Anda di halaman 1dari 16

KARAKTERISTIK TEKNIK DAN BAHAN PERTANIAN

OBJEK 1

SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS

DOSEN PENGAMPU : 1. DR.FITRY TAFZI, S.TP.,MSi

2.NUR HASNAH AR. ST.P., MSi

ANGOTA KELOMPOK : 2 (DUA}

NAMA NIM

1. M. TAUFIK HAMNI ALFAROKAH J1B118029


2. ARDI SIMANJUTAK J1B1180
3. STEFANUS JOKO DEDY PURBA J1B1180
4. WINA ARDIANTI J1B1180

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karakter beras secara umum dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik padi merupakan faktor utama penentu karakter gabah dan beras.
Ukuran dan bentuk, warna, pengapuran (chalky), kandungan amilosa-amilopektin,
konsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan aroma beras merupakan karakter yang
diturunkan secara genetik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi karakter
varietas antara lain adalah butir kuning rusak, butir hijau mengapur, butir retak,
dan kadar air beras.
Karakteristik umum yang banyak mempengaruhi mutu beras di pasaran adalah (1)
ukuran dan bentuk, (2) derajat sosoh, (3) keterawangan, (4) kebersihan dan
kemurnian, (5) kepulenan dan Aroma beras, tidak seperti kebanyakan sereal
lainnya, dikonsumsi dalam bentuk butiran utuh. Dengan demikian sifat fisik beras
seperti ukuran, bentuk, keseragaman, dan kenampakan juga berperan penting
dalam hal mutu. Selanjutnya, karena beras mengalami proses penyosohan, maka
sifat penting yang menyangkut karakter fisik tersebut ditentukan terutama oleh
butiran endosperm beras.
Terdapat korelasi antara karakter beras yang dijual di pasaran dengan preferensi
beras yang dibeli konsumen. Semakin baik karakter beras makin disukai oleh
konsumen sehingga mereka membelinya untuk dikonsumsi. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa konsumen di pedesaan dan kota di Jawa Barat
membeli beras dengan mempertimbangkan karakter fisik dan fisikokimia beras
(Rachmat et al. 2006)..
Ditinjau dari sisi penerapan standar mutu beras, karakter mutu yang paling disukai
konsumen dapat diartikan sebagai identifikasi status pemahaman dan penerimaan
standar atau kelas mutu beras yang ada.Preferensi konsumen terhadap beras pada
kelas mutu tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain penampilan fisik
beras, kepulenan nasi, budaya, dan tingkat sosial-ekonomi konsumen. Konsumen
mengapresiasi kesesuaian karakter beras yang disukai dengan cara membayar
insentif harga untuk tingkat mutu beras tertentu. Hasil identifikasi dan pengujian
mutu beras ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pemilihan dan
pengembangan varietas padi dengan karakteristik mutu beras yang disukai di
wilayah setempat.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pratikum ini yaitu :
a. Menentukan bulk density (g/cm3)
b. Menentukan angle of respose gabah dan beras (o)
c. Menentukan angle of friction gabah dan beras (o)
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya pratikum ini yaitu :
a. Agar praktikan mampu memahami sifat fisik gabah dan beras.
b. Agar praktikan mampu membedakan Angle of respose dan Angle of friction.
c. Agar praktikan dapat mengetahui mana beras yang berkulitas baik mana
yang tidak.
d. Agar mampu menentukan sifat fisik gabah dan beras serta menentukan
faktor ilmiah yang mempengaruhi sifat tersebut.
e. Agar praktikan memahami tentang sifat fisik utama dari bahan pertanian
terutama gabah dan beras sebagai hasil pertanian yang paling utama untuk
penelitian dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik bahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
masalah-masalah dalam merancang suatu alat khusus untuk suatu produk
pertanian atau analisa perilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat
fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakan,
berat, prositas, densitas, dan kadar air.
Angle of repose merupakan sifat teknik dari suatu bahan berbentuk granular yang
dituang dalam suatu permukaan horizontal yang akan membentuk suatugundukan
berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap permukaan
horizontal inilah yang disebut dengan angle of respose. (Adhiguna, 2013) Angle
of friction adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan kayu dengan bidang
horizontal, pada saat gabah diatas permukaan tersebut karena gaya berat. Gaya
berat adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu. Densitas
bulk ditentukan dengan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan
merupakan hasil pembagian dengan berat granular dengan volume wadah.
Porositas merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan
padatan. Kriteria untuk bentuk dan dapat dibagi atas
berbagai macam diantaranya:
1. Charterd Standards (Gambar standar)
Yaitu dengan mengukur penampang memanjang dan menglintang akan
menghasilkan gambar standar. Contoh: round, oblate, oblong, cone, dan lain-lain.
Charted standard sangat sederhana namun bersifat sangat subjektif.
2. Roundnes
Yaitu ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Ada beberap persamaan
untuk melakukan perhitungan dengan roundness diantaranya:
Rd= Ap/Ac atau Rd= r/R atau Rd= dr/dt
3. Sphericity
Yaitu perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume sama
dengan diameter bak terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala
penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana jika suatu benda mendekati nilai
1 maka benda tersebut dapat dinyatakan mendekati nilai kebulatan.
Asumsi dari bahan yang dianggap memiliki bentuk ellips. Sphericity secara jelas
dapat dijelaskan dengan rumus:
Sphericity= (volume bahan/volume bola yang mengeliling)^1/3
4. Reseblance to Geometric Bodies (Kemiripan dengan Benda Geometris)
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda standar yang selain standar
tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda geometri yang dimaksud
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Bulat memanjang (prolate spheroid)
b. Bulat membujur (oblate spheroid)
c. Kerucut berputar/silinder.
Dimana dapat didefinisikan masing-masingnya sebagai berikut:
a. Bulat memanjang (prolate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk ellips berputar pada sumbu
panjangnya. Contoh : lemon.
b. Bulat membuju (oblate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah ellips berputar pada sumbu pendeknya.
Contoh : anggur.
c. Kerucut berputar/silinder
Yaitu bentuk yang menyerupai kerucut/ tabung. Contoh: wortel dan timun.
Bahan pada pangan biasanya berbentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan mengandung air tidak mengandung bahan padatan
begitu juga sebaliknya. Bahan pangan juga memiliki sifat cair seperti airan encer.
Kedua sifat inilah yang dinamakan sifat alir bahan pangan.
Beras adalah butiran padi yang telah dibuang, namun kulit sekam telah menjadi
bagian bagian kasar yang secara konvensional disebut dengan dedak. Gabah
merupakan hasil panenpad dari tangkai induknya. Gabah tersusun atas 15-30%
kulit luar atau sekam, 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan
sisanya merupakan lembaga.
Sekam membentu jaringan keras sehingga menjadi perisai pelindung bagi butir
beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, karbon
dioksida, dan kedap air. Sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan
oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang banyak
mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, dan niasir. Endosperm merupakan bagian
utama dari butir beras dengan pati sebagaikomposisi utamanya. Endosperm juga
mengandung protein dan selulosa dalam jumlah banyak serta vitamin dan mineral
dalam jumlah kecil.
Berikut ini dikemukakan secara umum kritera dan mutu beras diantaranya:
1. Mutu Pasar
Mutu beras dipasaran umumnya berkaitan dengan harga beras tersebut. Dalam
kaitan ini Badan Logistik (Bulog) telah menetapkan ciri penetapan mutu beras
yang akan dibeli badan tersebut. Namun ketentuan ini tidak berlaku dipasar bebas.
Ukuran beras adalah panjang butiran beras utuh menggunakan mikrometer.
2. Mutu Rasa
Mutu rasa beras yang dapat dijadikan tolak ukur memiliki sifat subjektif yang
dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, dan sebagainya. Meskipun belum ada
ketentuan yang pasti untuk menetapkan mutu beras, namun mutu rasa sudah
menjadi acuan memperkirakan jenis varietas dari produk tersebut.
3. Mutu Tanak
Yaitu persyaratan utama dalam pengolahan beras dalam dunia internasional. Hal
ini telah diterapkan dalam penerapan mutu beras di Amerika. Ciri utama dari mutu
tanak adalah pengembangan volume, kemampuan mengikat air, stabilitas
pengalengan nasi, lama waktu dalam penanakan, serta viskositas padi yang
digunakan tesebut.
4. Komposisi Beras
Kandungan standar gizi beras adalah sebesar 360 kalori ,protein sebesar 6,8 gram,
kalsium 6 mg dan zat besi 8 mg. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis
tanah adalah suhu. Perubahan secara kimia pada proses penyimpanan secara cepat
dapat terjadi pada tingkat suhu 30-40°C, sedangkan pada tingkatan suhu lebih dari
itu akan menyebabkan hilangnya daya kecambah dari gabah.
Butiran-butiran gabah memiliki karakteristik bentuk dan beragam, tergantung
varietasnya. Secara umum, subspecies padi yang ditanam di dunia dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Japonica,Javanica, dan Indica. Padi jenisJaponica
memiliki bentuk butiran gabah pendek membulat, sedangkan pdadi jenis Indica
memiliki bentuk butiran bulat memanjang. Di Indonesia jenis padi yang banyak
ditanam yaitu padi jenis Indica. Butiran gabah dapat diuraikan menjadi bagian-
bagian. Secara garis besar, bagian-bagian gabah dapat dibedakan mejnadi tiga
bagian. Bagian paling luar disebut sekam. Sekam tersusun dari palea, lemma, dan
glume. Bagian keduadisebut bagian bekatul. Bagian bekatul tersusun atas lapisan
luar, lapisan tengah, lapisan silang, testa, dan aleuron, sedangkan lapisan yang
paling dalam disebut endosperm. Gabah hasil panen kemudian diproses lebih
lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan. Tahapan pascapanen tanaman
padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan,
penyimpanan, dan pengemasan. Salah satu tahapan pascapanen yang peting yaitu
proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang sudah siap digiling atau Gabah
Kering Giling (KGK) akan diproses menjadi beras putih yang siap dikonsumsi
(Purba, 2012). Dilihat dari segi
kandungan gizi, butiran beras mengandung 70-75% karbihidrat, 6-7,5% protein, 3
% lemak, dan sedikit vitamin B2. Karbohidrat dan protein terdapat di dalam
lapisan bekatul dan endosperm, sebagian besar lemak dan vitamin B2 terdapat
dalam bekatul. Kandungan protein pada endosperm berpengaruh pada rendemen
beras kepala dan derajat keputihan butiran. Kadar protein yang tinggi membuat
butiran menjadi keras sehingga cenderung tidak patah pada saat penyosohan atau
berat sosoh. Berat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan bekatul, lembaga, dan
edikit endosperm dan butiran beras. Penilaian derajat sosoh :
a. Perhitungan berat bekatul yang terlepas setelah proses penyosohan.
b. Menggunakan pembanding standar derajat sosoh beras secara visual dengan
bantuan alat kaca pembesar.
c. Menggunakan alat Satake Milling Meter MM-1C atau whiteness meter.
Selain itu butiran beras juga tahan terhadap gesekan sehingga hanya sedikit
bangian endosperm yang terkikis. Akibatnya, derajat sosoh akan menjadi rendah.
Kualitas fisik gabh terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah.
Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang biasa
dinyatakan dalam satuan (%) dan dari berat basah (wet basis). Sedangkan tingkat
kemurnia gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadapberat
keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau
rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah akan menurun.
Kemudian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti butir
hampa, butir-butir tanah, batu-batu kerikil, potogan kayu, potongan logam, angkai
padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama, serat karung, dan sebagainya.
Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butiran-butiran bagah yang telah
terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada
tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat sosoh
terhadap berat gabah yang digiling. Kadar air
yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%. Pada kadar air yang
lebih tinggi gabah sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air yang lebih rendah
butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen (GKP), memiliki
kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum digiling kadar airnya
harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan sampai kadar air
maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut gabah kering simpan (GKS).
Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar 13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun beratsnya
sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi gabah kering
giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung digiling,
gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling. Gabah kering
giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3% dianggap
sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses
penggilingan. Proses penggilingan padi diawali dengan pembersihan awal untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah
awal. Selanjutnya gabah mengalami proses pemecahan kulit, dimana sekam yang
berbobot 20% dari bobot gabah awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan
tersisa beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui
proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna
beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari
berat gabah awal. Beras kepala sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul
sematat-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase
beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yng dipakai.
Kadar air merupakan salah satu fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air
yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya digunakan dalam persentase
berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100gram bahan
yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan
adalah setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya
tetap.
Cara pengerigan secara umum ke dalam empat golongan menurut suhu udara
pengeringnya :
a. Cara pengeringan dengan suhu sangat rendah.
b. Cara pengeringan dengan suhu rendah.
c. Cara pengeringan dengan suhu tinggi.
d. Cara pengeringan dengan suhu sangat tinggi.
BAB III

METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 06 Meret 2020, pukul 13.00
WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Fisika Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan digital/ manual, vernier
caliper / jangka sorong, papan triplek dan plat tipis ukuran 40x40 cm, pipa (tabung,
busur, penggaris).
Bahan yang digunakan adalah gabah varietas yang berbeda masing-masing 1/2 kg
dan beras varietas yang berbeda masing-masing 1/2 kg.

3.3 Prosedur Kerja


1) Diukur panjang (dmayor), lebar (dmoderat) dan tebal (dminor) untuk padi dan beras
dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong sampai pada masing-masing
bahan yang digunakan sebanyak 10 butir. Data yang didapat selanjutnya dimasukkan
pada tabel sampel bahan dan dihitung nilai rata-ratanya.
2) Ditentukan jenis padi berdasarkan ukuran panjangnya
Tabel 1. Ukuran Panjang Padi

Dmayor Jenis

>7,5 mm Sangat Panjang


6,5<dmayor<7,5 mm Panjang
5,5< dmayor<6,5mm Sedang
<5,5 mm Pendek

3) Ditentukan jenis beras berdasarkan ukuranpanjangnya

Tabel 2. Ukuran Panjang Beras


Dmayor Jenis

>7,0 mm Sangat Panjang

6,0<dmayor<7,0 mm Panjang

5,0<dmayor<6,0 mm Sedang

<5,0 mm Pendek

4) Ditentukan subjenis atau rasio diameter untuk padi (d mayor/dmoderat)


Tabel 3. Subjenis atau Rasio Diameter Padi
Rasio Jenis

>3,0 mm Slender
2,0<rasio<3,0 mm Bold
<2,0 mm Round

5) Ditentukan bulk density bahan, yaitu perbandingan massa dengan volume.


m
Bulk density =
v
Dengan m= massa dari bahan (g)
V= volume tabung (V)= ¼πd²t
t
6) Angle of respose = Arc tan
d
7) Ditentukan angle of friction, yaitu diletakkan 10 butir masing-masing bahan diatas

permukaan bidang datar (triplek/plat tipis), selanjutnya dimiringkan bidang pelan-


pelan dan diukur besar sudut kemiringan bidang pada saat bahan meluncur.
8) Ditentukan persentase beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya, yaitu

dengan cara menimbang 500 g (x), selanjutnya pisahkan dan kelompokkan beras
menjadi head rice (X1), Large broken (X2), dan small broken (X3).
X1
% head rice = *100%
X
X2
%large broken = * 100%
X
X3
% small broken = *100%
X
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Untuk pengukuran panjang (dmayor), lebar (dmoderat) dan tebal (dminor) dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Data Gabah dan Beras

R
a
t
a
Sampel -
r
Baha a
n t
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dmayor 0,590 0,41 0,51 0,52 0,50 0,53 0,52 0,55 0,57 0,52 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
5
2
2
dmodera 0,260 0,27 0,22 0,24 0,28 0,24 0,23 0,24 0,24 0,26 0
t 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
2
Beras
4
8
Dminor 0,220 0,22 0,23 0,23 0,24 0,22 0,22 0,24 0,23 0,23 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
2
2
8
Dmayor 1,000 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 1,00 1,00 1,00 1,00 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
0
0
0
dmodera 0,300 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0
t 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
Gaba
3
h
0
0
Dminor 0,400 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,30 0,40 0,40 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 ,
3
9
0

Untuk data kriteria beras dan gabah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Data Kriteria Gabah dan Beras

Kriteria Gabah Beras


Jenis bahan (sangat panjang, panjang, sedang Sedang Pendek
pendek )
Sub jenis bahan (slender, bold, round) Bold -
Berat tabung kosong W1 (g) - -
Berat tabung kosong + bahan W2 (g) - -
Volume tabung V (cm³) 3799,4 cm³ 3799,4 cm³
Bulk density (g/cm³) 0,131599g/ cm³ 0,131599g/
cm³
Angle of respose (°) 8,052° 8,052°
Angle of friction (°)
- Triplek 50° 58°
- Plat tipis 36° 34°
% butir beras utuh 22%
% butir beras patah 53%
% butir menir - 25%

4.2 Pembahasan

Pada praktikum objek pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras. Dimana
telah diketahui bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk
masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara acak sebanyak 10 buah
sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus diperhatikan nilai
pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi kekeliruan terhadap nilai
dmoderat, dan dminor. Karena kebanyakan pembacaan data antara dmoderat, dan
dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar dibandingkan
dengan dminor.

Dari data gabah secara rata-rata didapatkan nilai dmayor, dmoderat, dan
dminorberturut-turut adalah 1,000 cm, 0,300 cm, dan 0,390 cm. Sedangkan dari data rata-
rata yang didapatkan dari beras nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras adalah 0,52
cm, 0,248 cm, dan 0,288 cm Dari data ini menunjukkan bahwa nilai dari dmayor,
dmoderat, dan dminordari gabah akan lebih besar dibandingkan nilai dmayor, dmoderat,
dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai ini adalah karena beras
merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan sekam. Untuk kasus ini berlaku jika
bahan yang dibandingkan berasal dari varietas yang sama. Namun pada varietas berbeda
perbandingan ini tidak berlaku karena boleh jadi suatu varietas memang ukurannya
pendek atau panjang. Hal inilah yang menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan
pertanian.
Sedangkan hasil perhitungan angle of respose dengan pengamatan secara
manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan perhitungan
dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai dari angle
of friction. Dalam menentukan angle of respose dari gabah dan beras dilakukan
secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah 8,052° untuk
gabah dan8,052° untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi secara langsung
oleh permukaan gabah dan beras yang berbeda. Dimana permukaan gabah lebih
kasar dibandingkan dengan permukaan beras. Sehingga daya saling memegang
antar bahan pada gabah lebih besar dibandingkan dengan beras.

Dari data angle of friction dari gabah dan beras didapatkan 50° gabah pada
triplek dan58° beras pada triplek pula. Sedangkan pada plat tipis pada gabah
senilai 36° sedangkan pada beras sebesar. 34° Hampir sama dengan penjelasan
pada angle of respose dimana nilai pada angle of friction sealin dipengaruhi oleh
permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh permukaan benda peluncur (triplek
dan plat tipis).

Dalam hal ini nilai angle of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding
angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek dari plat tipis
lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada pengolahan
pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.

Dari nilai bulk density antara gabah dan beras didapatkan nilai bulk density
gabah sebesar0,131599g/ cm³ dan bulk density beras 0,131599g/ cm³.Dari
perbedaan data ini dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan
yang bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan jumlah persatuan unit
yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati
ruang yang sama dengan massa lebih besar dibandingkan dengan gabah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of
respose danangle of friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan
perhitungan rumus. Dimana angle of respose dipengaruhi oleh luas gundukan
pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan angle of friction dari gabah. Hal ini disebabkan
karena permukaan gabah yang lebih kasar yang disebabkan permukaan sekam
sehingga setian bahan saling memegang satu sama lain sehingga besarnya nilai
sudut menjadi rendah.

Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil dibanding dengan angle of
friction gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis . Dimana hal ini
disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus ditambah dengan
kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga semakin kecil.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan koefisien gesek
beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.

5.2 Saran

Saran saya pada kali ini yaitu tentang kenyamanan dalam melaksankan
praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Adhiguna, Rizky Tirta. 2013. Karakteristik Tenik Sifat Reologi Pada Produk
Pertanian. Jakarta : Erlangga.

Listyawati, 2007. Kajian Susut Pasca Panen dan Pengaruh Kadar Air Gabah
Terhadap Mutu Beras Giling Varietas Ciherang. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Purba. 2012. Teknologi Produksi Benih Gabah dan Beras. Bandung : ITB.

Rachmat, R., R. Thahir, and M. Gummert. 2006. The empirical relationship


between price and quality of rice at market level in West Java. Indonesian Journal
of Agricultural Science 7(1):27-33.
DAFTAR GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai