OLEH:
IGNATIUS ANDREAS BAU LESU
11170005
Kedelai (Glycine max (L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
memiliki banyak kegunaan dan manfaat bagi kesehatan sebagai sumber protein
nabati terbaik manusia. Selain padi dan jagung Kedelai merupakan komoditas
pangan yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki banyak
kegunaan. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian
Pertanian (2016), produksi kedelai dalam negeri baru mencapai 920 ribu
ton/tahun. Pemenuhan kebutuhan kedelai sebanyak 67,99% harus diimport dari
luar negeri, hal ini terjadi karena permintaan produsen tahu dan tempe yang tinggi
sehingga produksi dalam negeri tidak mampu mencukupinya.
Kedelai memiliki nilai gizi yang cukup lengkap Sebagai bahan makanan,
karena mengandung 34,9% protein; 18,1% lemak, dan 34,8% karbohidrat serta
vitamin dan zat besi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis kacang–
kacangan lainnya (Suprapti, 2003). Dengan jumlah penduduk yang semakin
bertambah dan semakin banyaknya industri pengolahan makanan dengan
berbahan baku kedelai sehingga konsumsi kedelai di Indonesia semakin
meningkat tiap tahunnya seiring namun tidak diimbangi dengan produktivitas
kedelai yang masih rendah. Produktivitas kedelai di Indoensia rata-rata dari tahun
2011-2015 hanya mencapai 1,4 t/ha (Badan Pusat Statistik, 2017).
Banyak kendala yang dihadapi dalam usaha meningkatkan produksi
kedelai yang rendah, yang menyebabkan kebutuhan akan kedelai belum tercukupi.
Salah satu kendala yang dihadapi yaitu lahan produktifitas yang dapat ditanamai
kedelai yang semakin berkurang. Dalam mengatasi keterbatasan lahan subur
adalah dengan memanfaatkan lahan marginal. lahan pertanian yang berpotensi
tinggi untuk dikembangkan umumnya didominasi oleh lahan kering masam
seperti Ultisol. Ultisol merupakan lahan kering di Indonesia yang mempunyai
luasan areal sekitar 21% (40 juta Ha) dari luas total daratan Indonesia 192 juta Ha
(Barchia, 2009). Meskipun kedelai berpotensi untuk dikembang pada tanah ultisol
pemanfaatannya memiliki kendala karena pH tanah yang rendah sekitar 4,2-4,7.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan pH 5,5-7, namun
pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhan kedelai akan terhambat karena keracunan
aluminium (Prihatma, 2000). Kandungan Al pada tanah Ultisol berkisar antara 3-
9% dan Fe berkisar antara 1,4-4% (Barchia, 2009). Kandungan Al dan Fe yang
tinggi dapat menyebabkan kapasitas serapan fosfor lebih tinggi sehingga
menyebabkan fosfor (P) kurang tersedia bagi tanaman.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dengan cara
pemupukan. Pemupukan merupakan upaya menambahkan unsur hara sesuai yang
dibutuhkan tanaman untuk mengatasi ketersediaan hara bagi tanaman khususnya
unsur hara makro berupa fosfor (P) dan nitrogen (N). Nitrogen (N) merupakan
salah satu unsur yang berperan dalam proses fotosintesis. Persediaan nitrogen
yang terbatas akan menghambat pembentukan klorofil dan menurunkan laju
fotosintesis, serta menggangu aktivitas metabolisme tanaman (Adisarwanto,
2005). Nitrogen diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel,
termasuk protein, DNA dan RNA (Hartatik et al., 2009). Dalam menunjang
pertumbuhan tanaman, N tidak dapat bekerja sendiri dan harus diimbangi dengan
pemupukan lain seperti fosfor.
dalam metabolisme sel seperti pertumbuhan dan perkembangan akar,
Fosfor (P) diperlukan kerana merupakan sumber energi sel (ATP). Unsur P juga
dapat merangsang penambatan N udara sehingga meningkatkan serapan N pada
tanaman dengan meningkatnya jumlah bintil pada perakaran tanaman.
Kekurangam P merupakan faktor utama menurunnya produksi kedelai pada
lahan kering seperti tanah Ultisol khususnya di daerah tropik yang telah
mengalami pelapukan lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai antara pemberian P dengan N dan pemberian P tanpa N di Tanah
Ultisol?
2. Apakah akibat pemberian N terdapat dosis optimum P dalam
pertumbuhan dan produksi kedelai di Tanah Ultisol?
3. Bagaimana bentuk respon pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
dalam terhadap penambahan dosis P dan N di Tanah Ultisol?
Akar tanaman dapat menyerap nitogen dapat dalam bentuk ion nitrat (
NO−¿¿ +¿¿
3 ) dan ammonium (NH 4 ). karena ion nitrat tersebut bermuatan negatif, ion
nitrat lebih banyak diserap oleh akar tanaman sehingga selalu berada di dalam
larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Namun, tanaman akan
+¿¿
memanfaatkan N dalam bentuk ion ammonium ( NH 4 ). dalam kondisi tertentu
khususnya pada tanah–tanah masam dan kondisi anaerobik. Nitrat yang
terabsorpsi oleh akar tanaman akan terangkut dengan cepat ke daun mengikuti
alur transpirasi pada tanaman–tanaman yang tumbuh aktif dengan cepat
Unsur N banyak tersedia di udara dalam bentuk N2 tanaman tidak dapat
diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, melalui proses fiksasi N dengan
bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium beberapa tanaman legume mampu
memanfaatkan N bebas. Senyawa hidroksilamin atau amoniak akan terbentuk
dalam proses fiksasi nitrogen dari udara oleh Rhizobium dalam bintil akar. N2
disintesis menjadi asam amino atau protein dengan adanya asam oksaloasetat dan
asam keto-glutarat. Penguapan, denitrifikasi, pencucian, pengikisan dan
penyerapan oleh akar tanaman menyebabkan kehilangan nitrogen dari tanah.
Banyaknya unsur N yang terdapat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan
iklim terutama suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi, disamping aspek
tersebut dipengaruhi juga tekstur tanah. (Wiekandyne, 2012).