Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MAKALAH

ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PENANGANAN


BENCANA
STUDI KASUS WATER SUPPLY PADA BANJIR BANDANG GARUT
DAN GEMPA BUMI DI LOMBOK

Disusun oleh:
Kelompok 2 (B)

Itsna Faizah Ulfa 101511535005


Hayunda Fajri Solehah 101511535010
Ayu Purwanti 101511535015
Iswana Zahra Hidayati 101511535030
Meidyas Dwi A. 101511535042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Aspek Kesehatan
Lingkungan dalam Penanganan Bencana yang berjudul ”Studi Kasus Water
Supply Banjir Bandang Garut dan Gempa Bumi di Lombok” dengan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Aspek
Kesehatan Lingkungan dalam Penanganan Bencana. Makalah ini berisi studi
kasus banjir bandang Garut dan gempa bumi yang terjadi di Lombok berupa
penanganan dalam ketersediaan air pada sebelum dan saat terjadi bencana. Kami
ucapkan terima kasih kepada:

1. Pengajar mata kuliah Aspek Kesehatan Lingkungan dalam Penanganan


Bencana
2. Kedua orang tua yang telah memberikan do’a, dukungan, dan
semangat dalam pembuatan makalah ini
3. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Peribahasa menyatakan “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Begitu pula
dengan makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik serta saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan
dikemudian hari.

Banyuwangi,08 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.4 Penanganan Ketersediaan air.....................................................................5
2.4.1 Kesiapsiagaan dan Perlindungan Ketersediaan Air...........................5
2.4.2 Strategi Penyediaan Air dalam Keadaan Darurat...................................9
2.4.3 Analisis Risiko Banjir......................................................................15
2.4.4 Penanganan ketersedian air bersih...................................................16
BAB 4....................................................................................................................26
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................32
5.1 Simpulan......................................................................................................32
5.2 Saran.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir merupakan bencana yang kerap kali terjadi di Indonesia


akibat curah hujan yang tinggi yang kemudian tidak dapat
ditampung oleh sistem pengaliran air dari selokan ke sungai dan
lahan resapan tanah. Tidak hanya itu pengelolaan sistem
drainase yang tidak mampu menampung air hujan dan didukung
dengan banyaknya sampah yang menyumbat saluran
menyebabkan air hujan meluap ke badan jalan.
Banjir bandang Garut terjadi pada 20 Septemeber 2016
pukul 22.00 wib dengan 34 korban jiwa dan 19 orang dinyatakan
hilang. Menimbulkan kerusakan pada bangunan dan fasilitas
contohnya peralatan elektronik rumah sakit, kerusakan 40
bangunan sekolah, serta 15 fasilitas beribadah serta lahan
perkebuan dan pertanian. Banjir bandang merendam berapa
kecamatan yaitu Garut Kota, Bayongbong, karangapwitan,
Taraging Kidul, Taragong Kaler, dan Banyuresmi.

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi


di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau
runtuhan batuan. Gempa bumi terjadi dengan magnitude 6.4 SR
pada Rabu, 29 Juli 2018 pukul 05:47 WIB. Pusat gempa berada di

1
kedalaman 24 km dan berada di darat 47 km arah timur laut
Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peta tingkat
guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak
gempabumi berupa kerusakan dapat terjadi pada daerah yang
berdekatan dengan pusat gempa. jumlah korban gempa bumi
terus bertambah. Tercatat 387 orang meninggal dunia dengan
sebaran Kabupaten Lombok Utara 334 orang, Lombok Barat 30
orang, Lombok Timur 10, Kota Mataram 9, Lombok Tengah 2,
dan Kota Denpasar 2 orang. Sementara itu, sebanyak 13.688
orang luka-luka. Pengungsi tercatat 387.067 jiwa tersebar di
ribuan titik. Ratusan ribu jiwa pengungsi tersebut tersebar di
Kabupaten Lombok Utara 198.846 orang, Kota Mataram 20.343
orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506
orang.

Upaya pencegahan dan mitigasi perlu dikembangkan


secara kontinyu. Hal ini juga dapat membantu peralihan fungsi
air hujan ke air bersih, serta mencegah tercemarnya air bersih
oleh air hujan. Mengupayakan ketersediaan air bersih saat terjadi
bencana. Sehingga kedua sumber air tersebut dapat bermanfaat
dan terkelola dengan baik. Selain itu juga mencegah terjadinya
penururnan kualitas air akibat cemaran limbah, erosi dan
sedimentasi pada daerah aliran sungai.

1.2 Rumusan Masalah

Gambaran keadaan pemenuhan kebutuhan air saat


bencana banjir bandang di Garut dan gempa bumi di Lombok
yang dirasa tidak dapat memenuhi kebutuhan warga pengungsi,
akibat sumber air mereka terhambat karena terjadinya bencana.
Sehingga pengungsi mendapatkan bantuan air bersih melalui
tangki yang diakomodisir dari tempat lain. Kejadian banjir

2
bandang dan gempa bumi di Lombok perlu menjadi
pertimbangan terhadap risiko dan menjadi evaluasi bagi warga
untuk mensiasati dalam menjaga sumber air yang mereka
gunakan saat terjadi bencana.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui keadaan ketersediaan air pada saat bencana
Banjir Bandang Garut dan gempa bumi di Lombok.
2. Mengetahui upaya yang dilakukan dalam ketersediaan air
sebelum dan saat bencana Banjirr Bandang Garut dan
gempa bumi di Lombok.
3. Mengkaji ketersediaan air dalam studi kasus bencana
Banjir Bandang Garut dan gempa bumi di Lombok.
1.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Bersih

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya di bumi. Air digunakan untuk keperluan pertanian,
perikanan, industri, perdagangan, sarana trasportasi, kebutuhan domestik dan
metabolisme mahkluk hidup. Maunsia merupakan mahkluk hidup yang paling
banyak membutuhkan air terutama untuk kebutuhan domestik, seperti
mandi,memasak dan minum. Air digunakan untuk memasak dan minum
harus memenuhi standar baku mutu yang diijinkan agar aman bagi tubuh.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari
segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis,
sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan
Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990). Sistem penyedian air
bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.Persyarakat tersebut
meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan
kontinuitas

1. Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain
itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang
lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan
adalah 25oC ± 3oC.

2. Syarat-syarat Kimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total

4
solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan
(Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta
logam berat.

3. Syarat-syaratbakteriologis dan mikrobiologis


Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan
tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.

2.2 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan


antar lempeng bumi , patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif
kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat
tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif. Intensitas gempabumi
adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya. Angkanya
ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya, pengaruhnya pada
benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada orang-orang. Skala ini
disebut MMI (Modified Mercalli Intensity) diperkenalkan oleh Giuseppe
Mercalli pada tahun 1902. Magnituda adalah parameter gempa yang diukur
berdasarkan yang terjadi pada daerah tertentu, akibat goncangan gempa pada
sumbernya. Satuan yang digunakan adalah Skala Richter. Skala ini
diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934. Sebagai contoh,
gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan bahan peledak
TNT seberat 1 gigaton atau 1 milyar ton. Akibat utama gempa bumi adalah
hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban
jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor,
dan kebakaran. Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa
membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir
pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.
2.3 Banjir

5
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di areal tertentu
sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian
baik materi maupun non-materi terhadap manusia dan lingkungan. Banjir bisa
terjadi perlahan-lahan dalam waktu lama atau terjadi mendadak dalam waktu
yang singkat yang disebut banjir bandang. Dampak yang di timbulkan oleh
banjir adalah :
1. Primer
Kerusakan fisik seperti merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya,
dankanal.
2. Sekunder
Persediaan air yang berkurang dan air minum bersih mulai langka.
Timbulnya be beberapa penyakit dan kondisi tidak higienis dll.
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir.
Faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi toporafi,
geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya
hujan, pasang, arus balik dari sungai utama, pembendungan aliran sungai
akibat longsor, sedimentasi dan aliran lahar dingin), dan aktivitas manusia
(pembudidayaan daerah dataran banjir), peruntukan tata ruang di dataran
banjir yang tidak sesuai dengan fungsi lahan, belum adanya pola pengelolaan
dan pengembangan dataran banjir, permukiman di bantaran sungai, sistem
drainase yang tidak memadai, terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya
kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, penggundulan hutan di
daerah hulu, terbatasnya upaya pemeliharaan.

2.4 Penanganan Ketersediaan air

2.4.1 Kesiapsiagaan dan Perlindungan Ketersediaan Air


Masalah ketersediaan air muncul pada semua fase sikus manajemen
bencana. Ketersediaan air dapat didesain dan dipelihara untuk mengurangi
dampak kesehatan akibat bencana. Hal tersebut dapat digunakan untuk
membedakan antara sistem penyediaan air berskala besar (seperti sistem

6
penyediaan air di perkotaan) dan penyediaan tersebar berskala kecil.
Perbedaannya tidak terlalu banyak antara perkotaan dan pedesaan, seperti
berdasarkan tingkatan teknologi dan pengaturan manajemen institusi,
perawatan, dan perlindungan. Menurut WHO (1997) jika sistem
penyediaan air yang terkena dampak adalah perkotaan atau pedesaan,
maka perlu adanya survei sanitasi untuk mengidentifikasi peluang besar
terhadap bahaya kesehatan. Sumber air terkena berbagai bahaya yang
dapat mencemari, tetapi masih dapat dilindungi dari bencana pada batas
tertentu. Bagian ini terutama berkaitan dengan cara memperbaiki
persediaan air yang ada sehingga dapat membuat lebih tahan terhadap
kerusakan.

1. Membangun dan melindungi persediaan terdesentralisasi skala kecil


Berbagai macam kerusakan persediaan air seperti sistem daerah resapan
air yang seringkali mengalami kerusakan oleh angin akibat badai tropis.
Kanal yang tidak ada pembatas dapat dengan mudah untuk dibersihkan
atau rusak selama banjir sehingga dapat memberikan penurunan
persediaan air. Berikut adalah jenis kerusakan persediaan air dalam
skala kecil :

1) Letak kanal air merupakan zona industri yang mengalirkan bahan


kimia beracun secara terus menerus dan berkelanjutan, maka
membuat kanal air tersebut akan rentan.
2) Sumur dangkal yang memiliki permukaan air tinggi lebih rentan
terhadap kontaminasi saat terjadi banjir daripada sumur bor dalam.
Selain itu, sumur dangkal juga mengering lebih cepat dalam keadaan
kekeringan.
3) Mata air di tepi bukit yang memiliki risiko hancur akibat kejadian
tanah longsor.
4) Sumur di dekat sungai yang dapat terkontaminasi bahan dan benda
kimia berbahaya serta dipenuhi pasir saat terjadi banjir bandang.
5) Perpipaan air yang mengalami kerusakan dan gangguan

7
Pemetaan bahaya spesifik pada sumber air sangat penting dilakukan
dengan tujuan untuk menyediakan atau memperbaiki persediaan air selama
masa normal. Pemetaan bahaya ini merupakan bagian dari perencanaan
sistem penyediaan air bersih, seperti kualitas dan rasa air, jarak ke pengguna,
biaya modal dan biaya berulang. Tidak hanya bagian dari perencanaan, tetapi
pemetaan bahaya spesifik juga sebagai bentuk perlindungan yang rutin.
Pemetaan bahaya spesifik terkait dengan modifikasi sederhana dalam desain
yang dapat membantu melindungi sumber air dari peristiwa alam atau
peristiwa industri yang ekstrem. Beberapa perbaikan yang mendasar, seperti
mengganti dinding kepala sumur gali, menyediakan penutup dan apron beton
miring di sekitarnya dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dari
benda dan bahan yang tidak diinginkan.

Beberapa orang menggunakan sumber air sebagai air minum, mencuci,


mandi, memandikan hewan dan irigasi. Apabila terjadi dan muncul bahaya
atau potensi gangguan persediaan air maka petugas layanan kesehatan primer
atau petugas pembangunan lainnya harus mendiskusikan sumber air minum
alternatif dengan orang yang bersangkutan. Diskusi ini harus dilakukan
sebelum keadaan darurat muncul. Delegasi dari komite kesehatan setempat
harus mengunjungi sumber alternatif secara teratur untuk memeriksa status
sumber air tersebut. Petugas dapat mendiskusikan terkait keinginan untuk
menyediakan beberapa perawatan minimal di sumber yang tidak dirawat
untuk melestarikannya agar bisa digunakan dalam keadaan darurat. Diskusi
dengan orang yang bersangkutan tergantung pada basis ekonomi masyarakat
atau lingkungan setempat untuk mempertimbangkan penyediaan air alternatif
saat secara mendadak terjadi bencana. Pemerintah juga seharusnya ada
rencana untuk memastikan keamanan sumber resapan air tersebut dengan
cepat supaya dapat digunakan sebagai air minum, memasak dan kebersihan
pribadi dan kegiatan lainnya yang memerlukan air.

8
2. Membangun dan melindungi ketersediaan terpusat berskala besar
Lokasi sumber dan desain sistem persediaan air sangat penting dalam
kesiapsiagaan darurat dan kesiapsiagaan bencana. Bahaya untuk daerah
resapan air (misalnya kebakaran hutan atau adanya kontaminasi bahan kimia),
waduk (kekeringan, gempa bumi, kontaminasi, tanah longsor), pabrik
pemompaan dan pengolahan (banjir, gempa, kebakaran, ledakan, kebocoran
gas klorin), serta sistem distribusi (gempa , tanah longsor, banjir), perlu
diperhitungkan dalam perencanaan, desain dan kontinjensi. Sabotase dapat
menimbulkan bahaya bagi semua tahapan sistem persediaan air.

Titik lemah dalam sistem distribusi, seperti penyeberangan sungai, kanal


terbuka, bekas tanah longsor, tempat pipa yang melewati gempa bumi harus
diperkuat agar fasilitas tersebut tidak rusak. Fasilitas yang ada di daerah
rawan banjir dapat dilindungi dengan cara membangun tanggul. Standardisasi
pompa, pipa, alat kelengkapan, dan alat lain-lain yang penting perlu adanya
suku cadang dan peralatan sebagai pengganti sementara.

Sistem berbasis penyaringan pasir cepat dapat dibuat pada saat terjadi
bencana dengan pelatihan petugas yang tepat dan dengan memasukkan
ketentuan darurat pada tahap perencanaan yang nantinya akan membantu
mengatasi kekeruhan tinggi yang berkepanjangan. Petugas harus dilatih
secara ketat sehingga dapat mengambil tindakan dalam keadaan darurat untuk
menilai keadaan sistem persediaan air, memulihkan dan memastikan
integritasnya dari sudut pandang kesehatan dan lingkungan.

3. Persiapan untuk perpindahan pada keadaan darurat


Bila risiko pemindahan populasi diidentifikasi dalam penilaian
kerentanan, langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan kejadian
semacam itu dengan mempertimbangkan kemungkinan perpindahan,
kemungkinan jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal, rute
perpindahan, dan tujuan. Langkah pada persiapan meliputi mengidentifikasi
sumber air di sepanjang rute perpindahan dan permukiman sementara yang
memiliki potensial, menyiapkan stok peralatan air ringan (seperti pompa,

9
waduk reservoir, pipa dan kran) dan persediaan bahan kimia, bahan bakar dan
air, mengidentifikasi dan melatih petugas, serta mengadakan diskusi dengan
masyarakat setempat di sepanjang rute perpindahan tentang layanan terhadap
sumber air. Selama pergerakan populasi yang besar, sangat sulit untuk
memindahkan petugas dan peralatan di sepanjang jalan yang padat, sehingga
sangat penting untuk membangun kapasitas respon daerah.

2.4.2 Strategi Penyediaan Air dalam Keadaan Darurat


Strategi dalam penyediaan air pada saat mengalami kegawatdaruratan
adalah situasi yang memiliki banyak permintaan dan respon persediaan air
darurat, strategi respon gawat darurat, situasi darurat di daerah pedesaan, dan
persediaan air darurat di daerah perkotaan.

1. Situasi yang banyak permintaan dan respon persediaan air darurat


Kebutuhan persediaan air jangka pendek dan tindakan darurat berbeda
dalam jenis situasi berikut:

1) Keadaan darurat jangka pendek yang memengaruhi masyarakat


pinggiran kota pedesaan tidak terlayani;
2) Keadaan darurat jangka pendek dalam situasi perkotaan dengan layanan
air utama yang tersedia;
3) Keadaan darurat jangka pendek yang melibatkan pemindahan penduduk
dan tempat penampungan sementara;
4) Keadaan darurat perpindahan jangka panjang yang mengakibatkan
permukiman darurat semi permanen.
2. Strategi respon gawat darurat

Prioritas pertama adalah menyediakan jumlah air yang memadai


meskipun kualitasnya buruk dan untuk melindungi sumber air dari
kontaminasi. Menurut Sphere Project (2000) minimal 15 liter orang per
hari harus diberikan air sesegera mungkin. Pada periode setelah terjadi
dampak bencana maka perlu untuk membatasi air yang diolah minimal 7
liter orang per hari (United Nations High Commissioner for Refugees,

10
1992a). Jika demikian, orang dapat menggunakan sumber air yang tidak
untuk mencuci, mandi, dll. Perbaikan kualitas air dapat dilakukan selama
beberapa hari atau minggu berikutnya.
Prioritas kesehatan masyarakat biasanya yang pertama dilkukan
adalah akan menyediakan persediaan air dasar bagi populasi yang terkena
dampak. Seringkali mengatur secara lebih baik dalam hal sumber daya
manusia dan material yang terpisah untuk menyediakan persediaan air
yang digunakan untuk kebutuhan rumah sakit, pusat nutrisi, dan lain-lain.
Fungsi dalam menyediakan persediaan air secara umum dengan cepat agar
persediaan air selalu ada dan tidak tertunda. Apabila persediaan air umum
tidak mencukupi maka rumah sakit akan memiliki banyak kasus terkait
dengan penyakit air.
Tanggap darurat yang berhubungan di sektor persediaan air
bergantung pada improvisasi dan peningkatan persediaan air secara
bertahap, mulai dari layanan dasar selama fase darurat dan pemulihan,
hingga layanan yang berkelanjutan dalam jangka panjang, waktu instalasi
harus lebih kuat dan aman apabila terdapat bencana. Perbaikan ini harus
dilakukan secara bertahap dan sedapat mungkin. Dengan kata lain,
tindakan tanggap darurat harus direncanakan dan dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga bisa dibangun di kemudian hari. Namun, ini tidak mungkin
dilakukan dalam tindakan sementara yang memerlukan perbaikan secara
lengkap setelah beberapa minggu atau bulan setelah kejadian bencana,
seperti penggunaan pompa bensin ringan dan tangki fleksibel.
Tindakan penyediaan air gawat darurat yang paling efektif yaitu
melalui proses penilaian, pemantauan dan peninjauan kembali. Penilaian
diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan, kerusakan dan sumber daya,
sehingga dapat merespons dengan tepat pada dampak maksimal. Pada
pemantauan yang dipantau adalah kegiatan dan konteks yang sangat
penting untuk memastikan bahwa penyediaan air bersih dilaksanakan
sesuai rencana dengan indikasi masalah dan kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Pada peninjauan berkala dilakukan terhadap situasi dan

11
tanggapan yang sangat penting untuk memastikan bahwa tanggapan
tersebut tetap relevan antara kebutuhan dan sumber daya masyarakat yang
terkena dampak bencana.
Respon penyediaan air darurat harus dilakukan sebagai bagian dari
program promosi hygiene yang bekerja dengan penduduk terkena dampak
untuk merespon bencana serta mengurangi risiko, meningkatkan
ketahanan dan mengurangi dampak bencana terhadap kesehatan. Program
promosi hygiene harus memastikan desain dan pemeliharaan sistem air
yang memenuhi kebutuhan semua kelompok terlibat, termasuk wanita,
lansia, anak-anak dan orang cacat. Kesempatan untuk berpartisipasi harus
dicari dalam penilaian, pemantauan dan peninjauan kembali, serta dalam
perancangan dan implementasi program.

3. Situasi darurat pedesaan


Masyarakat pedesaan biasanya kurang rentan terhadap gangguan
persediaan air dalam bencana dibandingkan masyarakat perkotaan, karena
persediaan air di pedesaan pada umumnya didesentralisasi dan didasarkan
pada teknologi sederhana yang seringkali ada sumber alternatif tersedia.
Namun, meskipun banyak persediaan sumber air di daerah pedesaan
terdapat bahaya tertentu seperti banjir dan kekeringan yang memiliki
dampak lebih besar daripada di daerah perkotaan. Hal ini terutama
berkaitan dengan banjir dan kekeringan, meskipun terdapat bahaya
lainnya, seperti gempa bumi, tanah longsor dan konflik, memiliki potensial
menyebabkan kerusakan yang sama.

1) Banjir
Apabila sumber air yang biasa digunakan tidak rusak atau
terkontaminasi dan masih dapat dijangkau oleh penduduk dengan aman,
maka yang perlu dilakukan hanya memantau sumbernya serta melakukan
dengan cepat untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus diare. Namun,
jika sumber yang biasa digunakan sudah terkontaminasi, dan biasanya
terjadi setelah banjir maka sumber alternatif persediaan air harus dicari

12
atau dapat pula dengan cara air harus diklorinasi sebelum dikonsumsi
sampai sumbernya dapat didesinfeksi dan dilindungi. Pencegahan melalui
desinfeksi akan membantu mengurangi risiko kesehatan yang terkait
dengan kontaminasi air.
Perbaikan dalam keadaan gawat darurat untuk persediaan sumber air
dan fasilitas yang rusak dapat mencakup perbaikan atau penggantian
pompa, perbaikan daerah tangkapan air, perbaikan pipa persediaan
gravitasi dan sistem distribusi, dan menyediakan tangki baja atau plastik
untuk mengganti waduk beton yang rusak. Perbaikan tersebut adalah hal
yang biasa ditemukan di daerah pedesaan bahwa sebagian besar instalasi
air bersih tidak berfungsi dengan baik, karena masalah perawatan dan
perbaikan dalam waktu jangka panjang. Instalasi air bersih yang tidak
berfungsi dengan baik dapat dibawa kembali ke layanan sebagai bagian
dari tanggap darurat.
2) Kekeringan
Jika populasi tidak bermigrasi untuk mencari makanan selama musim
kering yang berkepanjangan, mereka akan mencari sumber air alternatif
yang baru. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan air, seperti
trachoma dan kudis, meningkat selama musim kering. Tidak hanya
trachoma dan kudis, kejadian diare dan penyakit yang ditularkan melalui
air seperti kolera juga dapat meningkat karena kurangnya air untuk
mencuci, mandi, dan penggunaan persediaan air dengan jumlah yang
sedikit secara intensif dapat mengakibatkan adanya kontaminasi.
Kekeringan dapat juga disebut sebagai keadaan darurat.
Selama dalam kekeringan yang selalu menjadi permasalahan adalah
kualitas dan kuantitas air. Pada musim kemarau, kuantitas air merupakan
prioritas mutlak dan petugas kesehatan harus bekerja sama dengan dinas
pekerjaan umum pemerintah atau departemen penyediaan air minum,
organisasi non pemerintah,. dan pihak lain yang terlibat dengan tujuan
memastikan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil sumber air
yang ada atau menemukan sumber air yang baru. Kualitas air yang tidak

13
terlalu baik akibat adanya tekanan yang meningkat pada sumber air tersisa
dan memiliki volume besar serta masih terlindungi. Truk air diperlukan
setelah bencana yang mempengaruhi persediaan air di pedesaan, meskipun
dengan cara ini lebih mahal dan sulit diatur daripada situasi di perkotaan.

4. Persediaan air darurat di daerah perkotaan


Bila sistem persediaan air perkotaan rusak, maka sangat berguna
untuk membedakan kerusakan jaringan distribusi air, kerusakan pada
sumber, dan kerusakan fasilitas pengolahan dan pemompaan. Pada
sebagian besar gempa bumi, misalnya, komponen sistem persediaan air
perkotaan berikut biasanya rusak:

1) koneksi layanan rumah


2) persediaan listrik
3) sistem kontrol
4) induk bagasi
5) waduk layanan
6) pompa dan pabrik pengolahan.

Prioritas harus diberikan untuk mengidentifikasi wilayah kota tempat


persediaan air yang terganggu atau terkontaminasi, tetapi tidak memiliki
sumber alternatif lokal, serta populasi pinggiran kota yang biasanya tidak
dilayani oleh distribusi pusat, namun membutuhkan air karena bencana.
Tindakan khusus mungkin perlu dilakukan untuk memastikan persediaan
air yang berkelanjutan. Kerusakan fasilitas penyimpanan gas klorin dapat
menimbulkan bahaya yang ekstrim dan memerlukan evakuasi daerah
sekitarnya. Petugas terlatih dengan peralatan khusus dibutuhkan untuk
menangani hal ini.

1) Memenuhi Kebutuhan Mendesak


Daerah dan populasi yang terkena bencana membutuhkan persediaan
darurat yang dikirim ke titik distribusi atau disalurkan dari daerah yang
tidak terkena dampak. Alternatif untuk mengalirkan air ke daerah tersebut

14
atau untuk menyediakan sambungan pipa darurat adalah dengan
menggunakan unit pemurnian seluler yang terhubung ke sumber terdekat
yang tidak terpakai. Sumber air sementara dari pabrik pengolahan yang
terkadang tersedia dari perusahaan susu, pabrik pembotolan minuman
ringan, tempat pembuatan bir, atau bahkan kolam renang besar.
Daerah perkotaan perlu dilakukan penjatahan atau pembatasan
penggunaan air saat perbaikan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa air yang tersedia digunakan sesuai dengan prioritas yang telah
disepakati. Prioritas ini harus diputuskan berdasarkan penilaian dan harus
didiskusikan serta disetujui oleh badan-badan yang bekerja di sektor
terkait, seperti kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi dan pekerjaan
umum. Bila diperlukan penjatahan air, penting bagi pengguna air
mengetahui prioritas tersebut dan cara sistem penjatahan. Apabila sanitasi
bergantung pada sistem yang terbebani air, jumlah air yang relatif besar
mungkin perlu disediakan dengan cepat untuk memastikan fungsi dari
sistem sanitasi tersebut. Apabila tidak maka dapat terjadi krisis sanitasi.
2) Perbaikan cepat pada sistem air di perkotaan
Jika instalasi pengolahan air atau stasiun pompa terkena banjir maka
air banjir harus dipompa keluar dan peralatan dibersihkan serta diberi
perlakuan desinfeksi. Induk dan pengumpan yang rusak harus diperbaiki
secepat mungkin oleh para teknisi. Para teknisi di perusahaan air harus
memprakktekkan teknik dalam kopling cepat, tambalan pipa plastik,
penggunaan akselerator beton dan semen yang dapat mempercepat
perbaikan. Perlu banyak latihan bagi para petugas teknisi untuk membuat
catatan baik, peta sistem, dan persediaan suku cadang dan alat yang
berteknologi canggih agar sudah terbiasa dalam kesiapsiagaan apabila
terjadi bencana. Setelah dilakukan perbaikan, bagian pipa yang baru harus
didesinfeksi dengan mengisinya dengan larutan klorin (100mg / l) selama
satu jam, atau larutan yang lebih lemah untuk periode yang lebih lama
(misalnya 50mg / l selama 24 jam), lalu disiram melalui air yang diolah
sebelum dimasukkan ke dalam pipa. Kajian status sistem air harus

15
mencakup daerah tangkapan air dan waduk. Bila dinding bendungan atau
waduk rusak parah dan berbahaya, isi dari waduk sebagian atau seluruhnya
harus dikeringkan terlebih dahulu.
Setelah banjir dan kerusakan pada sistem pembuangan limbah, maka
yang harus dilakukan adalah untuk memastikan persediaan air terus
menerus dengan tekanan yang memadai dan meningkatkan kadar klorin
residu bebas setinggi 1mg / l dengan tujuan agar mencegah kontaminasi
melalui masuknya air yang tercemar ke dalam sistem distribusi. Kadar
residu bebas tingkat tinggi ini merupakan tindakan jangka pendek yang
dihentikan begitu air banjir surut sehingga risikonya akan berkurang.
Secara umum, perbaikan darurat harus dilakukan dengan bertujuan
untuk mengembalikan kondisi sedapat mungkin kepada yang ada sebelum
terjadi bencana, daripada mencoba peningkatan layanan secara substansial.
Namun, risiko nyata yaitu adanya penghentian dana setelah perbaikan
awal dilakukan sehingga harus diperhitungkan. Selain itu, setiap
kesempatan harus dimasukkan ke dalam sistem untuk perlindungan dasar
terhadap bencana yang serupa dan bahaya lokal lainnya.

2.4.3 Analisis Risiko Banjir

Kombinasi antara kerentanan dengan bahaya sehingga berpeluang


untuk terjadi risiko. Oleh karena itu analisis risiko mengukur peluang
kejadian dan tingkat kerentanan. Sedangkan analisis bahaya menentukan
bahaya yang terjadi pada sebuah fasilitas sehingga dapat mengevaluasi
dengan menentukan strategi pengamanan. Kumpulan analisis bahaya yang
telah diberi pembobotan berdasarkan peluang kejadian dapat disebut
analisis risiko.

Terdapat 2 tahap dalam penilaian risiko banjir yaitu penilaian bahaya


dan kerentanan. Penilaian bahaya dianalisis dari karakteristik besaran
peristiwa dengan frekuensi kejadian. Sedangkan penilaian kerentanan
memperhitungkan dampak suatu musibah terhadap lingkungan fisik dan
sosial, tingkat perekonomian, dan populasi. Beberapa cara dalam

16
melakukan penilaian bahaya dan kerentanan banjir yaitu mengukur
ketinggian banjir dan frekuensi kejadian banjir untuk menentukan peta
bahaya banjir.

BPLHD Provinsi Jawa Barat (2008) menyatakan bahwa terdapat 3


penyebab utama banjir di Jakarta dan sekitarnya, yaitu kondisi alam
(karakteristik sungai, topografi, geografis), dinamika kejadian alam (curah
hujan, ekstrim dan penurunan permukaan tanah), sosial ekonomi
(deforestrasi, kegiatan pembangunan, pemanfaatan bantaran sungai, dan
lemahnya penegakan hukum).

2.4.4 Penanganan ketersedian air bersih

Kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir bandang berdampak


pada perekonomian warga sehingga mendapat perhatian dari masyarakat
Indonesia. Selain itu berdampak pada kesehatan masyarakat sehingga
perlu adanya upaya pencegahan dan antisipasi terjadinya bencana yang
serupa.

Penanganan ketersediaan air bersih jangka pendek lebih baik


melibatkan pengangkutan air dan peralatan yang portable daripada
mendesain sumber air untuk perbaikan. Selain itu juga perlu dilakukan
pemantauan terkait status kesehatan, total jumlah orang yang dilayani serta
durasi kebutuhan air darurat.

Sedangkan pada tempat pengungsian dalam jangka waktu yang panjang


mempunyai potensi tinggi terhadap penyakit epidemik akibat fasilitas yang
kurang memadai. Karena kondisi kesehatan pengungsi yang buruk dengan
terus bertambahnya pengungsi dapat meningkatkan risiko epidemi
sehingga perlu di adakan promosi kesehatan intensif dan pelatihan kepada
petugas; (pemasok air,kesehatan dan lingkungan), saat dilakukan
perbaikan bertahap dalam persediaan air.

Ketersediaan jumlah air yang dibutuhkan harus memenuhi jumlah


minimum per orang. Misalnya kebutuhan air minum, memasak, kebersihan

17
pribadi dan rumah tangga. Sehingga dibutuhkan pengembangan sistem
penyediaan air bersih dan peralatan air darurat yang sesuai dengan standar.

Dalam merencanakan sistem persediaan air darurat perlu melakukan


penilaian kebutuhan bersama dengan penilaian kerusakan, sumber air, dan
penilai yang sama. Sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik antara
petugas teknik dan petugas kesehatan untuk mendapatkan kombinasi
informasi yang dapat mengidentifikasi populasi yang terkena dampak
kekurangan ketersediaan air dan air yang terkontaminasi.

Penilaian kerusakan di daerah perkotaan harus mempertimbangkan


jenis kerusakan misalnya;

1. kontaminasi sumber air dan kerusakan air baku


2. kerusakan pada pengolahan air, termasuk kerusakan struktural,
mekanis, kehilangan persediaan listrik dan kontaminasi akibat banjir
3. kerusakan pada stasiun pemompaan
4. kegagalan tekanan pada semua atau sebagian jaringan distribusi air,
yang memungkinkan aliran balik
5. kerusakan saluran air limbah dan saluran air di wilayah yang sama,
dengan rembesan lokal ke pipa air dimana tekanan berkurang
6. pipa ledeng yang rusak parah di bangunan rumah tangga atau publik,
mengakibatkan backsiphageage
7. kegagalan untuk mendisinfeksi sumber yang terkontaminasi dengan
benar, atau untuk mempertahankan yang memadai residu klorin di
seluruh sistem.

Penilaian kerusakan didaerah pedesaan dan sumber daya harus lebih


sederhana seperti instalasi kurang kompleks. Informasi berikut mengenai
sumber daya air diperlukan:

1. ketersediaan persediaan saat ini dari semua sumber, penyebab masalah


persediaan (misalnya, aliran dan sumur kering, jeda pipa, bendungan

18
kosong, tangki rusak atau tersumbat, daerah tangkapan air hancur,
dll.), dan sumber alternatif dan statusnya.
2. penyebab atau indikator kontaminasi (mis. badan manusia atau hewan
di air, perubahan warna air, kekeruhan tinggi, bau tak sedap, rasa asin,
diare atau kemungkinan penyakit terkait air lainnya dalam populasi).
Meski lebih sederhana daripada penilaian perkotaan, penilaian
kerusakan dan penilaian sumber daya pedesaan. Biasanya butuh waktu
lebih lama untuk melakukan karena jarak yang ditempuh. Informasi
mungkin dikumpulkan oleh petugas kesehatan dan masyarakat setempat,
dengan menggunakan prosedur standar dan format pelaporan, untuk
memungkinkan prioritas ditetapkan.

Kebutuhan air setiap orang berdasarkan The United Nations High


Commisioner for Refugees (1992) untuk jangka pendek saat kondisi
darurat yaitu 7 liter per hari.

1. kebutuhan harian per orang pada populasi umum: 15-20 liter


2. pengoperasian sistem pembuangan air yang terbawa air (20-40 liter
per hari per orang)
3. pada pusat makanan massal: 20-30 liter per hari per orang
4. di rumah sakit lapangan dan stasiun pertolongan pertama: 40-60 liter
per hari per orang;
5. di masjid: 5 liter per pengunjung
6. digunakan untuk ternak yang menyertai pengungsi dan pengungsi: 30
liter per hari persapi atau unta, dan 15 liter per hari per kambing atau
hewan kecil lainnya.

Selain 3-5 liter per orang per hari yang dibutuhkan untuk minum dan
memasak, persediaan air yang cukup penting sangat penting untuk
mengendalikan penyebaran penyakit yang dicuci dengan air (The Sphere,
2000).

2.5 Keamanan dan Penyediaan Air pada bencana

19
Memastikan air yang aman dan dapat diminum dalam situasi darurat /
bencana adalah fungsi penting dari kesehatan lingkungan masyarakat. Air
minum yang aman dapat meliputi air botol, air matang atau yang diolah,
tergantung pada bahaya apa yang ada. Penduduk daerah hanya boleh minum
air kemasan, direbus atau diolah sampai persediaan air mereka diuji dan
dianggap aman dikonsumsi oleh tenaga kesehatan atau tenaga sanitasi.
Warga tidak boleh menggunakan air yang terkontaminasi untuk mencuci
piring dan peralatan memasak, menggosok gigi, mencuci dan menyiapkan
makanan. Air botolan dari sumber yang tidak diketahui harus direbus atau
diolah sebelum digunakan.

2.5.1 Tujuan Tanggap Darurat Dalam Keamanan Dan Penyediaan Air Pada
Bencana
Dalam bencana besar yang mempengaruhi sistem penyedian air seperti
fasilitas pengolahan, fasilitas penyimpanan dan pemompaan, dan jaringan
distribusi, terganggu atau terkontaminasi, tujuan berikut perlu segera diatasi:

1. Pastikan bahwa persediaan air minum yang aman dan layak akan tersedia
bagi masyarakat umum.
2. Mencegah wabah penyakit yang ditularkan melalui air seperti tifoid,
kolera, disentri, hepatitis infeksi, dan lain-lain.
3. Memberikan informasi kepada publik mengenai keamanan dan
persediaan air.
4. Pertimbangkan / nilai prioritas setiap intervensi yang diperlukan dalam
perusahaan layanan makanan yang diatur.

2.5.2 Kegiatan Proritas Dari Keamanan Dan Penyediaan Air Pada Bencana
Ada sejumlah tugas yang dapat dilakukan oleh profesional kesehatan
lingkungan dalam menanggapi insiden yang menimbulkan ancaman
terhadap keselamatan dan persediaan air minum dan rekreasi.

a. Hubungi operator dan penyedia sistem air untuk menentukan apakah


layanan dan / atau kualitas air telah terkontaminasi oleh bencana.

20
b. Periksa untuk memastikan bahwa lab kontrak dapat beroperasi dan
melakukan analisis yang tepat.
c. Bantu operator dan pemasok sistem air jika diminta.
d. Cari dan atur distribusi pasokan air minum darurat.
e. Membantu staf kota praja, jika diminta, mengenai pengiriman pasokan
air darurat melalui truk tangki atau cara lain.
f. Memberikan informasi tertulis kepada publik tentang kebutuhan air,
penjatahan, penyimpanan dan desinfeksi melalui lembar fakta.
g. Perbarui situs web County untuk memberikan informasi kepada publik
tentang kebutuhan air, penjatahan, penyimpanan, dan desinfeksi.
h. Memberikan saran atau bantuan dalam desinfeksi dan dekontaminasi
sistem distribusi, tangki penyimpanan dan truk tangki air.
2.5.3 Standar minimum kebutuhan air bersih
Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau pengungsian
kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5
liter/orang/hari. Jumlah ini dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
minimal, seperti masak, makan dan minum. Pada hari kedua dan seterusnya
harus segera diupayakan untuk meningkatkan volume air sampai sekurang
kurangnya 15–20 liter/orang/ hari. Volume sebesar ini diperlukan untuk
meme-nuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci. Bilamana hal ini
tidak terpenuhi, sangat besar potensi risiko terjadinya penularan penyakit,
terutama penyaktpenyakit berbasis lingkungan. Bagi fasilitas pelayanan
kesehatan dalam rangka melayani korban bencana dan pengungsian, volume
air bersih yang perlu disediakan di Puskesmas ataurumah sakit: 50
liter/org/hari.
2.5.4 Sumber air bersih dan pengolahannya
a. Bila sumber air bersih yang digunakan untuk pengungsi berasal dari
sumber air permukaan (sungai, danau, laut, dan lain-lain), sumur gali,
sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera dilakukan pengamanan
terhadap sumber-sumber air tersebut dari kemungkinan terjadinya pence-

21
maran, misalnya dengan melakukan pemagaran ataupun pemasangan
papan pengumuman dan dilakukan perbaikan kualitasnya.
b. Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang cukup jauh
dengan tempat pengung-sian, harus dilakukan pengangkutan dengan
mobil tangki air.
c. Untuk pengolahan dapat menggunakan alat enyuling air (water
purifier/water treatment plant).
2.5.5 Beberapa cara pendistribusian air bersih berdasarkan sumbernya

a. Air Permukaan (sungai dan danau)

1. Diperlukan pompa untuk memompa air ke tempat pengolahan air


dan kemudian ke tangki penampungan air di tempat penampungan
pengungsi

2. Area disekitar sumber harus dibebaskan dari kegiatan manusia dan


hewan

b. Sumur gali

1. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan SPAL
(saluran pembuangan air limbah)

2. Bila mana mungkin dipasang pompa untuk menyalurkan air ke


tangki tangki penampungan air

c. Sumur Pompa Tangan (SPT)

1. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan SPAL
(saluran pembuangan air limbah)

2. Bila lokasinya agak jauh dari tempat penampungan pengungsi harus


disediakan alat pengangkut seperti gerobak air dan sebagainya

d. Mata Air

22
1. perlu dibuat bak penampungan air untuk kemudian disalurkan
dengan pompa ke tangki air

2. Bebaskan area sekitar mata air dari kemungkinan pencemaran

2.5.6 Tangki penampungan air bersih di tempat pengungsian


Tempat penampungan air di lokasi pengungsi dapat berupa tangki air yang
dilengkapi dengan kran air. Untuk mencegah terjadinya antrian yang
panjang dari pengungsi yang akan mengambil air, perlu diperhatikan jarak
tangki air dari tenda pengungsi minimum 30 meter dan maksimum 500
meter. Untuk keperluan penampungan air bagi kepentingan sehari hari
keluarga pengungsi, sebaiknya setiap keluarga pengungsi disediakan
tempat penampungan air keluarga dalam bentuk ember atau jerigen
volume 20 liter.

2.5.7 Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih


Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air
bersih yang sudah memenuhi persya-ratan, oleh karena itu apabila air yang
tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis,
perlu dilakukan:

a. Lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air


yang ada cukup tinggi.

b. Lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan


bahan desinfektan untuk air

c. Periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM

d. Lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik-titik


distribusi

2.5.8 Perbaikan Kualitas Air

23
Bila mana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik
maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan mutu air seprti
berikut:

a) Penjernihan Air Cepat, menggunakan :

1. Alumunium Sulfat (Tawas)


Cara Penggunaan:

a. Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter

b. Tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½


sendok teh dan langsung diaduk perlahan selama 5 menit
sampai larutan merata

c. Diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok


dari kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. Pisahkan bagian
air yang jernih yang berada di atas endapan, atau gunakan
selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap
digunakan

d. Bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu


direbus sampai mendidih atau didesinfeksi dengan aquatabs

2. Poly Alumunium Chlorida (PAC)


Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam
alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan dalam
proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium sulfat.

Kemasan PAC terdiri dari:

a. Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan


kotoran/ lumpur yang ada di dalam air

b. Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH

24
Cara Penggunaan:

a. Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak


100 liter

b. Bila air baku tersebut pH nya rendah (asam) tuangkan kapur


(kantung bubuk putih) terlebih dahulu agar pH air tersebut
menjadi netral (pH=7). Bila pH air baku sudah netral tidak perlu
digunaka lagi kapur Tuangkan larutan PAC (kantung A) kedalam
ember yang berisi air lalu aduk perlahan lahan selama 5 menit
sampai larutan tersebut merata

c. Setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai


terbentuk gumpalan/flok flok dari kotoran/lumpur dan
mengendap. Pisahkan air yang jernih dari endapan atau gunakan
selang plastic untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan

d. Bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu


direbus sampai mendidih atau di desinfeksi dengan aquatabs.
b) Desinfeksi Air
Proses desinfeksi air dapat menggunakan :
1. Kaporit (Ca(OCl)2)
Air yang telah dijernihkan dengan tawas atau PAC perlu dilakukan
desinfeksi agar tidak mengandung kuman patogen. Bahan
desinfektan untuk air yang umum digunakan adalah kaporit (70%
klor aktif). Kaporit adalah bahan kimia yang banyak digunakan
untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat dan mudah dalam
penggunaanya. Banyaknya kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi
100 liter air untuk 1 KK (5 orang) dengan sisa klor 0,2 mg/liter
adalah sebesar 71,43 mg/hari (72 mg/hari).
2. Aquatabs (Aqua tablet)
Sesuai namanya aquatabs berbentuk tablet, setiap tablet aquatabs
(8,5 mg) digunakan untuk mendesinfeksi 20 liter air bersih, dengan

25
sisa klor yang dihasilkan 0,1 – 0,15 mg/liter. Setiap 1 KK (5 jiwa)
dibutuhkan 5 tablet aquatabs per hari untuk mendesinfeksi 100 liter
air bersih.
3. Air rahmat, merupakan bahan desinfeksi untuk memperbaiki kualitas
air bersih.

2.4.9 Pengawasan Kualitas Air


Pengawasan kualitas air dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:

a. Pada awal distribusi air


Air yang tidak dilakukan pengolahan awal, perlu dilakukan pengawasan
mikrobiologi, tetapi untuk melihat secara visual tempatnya, cukup
menilai ada tidaknya bahan pencemar disekitar sumber air yang
digunakan. Perlu dilakukan test kekeruhan air untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan pengolahan awal. Perlu dilakukan test pH air, karena
untuk desinfeksi air memerlukan proses lebih lanjut bilamana pH air
sangat tinggi (pH >5). Kadar klor harus tetap dipertahankan agar tetap 2
kali pada kadar klor di kran terakhir (rantai akhir), yaitu 0,6 – 1 mg/liter
air.

b. Pada distribusi air (tahap penyaluran air), seperti di mobil tangki air perlu
dilakukan pemeriksaan kadar sisa klor.

c. Pada akhir distribusi air, seperti di tangki penampungan air, bila air tidak
mengandung sisa klor lagi perlu dilakukan pemeriksaan bakteri Coliform.
Pemeriksaan kualitas air secara berkala perlu dilakukan meliputi:

1. Sisa klor
Pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada setiap tahapan
distribusi untuk air yang melewati pengolahan

2. Kekeruhan dan pH

26
Pemeriksaan dilakukan mingguan atau bilamana terjadi perubahan
cuaca, misalkan hujan.

3. Bakteri E. coli tinjal


Pemeriksaan dilakukan mingguan disaat KLB diare dan periode
emergency dan pemeriksaan dilakukan bulanan pada situasi yang sudah
stabil dan pada periode paska bencana.

27
BAB 4
PEMBAHASAN
3.1 Bencana Banjir Bandang di Garut

STUDI KASUS

20 September 2016 malam, banjir bandang Garut menerjang tujuh


kecamatan di Kabuoaten Garut, Jawa Tengah. Tercacat sekitar 2.511 rumah rusak
berat dan ringan serta kurang lebih 100 rumah hilang akibat tersapu oleh banjir.
Sebanyak 6.361 orang diungsikan ke sejumlah lokasi pengungsian, seperto
Markas Komando Resor Militer dan Komando Distrik Militer setempat, Apotek
Wira Prima dan Rumah Sakit Guntur. Kepala Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Garut, Dadi Zakaria mengakatakan hujan deras yang terjadi
sejak pukul 19.00 WIB menyebabkan arus Sungai Cimanuk yang berada di sekitar
Kota Garut meluap. Akibat dari luapan tersebut ratusan rumah, perkantoran, dan
instalasi vital lainnya milik pemerintah yang berada di dekat sungai akhirnya tak
luput dari terjangan banjir dan banyak warga yang tidak tempat menyelamatkan
harta bendanya. Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan bahwa banjir bandang
ini petaka alam terparah sepanjang sejarah kabupaten yang dipimpinnya. Bukan
saja dari jumlah korban tewas dan kerusakan materi yang ditimbulkan, skala
banjir juga terbilang besar. Bupati juga membenarkan bahwa banjir itu akibat air
sungai Cimanuk yang sudah tidak bisa membendung air akibat hujan lebat dan
lama sejak siang hingga malam. (Liputan 6)

Tidak hanya curah hujan yang tinggi yang menjadi faktor penyebab
terjadinya banjir bandang tersebut. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
terjadinya banjir bandang yaitu tidak adanya lahan resapan atau ahli fungsi lahan,
terjadinya sedimentasi, pembuangan sampah bekas pestisida, adanya deforestasi,
dan tata ruang yang tidak tepat.

Berbagai permasalahan yang ada pada saat setelah bencana banjir bandang
adalah tempat pengungsian, kebutuhan MCK, dan air bersih. Sumur warga
terkontaminasi oleh lumpur dari banjir bandang. Padahal sumur tersebut yang

28
biasa digunakan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga
awal terjadi bencana masyarakat kesulitan air Bersih. Empat hari setelah banjir
tersebut, Palang Merah Indonesia (PMI) membangun fasilitas MCK darurat yang
bertujuan untuk meminimalisir timbulnya penyakit. Setiap harinya PMI akan
menyuplai air bersih sebanyak enam kendaraan mobil tangki air dengan kapasitas
yang dimilikinya yaitu 5.000 liter. Tidak hanya air bersih yang diberikan kepada
masyarakat, tetapi setiap warga mendapatkan jerigen air serta larutan penjernih air
untuk mendapatkan air bersih.

Tujuh hari setelah terjadi Banjir Bandang, Menteri pekerjaan umum dan
perumahan rakyat langsung meninjau lokasi banjir bandang yang kemudian
menteri tersebut akan fokus pada penanganan darurat seperti penyediaan
pengungsi dan air bersih, serta perbaikan tanggul yang runtuh. Menurut Menteri
PUPR, di lokasi pengungsian banjir bandang Garut telah mengerahkan sebanyak 7
mobil tangki, 17 hidran umum, 20 toilet bongkar pasang (knockdown), 1 truk tinja
dan 200 jerigen air yang berada di titik pengungsian. Lokasi pengungsian berada
di rumah susun dengan 5 lantai yang terdiri dari 98 unit. Selain itu, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia memberikan bantuan pada bagian kesehatan
lingkungan yaitu berupa Penjernihan Air Cepat (PAC) sebanyak 500 sachet dan
desinfektan air (kaporit) sebanyak 2 kg.

PEMBAHASAN

KETERSEDIAAN AIR PRA BENCANA

Korban banjir yaitu sebagian besar masyarakat di wilayah Kecamatan


Karangpawitan yang masih menggunakan sumur gali, sehingga dalam pengelohan
air mereka menggunakan komunal dari sumur tersebut. Upaya dalam penyediaan
air saat sebelum bencana di wilayah Kecamatan Karangpawitan sangat kurang.
Menurut studi kasus didapatkan bahwa pemukiman masyarakat yang terlalu dekat
dengan sungai Cimanuk, sehingga pemukiman tersebut dapat menganggu Daerah
Aliran Sungai (DAS). Selain pemukiman yang terlalu dekat dengan daerah aliran
air sungai, tidak adanya sumber yang dapat dilindungi di daerah sekitar apabila

29
terjadi bencana. Faktor tersebut juga menjadi faktor penyebab masalah bagi
masyarakat, yaitu dalam menggunakan air bersih secara langsung.

KETERSEDIAAN AIR SAAT BENCANA

Ketersediaan air pada saat bencana didapatkan bantuan dari PMI, PUPR
dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PUPR memberikan bantuan di
lokasi pengungsian Banjir sebanyak 7 mobil tangki, 17 hidran umum, dan 200
jerigan air yang berada di titik pengungian. Tidak hanya bantuan air bersih saja,
PUPR juga memberikan bantuan sanitasi yaitu 20 toilet bongkar pasang
(knockdown), dan 1 truk tinja. Sedangkan bantuan dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia berupa Penjernih Air Cepat (PAC) sebanyak 500 sachet dan
Desinfektan air atau kaporit sabanyak 2 kg. Sedangkan setiap harinya Palang
Merah Indonesia (PMI) menyuplai air bersih sebanyak enam kendaraan mobil
tangki air dengan kapasitas yang dimilikinya yaitu 5.000 liter. Tidak hanya air
bersih yang diberikan kepada masyarakat, tetapi setiap warga mendapatkan
jerigen air serta larutan penjernih air untuk mendapatkan air bersih.

Ada sebanyak 6.362 orang pengungsi korban banjir bandang garut yang
setiap harinya mendapatkan bantuan air bersih 6 tangki mobil dengan kapasitas
5.000 L. Dengan kata lain setiap hari masyarakat mendapatkan air bersih sebesar
4,7 liter untuk satu orang nya, yang umumnya kebutuhan air bersih setiap harinya
membutuhkan 15-20 liter per orang per hari. Artinya bahwa ketersediaan air pada
saat bencana sangat kurang memenuhi masyarakat, meskipun diberikan pula
bantuan berupa 200 jerigen air. Upaya yang dilakukan dalam ketersediaan air saat
terjadinya bencana adalah dengan cara memberikan larutan penjernih air dan
desinfektan. Pemberian penjernih air dan desinfektas tersebut memiliki tujuan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sehingga, pada ssat bantuan air bersih
kurang, masyarakat dapat mencari sumber air terdekat untuk kebutuhan air bersih.
Sumber air terdekat yang apabila terkontaminasi maka masyarakat dapat
menambahkan lauran penjernih air dan desinfektan sesuai dengan batas maksimal
yang diperbolehkan.

30
3.2 Bencana Gempa Bumi di Lombok

STUDI KASUS

Pada 5 Agustus 2018 pukul 18.46 WIB gempa yang berkekuatan 7 skala
richter (SR) mengguncang Bumi Seribu Masjid, Kabupaten Lombok Utara, Nusa
Tenggara Barat (NTB), gempa yang terjadi kali ini merupakan pergeseran
lempeng bumi yang paling parah karena gempa tektonik yang terjadi sangat
fluktuatif. Kerusakan yang diakibatkan salah satunya adalah terdapat \\, dari
kelima jembatan tesebut salah satunya berada di Kec. Tanjung dengan kerusakan
pada balok induk sepanjang 15cm sehingga jembatan ditutup sementara dan
warga harus melintas melalui jalur alternative lain yang tidak jauh dari lokasi
jembatan tersebut. Untungnya jalur nasional seluruhnya fungsional dan tidak ada
yang putus atau mengalami kerusakan parah sehingga akses lalu lintas masih
lancar. Namun tercatat titik-titik yang berpotensi longsor yakni terdapat 7 titik
disepanjang KM 57 hingga KM 64 dari Kota Mataram.

Gempa yang terjadi langsung mendapatkan respons serius dari pemerintah,


Menteri PUPR Hadi Mulyono didampingi oleh Dirjen Bina Marga Sugiyartanto,
Dirjen Cipta Karya Danis H Sumadilaga, dan Staf Ahli Bidang Keterpaduan
Pembangunan yakni Achmad Gani Ghazaly langsung berangkat menuju Lombok
Utara Pada keesokan harinya setelah terjadinya gempa, pada 6 Agustus 2018.
Rombongan berangkat menuju Lombok Utara untuk melakukan rapat koordinasi
di tenda darurat posko induk gabungan yang berlokasi di Kec. Tanjung.
Kecamatan Tanjung merupakan Ibukota dari Kabupaten Lombok Utara yang
menerima dampak korban jiwa dan material paling parah, penduduk Kec. Tanjung
kurang lebih sebanyak 47 ribu jiwa.

KETERSEDIAAN AIR PASCA BENCANA

Dirjen Cipta Karya, Danis H Sumadilaga menjelaskan bahwa setelah


terjadinya gempa terdapat beberapa jembatan dan titik longsor namun dengan
segera sudah dibenahi. Lalu yang menjadi prioritas utama yaitu penyediaan

31
fasilitas air bersih dan sanitasi, karena menurutnya adanya bencana gempa juga
menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan air bersih yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya PDAM, terutama bagi para pengungsi. Danis menjelaskan bahwa
sanitasi pasca terjadinya gempa sudah hampir terdapat 300 MCK portable dan 200
MCK knockdown yang telah berhasil dipasang, namun jumlah tersebut masih
perlu ditingkatkan karena masih merupakan bentuk tanggap darurat.

Adapun upaya dari Pemerintah untuk menyediakan sarana air bersih yakni,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Badan Geologi bergerak
cepat dalam mengatasi krisis air yang terjadi pasca gempa. Masalah air dan
sanitasi pada masa tanggap darurat menjadi bagian dari penanganan utama
masyarakat yang berada didekat lokasi pengungsian. Pemetaan sumber air telah
dilakukan oleh Kementerian ESDM dengan tujuan untuk memastikan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan pengungsi agar terpenuhi dan mempersiapkan tahapan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Dari pemetaan yang telah dilakukan, terdapat tujuh
titik sumur bor yang dikerjakan, antara lain : di Kec. Gangga (Ds. Rempek, Ds.
Bentek, posko lapangan Gondang), Kec. Pemenang (Ds. Pemenang Timur, posko
lapangan Ds. Persiapan Manggala), dan Kec. Tanjung (posko lapangan Ds.
Sigarpejalin dan lapangan Tanjung).

Dari ketujuh titik sumur bor yang dikerjakan, terdapat dua titik yang sudah
dapat dioperasikan yakni di Desa Rempek dan posko pengungsian Tanjung.
Pemanfaatan air bersih di Desa Rempek melalui tangki-tangki air dengan pompa
yang disuplai tenaga genset dan sumur bor ini terus menerus dimanfaatkan oleh
warga mengingat aliran listrik masih terputus. Sementara itu, sumur bor di Kec.
Tanjung juga dapat dimanfaatkan namun sehari setelah sumur bor di Desa
Rempek dapat digunakan, karena sebelumnya sumur bor dititik ini tidak dapat
dipakai akibat dari gempa. Penyediaan air bersih yang dilakukan oleh
Kementerian ESDM melalui Badan Geologi ini tentunya sangat bermanfaat
karena air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan dan
bersifat krusial terutama bagi pengungsi atau korban gempa.

32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan

Korban banjir yaitu sebagian besar masyarakat di wilayah Kecamatan


Karangpawitan yang masih menggunakan sumur gali, sehingga dalam pengelohan
air mereka menggunakan komunal dari sumur tersebut. Upaya dalam penyediaan
air saat sebelum bencana di wilayah Kecamatan Karangpawitan sangat kurang.
Menurut studi kasus didapatkan bahwa pemukiman masyarakat yang terlalu dekat
dengan sungai Cimanuk, sehingga pemukiman tersebut dapat menganggu Daerah
Aliran Sungai (DAS)

Upaya yang dilakukan agar tersedia air bersih hanya dilakukan pada saat
terjadi bencana. Bantuan dalam mengupayakan ketersediaan air bersih didapat
dari PMI, PUPR, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Bantuan ketersediaan air bersih setiap harinya yang diberikan oleh PMI masih
belum memenuhi kebutuhan air bersih pada pengungsi. Pengungsi yang bejumlah
6.361 orang dan setiap harinya terdapat 30.000 liter air yang disediakan, maka
perhitungannya bahwa masing-masing orang per hari akan mendapatkan air bersih
sebesar 4,7 liter. Padahal umumnya per orang setiap hari membutuhkan 15-20
liter air bersih. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih pengungsi juga
diberi larutan penjernih air dengan tujuan apabila pengungsi kesulitan mencari air
bersih dan air yang didapatkan adalah air yang keruh, maka dapat menggunakan
larutan penjernih air serta desinfektan yang teah disesuaikan dosisnya.

Dalam kasus gempa yang terjadi di Lombok. Masyarakat juga sangat kesulitan
untuk mendapatkan air bersih karena tidak berfungsinya PDAM. Upaya yang
dilakukan pemerintah adalah melakukan pemetaaan sumber air yang dilakukan
oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Badan Geologi dan
dengan dilakukannya pemetaan sumber air, ditemukan tujuh titik lokasi sumber

33
air. Penyaluran sumber air disuplai dengan tenaga genset mengingat karena aliran
listrik masih terputus.

5.2 Saran
1. Mayoritas masyarakat menggunakan air bersih dari sumur gali,
pengolahan air bersih secara komunal yang berasal dari sumur gali

2. Melakukan antisipasi terhadap kejadian berulang, sehingga perlu


perbaikan kondisi fisik sumur gali. Dengan menerapkan standar bangunan
sumur gali (SNI 03-2916-1992).

3. Mengeringkan air banjir dengan cara dipompa menuju ke DAS (daerah


aliran sungai).
4. Memperbaiki saluran drainase, dengan melakukan pengerukan akibat
pendangkalan saluran.
5. Memperbaiki tata ruang untuk tanah resapan air hujan. Dengan banyak
menanam pohon, dan konstruksi pondasi untuk penanggulangan bencana
seperti banjir, banjir badang.
6. Memberikan edukasi kepada para petani di daerah bantaran sungai tersebut
tentang cara pengelolaan sampah berupa pembuangan bekas sampah
plastik pestisida, dsb, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
7. Menegakkan kebijakan nasional tentang pendirian bangunan di daerah
aliran sungai.
8. Melakukan reboisasi dan membatasi deforestasi.

34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. n.d. Definisi dan Jenis Bencana. Diakses 8 September
2018 https://mitigasibencana.lipi.go.id/?cat=4&print=pdf-
search

Anonim.____. Pengenalan Gempa Bumi (online)


https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gempa_Bu
mi.pd(Akses 08 November 2018)
Anonim.____. Banjir dan Upaya Penanggulanganannya(online)
www.adpc.net/v2007/Programs/UDRM/.../banjir_upaya_penanggulan
gannya.pdf (Akses 08 November 2018)
Anonim. 2016. Menteri PUPR: Perbaiki Tanggul di Garut, Tempat Pengungsi dan
Air Bersih. [Online] http://poskotanews.com/2016/09/27/menteri-
pupr-perbaiki-tanggul-di-garut-tempat-pengungsi-dan-air-bersih/
(Diakses tanggal 8 September 2018)
Cnn indonesia. 2018. 387 Korban Tewas, Tanggap Darurat
Gempa Lombok Diperpanjang. Diakses 8 September 2018.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180811141234-20-
321475/387-korban-tewas-tanggap-darurat-gempa-lombok-
diperpanjang.

Depkes RI.2007. Pedoman Teknik Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana. Jakarta.
Hidayati, Nur. 2018. Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempa
Bumi Lombok Diakses 8 September 2018.
Timurhttps://prosesweb.bmkg.go.id/wp-
content/uploads/Ulasan-Guncangan-Gempa-Lombok-Timur-
29072018.pdf.

Jannah, Selfie M. 2018. Tangani Dampak Gempa di Lombok, PUPR Fokus


Penyediaan Air Bersih. Detikfinance. (diakses melalui : finance.detik.com)

Mutiah ,Dinny. 2016. Sumber Air Bersih Masih Tertutup Lumpur Banjir
Bandang Garut. [Online]

35
http://regional.liputan6.com/read/2610004/sumber-air-bersih-masih-
tertutup-lumpur-banjir-bandang-garut (Diakses tanggal 8 September 2018)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990


Pengawasan dan Syarat-syarat Kualitas Air. 3 September 2010.
_____. Jakarta
Prakarsa, Arya. 2016. Kaleidoskop 2016: Petaka Banjir Bandang di Bumi Garut.
[Online] https://www.liputan6.com/regional/read/2673659/kaleidoskop-
2016-petaka-banjir-bandang-di-bumi-garut (Diakses tanggal 8 September
2018)Tessar, Nofie. 2018. Bantu Atasi Krisis Air Bersih Korban Gempa
Lombok Kementerian ESDM Bantu Siplai Sumur Bor di Dekat Lokasi
Pengungsian. (diakses melalui : Liputan6.com)

World Health Organization. 2002. Environmental Health in Emergencies and


Disasters: a practical guide. Switzerland. WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data.
Zamzani, Fitriyan. 2016. Menelusuri hulu banjir cimanuk: (bagian satu)Rusak
mata air jadi air mata. [Online]
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-
1/16/09/30/oeb2465-menelusuri-hulu-banjir-cimanuk-bagian-1-
rusak-mata-air-jadi-air-mata (Diakses tanggal 8 September 2018)

36

Anda mungkin juga menyukai