang Wijaya
Kusuma dalam bulan Januari 2020

Tabel 3.5 Tim dalam MAKP Gedung Duvall Lantai III Ruang Hosana.
NO MAKP JUMLAH
1 TIM I 3 Perawat
2 TIM II 2 Perawat
3 TIM III -
Total 5 perawat
Sumber : Data jadwal dinas perawat Gedung Duvall Ruang Hosana
dalam bulan Januari 2020

Berdasarkan data diatas Ruang Efrata dan Wijaya Kusuma dan

Hosana menggunakan metode MAKP Tim dengan pembagian tim sebagai

berikut:
4

Shift dinas yang diberlakukan di Ruang Efrata, Wijaya Kusuma, dan

Hosana Rumah Sakit Baptis Kediri adalah Dinas Pagi (pukul 07.00- 14.00

WIB), Dinas Siang (pukul 14.00-21.00 WIB), Dinas Malam (pukul 21.00-

07.00 WIB). Dimana kepala ruangan dan wakil kepala ruangan tidak masuk

dalam tim, khusus pada ruang Wijaya Kusuma wakil kepala ruang masuk

dalam tim.

4) Studi Kasus yang Pernah Dilakukan

Tabel 3.6 Penelitian yang pernah dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Baptis Kediri.

No Penelitian Judul Studi Kasus Hasil Studi Kasus


Dan Tahun
Penelitian
1

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun pelaksanaan studi kasus dilaksanakan mulai dari penyusunan

proposal mulai tanggal 2 Desember 2019 - 27 Januari 2020 dan waktu

pengambilan data sampai dengan penyusunan laporan tanggal 6 April

2020 - 21 Juni 2020.

3.3 Subyek Penelitian


5

Subyek penelitian pada studi kasus ini terdiri dari dua orang pasien

dewasa dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Kedua pasien

yang menjadi subyek penelitian merupakan pasien pada orang dewasa

yang mengalami masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

napas. Kedua pasien tersebut untuk selanjutnya akan disebut Responden

satu dan Responden dua.

3.4 Pengumpulan Data

1) Persiapan pengumpulan data

Setelah mendapat surat layak etik dari komite etik penelitian

kesehatan (KEPK) Stikes RS Baptis Kediri dan mendapat izin dari ketua

Stikes RS Baptis Kediri serta direktur rumah sakit, kemudian peneliti

menetapkan responden sebagai studi kasus penelitian yang akan

digunakan sebagai subjek studi kasus yaitu pasien Penyakit Paru

Obstruksi Kronik (PPOK) dengan batasan masalah keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas, selanjutnya peneliti melakukan

pendekatan kepada kedua responden dan menjelaskan tujuan pemberian

asuhan keperawatan, peneliti memegang kerahasiaan responden dan

meminta persetujuan dengan memberikan informed consent untuk

ditanda tangani oleh responden. Apabila responden tidak menyetujui

sebagai responden penelitian, peneliti menghargai keputusan dari

responden dan tidak dijadikan responden penelitian (studi kasus).

2) Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian terdiri dari pengumpulan Data Umum

(Data Demografi responden dan keluarga) dan pengumpulan Data


6

Khusus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini

dilakukan pada 2 responden yang masing-masing responden dilakukan

asuhan keperawatan selama 2 hari. Data pengkajian meliputi riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit masa lalu, pemeriksaan fisik, hasil

pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Diagnosa keperawatan

meliputi penetapan masalah keperawatan (problem), etiologi dan tanda

gejala (symptom). Data pelaksanaan implementasi di dokumentasikan

sesuai dengan dengan jam penatalaksanaan tindakan dan dilakukan

evaluasi pada setiap selesai tindakan. Data perkembangan pasien

dievaluasi setiap hari selama 2 hari dan didokumentasikan dalam catatan

perkembangan.

a. Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dari sumber

data primer yaitu dengan wawancara mendalam yang dilakukan

kepada pasien, perawat, dan keluarga diawali dari proses

pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, intervensi,

implemetasi sampai dengan evaluasi keperawatan. Adapun kisi-

kisi wawancara yang akan disampaikan dalam studi kasus pada

pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dengan diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ll

adalah :

a) Apakah bapak atau ibu mempunyai riwayat merokok ?

b) Apakah dada bapak atau ibu terasa berat ?


7

c) Apakah yang bapak atau ibu rasakan saat batuk terus menerus?

d) Seperti apa sesak napas yang bapak atau ibu rasakan (nafas cepat,

pelan, pendek, dangkal?

e) Sejak kapan bapak atau ibu merasakan sesak napas?

f) Apakah bapak atau ibu merasakan sesak napas saat istirahat?

g) Apakah mengeluarkan dahak saat batuk ?

3) Observasi

Observasi didapatkan dari sumber data primer yang dilaksanakan

dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan secara langsung

kepada pasien yang dapat berupa pemeriksan fisik, serta mengobservasi

respon pada saat pasien diberikan tindakan keperawatan. Adapun

observasi pemeriksaan fisik secara fokus pada studi kasus ini meliputi:

a) Badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.

b) Konjuntiva,anemia, mata cowong, muka pucat/bibir kering, lidah

kotor, diterap dan ditengah merah..

c) Turgor kulit menurun, berkeringat banyak, akral hangat.

d) Kadang-kadang diare atau konstipasi.

4) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah

pengambilan data dengan sumber data sekunder, Adapun sumber data

sekunder untuk studi dokumentasi adalah catatan dokter, catatan perawat,

rekam medik berupa data demografi, data riwayat penyakit masa lalu

(pernah menderita PPOK sebelumnya) maupun hasil pemeriksaan

penunjang (hasil lab) sebelumnya, pada studi dokumentasi untuk


8

mengidentifikasi faktor pencetus, predisposisi, dan riwayat Penyakit Paru

Obstruksi Kronik (PPOK).

3.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan untuk menguji kebenaran data yang

dilakukan dengan menggunakan tiangulasi dari tiga sumber data utama yaitu

pasien, perawat dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah

keperawatan responden I dan responden II. Keabsahan data dapat diterima

dengan adanya kesesuaian antara data subyektif dan obyektif yang diperoleh

dari hasil wawancara, pengamatan dan pengukuran langsung kepada

responden dan keluarga serta dapat diperoleh pula dari hasil studi

dokumentasi berupa rekam medis.

Tabel 3.5 Rencana Uji Keabsahan Data Studi Kasus Gambaran Asuhan
Keperawatan Pasien Pernapasan Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Baptis Kediri.
No Jenis Data Sumber Data Interpretasi
Pasien Perawat Keluarga
Masalah Keperawatan 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan.
1 Data subyektif
2 Data Obyektif
3.6 Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban dari penilaian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara

mendalam, observasi dan studi dokumentasi pada kedua responden penelitian.

Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan data pada kedua

responden dengan teori keperawatan untuk menjadi dasar dalam memberikan

rekomendasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang komperhensif.

Adapun langkah analisa data adalah sebagai berikut:


9

1) Pengumpulan data dari hasil wawancara mendalam, observasi dan studi

dokumentasi. Pengumpulan data pada responden 1 dan II akan dilakukan

tanggal 6 April 2020 – 12 Juni 2020, data diambil dari data perkembangan

pasien di Gedung Duvall Lantai III Ruang Wijaya Kusuma, Efrata dan

Gedung Jones Lantai III Ruang Hosana RS Baptis Kediri.

2) Mereduksi data subyektif dan obyekif sesuai dengan data gayut sehingga

menemukan masalah keperawatan yang terjadi baik pada Responden, pada

analisa data selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa keperawatan

menentukan tindakan keperawatan, melakukan implementasi serta

melakukan evaluasi sesuai dengan masalah daripada 2 responden studi

kasus.

3) Penyajian data dalam analisa data penelitian akan dilakukan dengan

menggunakan tabel dan teks naratif untuk mengemukakan hasil analisa data

yang terdiri dari data gayut, masalah yang muncul, dan pemeriksaan fisik..

4) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menyusun ringkasan hasil analisa

data sesuai dengan tujuan khusus yaitu :

a) Hasil analisa pengkajian keperawatan pada pasien dengan Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Baptis Kediri.

b) Hasil analisa diagnosa keperawatan pada pasien dengan Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Baptis Kediri.
10

c) Hasil analisa intervensi keperawatan pada pasien dengan Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Baptis Kediri.

d) Hasil analisa implementasi keperawatan pada pasien dengan

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Baptis Kediri.

e) Hasil analisa evaluasi keperawatan pada pasien dengan Penyakit

Paru Obstruksi Kronik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis

Kediri.
11

Tabel 3.6 Analisa Data Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


1 Pengkajian
1) Etiologi
1) Menurut Ikawati, 2016.
a) Merokok
Merokok merupakan penyebab utama
terjadinya PPOK, dengan risiko 30 kali lebih
besar pada perokok dibanding dengan bukan
perokok, dan merupakan penyebab dari 85-
90% kasus PPOK.
b) Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu bara,
industri gelas dan keramik yang terpapar debu
silika, atau pekerja yang terpapardebu katun
dan debu gandum, toluene diisosianat, dan
asbes, mempunyai risiko yang lebih besar
daripada yang bekerja di tempat selain yang
disebutkan di atas.
c) Polusi udara pasien yang mempunyai
disfungsi paru akan semakin memburuk
gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi
ini bisa berasal dari luar rumah seperti asap
pabrik, asap kendaraan bermotor, dll, maupun
polusi dari dalam rumah misalnya asap dapur.
d) Infeksi
Kolonisasi bakteri pada saluran pernapasan
secara kronis merupakan suatu pemicu
inflamasi neutrofilik pada saluran napas,
terlepas dari paparan rokok. Adanya
12

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan
kejadian inflamasi yang dapat diukur dari
peningkatan jumlah sputum, peningkatan
frekuensi eksaserbasi, dan percepatan
penurunan fungsi paru, yang semua ini
meningkatkan risiko kejadian PPOK.

2) Manifestasi 1) Menurut Brunner & Suddarth (2014).


Klinis a) PPOK dicirikan oleh
(1) Batuk kronis
(2) Produksi sputum
(3) Dispnea saat mengerahkan tenaga kerap
memburuk seiring dengan waktu
(4) Penurunan berat badan sering terjadi

4) Pemeriksaan 1) Menurut Muttaqin (2014).


Fisik a) Inspeksi
Pada klien dengan PPOK,
1) Terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan
otot bantu napas (sternokleidomastoid).
2) Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat
klien mempunyai bentuk dada barrel chest
akibat udara yang terperangkap, penipisan
massa otot, bernapas dengan bibir yag
dirapatkan, dan pernapasan abnormal
yang tidak efektif. Pada tahap lanjut,
dispnea terjadi pada saat beraktivitas
bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-
hari seperti makan dan mandi. Pengkajian
13

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


batuk produktif dengan sputum purulen
disertai dengan demam mengindikasikan
adanya tanda pertama infeksi pernapasan.
b) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil
fremitus biasanya menurun
c) Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma
mendatar/menurun.
d) Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi
dan wheezing sesuai tingkat keparahan
obstruktif pada bronkhiolus.

5) Penatalaksaan 1) Menurut Muttaqin, 2014 adalah:


Medis a) Pengobatan farmakologi
(1) Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium
kromolin, dan lain-lain)
(2) Bronkodilator
Adrenergik: efedrin, epineprin, dan beta
adrenergik agonis selektif
Nonadrenergik: aminofilin, teofilin
(3) Antihistamin
(4) Steroid
(5) Antibiotik
(6) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/menit dengan nasal
kanul
b) Higiene paru
Cara ini bertujuan untuk membersihkan sekret
14

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


dari paru, meningkatkan kerja silia, dan
menurunkan risiko infeksi. Dilaksanakan
dengan nebulizer, fisioterapi dada, dan
postural drainase.
c) Latihan
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan
melatih fungsi otot skeletal aar lebih efektif.
Dilaksanakan pada jalan sehat.
d) Menghindari bahan iritan
Penyebab iritan jalan napas yang harus
dihindari diantaranya asap rokok dan perlu
juga mencegah adanya alergen yang masuk
tubuh.
e) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan
karena adanya dispnea. Pemberian porsi yang
kecil namun sering lebih baik daripada makan
sekaligus banyak.

6) Komplikasi 1) Menurut Murwani, 2011


a) Kegagalan respirasi akibat sesak/dispnea
b) Kardiovaskuler yaitu kor pulmonale aritmia
jantung
c) Ulkus peptikum sukar diketahui
d) PPOK umumnya berjalan secara progresif
dalam jangka waktu yang lama, penderita jadi
cacat dan tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari
e) Kematian biasanya terjadi karena kegagalan
respirasi, dan kematian mendadak karena
15

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


aritmia jantung

7) Pemeriksaan
Fisik
2 Diagosa Keperawatan
1) Masalah (P) 1) Diagnosa keperawatan PPOK menurut
(Muttaqin & Sari, 2011).
a) Hipertermi berhubungan dengan respons
sistemik dari inflamasi gastrointestinal.
b)
2) Etiologi Menurut Mutaqqin & Sari (2011)
1) Hipertermi.
a) Respons sistemik dari inflamasi
gastrointestinal.

3 Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


(sesuai diagnose yang muncul pada kedua pasien)
1) Target Capaian Menurut Mutaqqin & Sari (2011)
Respon Pasien 1) Hipertermi.
a) Pasien mampu menjelaskan kembali
pendidikan kesehatan yang diberikan
2) Target Waktu
Intervensi
3) Intervensi Menurut Mutaqqin & Sari (2011)
keperawatan 1) Hipertermi berhubungan dengan respon
inflamasi sistemik
Intervensi :
a) Evaluasi TTV pada setiap pergantian
16

No Topik Data Teori Responden I Responden II Keterangan


sif atau setiap ada keluhan dari
pasien
Rasional : sebagai pengawasan
terhadap adanya perubahan keadaan
umum pasien sehingga dapat
dilakukan penanganan dan
perawatan secara cepat dan tepat.
intervensi yang diberikan.

4) Evaluasi Hasil 1) Menurut Muttaqin & Sari (2011) adalah sebagai


capaian / berikut :
Respon Pasien a) Terjadi penurunan suhu tubuh.
b) Asupan nutrisi adekuat.
c) Penurunan tingkat nyeri atau nyeri teradaptasi.
d) Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan
dekubitus.
e) Penurunan tingkat kecemasan.
f) Terpenuhinya informasi kesehatan.
17

1.2 Etika penelitian

Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan

dengan etika agar hak responden dapet terlindungi, penelitian dilakukan

dengan menggunakan etika sebagai berikut :

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Peneliti menghormati

keputusan responden untuk menerima atau menolak. Kedua responden

menyatakan bersedia dilakukan pengambilan data studi kasus dan

menandatangani informed concent.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan

kepada responden dengan Pasien HIV sebagai subjek penelian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dengan nama

inisial pada lembar alat hasil ukur dan hanya menuliskan kode pada

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Prinsip Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian pada responden I dan II dengan Pasien HIV,

baik informasi, maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah, dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian (studi kasus).

Anda mungkin juga menyukai