Anda di halaman 1dari 2

Fanatisme

Fanatisme (Latin Fanaticus) bukanlah faham melainkan sikap yakni sikap terpesona oleh daya
kedewasaan. Sikap fanatik awal mulanya berkaitan dengan sikap yang didorong oleh alasan yang
tidak terlalu jelek yaitu daya atau kekuatan ilahi. Sikap demikian ini karena digerakkan oleh pesona
ilahi maka memiliki kedasyatan pencetusnya.
Fanatisme dipakai untuk memaksudkan sikap-sikap keras dalam memegang suatu konsep
ajaran agama tertentu. Karena begitu kerasnya maka paham ini amat dekat dengan tindakan
kekerasan. Fanatisme merupakan sikap sempit atau picik cara berpikir untuk tetap tegar dalam
ajaran agama sendiri dengan segala penjarahannya secara ketat di satu pihak dan di lain pihak
menyangkal keberadaan orang lain atau ajaran agama lain. Aktivitas penyingkiran keberadaan orang
lain yang berbeda dari dirinya dijalankan dengan segala cara, juga dengan hantaman atas prinsip-
prinsip kemanusiaan. Sikap- sikap fanatic bertentangan dengan prinsip hidup hidup beragama itu
sendiri.
Fanatisme hampir serupa dengan fundamentalisme. Fundamentalisme adalah faham
mengenai apa-apa yang merupakan fundus (dasar). Kata kerja latin Fundare berarti mengalaskan,
mendasarkan, menegakkan, memegang teguh pendirian yang mendasar. Konsep fundamental yang
di maksudkan dalam konteks ini adalah aneka pengertian yang tertulis secara harafiah dalam
sumber-sumber iman yang tidak terbantahkan (kitab suci dan ajaran para nabi).
Fundalisme identik dengan aktivitas penegakan pengertianpengertian. Karena menegakkan
ajaran-akaran fundamental, asli, otentik, mendasar dan harafiah, fundamental juga tercetus dalam
sikap-sikap menolak dan menendang yang lain. Akhirnya sikap ini sama dalam fanatisme
memungkinkan tindakan kekerasan yang di bungkus dalam bahasa suci misalnya demi membela
tuhan.

SEKULARISME
Secara etimologis, sekularisme berasal dari bahasa latin, Saeculum< yang berarti dunia, alam-
semesta, kosmos. Ajaran ini sangat menekankan faktor-faktor duniawi, profan, sebagai keterangan
dan sebab terakhir dari alam semesta dan kejadian dalam dunia. Sekularisme juga menekankan hasil
otak manusia yang berupa pertimbangan dan ilmu-ilmu modern sebagai pedoman bagi kelakuan dan
aktivitas manusia. Kosekuensi praktisnya : Allah tidak dibutuhkan lagi. Keberadaan allah disangkal,
bahkan ia dipahami telah mati.
Konsep sekularisme akan membawa orang pada suatu kesombongan manusiawi yang
mengandalkan kemampuan akal budinya. Semua yang terjadi dan dialami manusia hanyalah
pengalaman manusiawi belaka dan bisa dijelaskan pula dengan cara manusiawi.
Akan tetapi , pandangan ini jelas tidak sesuai dengan pengalaman hidup manusia. Ada pengalaman-
pengalaman tertentu yang tidak cukup dan tidak memadai bila dijelaskan hanya secara manusiawi.
Misalnya kelahiran, kematian, atauperihal keterbtasan manusia.
Dalam kaitannya dengan penghayatan hidup beragama, sekularisme perlu diwaspadai.
Dengan kemampuan befikirnya, manusia bisa enciptakan berbagai macam hal yang membawa
kesejahteraan bagi hidupnya. Semua persoalan bisa dipecahkan dan diatasi berkat kemampuan yang
dimilikinya, semua misteri dan ketidaktahuan bisa terkuak berkat adanya berbagai macam percobaan
dan penelitian. Akhirnya sikap dan ajaran ini akan mengarahkan manusia pada suatu pemahaman
bahwa dirinya dan dunianya merupakan suatu realitas yang otonom dan tidak memiliki keterarahan
kepada tuhan. Peranan Allah akan semakin di minimalkan dan akhirnya hilang sama sekali.
Keterarahan manusia dan seluruh alam semesta pada Allah yang selama ini dipahami ada menjadi
musnah. Maka dari itu, ajaran sekularisme perlu diwaspadai dan sangat tidak memadai untuk diikuti
dalam rangka mewujudkan penghayatan hidup beragama setiap orang.

Anda mungkin juga menyukai