BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional. Keunggulan obat tradisional jika dibandingkan dengan obat
modern lebih aman dan ekonomis (1). Salah satu tanaman yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan adalah takokak (Solanum torvum Swartz). Masyarakat
secara tradisional menggunakan rebusan takokak sebagai obat untuk melancarkan
sirkulasi darah, menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk
(antitusif). Analisis fitokimia dari buah takokak menunjukkan adanya golongan
senyawa polifenol seperti flavonoid dan tannin. Golongan senyawa ini dilaporkan
sebagai komponen antimikrobial yang penting (2).
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia
(3). Zat antibakteri dapat melakukan aktivitasnya melalui beberapa mekanisme
yaitu mengganggu sintesis dinding sel, mengganggu sintesis membran sel,
menganggu sintesis protein sel, dan menganggu sintesis asam nukleat. Sebagian
besar manusia pernah mengalami penyakit tertentu yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan mikroflora dalam rongga mulut. Salah satunya
adalah karies yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans(4).
Ada banyak cara menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut.
Salah satunya yaitu dengan penggunaan obat kumur. Salah satu contoh obat
kumur yang sangat mudah kita peroleh di pasaran yaitu klorheksidin.
Klorheksidin merupakan agen antimikroba berspektrum luas. Sebagai antiseptik,
Konsentrasi minimum yang efektif untuk klorheksidin adalah 0,2%. Konsentrasi
yang lebih rendah tidak efektif untuk mengurangi mikroba dalam rongga mulut.
Klorheksidin merupakan obat kumur yang paling efektif mengurangi jumlah S.
mutans.Namun, obat kumur ini telah dilaporkan memiliki sejumlah efek samping
lokal. Pada penggunaan jangka panjang didapat efek samping seperti warna
coklat gigi, rasa yang kurang enak, ulserasi mukosa mulut dan paresthesia,
pembengkakan parotis yang unilateral atau bilateral, dan peningkatan
pembentukan kalkulus supra gingival (8).Oleh karena itu pada penelitian ingin
mencari alternatif pengobatan untuk menghambat pertumbuhan plak yaitu
dengan tumbuhan berkhasiat obat salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas
antibakteri yaitu buah takokak.
B. Perumusan Masalah
1. Apakahfraksi etanol, klorofom, dan n-heksan buah takokak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhanStreptococcus mutans?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah aktivitas antibakteri dan bioautografi fraksi etanol,
klorofom, dan n-heksan buah takokak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif dalam fraksi
etanol,klorofom, dan n-heksan buah takokak yang paling efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat dan kalangan medis tentang manfaat fraksi etanol, klorofom, dan n-
heksan buah takokak (Solanum torvumSwartz) sebagai agen antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
E. Hipotesis
Fraksi etanol, klorofom, dan n-heksan buah takokak memiliki aktivitas
antibakteri dan senyawa aktif yang berperan sebagai agen antibakteri terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Morfologi tanaman
Tanaman takokak merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dan
tinggi tanaman sekitar 3 m. Bentuk batang bulat, berkayu, bercabang, berduri
jarang dan percabangannya simpodial dengan warna putih kotor. Daun
takokak tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur, bercangap,
tepi rata, ujung meruncing dan panjangnya sekitar 27-30 cm dan lebar 20-24
cm, dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip dan ibu tulang berduri.
Ciri-ciri bunga takokak, antara lain majemuk, bentuk bintang, kelopak
berbulu, bertajuk lima, runcing, panjang bunga kira-kira 5 mm, benang sari
lima, tangkai panjang kira-kira 1 mm dan kepala sari panjangnya kira-kira 6
mm berbentuk jarum, berwarna kuning, tangkai putik kira-kira 1 cm yang
berwana putih, dan kepala putik kehijauan (10).
3. Nama lain
Nama ilmiah : Solanum torvum Sw.
Nama asing : Brugmansia x insignis (Amerika Serikat)
Nama daerah: Terong pipit (Sumatera), terong rimbang (Melayu),
takokak (Jawa Barat) dan terong cepoka, atau poka, cong belut atau
cokowana (Jawa Tengah)(10).
4. Kandungan kimia
Analisis fitokimia dari buah takokak menunjukkan adanya golongan
senyawa polifenol seperti flavonoid dan tanin (1).Takokak mengandung
berbagai bahan kimia. Kandungan kimia yang terdapat pada buah dan daun
mengandung alkaloid steroid yaitu jenis solasodine 0.84%, sedangkan
kandungan buah kuning mengandung solasonine 0.1%. Kemudian, buah
mentahnya pun mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin,
vitamin A, neo-chlorogenine, dan panicolugenine, serta akarnya mengandung
jurubine. Buah takokak ini pun diketahui mengandung glukoalkaloid,
solasonine, sterolin (sitosterol-D glucoside), protein, lemak, dan mineral (10).
6
5. Khasiat tanaman
Takokak pun mampu melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan rasa
sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk (antitusif).Takokak memiliki
aktivitas pembersih superoksida yang tinggi yakni di atas 70%. Kandungan
kimia yang terdapat pada takokak mampu bertindak sebagai antioksidan dan
dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Kemudian,
takokak berfungsi sebagai anti radang karena memiliki senyawa sterol
carpesterol dan 4 juga sebagai alat kontrasepsi karena buah dan daunnya
mengandung solasodine 0.84%, yang merupakan bahan baku hormon seks
untuk kontrasepsi (10).
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillalles
Family : Streptococcacea
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans (11)
2. Morfologi
C. Gigi
Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh
tersusun, berakar didalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan menggigit.
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) didalamnya,
pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang
mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh
perawatan semestinya. Proses kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya
lubang gigi atau disebut juga karies (12).
1. Proses Pembentukan Gigi
Pembentukan gigi telah dimulai sejak janin berumur satu setengah bulan dalam
kandungan ibu, vitamin dan mineral pada khususnya kalsium dan fosfor yang
dibutyhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi yang diambil
secara otomatis dari aliran darah ibu, oleh karena penting bagi kesehatan ibu
dan bayi.
Bahan makanan yang banyak mengandung kalsium dan fosfor antara lain susu,
keju, daging, ikan, telur. Akan tetapi apabila konsumsi dalam makanan sehari-
hari dirasa kurang, dapat ditambahkan dengan mengkonsumsi obat yang
mengandung yang dierikan dengan pengawasan dokter (13).
8
2. Bagian-bagian gigi
Bentuk gigi berbeda sesuai dengan fungsinya, gigi seri untuk memotong gigi
taring yang runcing untuk menahan dan merobek, geraham untuk meng
haluskan makanan. Walaupun bentuknya berbeda-beda semua mempunyai
susunan yang sama, gigi terdiri atas :
a. Mahkota gigi (mahkota klinis)
Bagian yang menonjol diatas gusi, sedangkan mahkota anatomis adalah
bagian gigi yang dilapisi email.
b. Akar gigi
Bagian yang terpendam dalam alveolus dalam tulang maksilla atau
mandibula.
c. Leher gigi
Tempat terbentuknya mahkota anatomis dan akar gigi (14).
3. Komponen gigi
a. Email
Merupakan bahan pada tubuh, email tersusun dari 99% bahananorganik
terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatin dan hanya 1% bahan
organik. Bahan organiknya terdiri dari anamelin, suatu protein yang kaya
akan protein.
b. Dentin
Dentin terdiri dari 70% zat anorganik, 15% dan 12% air, dentin terletak
dibawah email dan merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi dentin lebih
lunak dari pada email dan melindungi pulpa.
c. Pulpa
Pulpa terdiri dari 25% zat organik dan 75% air. Jaringan pulpa merupakan
jaringan lunak yang terdapat diruang pulpa dan seluruh akar jaringan ini
terdiri dari:
1) Pembuluh limfe.
2) Pembuluh darah (arteri dan vena).
3) Urat saraf
Selain ketiga bagian ini terdapat pula jaringan pendukung atau penyangga
gigi. Jaringan periodental yang terdiri dari gingiva (gusi), sementum,
9
Pertumbuhan gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan
gusi dan diikuti dengan perubahan posisi gigi dari dalam tulang pendukung
gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Pada
umumnya, gigi sulung pertama kali akan muncul pada usia 6 bulam sesudah
lahir dan seluruh gigi sulung selesai muncul pada usia 2,5 tahun yang ditandai
dengan gigi geraham sulung kedua telah mencapai kontak dengan gigi.Urutan
10
pertama gigi sulung yang tumbuh adalah gigi seri bagian bawah(biasanya pada
usia 6-9 bulan), kemudian disusul dengan gigi seri bagian atas. Gigi seri kedua,
yaitu gigi yang tumbuh disamping gigi seri pertama akan tumbuh saat usia 7-10
tahun bulan. Terkadang gigi seri kedua dirahang bawah tumbuh lebih dulu
sebelum gigi seri kedua dirahang atas. Kemudian, satu gigi gerahamdepan
tumbuh pada usia 16-2 bulan.Gigi taring juga mulai muncul pada usia 20-30
bulan. Pada akhirnya, akar gigi sulung terbentuk sempurna padausia 3 tahun.
Kemudian, satu persatu gigi sulung akan tanggan dan akan digantikan dengan
gigi permanen yang jumlahnya 32 buah, yang dimulai saat anak berusia 5-6
tahun sampai gigi geraham bungsu muncul pada usia 19-22 tahun (12).
2. Metode Dilusi
Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan zat antimikroba dengan
media yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba. Metode inibiasanya
digunakan dalam penentuan KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) Ada 2
cara dalam metode ini :
a. Pengenceran serial dalam tabung
Zat yang diuji aktifitasnya diencerkan serial dalam media cair, lalu
diinokulasikan mikroorganisme dalam jumlah tertentu. Inkubasi pada
temperatur 37°C selama 24 jam. Aktifitas antimikroba diukur sebagai
konsentrasi terkecil yang dapat membunuh mikroorganisme atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengamatan dilakukan adalah
cara ekstraksi yang paling sederhana dengan melihat kekeruhan media
(16).
b. Penipisan lempeng agar
Zat yang akan ditentukan aktifitasnya diencerkan dalam media agar pada
temperatur ± 40°C, lalu dituang ke dalam cawan petri. Setelah lempeng
agar membeku, ditanamkan mikroorganisme dan diinkubasi pada
temperatur 37°C. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah
mikroba yang tumbuh atau melihat apakah ada koloni mikroba yang
tumbuh (16).
E. Klorheksidin
Salah satu cara untuk mengobati halitosis adalah menggunakan obat kumur
yang bertujuan untuk mengurangi dental plak dan bakteri yang hidup dalam
rongga mulut. Obat kumur yang biasa digunakan adalah klorheksidin glukonat
0,2%, klorheksidin diproduksi dengan pH antara 5-7 berupa suatu garam
klorheksidin dan gluconic acid.
F. Simplisia
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan(14). Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani
diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang
digunakan untuk suatu pembuatan, atau isolasi minyak atsiri, alkoloida, glikosida,
atau zat aktif lain, tidak harus,memenuhi syarat tersebut. Persyaratan yang
membedakan struktur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau
hewani dapat tercakup dalam masing-masing monografi, sebagai petunjuk
identitas, mutu dan kemurnianya(19).
G. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang ditetapkan(21).
1. Pembagian Ekstrak
Pembagian ekstrak dibagi menjadi 3 macam menurut sifat-sifatnya yaitu :
a. Ekstrak kental adalah ekstrak berbentuk kental yang diperoleh dari
proses penguapan sebagian penyari, hingga memenuhi persyaratan
yang ditetapkan (21).
13
I. Metode Ekstraksi
Ada beberapa cara ekstraksi yang umum digunakan yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari (21).
16
2. Cara Panas
a. Refluks adalah cara penyarian dengan menggunakan pelarut
tertentupada suhu didihnya dalam jangka waktu tertentu dengan alat
khusus yang dilengkapi dengan pendingin balik (21).
b. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik(21).
c. Digesti adalah cara penyarian dengan air menggunakan pemanasan
lemah, yaitu 40°C– 50 °C(23).
d. Infudasi dan dekok adalah cara penyarian yang dilakukan dengan air
menggunakan pemanasan tidak langsung pada suhu 90 °Cselama 15
menit (infusa). Sedangkan dekok pada waktu yang lebih lama (+30
menit)
J. Fraksinasi
Fraksinasi adalah cara kerja yang memisahkan suatu campuran menjadi
sekurang-kurangnya dua fraksi yang berbeda susunannya. Fraksinasi ditujukan
untuk mendapatkan suatu senyawa yang lebih murni dari ekstrak dengan
menghilangkan senyawa–senyawa lain. Metode fraksinasi yang digunakan
bergantung pada bahan yang akan difraksinasi dan tujuan fraksinasi. Metode yang
dapat digunakan untuk fraksinasi antara lain ekstraksi cair – cair dan kromatografi
(22).Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu
dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom. Corong pemisah
atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara
dua fase pelarut yang tak campur. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua
fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.
Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase
larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar
17
pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian
dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
K. Rendemen Ekstrak
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan
dari ekstraksi tanaman. Rendemen menggunakan satuan persen. Nilai rendemen
ekstrak menentukan jumlah ekstrak yang dihasilkan, semakin tinggi nilai
rendemen maka semakin banyak ekstrak yang dihasilkan. Kualitas ekstrak yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah rendemen ekstrak yang dihasilkan,
semakin tingginilai rendemen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu ekstrak
yang dihasilkan. Rumus menghitung rendemen ekstrak (22).
bobot ekstrak
Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia
M. Bioautografi
Metode bioautografi merupakan metode sederhana yang digunakan untuk
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri atau kapang. Metode ini
menggabungkan penggunaan teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan
respon dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas biologi dari suatu
analit yang dapat berupa antibakteri, antikapang, dan antiprotozoa (25).
Bioautografi dapat digunakan untuk mencari antibakteri atau antikapang baru,
kontrol kualitas antimikroba, dan mendeteksi golongan senyawa. Ciri khas dari
prosedur bioautografi adalah didasarkan atas teknik difusi agar, dimana senyawa
antimikroba (antibakteri) dipindahkan dari lapisan plat KLT ke medium agar yang
telah diinokulasikan dengan merata bakteri uji di dalamnya. Dari hasil inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu akan terlihat zona hambatan di sekeliling spot noda
dari plat KLT yang telah ditempelkan pada media agar. Zona hambatan
ditampakkan oleh aktivitas senyawa aktif yang terdapat di dalam bahan (isolat)
terhadap pertumbuhan bakteri uji (26).
N. Rencana Penelitian
1. Prinsip Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni.
2. Definisi Operasional
a. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu bahan yang digunakan untuk
membasmi bakteri.
b. Buah takokak diperoleh dari Biha Pesisir Barat yang diekstrak dengan
metode Maserasi.
c. Zona hambat adalah daerah bening yang terdapat disekitar lubang
sumuran yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif.
20
3. Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini yaitu buah takokak yangdiperoleh daridaerah
Krui Desa Biha.Sampel diambil menggunakan teknik selective random
sampling dengankriteria buah takokak yang dijadikan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Buah takokak yang berwarna hijau
b. Buah takokak yang bersih dan segar
4. Rancangan Percobaan
Rancangan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Perlakuan dalam penelitian ini fraksi
etanol buah takokak, fraksi klorofom buah takokak, fraksi n-heksan buah
takokak, kontrol positif, dan kontrol negatif yang terdiri dari 4 (empat)
perlakuan. Taraf konsentrasi fraksi etanol, fraksi klorofom, dan fraksi n-
heksan buah takokak, yaitu (50% dan 100% v/v) serta aquadest sebagai
kontrol negatif dan klorhesidin 0,2% sebagai kontrol positif.
5. Pengumpulan Data
Data zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dua kali yaitu
pengukuran berdasarkan garis tengah dan hasilnya dirata-ratakan. Alat
pengukuran zona hambat menggunakan pipa kapiler.
6. Analisis Data
21
BAB III
METODE PENELITIAN
kasa, penggaris, lampu UV, LAF(Laminar Air Flow), oven, chamber dan
pelat silika gel G60F254.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah takokak,blue tip,
klorhesidin, biakan bakteri S. mutans, media Nutrien Agar (NA) dan Nutrient
Broth (NB), aquadest (H2O), etanol 70% (C2H6O),kloroform(CHCl3), n-
Heksan (CH3(CH2)4CH3), Amoniak (NH3),Liebermann-Burchard, besi (III)
clorida (FeCl3) dan pereaksi Bouchardat.
C. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah buah takokak yang dikeringkan. Bahan uji
diperoleh dari Desa Biha Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
2. Uji Determinasi
Buah takokak terlebih dahulu di determinasi. Determinasi dilakukan di
Fakultas Biologi Universitas Lampung. Uji ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian telah sesuai dengan
yang dimaksudkan, sehingga tidak terjadi kesalahan penggunaan tanaman.
3. Pembuatan Simplisia Buah Takokak
Pembuatan simplisia buah takokak dilakukan dengan menimbang buah
takokak seberat 2 kilogram, lalu dicuci dan dipotong dengan ketebalan ± 3
mm. Dikeringkan dengan cara diangin anginkan selama 24 jam. Buah
takokak yang sudah diangin anginkan kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dan ditutup dengan kain hitam.
4. Uji Karakteristik Simplisia
Pengujian karakteristik simplisia yang akan dilakukan meliputi uji parameter
non spesifik, batas minimal standar uji yang akan dilakukan adalah tiga
pengujian antara lain kadar air, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut
dalam asam (22).
23
A−B
% Kadar air ¿ x 100%
A
Keterangan :
A = Berat penimbangan pertama
B = Berat penimbangan kedua
hingga bobot tetap. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap
bahan yang telah dikeringkan diudara dengan nilai syarat 2,9%.
berat abu ( g)
% Kadar abu tidak larut dalam asam = x100%
berat simplisia(g)
5. Pembuatan Ekstak Buah Takokak
Simplisia buah takokak ditimbang sebanyak 400 gram dan dimaserasi dengan
etanol 70% sampai simplisia terendam sempurna selama 24 jam sampai
pelarut jernih setiap 24 jam pelarut diganti dengan yang baru.
Maserat kemudian diasaring menggunakan kertas saring dan dipekatkan
dengan memnggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak cair 400
ml.
menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam kuat, dan
Liebermann-Burcharduntuk steroid(29).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Hasil determinasi buah takokak yang dilakukan di Laboratorium Botani
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung menunjukkan bahwa
tanaman yang digunakan adalah benar buah takokak dari famili Solanaaceae,
genus solanum L dan spesies Solanum torvum Sw (lampiran A)
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Biha
Kecaamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Hal ini dilakukan karena
28
tanaman ini tumbuh baik dan cukup banyak serta mudah ditemukan di daerah
tersebut. Tanaman buah takokak dikumpulkan, selanjutnya dilakukan sortasi
basah, kemudian buah takokak ditimbang 5kg. Setelah itu dilakukan pencucian
dengan menggunakan air mengalir dan perajangan untuk memudahkan proses
pengeringan. Adapun pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari langsung
yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dan menghindari timbulnya mikroba
yang tidak diinginkan, selanjutnya buah takokakyang sudah kering disortasi
kering dan diperoleh simplisia buah takokak sebanyak 500 gram.
Standar Syarat
No Parameter Hasil (Parameter Standar Umum Keterangan
Ekstrak Tumbuhan Obat)
1 Kadar air 8,5% ≤ 10 % Memenuhi syarat
2 Kadar Abu 6,6% ≤ 8,6 % Memenuhi syarat
3 Kadar Abu 2% ≤ 2,9 % Memenuhi syarat
Tidak Larut
Asam
Kadar air simplisia merupakan salah satu parameter non spesifik yang
tujuannya memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan. Pengujian kadar air pada dasarnya adalah
pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105ºC sampai berat
29
konstan(22). Kadar air pada penelitian ini mendapatkan hasil 8,5% (perhitungan
pada lampiran B) yang menunjukkan bahwa kadar air pada simplisia buah takokak
dalam batas normal tidak melebihi standar yang telah ditetapkan oleh parameter
standar umum ekstrak tumbuhan obat. Apabila kadar air melebihi batas yang telah
ditetapkan akan mengakibatkan simplisia mudah ditumbuhi jamur dan kapang,
yang akan menurunkan kualitas simplisia(22).
Kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari awal sampai terbentuknya simplisia dan
menentukan jumlah pengotor pada saat proses pembuatan simplisia(22). Hasil
kadar abu yang diperoleh dari simplisia buah takokak adalah 7,3% (perhitungan
pada lampiran B) yang menunjukan bahwa kadar abu pada simplisia buah takokak
dalam batas normal tidak melebihi dari nilai standar yang telah ditetapkan yaitu
8,6%. Kadar abu yang melebihi batas standar akan menyebabkan penurunan
kualitas simplisia(22).
Kadar abu tidak larut asam dilakukan bertujuan untuk menentukan tingkat
pengotoran oleh pasir atau pengotoran lainnya yang tidak larut dalam pelarut
asam(22). Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar abu tidak larut asam dari
simplisia buah takokak adalah sebesar 2% (perhitungan pada lampiran B) yang
menunjukan bahwa kadar pada simplisia buah takokak dalam batas normal tidak
melebihi dari nilai standar yang telah ditetapkan yaitu 2,9%.
etanol sebagai pelarut adalah karena pelarut etanol merupakan pelarut universal
yang dapat menarik senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut polar hingga non
polar (7).
Maserat yang diperoleh sebanyak 11 L kemudian diuapkan menggunakan
rotary evaporatorpada suhu 60 ºC hingga didapat ekstrak cair sebanyak 500 ml
kemudian di pekatkan kembali hingga diperoleh ekstrak cair 100ml dengan warna
merah bata pekat. Tujuan penguapan menggunakan rotary evaporatorpada suhu
60 ºC yaitu untuk memisahkan pelarut etanol dari ekstrak dengan menguapkan
pelarut dibawah titik didihnya sehingga menghindari kerusakan zat aktif akibat
pemanasan(21).
Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode cair-cair. Fraksinasi
dilakukan untuk memisahkan senyawa yang bersifat polar, semi polar dan non
polar. Pada penelitian ini digunakan ketiga pelarut yang dimulai dari pelarut
etanol (polar), n-heksan (non polar) dan kloroform (semi polar).
Fraksinasi pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, karena pada ulangan
kedua warna pelarut sudah terlihat jernih. Fraksi pertama menggunakan etanol dan
n-heksan yakni untuk memisahkan senyawa polar dan non polar. Fraksi kedua
menggunakan fraksi etanol dan kloroform, senyawa polar akan tertarik dengan
etanol sedangkan senyawa semi polar akan tertarik dengan kloroform. Fraksi yang
diperoleh yakni fraksi etanol (60 ml), kloroform (240 ml) dan n- heksan (200 ml).
Kemudian fraksi etanol yang diperoleh di uapkan hingga diperoleh volume fraksi
cair 40 ml.
Fraksi etanol yang diperoleh berwarna coklat kekuningan berbeda dengan
fraksi kloroforrm yang berwarna kuning muda dan fraksi n-heksan yang berwarna
jernih. Hal ini terjadi karena terdapat banyaknya senyawa yang bersifat polar
dalam buah takokak sehingga akan lebih tertarik kedalam fraksi etanol.
Sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar dan non polar sangat sedikit
dalam sampel tersebut terlihat dari warna fraksi yang lebih jernih dibandingkan
fraksi etanol.
Hal ini ditandai dengan adanya zona bening disekitar lubang sumuran pada
masing-masing konsentrasi (50% dan 100%) dan kontrol positif (klorhesidin) juga
menunjukan adanya zona hambat, tetapi pada kontrol negatif (aquadest) tidak
menunjukan zona hambat, fraksi kloroform tidak menunjukan adanya zona
hambat pada semua konsentrasi tetapi pada kontrol posotif menunjukan adanya
zona hambat, dan pada fraksi n-heksan tidak menunjukan adanya zona hambat
pada semua konsentrasi tetapi pada kontrol posotif menunjukan adanya zona
hambat. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Hasil uji daya antibakteri (A) Fraksi etanol (B) Fraksi Kloroform dan
(C) Fraksi n-heksan
Tabel 4.2 Diameter zona hambat fraksi etanol, kloroform dan n-heksan buah
takokak terhadap bakteri S. mutans
K 100% 0 0 0 0 0a
Kontrol + 11,00 11,25 11,40 33,65 11,21b
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf tika atas yang
sama (dibelakang simpangan baku) tidak berbeda nyata dengan uji
lanjut tukey
Hasil uji antibakteri menunjukan bahwa semua konsentrasi fraksi etanol buah
takokak memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans. fraksi
etanol memiliki daya hambat terhadap bakteri S.mutans untuk konsentrasi 50%
dikategorikan lemah dan pada konsentrasi 100% masuk ke dalam kategori sedang.
Zona hambat terbesar terbentuk pada konsentrasi 100% dengan diameter zona
hambat sebesar 7,06 mm, sedangkan fraksi kloroform dan n-heksan buah takokak
tidak memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi fraksi
etanol buah takokak menyebabkan meningkatnya kandungan zat aktif yang
berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans.
Setelah diperoleh data diameter zona hambat fraksi etanol buah takokak
(Solanum torvum Sw) dilakukan analisis data secara statistik menggunakan uji
One Way Anova dikarenakan hanya satu variabel penguji yaitu konsentrasi fraksi
buah takokak. Syarat dalam uji One Way Annova ialah data yang diperoleh harus
homogen. Oleh sebab itu dilakukan terlebih dahulu uji Homogenitas terhadap
bakteri S. mutans.
Berdasarkan uji homogenitas data yang didapat memiliki varian yang sama
dengan nilai sig. 0, 154> 0,05 sehingga hal ini membuktikan bahwa data yang
diperoleh homogen. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai sig. 0,000< 0,05
sehingga hasilnya signifikan. Hal tersebut membuktikan ada pengaruh
penggunaan fraksi etanol buah takokak terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans.
Kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan tukey dengan nilai sig
< 0,05 menunjukkan bahwa setiap konsentrasi menunjukkan perbedaan yang
nyata. Adapun interpretasi dari uji tukey yaitu pada K- memiliki zona hambat
yang berbeda dengan semua konsentrasi, K+ memiliki zona hambat yang berbeda
dengan semua konsentrasi, K100% memiliki zona hambat berbeda dengan semua
konsentrasi dan K50% memiliki zona hambatberbeda dengan semua konsentrasi.
33
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua konsentrasi memiliki zona hambat
yang terbentuk dari konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fraksi etanol buah takokak memilki daya hambat
antibakteri terhadap S. mutans. Hal tersebut dikarenakan didalam buah takokak
mengandung senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid yang bersifat sebagai
antibakteri(2). Berdasarkan penelitian sebelumnya konsentrasi 100% ekstrak
etanol buah takokak terhadap bakteri S. mutans memiliki diameter zona hambat
sebesesar 10,90 mm dengan respon hambatan bakteri kuat. Uraian diatas
menunjukkan bahwa fraksi etanol buah takokak menghasilkan diameter zona
hambat yang lebih kecil dibandingkan ekstrak buah takokak.
merah, ungu, biru atau hitam kuat, dan Liebermann-Burchard untuk steroid lalu
hitung Rf yang diperoleh(29).
Gambar 4.3 Hasil penampang bercak uji kromatografi lapis tipis fraksi etanol
buah takokak dengan fase gerak kloroform:metanol:air (2:5:3). A : hasl
penotolan, B : sinar tampak, C : UV 254, D : UV 366, E : amoniak , F:
Fecl3, G : bouchardat, H : Liebarmand-bouchardat
Tidak
Alkaloid Bouchardat Coklat mengalami -
perubahan
Liebarmand- Tidak
Steroid Bouchardat Biru mengalami
perubahan -
35
perpindahan senyawa aktif ke dalam medium agar yang dapat menghasilkan zona
hambat yang lebih besar dan ketersebaran bakteri dapat dijamin serta zona hambat
dapat langsung diamati pada media agar. Sedangkan pada bioautografi langsung
penyebaran bakteri pada lempeng sering tidak merata dan kemungkinan terjadinya
kontaminasi lebih besar, begitu pula halnya dengan bioautografi pencelupan yang
zona hambatnya agak sulit diamati.
Hasil bioautografi fraksi etanol buah takokak yang diuji dengan bakteri S.
mutans dengan kombinasi fase gerak menunjukkan adanya zona bening. Gambar
hasil bioautografi dapat dilihat pada gambar 4.4
Zona Bening
Gambar 4.4 Hasil bioautografi fraksi etanol buah takokak dengan fase gerak
kloroform: metanol : air (2:5:3) (v/v) terhadap bakteri S.mutans
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Fraksi etanol buah takokak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.
mutans.
2. Fraksi etanol buah takokak terbukti mengandung senyawa flavonoid dan
tanin serta golongan senyawa aktif yang paling efektif menghambat
bakteri pada fraksi etanol buah takokak adalah senyawa flavonoid dengan
nilai Rf 0,54.
38
B. Saran
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut mengenai senyawa
antibakteri yang terdapat dalam ekstrak maupun fraksi buah takokak yang
mempunyai aktivitas antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA
3. Agustrina G.Potensi Propolis Lebah Madu Apis Mellifera Spp sebagai Bahan
Antibakteri (Jurnal Mikrobiologi Farmasi) Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. 2011.
9. Sirait N.Terong cepoka (Solanum torvum) herba yang berkhasiat sebagai obat.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2009.Jurnal
Mikrobiologi Farmasi15 (1):10-12 p.
13. Voight R.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Editor Samoehadi. Edisi
3. Jogjakarta:Gajah Mada University press.113-117p
14. Ramadhan GA. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Bndung:ITB 2010
18. Parwani SR, Parwani RN, Chitnis PJ, Dadlani HP, Prasad SVS.Comparative
evaluation of anti-plaque efficacy of herbal and 0.2% chlorhexidine gluconate
mouthwash in a 4-day plaque re-growth study. J Indian Soc
Periodontol.2013;17(1):72–7.
23. Dr. Achmad Sujudi. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Defertemen Kesehatan RI; 2000. 1-77 P.
28. Akhyar.Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (Rhizophora Stylosa Griff) Terhadap Vibrio Harveyi.
Universitas Hasanuddin Makassar. 2010.
30. Ersita K.Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Sirsak (Annona
muricata Linn) Terhadap Bakteri Eschericia coli (Jurnal Mikrobiologi
Farmasi). Program Study Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bina Husada.2016.
31. Sjahid, L.R., 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dan Daun Dewandaru
(Eugunia uniflora L.), 10-11, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
41
32. Hardjono, S., 1983, Kromatografi, 32-34, Laboratorium Analisis Kimia Fisika
Pusat, UGM, Yogyakarta.
33. Sari, F.P. dan S. M. Sari. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman
Yodium (Jatropha multifida Linn) sebgai Bahan Baku Alternatif Antibiotik
Alami. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 2011.
LAMPIRAN
Lampiran B. Perhitungan Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Abu Tidak Larut
Dalam Asam
0,06
= x 100%
3
=2%
Jadi, kadar abu simplisia buah takokak sebesar 2% ≤ 2,6% (Parameter
standar simplisia)
47
Buah
Takokak
Ampas Maserat
Di maserasi kembali
hingga pelarut jernih
(tidak berubah warna
kembali)
Ampas
Maserat
Rotari evaporator
Ekstrak cair
49
Rotari evaporator
+100 mlkloroform
Fraksi n-heksan
Fraksi etanol Fraksi kloroform cair
bobot ekstrak
Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia
154 gram
= x 100 %
500 gram
=0,30
51
Lampiran H. Skema Uji Daya Anti bakteri Fraksi Buah Takokak Terhadap
S. mutans
Suspensi bakteri
-Ditambahkan
Media NA
-Dihomogenkan
Media NA yang telah
memadat dan berisi suspense
bakteri
Aktifkan pelat
silika gel
Pada suhu 110 ˚C selama 30 menit
Jenuhkan chamber
Totolkan sampel ke
plat silika gel
-Keluarkan plat
-keringkan
Deteksi bercak
Hitung Rf
54
Aktifkan pelat
silika gel
Totolkan sampel ke
plat silika gel
-Keluarkan plat
-keringkan
Masukkan ke dalam
media yang telah
ditanami bakteri
Oneway
Descriptives
Zona Hambat
95% Confidence Interval
Std. for Mean
Deviatio Std. Lower Upper
N Mean n Error Bound Bound Minimum Maximum
K+ 3 11,2500 ,25000 ,14434 10,6290 11,8710 11,00 11,50
ANOVA
Zona Hambat
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 195,984 3 65,328 2850,676 ,000
Within Groups ,183 8 ,023
Total 196,167 11
57
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Zona Hambat
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) (J) Mean Difference Std. Lower Upper
Konsentrasi Konsentrasi (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
K+ K- 11,25000 ,12360 ,000 10,8542 11,6458
K100% 4,18333* ,12360 ,000 3,7875 4,5792
*
K50% 6,08333 ,12360 ,000 5,6875 6,4792
*
K- K+ -11,25000 ,12360 ,000 -11,6458 -10,8542
*
K100% -7,06667 ,12360 ,000 -7,4625 -6,6708
K50% -5,16667* ,12360 ,000 -5,5625 -4,7708
*
K100% K+ -4,18333 ,12360 ,000 -4,5792 -3,7875
*
K- 7,06667 ,12360 ,000 6,6708 7,4625
*
K50% 1,90000 ,12360 ,000 1,5042 2,2958
K50% K+ -6,08333* ,12360 ,000 -6,4792 -5,6875
*
K- 5,16667 ,12360 ,000 4,7708 5,5625
*
K100% -1,90000 ,12360 ,000 -2,2958 -1,5042
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Zona Hambat
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2 3 4
K- 3 ,0000
K50% 3 5,1667
K100% 3 7,0667
K+ 3 11,2500
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
58
b. Fraksi kloroform
Oneway
Descriptives
zona hambat
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
k+ 3 11,2233 ,21595 ,12468 10,6869 11,7598 11,02 11,45
ANOVA
zona hambat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 283,417 3 94,472 8103,423 ,000
Within Groups ,093 8 ,012
Total 283,510 11
59
Multiple Comparisons
Dependent Variable: zona hambat
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference (I- Lower
konsentrasi konsentrasi J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
k+ K- 11,22333* ,08816 ,000 10,9410 11,5057
*
K100% 11,22333 ,08816 ,000 10,9410 11,5057
*
K50% 11,22333 ,08816 ,000 10,9410 11,5057
K- k+ -11,22333* ,08816 ,000 -11,5057 -10,9410
K100% ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
K50% ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
K100% k+ -11,22333* ,08816 ,000 -11,5057 -10,9410
K- ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
K50% ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
K50% k+ -11,22333* ,08816 ,000 -11,5057 -10,9410
K- ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
K100% ,00000 ,08816 1,000 -,2823 ,2823
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
zona hambat
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
konsentrasi N 1 2
K- 3 ,0000
K100% 3 ,0000
K50% 3 ,0000
k+ 3 11,2233
Sig. 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
60
c. Fraksi n-heksan
Oneway
Descriptives
zona hambat
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
k+ 3 11,2167 ,20207 ,11667 10,7147 11,7186 11,00 11,40
ANOVA
zona hambat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 283,081 3 94,360 9243,449 ,000
Within Groups ,082 8 ,010
Total 283,162 11
61
Multiple Comparisons
Dependent Variable: zona hambat
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
(I) konsentrasi (J) konsentrasi J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
k+ k- 11,21667 ,08250 ,000 10,9525 11,4808
k100% 11,21667* ,08250 ,000 10,9525 11,4808
k50% 11,21667* ,08250 ,000 10,9525 11,4808
*
k- k+ -11,21667 ,08250 ,000 -11,4808 -10,9525
k100% ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
k50% ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
*
k100% k+ -11,21667 ,08250 ,000 -11,4808 -10,9525
k- ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
k50% ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
*
k50% k+ -11,21667 ,08250 ,000 -11,4808 -10,9525
k- ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
k100% ,00000 ,08250 1,000 -,2642 ,2642
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
zona hambat
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
konsentrasi N 1 2
k- 3 ,0000
k100% 3 ,0000
k50% 3 ,0000
k+ 3 11,2167
Sig. 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
62
n-heksan
Fraski Etanol
g. Uji KLT-Bioautografi