Anda di halaman 1dari 89

STUDI ANALISIS PANDANGAN M.

QURAISH SHIHAB
TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Syari’ah

NURFADILLAH
052411156

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
IAIN WALISONGO SEMARANG
2012
MOTTO

ăΌIJάąŦÈΩė ĄΎʼn΅ IJΉĄĦΣĘŶăŎăΛΠĘĨăΐąẃ″ΔąΎʼn΅ ąΣIJΊăẂĄĦ


ďΎΣĘķĚŎďŎΜ
ʼn℮IJỲ ăΗℓΊΉ
ė ┤Α″ĒIJ₤ ♫Ύ▪ī″Ē┴Ήę‾ ″ΔĜ
ăĴ ăĨĄΏăŏąΣIJỲ
(3 :ģŋĕĜ
╬ė)
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
*
lagi Maha Penyayang. (QS. al-Maidah: 3)

*
Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: DEPAG, 1979, hlm. 156.
PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat


dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang
selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang
tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:
o Orang tuaku tercinta (Bapak Ngaman dan Ibu Khotijah) yang selalu
memberi semangat dan motivasi dalam menjalani hidup ini.
o Suamiku tercinta (Budi Wahyono) yang selalu memotivasi dalam studi
dan penuntasan skripsi ini serta putriku terkasih (Firdilla Qoonitah
Ramadhani), semoga menjadi anak yg solehah, amin...
o Seluruh keluarga ku tercinta, semoga kalian temukan istana
kebahagiaan di dunia serta akhirat, semoga semuanya selalu berada
dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.
o Kakak dan Adikku Tercinta yang kusayangi yang selalu memberi
motivasi dalam menyelesaikan studi.
o Teman-Temanku jurusan Ekonomi Islam, Fak Syariah yang selalu
bersama-sama dalam meraih cita dan asa.

Penulis
DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,


penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah pernah ditulis oleh
orang lain atau diterbitkan, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.

Semarang, 28 Mei 2012


Deklarator,

NURFADILLAH
NIM: 052411156
ABSTRAK

Sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam


praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam rangka
mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang
dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan Islam (Sunnatullah).
Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran
dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-
Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan
telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang sempurna (QS. al-Ma'idah ayat
3). Sebagai perumusan masalah yaitu bagaimana pendapat M. Quraish Shihab
tentang dasar sistem ekonomi Islam?
Jenis penelitian ini adalah penyelidikan kepustakaan (library research)
adalah salah satu jenis penelitian melalui perpustakaan. Metode pengumpulan
datanya dengan Teknik dokumentasi atau studi dokumenter yaitu dengan meneliti
sejumlah kepustakaan (library research), kemudian memilah-milahnya dengan
memprioritaskan keunggulan pengarang. Untuk menganalisis data menggunakan
analisis data kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka
secara langsung. Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif analisis,
yaitu cara penulisan dengan mengutamakan pengamatan terhadap gejala, peristiwa
dan kondisi aktual di masa sekarang.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa M. Quraish Shihab menyatakan
bahwa tidak semua persoalan ekonomi dirinci oleh al-Qur’an, karena persoalan ini
berkembang dari masa kemasa. Atas dasar itu, al-Qur’an hanya memberi tuntunan
umum, berupa prinsip-prinsip dasar yang dapat dijabarkan umat sepanjang masa
sesuai dengan kebutuhan, kondisi sosial, dan perkembanangan masyarakat. Kita
dapat menyimpulkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam pada keyakinan tauhid.
Dari sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang ekonomi, tetapi
juga menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat. Pada buku lainnya M.
Quraish Shihab menyatakan bahwa secara umum prinsip ekonomi Islam
terangkum dalam empat prinsip pokok yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak
bebas, dan tanggung jawab. Secara kategoris sistem ekonomi yang beroperasi
dalam aktivitas ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem
ekonomi sosialis dan sistem ekonomi Islam. Karakteristik sistem ekonomi Islam
berbeda dengan sistem kapitalis maupun sosialis. Perbedaannya tidak hanya
dalam aspek normatif tetapi juga pada aspek teknis operasionalnya.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas
taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
Skripsi yang berjudul: “STUDI ANALISIS PANDANGAN M.
QURAISH SHIHAB TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM)"
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak H. Nur Fatoni, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan
layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo,
yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Seluruh Staff Fakultas Syari'ah yang telah banyak membantu dalam
akademik.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang
tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para
pembaca pada umumnya. Amin.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
DEKLARASI ............................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Telaah Pustaka .................................................................... 7
E. Metode Penelitian ................................................................ 12
F. Sistematika Pembahasan ..................................................... 13

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM


A. Pengertian Ekonomi Islam ................................................... 15
B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ............................................. 19
C. Sistem Ekonomi Islam ......................................................... 25
D. Ciri-ciri Ekonomi Islam ....................................................... 28
E. Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional ........... 32

BAB III : PENDAPAT M. QURAISH SHIHAB TENTANG DASAR


SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Biografi M. Quraish Shihab, Pendidikan dan Karyanya ........ 36
B. Pendapat M. Quraish Shihab tentang Dasar Sistem Ekonomi
Islam .................................................................... 41
1. Prinsip Dasar Ajaran Ekonomi Islam .............................. 44
2. Landasan Ekonomi Islam ............................................... 50
3. Pembentukan Karakter Pelaku Ekonomi ......................... 53
BAB IV: ANALISIS PENDAPAT M. QURAISH SHIHAB TENTANG
DASAR SISTEM EKONOMI ISLAM .................................... 56
BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 75
B. Saran-saran .......................................................................... 76
C. Penutup................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam berbeda dari agama-agama lainnya, karena Islam dilandasi

dengan iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam secara bersama-

sama, dapat diterjemahkan ke dalam teori dan juga dapat diinterpretasikan ke

dalam praktek tentang bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain.

Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat ditujukan ke arah

bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana

menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari

dalam ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari

ajaran Islam berbeda dari ekonomi tradisional. Oleh sebab itu, dalam ekonomi

Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan

ekonomi Islam.1

Dewasa ini ada dua sistem ekonomi yang dianut oleh umat manusia di

dunia, yakni sistem ekonomi Kapitalis dan sistem ekonomi Sosialis. Sistem

ekonomi Kapitalis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di belahan

Benua Amerika, Eropa Barat, dan beberapa negara di Benua Asia, sedangkan

sistem ekonomi Sosialis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di

belahan Eropa Timur dan beberapa negara Asia. Menurut sebagian pengamat

1
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003,
hlm. 12.
ekonomi, khususnya ekonom muslim, saat ini masyarakat dunia telah

mengalami kejenuhan dengan kedua sistem ekonomi tersebut. Selain itu,

dengan mengembangkan kedua sistem ekonomi itu dunia semakin hari

semakin tidak teratur, yang pada gilirannya melahirkan negara-negara yang

semakin hari semakin kaya di satu sisi dan melahirkan negara-negara yang

semakin miskin di sisi lain. Dengan kata lain, dengan menjalankan kedua

sistem ekonomi tersebut melahirkan ketidakseimbangan dalam perkembangan

ekonomi.

Dengan melihat kenyataan tersebut, maka kemudian muncul pemikiran

baru yang menawarkan ajaran Islam tentang ekonomi sebagai sebuah sistem

ekonomi alternatif.2 Sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang

dilaksanakan dalam praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi

individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam

rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan barang

dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan Islam

(Sunnatullah).3 Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang

didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai

tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem

ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam

yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang

sempurna (QS. al-Ma'idah ayat 3).

2
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 24.
3
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm.
14-
ăΌIJάąŦÈΩė ĄΎʼn΅ IJΉĄĦΣĘŶăŎăΛΠĘĨăΐ ąẃ″ΔąΎʼn΅ ąΣIJΊăẂĄĦąΐ ă
ďΎΣĘķĚŎďŎΜ
ʼn℮IJỲ ăΗℓΊΉ
ė ┤Α″ĒIJ₤ ♫Ύ
ăΏ▪ī″Ē
ΠĘ₤
┴ΉĚŏʼnǼ
ę‾ ″Δ
ąŶė
ĜăĴ ăĨĄΏ
″Βăΐ IJ₤
ăŏąΣ♥Ĝ
IJỲ
Ε
(3 :ģŋĕĜ
╬ė)
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).

Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu

saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada

ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang

didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, sistem

ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun

dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua

sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari

kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya.

Para pemikir ekonomi Islam berbeda pendapat dalam memberikan

kategorisasi terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam. Khurshid Ahmad

mengkategorisasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada: Prinsip tauhid, rub-

biyyah, khilafah, dan tazkiyah. 4 Mahmud Muhammad Bablily menetapkan

lima prinsip yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dalam Islam, yaitu: al-

ukhuwwa (persaudaraan), al-ihsan (berbuat baik), al-nasihah (memberi

4
Muslimin H. Kara, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah Indonesia
Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm 37-38
nasihat), al-istiqamah (teguh pendirian), dan al-taqwa (bersikap takwa).5

Sedangkan menurut M. Raihan Sharif dalam Islamic Social Framework,

struktur sistem ekonomi Islam didasarkan pada empat kaidah struktural, yaitu:

(1) trusteeship of man (perwalian manusia); (2) co-operation (kerja sama); (3)

limite private property (pemilikan pribadi yang terbatas); dan (4) state

enterprise (perusahaan negara).45

Prinsip ekonomi Islam juga dikemukakan Masudul Alam Choudhury,

dalam bukunya, Constributions to Islamic Economic Theory. Ekonomi Islam

menurutnya didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:

(1) the principle of tawheed and brotherhood (prinsip tauhid dan


persaudaraan), (2) the principle of work and productivity (prinsip
kerja dan produktifitas), dan (3) the principle of distributional equity
(prinsip pemerataan dalam distribusi).6

Menurut Adiwarman Karim, bangunan ekonomi Islam didasarkan atas

lima nilai universal, yakni tauhid, keadilan, kenabian, khilafah, dan Ma'ad

(hasil).7 Sehubungan dengan itu M. Quraish Shihab menyatakan bahwa

Tidak semua persoalan ekonomi dirinci oleh al-Qur’an, karena


persoalan ini berkembang dari masa kemasa. Atas dasar itu, al-Qur’an
hanya memberi tuntunan umum, berupa prinsip-prinsip dasar yang
dapat dijabarkan umat sepanjang masa sesuai dengan kebutuhan,
kondisi sosial, dan perkembanangan masyarakat. Kita dapat
menyimpulkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam pada keyakinan
tauhid. Dari sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang
ekonomi, tetapi juga menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan
akhirat.8

5
Mahmud Muhammad Bablily, Etika Bisnis: Studi Kajian Konsep Perekonomian
Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah, terj. Rosihin A. Ghani, Solo: Ramadhani, 1990, hlm. 15
6
Muslim H.Kara, op. cit, hlm. 38
7
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: III T Indonesia, 2002, hlm. 17
8
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2011, hlm. 197.
Pada buku lainnya M. Quraish Shihab menyatakan bahwa secara

umum prinsip ekonomi Islam terangkum dalam empat prinsip pokok yaitu

tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab. 9 Dari keterangan

M. Quraish Shihab tersebut masalah yang muncul adalah bagaimana ia

menjabarkan keempat prinsip tersebut, dan apakah aktualisasinya pendapat M.

Quraish Shihab tentang dasar sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi

Indonesia saat ini.

Adapun sebabnya penulis memilih tokoh tersebut sebagai berikut:

pertama, M. Quraish Shihab merupakan ulama/cendekiawan muslim yang

sangat peduli terhadap masalah ekonomi Islam walapun beliau bukan dikenal

sebagai ekonom. Berbagai pemikirannya tersebar di berbagai karyanya sebagai

berikut: Quraish Shihab (1. Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah

Mut'ah Sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru; 2. Secercah

Cahaya Ilahi; 3. Wawasan al-Qur’an).

Kedua, dengan mengungkap pemikiran tokoh tersebut diharapkan

dapat memperkaya konsep-konsep ekonomi Islam. M. Quraish Shihab: ditilik

dari segi sifat dan coraknya, pemikiran dan gagasannya tentang dasar sistem

ekonomi Islam bertolak dari keahliannya dalam bidang tafsir al-Quran yang

berdasar pada perpaduan pemikiran masa lalu dengan pemikiran modern. la

tampak berpegang pada kaidah yang umumnya dianut ulama yaitu: al-

muhafazah ala al-qadim al-shahih wa al-akhzu bi al-jadid al-ashlah

(Memelihara tradisi lama yang masih relevan dan mengambil tradisi baru yang

9
. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2011, hlm. 409.
lebih baik). Dengan kata lain, M. Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir

yang memiliki pandangan tentang ekonomi Islam. Konsep dan gagasannya

tentang dasar sistem ekonomi Islam sejalan dengan pandangan al-Qur'an yang

menjadi bidang keahliannya.

Pemikiran H.M.Quraish Shihab dalam bidang ekonomi Islam tersebut

tampak sangat dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang tafsir Al-Qur'an

yang dipadukan dengan penguasaannya yang mendalam terhadap berbagai

ilmu lainnya baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu pengetahuan umum serta

konteks masyarakat Indonesia. Dengan demikian, ia telah berhasil

membumikan gagasan Al-Qur'an tentang dasar sistem ekonomi Islam dalam

arti yang sesungguhnya, yakni sesuai dengan alam pikiran masyarakat

Indonesia.

Pemikiran dan gagasan H.M. Quraish Shihab tersebut telah pula

menunjukkan dengan jelas bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang

memiliki implikasi terhadap munculnya konsep dasar sistem ekonomi Islam

yang pada gilirannya dapat menjadi salah satu bidang kajian yang cukup

menarik. Upaya ini perlu dilakukan mengingat bahwa di dalam pemikiran

H.M. Quraish Shihab tersebut mengisyaratkan perlunya melakukan studi

secara lebih mendalam tentang dasar sistem ekonomi Islam dalam perspektif

Al-Qur'an. Dengan demikian penulis melihat tokoh ini layak untuk diteliti

karena paling tidak dapat dilihat dari tiga indikator: pertama, integritas tokoh

tersebut; kedua, karya-karyanya yang monumental; ketiga, kontribusi (jasa)

atau pengaruhnya terlihat atau dirasakan secara nyata oleh masyarakat.


Berpijak pada pentingnya masalah di atas, maka penulis hendak

mengangkat tema ini dengan judul: Studi Analisis Pandangan M. Quraish

Shihab tentang Sistem Ekonomi Islam

B. Perumusan Masalah

Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.10 Bertitik

tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan:

Bagaimana pendapat M. Quraish Shihab tentang dasar sistem ekonomi Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

Untuk mengetahui pendapat M. Quraish Shihab tentang dasar

sistem ekonomi Islam

D. Telaah Pustaka

Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya, terutama


tokoh yang dijadikan kajian. Beberapa penelitian sebelumnya antara lain:

10
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 312.
Skripsi yang berjudul Hubungan Sistem Ekonomi Islam dengan
Peranan Bank Sentral dalam Sistem Moneter Islam Menurut Muhamamd
Umer Chapra, disusun oleh Nur Zaini (NIM. 2196111). Penulis skripsi
tersebut dalam temuannya mengungkapkan bahwa karena bank sentral Islam
akan menjadi kemudi dari sebuah sistem yang secara keseluruhan beda dan
menantang, ia tidak dapat menjadi penonton pasif atau pengikut jinak teknik
konvensional. la harus memberikan peran keteladanan dan aktif dalam
keseluruhan proses islamisasi dan evolusi yang berkelanjutan sistem
perbankan, paling tidak sampai sistem itu menjadi baik dan kuat. Persis
seorang ibu, ia harus memahami, menyiapkan kelahiran, menyuapi, mendidik,
dan membantu sistem perbankan Islam berkembang.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa penelitian terdahulu titik
berat pembahasannya tentang peranan bank sentral, dan riba’ Sedangkan
penelitian saat ini titik berat pembahasannya tentang dasar sistem ekonomi
Islam.
Adapun beberapa buku yang telah diterbitkan dan berhubungan dengan
judul di atas dapat diketengahkan sebagai berikut:
Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), yang
disusun oleh Djazuli dan Yadi Yanwari. Di dalam buku itu disebutkan bahwa
dewasa ini ada dua sistem ekonomi yang dianut oleh umat manusia di dunia,
yakni sistem ekonomi Kapitalis dan sistem ekonomi Sosialis. Sistem ekonomi
Kapitalis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di belahan Benua
Amerika, Eropa Barat, dan beberapa negara di Benua Asia. Sedangkan sistem
ekonomi Sosialis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di belahan
Eropa Timur dan beberapa negara Asia. Menurut sebagian pengamat ekonomi,
khususnya ekonom muslim, saat ini masyarakat dunia telah mengalami
kejenuhan dengan kedua sistem ekonomi tersebut. Selain itu, dengan
mengembangkan kedua sistem ekonomi itu dunia semakin hari semakin tidak
teratur, yang pada gilirannya melahirkan negara-negara yang semakin hari
semakin kaya di satu sisi dan melahirkan negara-negara yang semakin miskin
di sisi lain. Dengan kata lain, dengan menjalankan kedua sistem ekonomi
tersebut melahirkan ketidakseimbangan dalam perkembangan ekonomi.
Dengan melihat kenyataan tersebut, maka kemudian muncul pemikiran baru
yang menawarkan ajaran Islam tentang ekonomi sebagai sebuah sistem
ekonomi alternatif.11 Namun persoalannya sekarang, apakah ajaran Islam
tentang ekonomi bisa dikatakan sebagai sistem ekonomi Islam? Uraian di
bawah ini akan mencoba melukis-jelaskan tentang sistem ekonomi Islam.
Berkenaan dengan pertanyaan, apakah ajaran Islam tentang ekonomi bisa
dikatakan sebagai sistem ekonomi Islam? telah muncul beberapa pendapat,
yang bila dirangkum terbagi kepada dua pendapat. Pendapat yang pertama
mengatakan bahwa ajaran Islam tentang ekonomi bisa dinyatakan sebagai
sebuah sistem ekonomi, sedangkan pendapat lain menyatakan bukan sistem
ekonomi tetapi hanya berupa norma ekonomi. Menurut M. A. Mannan,
dikotomi itu lebih pada, apakah ekonomi Islam itu sebuah "sistem" atau
sebuah "ilmu".12 Sebelum memahami lebih jauh tentang sistem ekonomi Islam
akan lebih baik bila mendeskripsikan terlebih dahulu tentang makna sistem
ekonomi itu sendiri. Sistem berarti suatu keseluruhan yang kompleks: suatu
susunan hal atau bagian yang saling berhubungan.13 Dengan kata lain, sistem
berarti sebuah totalitas terpadu yang terdiri dari unsur-unsur yang saling
berhubungan, .saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling tergantung
menuju tujuan bersama tertentu. Dengan pengertian sistem ini, maka dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah susunan
organisasi ekonomi yang mantap dan teratur.14 Dari beberapa pengertian
tersebut, maka dapat dipahami bahwa ajaran Islam tentang ekonomi dapat
dikatakan pula sebagai sebuah sistem ekonomi. Hal ini disebabkan karena

11
"Seorang ekonom berkebangsaan Perancis, Jacquen Austry, menyatakan bahwa
jalan untuk menumbuhkan ekonomi tidak hanya terbatas pada dua sistem-Kapitalisme dan
Sosialisme, melainkan ada sistem ekonomi lain yang lebih kuat, yakni sistem ekonomi Islam.,
Sedangkan Raymond Charles, seorang orientalis berkebangsaan Perancis, menyatakan
bahwa Islam telah menggariskan jalan kemajuan tersendiri”.
12
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, Jakarta: PT
Intermasa, 1992, hlm. 15.
13
Ibid.
14
Anonimous. Ekonomi Pancasila untuk Mendukung Tinggal Landas dan
Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Jakarta: Lemhannas, 1989, hlm. 8.
ajaran Islam tentang ekonomi adalah ajaran yang bersifat integral, yang tidak
terpisahkan baik dengan ajaran Islam secara keseluruhan maupun dengan
realitas kehidupan. Selain itu, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah
sistem ekonomi telah terpenuhi dalam ajaran Islam. Unsur-unsur yang harus
terpenuhi dalam sistem ekonomi Islam itu adalah: (1) sumber-sumber ekonomi
atau faktor-faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian tersebut; (2)
motivasi dan perilaku pengambil keputusan atau pemain dalam sistem itu; (3)
proses pengambilan keputusan; dan (4) lembaga-lembaga yang terdapat di
dalamnya.15
Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, yang
dikarang oleh Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim.
Dalam temuannya, penulis buku tersebut menjelaskan, tak seorang pun
menyangkal tentang pentingnya studi ekonomi saat kini. Pertarungan yang
terjadi di antara kedua blok Timur dan Barat, sebabnya kembali sebagian
besar kepada sebab-sebab ekonomis. Problema pokok yang merepotkan kini,
adalah apa yang diistilahkan dengan dunia ketiga, yang terdiri dari negara-
negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yakni problema kemunduran
ekonomi dan perlunya menumbuhkan ekonomi. Kalau ekonomi Islam belum
berperan sampai kini, tidak berarti kurang pentingnya ekonomi Islam. Sebab
sebagaimana diketahui bahwa jauhnya ekonomi Islam dari arena, tidak lain
karena terpecahnya dunia Islam dan jatuhnya sebagian besar dunia Islam ke
bawah kekejaman penjajahan, yang berusaha sekuat tenaga menjauhkan
syariat Islam, termasuk di dalamnya ekonomi Islam, dari penerapannya di
negeri-negeri Islam yang mereka duduki. 16
Islam dan Pembangunan Ekonomi, karya Umer Chapra. Dalam buku
itu dikemukakan ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi
pembangunan yang disertai dengan keadilan dan stabilitas. Lima kebijakan
tersebut adalah: (1) memberikan kenyamanan kepada faktor manusia, (2)

15Djazuli dan Yadi Janwari, op. cit., hlm 24-26.


16
Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi
Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, Terj. Abu Ahmadi dan Anshori Umar
Sitanggal, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1980, hlm. 30.
mereduksi konsentrasi kekayaan, (3) melakukan restrukturisasi ekonomi, (4)
melakukan restrukturisasi keuangan, dan (5) rencana kebijakan strategis.
Di antara tindakan-tindakan kebijakan ini mungkin sudah sangat akrab
bagi mereka yang sudah bergelut dalam literatur pembangunan. Akan tetapi,
apa yang lebih penting adalah injeksi dimensi moral ke dalam parameter
pembangunan material. Tanpa sebuah integrasi moral dan material seperti itu,
barangkali tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi atau
17
pemerataan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :18

Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang sebaik-baiknya, kemudian

ditempuhlah teknik-teknik tertentu di antaranya yang paling utama ialah

research yakni mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku jurnal

dan bentuk-bentuk bahan lain atau yang lazim disebut dengan

penyelidikan kepustakaan (library research) adalah salah satu jenis

penelitian melalui perpustakaan.19

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi atau studi

17
Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri,
Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm. 85.
18
Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu
yang memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran
pengetahuan. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. 5, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1991, hlm. 24.
19
Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42
dokumenter20 yaitu dengan meneliti sejumlah kepustakaan (library

research), kemudian memilah-milahnya dengan memprioritaskan

keunggulan pengarang.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data,21 peneliti menggunakan analisis data

kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka

secara langsung.22 Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif

analisis, yaitu cara penulisan dengan mengutamakan pengamatan terhadap

gejala, peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang.23

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, agar dapat mengarah pada tujuan yang
telah ditetapkan, maka skripsi ini disusun sedemikian rupa secara sistematis yang
terdiri dari lima bab yang masing-masing menampakkan karakteristik yang
berbeda namun dalam satu kesatuan tak terpisah.
Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara
ijmali namun holistik dengan memuat: latar belakang masalah, pokok masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,
sistematika penulisan.
20
Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi. yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Cet. 12, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 206.
21
Menurut Moh. Nazir, Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Moh. Nazir. Metode
Penelitian, Cet. 4, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hlm, 419.
22
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995, hlm. 134. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2001, hlm. 2. Koencaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet.
14, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1970, hlm. 269.
23
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999,
hlm. 15., Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Cet. 30, Yogyakarta: Andi, 2001, h1m. 3. M.
Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV. Pustaka. Setia, 2001, hlm.
89.
Bab kedua berisi tinjauan umum tentang sistem ekonomi Islam yang
meliputi pengertian ekonomi Islam, sekilas sejarah ekonomi Islam, macam-
macam sistem ekonomi, kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi Islam.
Bab ketiga berisi pendapat M. Quraish shihab tentang dasar sistem
ekonomi Islam yang meliputi biografi M. Quraish Shihab, pendidikan dan
karyanya, pendapat M. Quraish Shihab tentang dasar sistem ekonomi Islam
(prinsip dasar ajaran ekonomi Islam, landasan ekonomi Islam, pembentukan
karakter pelaku ekonomi).
Bab keempat berisi analisis pendapat M. Quraish Shihab tentang dasar
sistem ekonomi Islam.
Bab kelima berisi penutup, kesimpulan dan saran-saran
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang

mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan

dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam kerangka Syariah.

Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim dalam suatu masyarakat

Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung

kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak

universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap

dalam keputusan yang apriori (apriory judgement), benar atau salah tetap

harus diterima.24

Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah

prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utama adalah

memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam

adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-

nilai moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis

fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai

syariah.

Imamudin Yuliadi menginventarisir enam definisi ekonomi Islam

sebagai berikut:

24
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam, Yogyakarta: LPPI, 2006, hlm. 6
1. Ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan syariah yang

mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan

sumberdaya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat

menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Ekonomi Islam adalah: "Ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah

ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam.

3. Ekonomi Islam adalah: "Suatu upaya sistematik untuk memahami masalah

ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah itu dari

perspektif Islam

4. Ekonomi Islam adalah: "Tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap

tantangan ekonomi pada zamannya. Di mana dalam upaya ini mereka

dibantu oleh Al-Qur'an dan Sunnah disertai dengan argumentasi dan

pengalaman empirik

5. Ekonomi Islam adalah "Suatu upaya memusatkan perhatian pada studi

tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan

sumberdaya di bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi

6. Ekonomi Islam adalah "Cabang ilmu yang membantu merealisasikan

kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang

langka yang sejalan dengan syariah Islam tanpa membatasi kreativitas

individu ataupun menciptakan suatu ketidakseimbangan ekonomi makro

atau ekologis. 25

25
Ibid, hlm. 7
Dari beberapa definisi ekonomi Islam di atas yang relatif dapat secara

lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang komprehensif

adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu "Suatu pengetahuan dan

aplikasi dari perintah dan peraturan dalam syariah yaitu untuk menghindari

ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumberdaya material agar

memberikan kepuasan manusia, sehingga memungkinkan manusia

melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat (Islamic

economics is the knowledge and application of injunctions and rules of the

shari'ah that prevent injustice in the acquition and disposal of material

resources in order to provide satisfaction to human beings and enable them

to perform their obligations to Allah and the society).26

Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan

"pembagian" di mana aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan

menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumber-sumber

ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk menghindari

ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya terkandung perintah

(injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan.

Pengertian "memberikan kepuasan terhadap manusia" merupakan suatu

sasaran ekonomi yang ingin dicapai. Sedangkan pengertian "memungkinkan

manusia melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat"

diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek sosial

26
Ibid, hlm. 8
ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan

mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.

Namun perlu ditegaskan di sini perbedaan pengertian antara ilmu

ekonomi Islam dengan sistem ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam

merupakan suatu kajian yang senantiasa memperhatikan rambu-rambu

metodologi ilmiah. Sehingga dalam proses perkembangannya senantiasa

mengakomodasikan berbagai aspek dan variabel dalam analisis ekonomi.

Ilmu ekonomi Islam dalam batas- batas metodologi ilmiah tidak berbeda

dengan ilmu ekonomi pada umumnya yang mengenal pendekatan kuantitatif

dan kualitatif. Namun berbeda halnya dengan sistem ekonomi Islam yang

merupakan bagian dari kehidupan seorang muslim. Sistem ekonomi Islam

merupakan suatu keharusan dalam kehidupan seorang muslim dalam upaya

untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam aktivitas ekonomi. Sistem

ekonomi Islam merupakan salah satu aspek dalam sistem nilai Islam yang

integral dan komprehensif.

Suatu pertanyaan akan muncul yaitu bagaimana kaitan antara ekonomi

Islam dengan ekonomi konvensional? Sebagai suatu cabang ilmu sosial yang

mempelajari perilaku ekonomi yang memuat pernyataan positif, ekonomi

konvensional tidak secara eksplisit memuat peranan nilai (value) dalam

analisa ekonomi. Bagi seorang muslim persoalan ekonomi bukanlah

persoalan sosial yang bebas nilai (value free). Dalam perspektif Islam semua
persoalan kehidupan manusia tidak terlepas dari koridor syariah yang

diturunkan dari dua sumber utama yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. 27

B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Para pemikir ekonomi Islam berbeda pendapat dalam memberikan

kategorisasi terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam. Khurshid Ahmad

mengkategorisasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada: Prinsip tauhid, rub-

biyyah, khilafah, dan tazkiyah.28 Mahmud Muhammad Bablily menetapkan

lima prinsip yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dalam Islam, yaitu: al-

ukhuwwa (persaudaraan), al-ihsan (berbuat baik), al-nasihah (memberi

nasihat), al-istiqamah (teguh pendirian), dan al-taqwa (bersikap takwa).29

Sedangkan menurut M. Raihan Sharif dalam Islamic Social Framework,

struktur sistem ekonomi Islam didasarkan pada empat kaidah struktural,

yaitu: (1) trusteeship of man (perwalian manusia); (2) co-operation (kerja

sama); (3) limite private property (pemilikan pribadi yang terbatas); dan (4)

state enterprise (perusahaan negara).45

Prinsip ekonomi Islam juga dikemukakan Masudul Alam Choudhury,

dalam bukunya, Constributions to Islamic Economic Theory.

Ekonomi Islam menurutnya didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:

(1) the principle of tawheed and brotherhood (prinsip tauhid dan


persaudaraan), (2) the principle of work and productivity (prinsip

27
Ibid, hlm. 8-10
28
Muslimin H. Kara, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah
Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm 37-38
29
Mahmud Muhammad Bablily, Etika Bisnis: Studi Kajian Konsep
Perekonomian Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah, terj. Rosihin A. Ghani, Solo:
Ramadhani, 1990, hlm. 15
kerja dan produktifitas), dan (3) the principle of distributional equity
(prinsip pemerataan dalam distribusi).30

Menurut Adiwarman Karim, bangunan ekonomi Islam didasarkan atas

lima nilai universal, yakni tauhid, keadilan, kenabian, khilafah, dan Ma'ad

(hasil).31 Menurut Metwally yang dikutip Zainul Arifin, 32 prinsip-prinsip

ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai

pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus

memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna

memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan

untuk orang lain. Namun yang terpentirig adalah bahwa kegiatan tersebut

akan dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.

(2) Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk

kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan

individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua, Islam

menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi

usaha yang menghancurkan masyarakat.

(3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang

Muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat

keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT

dalam Al Qur'an:

30
Muslim H.Kara, op. cit, hlm. 38
31
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: III T Indonesia, 2002,
hlm. 17
32
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003,
hlm. 13.
ΑąΜ
ʼn΅ ăħ▪ΑIJė┤ΫĘė″ΈĘǻĜ
ăĢ▪Ή
Ĝ ăΏIJė
″ġąΎʼn΅ ăΒ
ăΕąΣ
ăġąΡ
Ęō┤Ή
ąΎ ėĜ
ăΚ
ʼn΅ IJΉ ąΡąΏ
ėăΜ IJIJ
(29 :●Ĝ
ŧ ΕΉ
ė) ... ąΎʼn΅ ąΕĘΏ♫ŴėăŏăħąΒăẂęģăŎ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan
perdagangan yang dilakukan secara suka sama suka di antara
kalian...' (QS 4:29).33

(4) Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang,

akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Al Qur'an mengungkapkan bahwa "Apa yang

diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari penduduk

negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-

anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan,

supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di

antara kalian..," (QS:57:7). Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam

menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa

orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistem ekonomi kapitalis, di

mana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak

terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.

(5) Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya

direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari

Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa, "Masyarakat punya hak

yang sama atas air, padang rumput dan api." Sunnah Rasulullah tersebut

menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan

produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan, harus dikelola oleh

33
Yayasan Penyelenggara/Penterjemah, op. cit, hlm. 122
negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan

dalam negeri dan industri tidak boleh dikuasai oleh individu.

(6) Seorang Muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti

diuraikan dalam Al Qur'an:

ąΎĄΙăΛąĦăĢ
ăŧ IJ΄ Ĝ
ăΏ♫ŝ ▪℮ăΔËË┬Έʼn΄ Ξ┤₤ăΜ
ĄħĚΎʼnī È♣
(281 :ģŏ⅞Ģ
Ή
ė) .IJΑąΜ
Ąΐ IJΊ▪· ĄΡIJΫ
Artinya: Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi padas hari yang
padsa waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian maing-masing diri diberi balasan yang sempurna
terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka
sedikitpun tidask dianiaya (dirugikan).(QS 2:281).34

Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan,

perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua

bentuk diskriminasi dan penindasan.

(7) Seorang Muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab)

diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian

kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut),

yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah

persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (idle assets),

termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan

permata, pendapatan bersih dari transaksi (net earning from transaction),

dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi

34
Ibid., hlm 70.
(8) Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk

pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan

perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya. Al Qur'an secara

bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga.

Islam bukanlah satu-satunya agama yang melarang pembayaran

bunga. Banyak pemikir zaman dahulu yang berpendapat bahwa pembayaran

bunga adalah tidak adil. Bahkan meminjamkan uang dengan bunga dilarang

pada zaman Yunani kuno Aristoteles adalah orang yang amat menentang dan

melarang bunga, sedang Plato juga mengutuk praktek bunga. 35 Dalam

Perjanjian Lama, larangan riba tercantum dalam Leviticus 25:27, Deutronomi

23:19, Exodus 25:25 dan dalam Perjanjian Baru dapat dijumpai dalam Lukas

6:35.

Dari banyak ayat al-Qur'an dan hadist nabi yang sebagian telah

disebutkan di muka dapat ditarik beberapa prinsip ekonomi Islam sebagai

berikut:

1. Manusia adalah makhluk pengemban amanat Allah untuk memakmurkan

kehidupan di bumi, dan diberi kedudukan sebagai khalifah (wakilnya)

yang wajib melaksanakan petunjuk-petunjuk-Nya.

2. Bumi dan langit seisinya diciptakan untuk melayani kepentingan hidup

manusia, dan ditundukkan kepadanya untuk memenuhi amanat Allah.

Allah jugalah pemilik mutlak alas semua ciptaan-Nya.

3. Manusia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

35
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 2-3.
4. Kerja adalah yang sesungguhnya menghasilkan (produktif).

5. Islam menentukan berbagai macam bentuk kerja yang halal dan yang

haram. Kerja yang halal saja yang dipandang sah.

6. Hasil kerja manusia diakui sebagai miliknya.

7. Hak milik manusia dibebani kewajiban-kewajiban yang diperuntukkan

bagi kepentingan masyarakat. Hak milik berfungsi sosial.

8. Harta jangan hanya beredar di kalangan kaum kaya saja, tetapi diratakan,

dengan jalan memenuhi kewajiban-kewajiban kebendaan yang telah

ditetapkan dan menumbuhkan kepedulian sosial berupa anjuran berbagai

macam shadaqah.

9. Harta difungsikan bagi kemakmuran bersama tidak hanya ditimbun tanpa

menghasilkan sesuatu dengan jalan diperkembangkan secara sah.

10. Harta jangan dihambur-hamburkan untuk memenuhi kenikmatan

melampaui batas. Mensyukuri dan menikmati perolehan usaha hendaklah

dalam batas yang dibenarkan syara'.

11. Memenuhi kebutuhan hidup jangan berlebihan, jangan kurang tetapi

secukupnya.

12. Kerja sama kemanusiaan yang bersifat saling menolong dalam usaha

memenuhi kebutuhan ditegakkan.

13. Nilai keadilan dalam kerjasama kemanusiaan ditegakkan.

14. Nilai kehormatan manusia dijaga dan dikembangkan dalam usaha

memperoleh kecukupan kebutuhan hidup.


15. Campur tangan negara dibenarkan dalam rangka penertiban kegiatan

ekonomi menuju tercapainya tujuan, terwujudnya keadilan sosial. 36

C. Sistem Ekonomi Islam

Sistem didefinisikan sebagai suatu organisasi berbagai unsur yang

saling berhubungan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut juga saling

mempengaruhi, dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan pemahaman semacam itu, maka kita bisa menyebutkan bahwa sistem

ekonomi merupakan organisasi yang terdiri dan bagian-bagian yang saling

bekerja sama untuk mencapai tujuan ekonomi. 37

Lalu apa yang disebut sistem ekonomi Islam? Secara sederhana kita

bisa mengatakan, sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang

didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai

tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem

ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam

yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang

sempurna (QS. al-Ma'idah ayat 3).

ĄΎʼn΅ IJΉĄĦΣĘŶăŎăΛΠĘĨăΐ ąẃ″ΔąΎʼn΅ ąΣIJΊăẂĄĦąΐ ăΐ ąħIJāă


ăΗℓΊΉ
ė┤Α″ĒIJ₤ ♫Ύ▪ī″Ē┴Ήę‾ ″ΔĜ
ăĴ ăĨĄΏăŏąΣIJỲęĤăųăΐ ąņăΏΠ
(3 :ģŋĕĜ
╬ė) ďΎΣĘķĚŎďŎΜ
ʼn℮IJỲ

36
Achmad Ramzy Tadjoedin, dkk, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta:
Tiara Waca, 1992, hlm. 13-14.
37
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
kencana, 2006, hlm. 2
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).

Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu

saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada

ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang

didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, sistem

ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun

dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua

sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari

kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya. 38

Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik

ekonomi Islam:

1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalis

(memberikan penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialis

(memberikan penghargaan terhadap persamaan dan keadilan) tidak

bertentangan dengan metode ekonomi Islam.

2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam teori

ekonomi konvensional dalam memahami ekonomi Islam.

3. Membantu para peminat studi fiqh muamalah dalam melakukan studi

perbandingan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional.

38
Ibid., hlm. 2.
Sedangkan sumber karakteristik Ekonomi Islam adalah Islam itu

sendiri yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama

mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak dan asas

hukum (muamalah).39

Pada dasarnya sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem-sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis; dan dalam beberapa hal merupakan

pertentangan antara keduanya dan berada di antara kedua ekstrim tersebut.

Sistem ekonomi Islam memiliki kebaikan-kebaikan yang ada pada sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis, tetapi bebas daripada kelemahan yang terdapat

pada kedua sistem tersebut. Hubungan antara individu dalam sistem ekonomi

Islam cukup tersusun sehingga saling membantu dan kerjasama diutamakan

dari persaingan dan permusuhan sesama mereka. Untuk tujuan tersebut,

sistem ekonomi Islam bukan saja menyediakan individu kemudahan dalam

bidang ekonomi dan sosial bahkan juga memberikan mereka juga pendidikan

moral dan latihan tertentu yang membuat mereka merasa bertanggungjawab

untuk membantu rekan-rekan sekerja dalam mencapai keinginan mereka atau

sekurang-kurangnya tidak menghalangi mereka dalam usahanya untuk

hidup.40

Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang

kapitalis yang memberikan kebebasan serta hak pemilikan kepada individu

dan menggalakkan usaha secara perseorangan. Tidak pula dari sudut pandang

39
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Prenada Media Group,
2008, hlm. 2
40
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Soerojo dan Nastangin, Jilid Ī
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 10
komunis, yang " ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan

mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam

membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya

merusak masyarakat. Pemilihan sikap yang terlalu mementingkan diri sendiri

di kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan melalui pengadaan

moral dan undang-undang. Di satu sisi pemahaman konsep ekonomi di

kalangan masyarakat berubah dan diperbaiki melalui pendidikan moral serta

di sisi yang lain, beberapa langkah tertentu yang legal diambil untuk

memastikan sifat mementingkan diri golongan kapitalis tidak sampai ke tahap

yang menjadikan mereka tamak serta serakah; dan bagi si miskin, tidak

merasa iri hati, mendendam dan kehilangan sikap toleransi. Bagian yang

terpenting dari prinsip-prinsip tersebut yang perlu bagi organisasi ekonomi

dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah dinyatakan tadi ialah hak

pemilikan individu, yang perlu untuk kemajuan manusia bukan saja

senantiasa dijaga dan terpelihara tetapi terus didukung dan diperkuat.41

D. Ciri-ciri Ekonomi Islam

Prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip

tersebut menimbulkan hal-hal sebagai berikut yang kemudian menjadi ciri

ekonomi Islam:

1. Pemilikan. Oleh karena manusia itu berfungsi sebagai khalifah yang

berkewajiban untuk mengelola alam ini guna kepentingan umat manusia

maka ia berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

41
Ibid, hlm. 11
daya alam. Dalam menjalankan tugasnya, lambat laun ia dapat

membentuk kekayaan yang menjadi miliknya. Miliknya ini dipergunakan

untuk bekerja guna memenuhi kebutuhannya dan keluarganya, dan

sebagian lagi untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia memilikinya,

namun ia tidak diperkenankan untuk merusaknya atau membakarnya,

ataupun menelantarkannya, mengingat bahwa kepemilikan ini adalah

relatif dan juga merupakan titipan dari Allah SWT.

Pemilikan ini, meskipun relatif, membawa kewajiban yang harus

dipenuhi manakala sudah sampai batas tertentu, untuk membayar

zakatnya. Pada waktu tertentu, pemilikan ini, harus diwariskan pada

sanak keluarganya dengan aturan tertentu. Pemilikan ini, meskipun relatif

dapat dipindahtangankan kepada instustusi Islam untuk menjadi barang

wakaf. Barang wakaf ini dengan demikian menjadi milik masyarakat

yang harus dihormati oleh siapapun juga.

2. Atau dijadikan modal untuk suatu perusahaan swasta, atau ikut ambil

bagian dari modal yang ditawarkan untuk investasi. Bisa saja perusahaan

memberi keuntungan, bahkan mungkin kerugian. Karena tidak mau

memikul bersama kerugian, maka pemilik memikulkan bunga modal

perusahaan. Jelas dalam Islam tidak diperkenankan. Sama halnya jika

kita meminjam uang ke bank kita harus membayar bunga modal, tetapi

kalau modalnya dipergunakan untuk perusahaan sendiri, dengan dalih

"cost of money" ia memperhitungkan bunga.


Karena diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi,

pemilik ingin menimbunnya untuk kebutuhan sewaktu-waktu atau juga

untuk spekulasi di pasar. Ini tidak diridhoi Allah SWT yang

memerintahkan untuk membelanjakannya agar tercipta pendapatan baru

bagi kalangan masyarakat.

3. Pelaksanaan perintah untuk berlomba-lomba berbuat baik. Ini dapat

dimengerti dalam dua hal. Pertama berbuat baik atau amal saleh, dan

kedua perbaikan mutu atau kualitas. Dan sekian banyak perbuatan baik

untuk mendapat ridha Allah itu adalah sadaqah baik kepada orang

seorang, atau asrama yatim piatu. Juga membantu perusahaan untuk

ditingkatkan agar dapat mengatasi persoalan perusahaannya. "Smal

Bussinesss Service" ini sudah dilaksanakan oleh beberapa perusahaan

besar yang berkewajiban mempergunakan 5% dari keuntungannya guna

menolong mereka.

4. Thaharah atau sesuci, kebersihan. Tidak hanya individu, tetapi juga

masyarakat, pemerintah, perusahaan diwajibkan menjaga kebersihan.

Karena setiap gerakan memerlukan, sebagai masukan, antara lain energi;

maka sewaktu ia bergerak, ia mengeluarkan kotoran yang harus dibuang.

Kalau pembuangannya ini sembarangan, maka timbullah kerusakan

lingkungan. Contoh kecil adalah kencing di bawah pohon atau di dalam

lubang yang dilarang dalam Islam.

5. Produk barang dan jasa harus halal. Baik cara memperoleh input,

pengolahannya dan outputnya harus dapat dibuktikan halal. Hendaklah


kita tidak begitu saja percaya terhadap label yang mengatakan

ditanggung halal. Tidaklah dapat dibenarkan bahwa hasil usaha yang

haram dipergunakan untuk membiayai yang halal.

6. Keseimbangan. Allah tidak menghendaki seseorang menghabiskan tenaga

dan waktunya untuk beribadah dalam arti sempit, akan tetapi juga harus

mengusahakan kehidupannya di dunia. Dalam mengusahakan kehidupan

di dunia ia tidak boleh boros, akan tetapi juga tidak boleh kikir.

Janganlah seseorang terlalu senang terhadap harta bendanya, tetapi juga

jangan terlalu sedih manakala ia kekurangan rizki. la harus minta tolong

kepada Allah dengan cara sabar dan mendirikan shalat.

7. Upah tenaga kerja, keuntungan dan bunga. Upah tenaga kerja diupayakan

agar sesuai dengan prestasi dan kebutuhan hidupnya. Ini mengakibatkan

keuntungan menjadi kecil yang diterima oleh pemilik saham yang pada

umumnya berkehidupan lebih baik dari mereka. Akibatnya daya beli

orang-orang kecil ini bertambah besar, dan perusahaan lebih lancar

usahanya.42

8. Upah harus dibayarkan dan jangan menunggu keringat mereka jadi kering,

mereka jadi menunggu gaji, menunggu itu semua sama dengan

menderita. Jaga juga agar harga dapat rendah karena efisiensi, dan tak

ada bunga yang dibayarkan kepada pemilik modal yang tidak bekerja.

9. Bekerja baik adalah ibadah, antara lain shalat, ibadah dalam arti sempit,

bekerja baik juga ibadah, tetapi dalam arti luas. Bekerja untuk diri sendiri
42
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 4.
dan keluarga, syukur dapat memberi kesempatan kerja bagi orang lain. la

bekerja baik diserta rasa bersyukur atas perolehannya serta mencari

ridhio illahi.

10. Kejujuran dan tepat janji. Segala perbuatan seseorang harus mengandung

kejujuran, baik berbicara, takaran dan timbangan, serta mutu, dan selalu

menepati janjinya.

11. Kelancaran pembangunan. Ciri tersebut di atas dapat menjamin bahwa

pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar. Pembangunan wajib

dijalankan untuk mencapai negeri yang indah, dan Allah memberi

ampunan. Manusia dilarang berkeliaran di muka bumi baik di darat

maupun di lautan untuk membuat kejahatan dan kerusakan di mana-

mana. Kerusakan dan kejahatan ini adalah hasil tangan-tangan mereka

sendiri yang akan menimpa pada umat manusia. Barang siapa berbuat

baik (pembangunan) maka untuk dirinya sendiri, dan barang siapa

berbuat jahat (kerusakan) maka juga untuk dirinya sendiri, barang siapa

kikir maka ia sesungguhnya kikir untuk dirinya sendiri. 43

E. Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional

Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional boleh dilihat

dari beberapa sudut yaitu:

1. Sumber (Epistemology)

Sebagai sebuah addin yang syumul, sumbernya berasaskan kepada

sumber yang mutlak yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kedudukan sumber

43
Ibid., hlm. 6.
yang mutlak ini menjadikan Islam itu sebagai suatu agama (addin) yang

istimewa dibanding dengan agama-agama ciptaan lain. Al-Qur'an dan As-

Sunnah ini menyuruh kita mempraktikkan ajaran wahyu tersebut dalam

semua aspek kehidupan termasuk soal muamalah. Perkara-perkara asas

muamalah dijelaskan di dalam wahyu yang meliputi suruhan dan larangan.

Suruhan seperti makan dan minum menjelaskan tentang tuntutan

keperluan asasi manusia. Penjelasan Allah SWT. tentang kejadian-Nya

untuk dimanfaatkan oleh manusia (QS. Yasin ayat 34-35, 72-73) (QS. an-

Nahl ayat 5-8, 14, 80) menunjukkan bahwa alam ini disediakan begitu

untuk dibangunkan oleh manusia sebagai Khalifah Allah (QS. al-Baqarah

ayat 30).44

Larangan-larangan Allah SWT. seperti riba (QS. al-Baqarah ayat

275) perniagaan babi, judi, arak, dan lain-lain karena perkara-perkara

tersebut mencerobohi fungsi manusia sebagai khalifah tadi. Oleh karena

itu, sumber rujukan untuk manusia dalam semua keadaan termasuk

persoalan ekonomi ini adalah lengkap. Kesemuanya itu menjurus kepada

suatu tujuan yaitu pembangunan seimbang rohani dan jasmani manusia

berasaskan tauhid. Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau

berlandaskan wahyu. Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang

bisa berubah berdasarkan waktu atau masa sehingga diperlukan maklumat

yang baru. Kalau ada ketikanya diambil dari wahyu tetapi akal

memprosesnya mengikuti selera manusia sendiri karena tujuannya

44
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
kencana, 2006, hlm. 8
mendapat pengiktirafan manusia bukan mengambil pengiktirafan Allah

SWT. Itu bedanya antara sumber wahyu dengan sumber akal manusia atau

juga dikenal sebagai falsafah yang lepas bebas dari ikatan wahyu.

Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda

karena itu pakar ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai al-falah di

dunia dan akhirat, sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba

menyelesaikan segala permasalahan yang timbul tanpa ada pertimbangan

mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan tetapi lebih mengutamakan

untuk kemudahan manusia di dunia saja.

2. Tujuan Kehidupan

Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah

(kejayaan) di dunia dan akhirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk

kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam meletakkan manusia sebagai

khalifah di muka bumi ini di mana segala bahan-bahan yang ada di bumi

dan di langit adalah diperuntukan untuk manusia.45 Firman Allah SWT.

dalam QS. an-Nahl ayat 12-13:

ďĥ ėăŏĚņăŧ ĄΏĄΌΜ
ĄĴ ěΕΉ
ėăΛ ăŏăΐ IJ⅞▪Ή
ėăΛ ăŝ ąΐ ĚūΉ
ėăΛ ăŎĜ
ăΚ
ΠĘ₤ ąΎʼn΅ IJΉIJā
12
ăŎ♂
IJŌIJΑ
Ĝ
ăΏ
ΜʼnΊ
ăΛĘ⅞
♀ąẃăΡ♫ΌąΜIJ⅞ĘΉęĥ ĜăΡÁĀIJΉă Ę
♀13♂ IJΑ Ąŏ┤΄
Λ ┤ōăΡ♫ΌąΜ IJ⅞ĘΉ♥ĤăΡÁĀIJΉă ĘΉIJŌΠĘ₤┤
Artinya: Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu)
dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian

45
Ibid., hlm. 9.
itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memahami (Nya), (QS. an-Nahl: 12).
BAB III

PENDAPAT M. QURAISH SHIHAB

TENTANG DASAR SISTEM EKONOMI ISLAM

A. Biografi M. Quraish Shihab, Pendidikan dan Karyanya

Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16

Februari 1944. Ia termasuk ulama dan cendikiawan muslim Indonesia yang

dikenal ahli dalam bidang tafsir al-Qur'an. Ayah Quraish Shihab, Prof. KH

Abdrurahman Shihab, seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir.

Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang tokoh pendidik yang

memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.

Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua

perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia

(UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian

timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai mantan

rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959 – 1965 dan IAIN

1972 – 1977.

Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan

motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya

yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat seperti

inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-

ayat al-Qur'an.
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujungpandang.

Setelah itu ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di kota Malang

sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Falaqiyah di kota yang

sama. Untuk mendalami studi keislamannya, Quraish Shihab dikirim oleh

ayahnya ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua

sanawiyah. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih

gelar LC (setingkat sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab

berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-

I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari

Segi Hukum)”.

Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Ujungpandang oleh ayahnya

yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di

IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan

sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering

memwakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas

pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai

jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia

bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang

pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-

celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas

penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia

(1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).


Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan

studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis,

Universitas Al-Azhar. Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil

menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Nazm al-Durar li al-Biqai Tahqiq

wa Dirasah" dan berhasil dipertahankan dengan nilai Suma Cum Laude. 46

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab

untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Ujung

Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar

bidang Tafsir dan Ulum Al-Qur'an di Program Sl, S2 dan S3 sampai tahun

1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga

dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua

periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki

jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun

1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan

Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir

merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo.

Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan

suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan

adanya berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat.

Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan.

Di antaranya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

(sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih Al-Qur'an Departemen Agama sejak

46
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikaan Islam di Indonesia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 363 – 364.
1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain

Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI),

ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai Pengurus

Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu

Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktivitas lainnya yang ia

lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal

for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal

Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.47

Di samping kegiatan tersebut di atas, H.M.Quraish Shihab juga

dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar

belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal

serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan pendapat dan gagasan

dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan kecenderungan

pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan penulis yang bisa

diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di

sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di

lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah

stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan.

Beberapa stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program

khusus selama Ramadhan yang diasuh olehnya.48

Di tengah-tengah berbagai aktivitas sosial, keagamaan tersebut, H.M.

Quraish Shihab juga tercatat sebagai penulis yang sangat prolifik. Buku-buku
47
Dewan Redaksi, Suplemen Ensiklopedi Islam, 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994, hlm. 111.
48
Abuddin Nata, op.cit, hlm. 364 – 365.
yang ia tulis antara lain berisi kajian di sekitar epistemologi Al-Qur'an hingga

menyentuh permasalahan hidup dan kehidupan dalam konteks masyarakat

Indonesia kontemporer. Beberapa karya tulis yang telah dihasilkannya antara

lain: disertasinya: Durar li al-Biga'i (1982), Membumikan Al-Qur'an: Fungsi

dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Wawasan Al-

Qur'an:Tafsir Maudlu'i atas Berbagai Persoalan Umat (1996), Studi Kritis

Tafsir al-Manar (1994), Mu'jizat Al-Qur'an Ditinjau dari Aspek Bahasa

(1997), Tafsir al-Mishbah.

Selain itu ia juga banyak menulis karya ilmiah yang berkaitan dengan

masalah kemasyarakatan. Di majalah Amanah dia mengasuh rubrik "Tafsir

al-Amanah", di Harian Pelita ia pernah mengasuh rubrik "Pelita Hati", dan di

Harian Republika dia mengasuh rubrik atas namanya sendiri, yaitu "M.

Quraish Shihab Menjawab".

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur'an di

Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-

pesan al-Qur'an dalam konteks masa kini dan masa modern membuatnya

lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar al-Qur'an lainnya. Dalam hal

penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang berhubungan dengan sabar, ia

cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i

(tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an

yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama,

yaitu tentang sabar kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-

ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap


masalah yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan metode ini dapat

diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah

kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur'an sejalan

dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi

secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar

pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam

kehidupan nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di

tingkat pasca sarjana, agar berani menafsirkan al-Qur'an, tetapi dengan tetap

berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku.

Menurutnya, penafsiran terhadap al-Qur'an tidak akan pernah berakhir. Dari

masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan

perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap

mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-

Qur'an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai

pendapat al-Qur'an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa besar bila

seseorang mamaksakan pendapatnya atas nama al-Qur'an.49

B. Pendapat M. Quraish Shihab tentang Dasar Sistem Ekonomi

Islam

Menurut Quraish Shihab bahwa secara umum prinsip ekonomi Islam

terangkum dalam empat prinsip pokok yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak

49
Abuddin Nata, op.cit., hlm. 366
bebas, dan tanggung jawab. 50 Menurut Quraish Shihab bahwa berbicara dalam

Seminar Nasional menyangkut Sistem Ekonomi Islam dengan

penyelenggaranya adalah Rumah Sakit Islam, mengingatkannya pada

komentar sebagian pakar yang menyatakan bahwa sebagian dari kita

memberikan perhatian yang sangat menonjol terhadap persoalan ekonomi,

sehingga terkesan bahwa semua persoalan yang dihadapi satu masyarakat

dapat terselesaikan dengan terselesaikannya masalah ekonomi. Ini adalah satu

kesalahan fatal. Ini dapat diibaratkan dengan seorang dokter yang menemukan

seorang pasien yang menderita penyakit pada salah satu organ tubuhnya. Jika

pengobatan hanya dilakukan terhadap penyakit yang diderita oleh organ itu,

lepas dari kaitannya dengan organ-organ tubuh lainnya, yang boleh jadi justru

itulah penyebabnya, maka pasien yang diobati tidak pernah akan sembuh,

bahkan boleh jadi akan menderita lebih parah. Bila upaya kita meraih

"Kebangkitan Ekonomi Umat" seperti dilepaskan dari segala yang kait berkait

dengannya, maka hasilnya akan serupa dengan hasil yang dicapai oleh dokter

yang digambarkan di atas.51

Menurut Quraish Shihab al-Qur'an al-Karim dalam semua uraiannya,

termasuk dalam bidang ekonomi, selalu memandang manusia secara utuh,

sehingga al-Qur'an memaparkan ajarannya dengan memperhatikan

kepentingan individu dan masyarakat. Individu dilihatnya secara utuh, fisik,

akal, dan kalbu, dan masyarakat dihadapinya dengan menekankan adanya

kelompok lemah dan kuat, tetapi tidak menjadikan mereka dalam kelas-kelas
50
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2011, hlm. 409.
51
M.Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Jakarta: Lentera Hati, 2006, hlm.
193.
yang saling bertentangan sebagaimana halnya komunisme, namun mendorong

mereka semua untuk bekerja sama guna meraih kemaslahatan individu tanpa

mengorbankan masyarakat atau sebaliknya. 52 Dalam QS. az-Zukhruf [43]: 32,

Allah berfirman yang maksudnya lebih kurang sebagai berikut:

Apakah mereka, yakni manusia musyrik, yang membagi-bagi rahmat

Tuhanmu wahai Nabi agung? Tidak! Kami telah membagi melalui hukum-

hukum kemasyarakatan yang Kami tetapkan antara mereka serta berdasar

kebijaksanaan Kami – baik yang bersifat umum maupun khusus – Kami telah

membagi-bagi sarana penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, karena

mereka tidak dapat melakukannya sendiri dan Kami telah meninggikan

sebagian mereka dalam harta benda, ilmu, kekuatan, dan lain-lain atas

sebagian yang lain peninggian beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

mempergunakan sebagian yang lain sehingga mereka dapat saling tolong-

menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena masing-masing saling

membutuhkan dalam mencari dan mengatur kehidupannya. Dan rahmat

Tuhanmu yang berupa kenabian yang mengantarmu bersama pengikut-

pengikutmu meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi lebih balk daripada apa

yang mereka kumpulkan walau seluruh kekayaan dan kekuasaan duniawi. 53

Menurut Quraish Shihab salah satu bukti ketidakmampuan manusia

membagi rezeki duniawi adalah keinginan semua manusia untuk meraih

sebanyak mungkin untuk diri dan keluarganya, tetapi ternyata, banyak yang

tidak memperoleh dambaannya, bahkan manusia durhaka tidak pernah merasa

52
Ibid., hlm. 194.
53
Ibid., hlm. 195
puas dengan perolehannya. Karena itu Allah yang membaginya dengan cara

dan kadar yang dapat mengantar terjalinnya hubungan timbal balik antara

anggota masyarakat.54

Memang kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-

sebab guna memperoleh apa yang didambakannya, sebagian lainnya yang

tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia, sedang apa

yang didambakan itu tidak dapat tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain

itu terpenuhi semuanya dan bergabung dengan sebab-sebab yang berada

dalam jangkauan upaya manusia. Yang dapat mewujudkan sebab-sebab lain

itu dan yang kuasa menggabungnya hanyalah Allah SWT. Dialah Penyebab

dari segala sebab.

Demikian terlihat al-Qur'an berbicara secara utuh, mengaitkan satu

faktor dengan yang lain, sambil menyinggung faktor X yang ditentukan-Nya,

yang tanpa itu, keberhasilan tidak akan tercapai.

1. Prinsip Dasar Ajaran Ekonomi Islam

Menurut Quraish Shihab Ekonomi yang secara sederhana dapat

dikatakan "perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan mendapat

uang dan membelanjakannya" memperoleh perhatian yang besar dari al-

Qur'an dan Sunnah, karena memang hal ini adalah sesuatu yang sangat

penting; dalam kehidupan, bahkan dapat mengakibatkan runtuh dan tegaknya

kemanusiaannya. Sedemikian pentingnya persoalan ini sehingga al-Qur'an

dalam mengajak manusia mempercayai dan mengamalkan tuntunan-

54
Ibid., hlm. 195
tuntunannya dalam segala aspek, sering kali menggunakan istilah-istilah yang

dikenal oleh dunia ekonomi dan bisnis; seperti jual beli, untung rugi, kredit,

dan sebagainya. Perhatikan, antara lain, firman-Nya:

ď┐″ŏIJ΄ ďŏąį IJā ĄΗIJΉ


ăΛĄΗIJΉĄΗIJ℮ĘẂ
ĜăŷĄΣIJ₤ Ĝ
ĎΕăŧ ăķ
(11 :ŋΡŋ╪ė)
Artinya: Siapakah yang ingin memberi qardh (kredit) kepada Allah
dengan kredit Jang baik, maka Allah akan melipatkan
gandakan qardh itu) untuknya dan dia akan memperoleh
ganjaran yang banyak (QS. al-Hadid [57]: 11).55

♫ΎΣĘΉ
IJā♫ĝ ėIJōăẂąΒĘΏąΎʼn΅ Σ″Ĵ ąΕĄħęģăŎĜăĴ ĘħΞIJΊăẂąΎʼn
(10 :‾ ųΉė)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan satu perniagaan yang menyelamatkan kamu dari
siksa yang pedih? (QS. ash-Shaff [61]: 10).56

Imbalan dari perniagaan itu, atau keuntungannya adalah:

ăΒĘ΄ Ĝ
ăŧ ăΏăΛĄŎĜăΚąΔIJĈ▪ΉėĜăΚĘĨąĸăħ ąΒĘΏ
ʼn΅ ▪ΊĘŅ Ο″ŏąĴ
ąŋĄΡăΛąΎăħ
ʼn΅ęĥ Ĝ
ĚΕ
ăġΜ
ĄΔăį
ʼn
(12 :‾ ųΉ
ė) ĄΎΣĘ· ăẃ▪Ή
ėĄŖąΜ IJ℮▪Ή
ėă ĘΉ
IJŌęΑąŋăẂĘĥ

Artinya: Allah mengampuni dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu


ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai
dan (memasukkan kamu) ke ke tempat tinggi yang baik di
dalam surga 'Adn. Itulah keuntungan yang besar (QS.ash-
Shaff [61]: 1:2).57

55
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur'an dan
Terjemahnya, Jakarta: Depaq RI, 1989, hlm. 900.
56
Ibid., hlm. 910..
57
Ibid., hlm. 928
Mereka yang tidak ingin melakukan akfivitas kecuali bila memperoleh

keuntungan, dilayani oleh al-Qur'an dengan menawarkan satu bursa yang

tidak mengenal kerugian dan penipuan:58

IJĤĚΕăĴ ▪Ή
ė ĄΎĄΚIJΉ┤ΑIJĈ″ġ ąΎĄΚIJΉ
ėăΜ
ąΏIJāăΛ ąΎĄΚăŧ ʼn℮ąΔ
(111 :ĤġΜ
ĨΉ
ė)
Artinya: Sesungguhnya Allah Swt membeli dan orang-orang
mukmin harta dan jiwa mereka dan sebagai imbalannya
mereka memperoleh surga QS. At-Taubah: 111).59

Ayat ini ditutup dengan pernyataan:

ă ĘΉ
IJŌăΛĘΗ″ġąΎĄĨąẃăΡĜ
ăġΟĘō┤Ή ėĄΎʼn΅ ĘẃąΣăĢ
″ġėΛĄŏĘūąĢ
(111 :ĤġΜ
ĨΉ
ėĄΎΣĘ· ăẃ▪Ή
ėĄŖąΜIJ℮▪Ή
ėăΜ

Artinya: Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah. Maka


bergembiralah dengan jual beli yang kamu lakukan itu.
Itulah keuntungan yang besar (QS. at-Taubah [9]: 111).60

Demikian terlihat al-Qur'an menggunakan logika pelaku bisnis dalam

menawarkan ajaran-ajarannya.

Menurut Quraish Shihab tentu saja tidak semua persoalan ekonomi

dirinci oleh al-Qur'an, karena persoalan ini berkembang dari masa ke masa.

Atas dasar itu;, al-Qur'an hanya, memberi tuntunan umum, berupa prinsip-

prinsip dasar yang dapat dijabarkan umat sepanjang masa sesuai dengan

kebutuhan, serta kondisi sosial dan perkembangan masyarakat.61

58
M.Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, op. cit., hlm. 196.
59
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur'an dan
Terjemahnya, op. cit., hlm. 300.
60
Ibid.,
61
M.Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, op. cit., hlm. 197.
Kita dapat menyirnpulkan prinsip dasar ajaran Islam pada keyakinan

Tauhid. Dari sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang

ekonomi, tetapi juga menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.

Tauhid dapat diibaratkan dengan matahari. Kalau di alam raya ini ada

matahari yang diciptakan Allah menjadi sumber kehidupan makhluk di

permukaan bumi ini dan yang berkeliling di sekitarnya planet-planet tata

surya lagi tidak dapat melepaskan diri darinya, maka demikian juga dengan

Tauhid. Di sekelilingnya ada kesatuan-kesatuan yang tidak boleh dilepaskan

darinya, seperti kesatuan kemanusiaan, kesatuan alam raya, kesatuan dunia

dan akhirat, kesatuan hukum, dengan keadilan dan kemaslahatan, dan lain-

lain. 62

Menurut Quraish Shihab kesatuan kemanusiaan mengantar pengusaha

Muslim menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap sesama manusia,

Muslim atau non-Muslim. Dari sini dapat dimengerti mengapa Islam

mengharamkan bukan saja riba, tetapi juga penipuan atau dugaan dapat

mengakibatkan penipuan walau terselubung, seperti larangan

memperjualbelikan sesuatu yang tidak/belum jelas sifat dan keadaannya (Ba'i

al-Gharar), sebagaimana melarang pula menawarkan barang pada saat

konsumen menerima tawaran yang sama dari orang lain. Kesatuan

kemanusiaan mengharuskan manusia berpikir dan mempertimbangkan

kepentingan umat manusia dalam semua tindakannya, bukan hanya untuk

generasinya, tetapi juga generasi mendatang, sehingga dengan demikian

62
Ibid., hlm. 198.
terhindar penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk digunakan

secara berlebihan oleh generasi masa kini saja.63

Keyakinan akan kesatuan dunia dan akhirat, mengantar seseorang

untuk memiliki visi yang jauh ke depan, dan tidak hanya berupaya mengejar

keuntungan duniawi saja. Dari sini pula al-Qur'an mengingatkan bahwa

sukses yang diperoleh mereka yang berpandangan dekat, bisa melahirkan

penyesalan dan bahwa kelak di masa depan mereka akan merugi dan dikecam

(baca QS. al-Isra' [17]: 18-19).

Tauhid juga melahirkan keyakinan bahwa segala sesuatu bersumber

dari Allah dan berkesudahan kepada-Nya. Dialah Pemilik mutlak dan tunggal,

yang dalam genggaman-Nya segala sesuatu, termasuk kepemilikan harta dan

kewenangan menetapkan aturan pengelolaan dan pengembangannya. Dan

karena Allah Maha Adil dan selalu memperhatikan kemaslahatan umat

manusia, maka semua ketetapan hukum-Nya, atau produk ijtihad manusia

yang dikaitkan dengan nama-Nya, tentulah harus bercirikan keadilan dan

kemaslahatan. Di sini lahir ungkapan: "Di mana ada kemaslahatan di sanalah

terdapat hukum Allah."

Ada tiga kemungkinan bagi seorang pemilik harta untuk

menggunakan hartanya.

1). Dibelanjakan, 2) Diinvestasikan, dan 3) Ditumpuk. Ketiga hal ini,

jika menimbulkan kerusakan akhlak, dilarang keras oleh al-Qur'an. 64

63
Ibid., hlm. 199.
64
Ibid., hlm. 199.
Menurut Quraish Shihab seseorang boleh membelanjakan hartanya

asal tidak mengakibatkan pemborosan atau membuang-buangnya. Seseorang

tidak dibenarkan menggunakan hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat,

apalagi yang sejak awal telah diharamkan, seperti berjudi, berzina, dan

minum minuman keras, bahkan seseorang yang terbiasa memberi Bantuan

bukan pada tempatnya dapat dikenakan pembatasan kewenangan

menggunakan hartanya. Ini adalah salah satu kandungan pesan QS. an-Nisa'

[4]: 5.

Menginvestasikan harta pun tidak boleh terlepas dari aspek

kemaslahatan dan keadilan itu. Dari sini lahir larangan riba. Apa pun definisi

kita tentang riba, yang jelas unsur utamanya-adalah kezaliman, yakni

eksploitasi yang lemah oleh yang kuat.

Sedangkan penumpukan tanpa melaksanakan fungsi sosialnya

diancam dengan siksa neraka (QS; at-Taubah [9]: 34, al-Humazah [104]: 1-

2). Harta harus difungsikan, karena kalau ditumpuk dan tidak difungsikan

maka jumlah m.odal kerja yang mestinya tersedia menjadi berkurang, dan ini

dapat mengurangi kesejahteraan yang didambakan al-Qur'an. Semua

kekayaan yang dimiliki seseorang harus digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pemilik dan keluarganya, sedang yang berlebih harus diupayakan

sedemikian rupa sehingga terjadi sirkulasi harta yang dapat menyentuh

masyarakat banyak. Dari sini pula pemusatan kekayaan. pada satu atau dua

kelompok Orang kaya saja sama sekali terlarang, "Agar harta tidak hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu" (QS. al-Hasyr [59]:

7).

Menurut Quraish Shihab dari Tauhid lahir juga keyakinan dan

keharusan adanya keseimbangan. Allah menciptakan segala sesuatu dalam

keseimbangan "Engkau tidak melihat pada ciptaan ar-Rahman sedikit

ketidakseimbangan pun" (QS. al-Mulk [67]: 3). Ketentuan-ketentuaan-Nya

serta peraturan dan pengaturan yang direstui-Nya harus selalu berdasar

keseimbangan itu sesuai pesan-Nya: "Dan Allah telah meninggikan langit dan

Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas

neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurang neraca itu. (QS. ar-Rahmant55]:7-9].65

Dari keyakinan Tauhid lahir juga prinsip kebebasan manusia. Allah

Yang Memiliki kebebasan mutlak, menganugerahkan kepada manusia

kehendak bebas untuk memilih jalan yang hendak ditempuhnya. Manusia

yang baik di sisi-Nya adalah yang menggunakan kebebasan itu dalam rangka

penerapan nilai Tauhid. Dari sini lahir prinsip tanggung jawab, baik secara

individu (fardhu 'ain) maupun kolektif (fardhu kifayah).66

2. Landasan Ekonomi Islam

Menurut Quraish Shihab Rasul SAW, pernah bersabda: "Aku tidak

diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak yang dimaksud

mencakup hubungan antara manusia dengan Allah, dengan sesama manusia,

alam semesta, serta dengan din sendiri.

65
Ibid., hlm. 200.
66
Ibid., hlm. 201.
Dalam menangani seluruh masalah kehidupan, Islam menekankan sisi

moralitas, karena itu hukum-hukum (yang ditetapkan Allah berlaku di alam

ini dan prinsip-prinsip kehidupan yang disinggung pada bagian yang lalu)

tidak boleh dilanggar, termasuk ketika melakukan kegiatan ekonomi.

Kegiatan ekonomi merupakan salah satu aspek dari hubungan antar

manusia. Jika demikian, aspek moral tidak boleh ditanggalkan dalam setiap

kegiatannya. Karena itu pula, peraturan-peraturan yang ditetapkan-Nya,

termasuk dalam bidang ekonomi, selalu dikaitkan-Nya dengan memberi

penekanan yang sangat besar terhadap aspek moral: Kejahatan, bukan saja

yang dalam praktek tetapi juga yang dalam pikiran manusia, harus

disingkirkan sampai ke akar-akarnya.

Hubungan timbal balik yang harmonis, peraturan dan syarat yang

mengikat, serta sangsi yang menanti, merupakan tiga hal yang selalu

berkaitan dengan bisnis, dan di atas ketiga hal tersebut ada etika. Ayat-ayat

yang menganjurkan bersedekah melebihi kewajiban zakat atau anjuran untuk

membebaskan utang atau sebagian darinya merupakan perintah yang

seharusnya dipenuhi secara moral: "Dan jika (orang berutang) dalam

kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang itu), lebih baik bag kamu, jika

kamu mengetahui" (QS. al-Baqarah [2]: 280).

Menurut Quraish Shihab di samping itu Rasul SAW memberi sekian

banyak petunjuk guna mendukung terciptanya keharmonisan itu. Yang

pertama dan utama adalah kejujuran. Dalam konteks ini beliau bersabda:
"Tidak dibenarkan seorang Muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib

kecuali dia menjelaskan aibnya" (HR. al-Quzwaini) Keramahtamahan dan

penawaran yang jujur tidak bertele-tele, juga merupakan pesan beliau: "Allah

merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam menjual, membeli, dan

menagih" (HR. Bukhari dan at-Tirmidzi). Di sisi lain beliau melarang an-

najsy, yaitu mengajak orang lain untuk menawar padahal yang bersangkutan

tidak bermaksud membeli, hanya agar orang lain mengikuti dalam

tawarannya (HR. Bukhari). Dan masih bertebaran tuntunan lainnya, yang

kesemuanya bertujuan melahirkan hubungan harmonis karena memang yang

dituntut oleh al-Qur'an dalam berbisnis adalah 'an taradh(in) (QS. an-Nisa'

[4]: 29), yakni berdasar suka sama suka dan kepuasan kedua pihak. 67

Tetapi perlu diingat bahwa penekanan pada landasan moral ini, sama

sekali tidak berarti menolak perolehan keuntungan material, atau tidak

memperhitungkan manfaat ekonomi. Keberhasilan ekonomi dalam pandangan

Islam, terletak pada kesesuaian antara kebutuhan moral dan material. Jika

moralitas dipisahkan dari suatu kegiatan termasuk kegiatan ekonomi maka

stabilitas dan keseimbangan sosial akan sangat rapuh dan akhirnya akan

runtuh, karena ketika itu yang terjadi adalah persaingan tidak sehat dan

antagonisme, curiga mencurigai, bukannya harmonisme kerjasama dan saling

mencintai. Dalam konteks ini al-Qur'an mengingatkan:

(2- 1 :ŏīĜ
΅ ĨΉ
ė) ♀2♂ ăŏ″ġĜ
IJ⅞ăΐ ▪Ή
ėĄΎ1Ąħ
♂ąŎ
ĄŏʼnīĜ
ĄŖΞĚĨăķ
IJ΅ ĚĨ♀
Ή
ėĄΎʼn΄ Ĝ
ăΚ

67
Ibid., hlm. 202.
Artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu
masuk ke dalam kubur.68

Maksudnya: "Kamu telah dibinasakan oleh persaingan tidak sehat

guna memperbanyak materi hingga akhirnya atau sampai-sampai kamu

berkunjung ke kubur-kubur" (QS. at-Takatsur [102]: 1-2).

3. Pembentukan Karakter Pelaku Ekonomi

Menurut Quraish Shihab dalam upaya mewujudkan dan memelihara

sistem ekonomi yang dikehendaki-Nya, maka al-Qur'an dan Sunnah memberi

tuntunan kepada manusia, termasuk pelaku ekonomi. Dalam konteks ini di

samping menegaskan bahwa Allah bersama manusia terlibat dalam perolehan

rezeki, juga menegaskan bahwa Dia adalah Penjamin rezeki. 'Tidak ada satu

binatang melatapun dipermukaan bumi ini, kecuali Allah menjamin rejeki-

Nya" (QS. Hud [11]: 6). Di tempat lain ditegaskan-Nya kepada kaum yang

tidak menganut ajaran Tauhid bahwa: "Sesungguhnya yang kamu sembah

selain Allah tidak mampu memberikan rezeki kepada kamu; maka mintalah

rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya"

(QS. al-Ankabut [29]: 17).

Jaminan rezeki yang dijanjikan Allah kepada makhluk-Nya bukan

berarti memberinya tanpa usaha. Organ-organ yang menghiasi tubuh

manusia, insting yang mendorongnya untuk hidup dan makan, perasaaan dan

kecenderungannya, selera dan keinginannya, rasa lapar dan hausnya, sampai

kepada naluri mempertahankan hidupnya, adalah bagian dari jaminan rezeki

68
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur'an dan
Terjemahnya, op. cit., hlm.1096.
Allah swt. kepada makhluk-Nya. Tanpa itu semua, maka tidak akan ada

dalam diri manusia dorongan untuk mencari makan dan mempertahankan''

hidup serta memperindahnya. Tidak pula akan terdapat pada manusia dan

binatang pencernaan, kelezatan, kemampuan membedakan rasa dan

sebagainya.

Jaminan rezeki yang diberikan Allah itu, tujuannya adalah untuk

menanamkan rasa percaya diri, mengembangkan cinta kasih, serta ketenangan

batin bila rezeki yang diharapkan belum kunjung tiba. Dengan demikian

manusia tidak panik, apalagi berputus asa kalau ,tidak berhasil, dan tidak juga

angkuh atau lupa daratan serta melupakan-Nya jika berhasil. Jaminan rezeki

itu memberinya optimisme untuk terus berusaha walau berkali-kali didera

kegagalan.69

Kalau manusia dalam mencari rezekinya bertitik tolak dari kesucian

dan berupaya sekuat tenaganya, kemudian mengakhiri usaha maksimalnya itu

dengan kepuasan, maka pasti kalaupun dia gagal meraih yang diharapkan

Allah akan membantunya. Hajar, istri Nabi Ibrahim as., yang bertolak dari

bukit Shafa (Kesucian) mencari air kehidupan untuk anaknya dan dirinya,

berbolak-balik dari Shafa menuju Marwah (tempat kepuasan), akhirnya

dianugerahi Allah rezeki yang bersinambung dari arah yang dia tidak pernah

duga (baca QS. ath-Thalaq [65]: 2-3).70

Menurut Quraish Shihab perlu juga disadari bahwa al-Qur'an tidak

memberi rincian menyangkut semua persoalan ekonomi. Prinsip dan nilai-

69
Ibid., hlm. 204.
70
Ibid.,
nilai dasarnya antara lain yang disebut di atas dapat dijabarkan oleh manusia

sesuai dengan situasi dan perkembangan masyarakatnya. Selama nilai-nilai,

yang antara lain disebut di atas telah diperhatikan, maka itu telah dapat dinilai

mencerminkan ajaran al-Qur'an dan Sunnah. "Dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan pun" (QS. al-Haji

[22]: 78). "Allah menghendaki buat kamu kemudahan dan Dia tidak

menghendaki buat kamu kesulitan" (QS. al-Baqarah [2]: 185). 71

Tidak jarang karena didorong oleh kehati-hatian, kaum Muslim

termasuk ulamanya meninggalkan hal-hal yang sebenarnya tidak terlarang,

atau mengikat diri dengan ikatan yang dibuatnya sendiri. "Keragu-raguan

terjerumus dalam riba yang diharamkan itu menjadikan para sahabat

meninggalkan sembilan persepuluh dari yang halal." Demikian Umar bin al-

Khaththab ra. Yang penulis kemukakan ini bukan berarti mempergampang,

karena mengamalkan yang mudah dan direstui agama sama sekali bukan

berarti mempergampang atau meremehkan agama. 72

71
Ibid., hlm. 205
72
Ibid.,
BAB IV

ANALISIS PENDAPAT M. QURAISH SHIHAB TENTANG

DASAR SISTEM EKONOMI ISLAM

Apabila memperhatikan dan mencermati pendapat Quraish Shihab

sebagaimana tertuang dalam bab tiga skripsi ini, inti yang dapat dicatat dari

seluruh uraiannya adalah M. Quraish Shihab menyatakan bahwa tidak semua

persoalan ekonomi dirinci oleh al-Qur’an, karena persoalan ini berkembang

dari masa ke masa. Atas dasar itu, al-Qur’an hanya memberi tuntunan umum,

berupa prinsip-prinsip dasar yang dapat dijabarkan umat sepanjang masa

sesuai dengan kebutuhan, kondisi sosial, dan perkembanangan masyarakat.

Kita dapat menyimpulkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam pada keyakinan

tauhid. Dari sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang

ekonomi, tetapi juga menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.73

Pada buku lainnya M. Quraish Shihab menyatakan bahwa secara

umum prinsip ekonomi Islam terangkum dalam empat prinsip pokok yaitu

tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab.74 Keempat

prinsip sistem ekonomi Islam tersebutlah yang hendak dianalisis dan

dibandingkan.

73
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2011, hlm. 197.
74
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2011, hlm. 409.
Islam sebagai agama Allah, mengatur kehidupan manusia baik

kehidupan di dunia maupun akhirat. Perekonomian adalah bagian dari

kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber yang mutlak

yaitu Al-Qur'an dan As-Sunah, yang menjadi panduan dalam menjalani

kehidupan. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam sebagai

suatu agama yang istimewa dibandingkan dengan agama lain sehingga dalam

membahas perspektif ekonomi Islam segalanya bermuara pada akidah Islam

berdasarkan Al-Qur'an al Karim dan As-Sunah Nabawiyah. 75

Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang

lain dalam hal tujuan, bentuk, dan coraknya. Sistem tersebut berusaha

memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah

antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis & komunis. Singkatnya, ekonomi

Islam adalah sistem ekonomi yang berdasar pada Al-Qur'an & Hadis yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (al-

Falah). Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam, yaitu:

1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT,

manusia hanyalah khalifah yang memegang amanah dari Allah untuk

menggunakan milik-Nya. Sehingga segala sesuatunya harus tunduk pada

Allah sang pencipta dan pemilik. Firman Allah dalam QS. an-Najm: 31:

ėΜ
ʼnΊĘΐ ăẂĜ
ăΐ ″ġėΛË●Ĝ
ăŦIJāăΒΡĘō┤Ή
ėăΟ″ŗąĴ ăΣĘΉ″ŴąŎIJĈ▪Ή
ėΠĘ₤
(31 :ΎĴ ΕΉ
ė) ΞăΕąŧ Ąĸ▪Ή
Ĝ
″ġėΜ
ĄΕăŧ ąķIJāăΒΡĘō┤Ή
ė
Artinya: "Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-

75
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 3
orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka
kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)" (QS. an-
Najm: 31).76

2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia

wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan

kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah. 77

3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam suatu

sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini tingkah laku ekonomi

manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya

akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah SWT. Selain dari

asas filsafat tersebut di atas, ekonomi Islam juga memiliki nilai-nilai

tertentu, yaitu:

1. Nilai asar kepemilikan, menurut sistem ekonomi Islam:

a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber

ekonomi, tetapi sedap orang atau badan dituntut kemampuannya

untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.

b. Lama kepemilikan manusia atas sesuatu benda terbatas pada

lamanya manusia tersebut hidup di dunia.

c. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum atau yang

menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi milik umum. Hal

ini berdasarkan Hadist Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh

Ahmad & Abu Daud yang mengatakan: "Semua orang berserikat

76
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Departemen Agama 1986, hlm. 760.
77
Nurul Huda, op.cit., hlm. 4.
mengenai tiga hal, yaitu air (termasuk garam), rumput, dan api".

Sumber alam ini dapat dikiaskan (sekarang) dengan minyak dan

gas bumi, barang tambang dan kebutuhan pokok manusia lainnya.

2. Keseimbangan

Keseimbangan yang terwujud dalam kesederhanaan, hemat,

dan menjauhi sikap pemborosan. Seperti yang terdapat dalam QS. al-

Furqan: 67:

Ĝ
ĎΏėăΜ
IJ⅝ă ĘΉ
IJŌăΒąΣăġ IJΑĜ
IJ΄ ăΛ ėΛĄŏĄĨ▪⅞ăΡąΎIJΉ
ăΛėΜ
ʼn₤
(67:ΑĜ
⅝ŏ℮Ή
ė)
Artinya: "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta)
mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian" (QS. al-Furqan: 67).78

Selain itu. Firman Allah dalam QS. ar-Rahman: 9:

(9 :Β╦ŏΉ
ė) IJΑėăŗΣĘΐ ▪Ή
ėėΛĄŏÈŧ ▪Ή
ąņĄħ
Ĝ
″ġIJΑ
ĜIJΉ
ąŖăΛ
ăΜ▪Ή
ĘǺąŧ
ėėΜ
ĄΐĘ⅞
ΣĘ⅝
IJā
Artinya: "Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu ".

3. Keadilan

Keadilan di dalam Al-Qur'an, kata adil disebutkan lebih dari

seribu kali, setelah perkataan Allah dan ilmu pengetahuan. Nilai

keadilan sangat penting dalam ajaran Islam, terutama dalam

kehidupan hukum sosial, politik dan ekonomi. Untuk itu keadilan

harus diterapkan dalam kehidupan ekonomi seperti proses distribusi,

produksi, konsumsi, dan lain sebagainya. Keadilan juga harus

78
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, op.cit., hlm. 530.
diwujudkan dalam mengalokasikan sejumlah hasil kegiatan ekonomi

tertentu bagi orang yang tidak mampu memasuki pasar, melalui zakat,

infak, dan hibah.

Selain dari ketiga nilai tersebut diatas, Islam memiliki nilai

instrumental yang mempengaruhi tingkah laku ekonomi seorang muslim dan

masyarakat pada umumnya. Adapun nilai instrumental tersebut adalah zakat,

larangan riba, kerja sama ekonomi, dan jaminan sosial. Jika nilai instrumental

ini dilaksanakan, maka akan terwujud sistem ekonomi yang seimbang,

menguntungkan, dan menyejahterakan semua pihak.79

Sebagai sebuah cara hidup yang serba-cukup, Islam menyediakan

segala aspek eksistensi manusia. la mengupayakan sebuah tatanan yang

didasarkan pada seperangkat konsep yang saling berkait tentang Tuhan,

manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, kedudukan dan peranan manusia

di alam semesta, dan hubungannya dengan sesama manusia.

Kedudukan ekonomi menempati kedudukan yang istimewa. Islam

yakin bahwa stabilitas keseluruhan bergantung pada kesejahteraan material

dan spiritual manusia. Kedua aspek ini berpadu dalam bentuk manunggal

dalam setiap tindakan dan kebutuhan manusia.

Perhatian Islam pada kedua aspek dalam eksistensi manusia itu

menghindarkan kaum Muslim dari sikap pasif dan pasrah diri tanpa usaha.

Kaum muslim diharuskan aktif, kreatif dan produktif dalam ikhtiar-ikhtiar

ekonomi mereka. Ada korelasi positif antara kesalihan dan produktivitas

79
Nurul Huda, op.cit., hlm. 5.
dalam Islam. Pandangan tentang kehidupan dunia yang jelas positif dan

secara sosial interaktif ini, memberi manusia suatu kewajiban sosio-ekonomi

yang tegas, dan kinerja dari pelaksanaan kewajiban ini menentukan

spiritualitasnya. Sesungguhnya, Islam memperlihatkan suatu keistimewaan

yang lebih besar pada pengupayaan material dengan spiritual dan etika,

dibanding pada penundukan kebutuhan-kebutuhan material manusia terhadap

pengutamaan urusan-urusan spiritualnya.

Semenjak awal sejarah Islam, tidak hentinya diulang bahwa prinsip

yang paling pokok dari tata sosial Islam adalah penciptaan keadilan ekonomi.

Keadilan ekonomi mengimplikasikan perwujudan sejumlah tujuan.

Pelenyapan kemiskinan absolut merupakan tujuan yang utama. Setiap orang

harus berpartisipasi dan memberikan sumbangan untuk memenuhi

kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang bergantung kepadanya.

Kemudian, peluang-peluang ekonomi harus terbuka bagi partisipasi setiap

orang. Jika individu diharuskan kreatif dan imajinatif, masyarakat secara

kolektif harus mendukung.80

Keadilan ekonomi dapat berjalan di suatu lingkungan di mana

keputusan individu dipandang sebagai inisiatif yang utama. Kebebasan untuk

memutuskan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi yang dituntun oleh

prinsip-prinsip agama merupakan prasyarat bagi keadilan ekonomi.

Pemerintah (atau otoritas kolektif) memberikan pedoman-pedoman umum

dan membatasi praktek-praktek yang tidak sehat, agar memungkinkan

80
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
kencana, 2006, hlm. 8
ekonomi berkembang bebas guna merespon kebutuhan-kebutuhan

masyarakat. Partisipasi pemerintah diharapkan tampil di bidang-bidang yang

amat memerlukan kelengkapan.

Keadilan ekonomi juga mengimplikasikan agar potensi-potensi

ekonomi dioptimalisasikan sejauh mungkin di setiap waktu. Oleh karena

segala hal diciptakan Allah untuk kemakmuran manusia, maka manusia

dituntut untuk terus menerus mengikhtiarkan perbaikan ekonomi. Jika

kebutuhan-kebutuhan ekonomi seseorang telah terpenuhi, kepribadiannya

niscaya akan menuju saluran-saluran kreatif, intelektual dan moral, sebab

manusia merupakan mesin berfikir yang bahan bakar fisiknya adalah faktor

ekonomi.

Al-Qur'an sangat menekankan segi kehidupan yang bersifat material

dan ekonomi. Gagasan tentang kekayaan diungkapkan dengan istilah-istilah

yang positif dan dikaitkan dengan, misalnya, khayr (kebaikan), fadl Allah

(karunia/anugerah Allah), rizq (persediaan pangan), dan lain-lain.

Kekayaan sering dikemukakan untuk direnungkan sebagai rahmat

Allah yang paling nyata kepada manusia. Karena itu, seorang Muslim yang

sibuk berproduksi dan mengupayakan kekayaan berarti melaksanakan suatu

tindak pengabdian yang fundamental kepada Allah atau ibadah.81

Dewasa ini terdapat dua kubu teori ekonomi yang saling berlawanan,

yaitu Kapitalis dan Marxis. Meski terdapat variasi-variasi dalam masing-

masing kategori besar ini, namun sebenarnya mereka memegang asumsi-

81
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Yogyakarta: LPPI, 2001,
hlm. 68-72 dan 81
asumsi yang sama tentang manusia, masyarakat, dan kegiatan ekonomi.

Keduanya yakin bahwa manusia mampu dan harus mengatur kehidupan

ekonominya tanpa kendala-kendala moral apapun. Ini sangat menyimpang

dari garis Islam.

Sistem ekonomi Islam harus berupaya mewujudkan keadilan ekonomi

dan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya kerjasama

ekonomi di antara individu-individu. Dengan menolak pemilahan-pemilahan

kehidupan menjadi bidang sekular dan sakral, Islam menundukkan semua

upaya dan aktivitas manusia di bawah pengawasan ketat secara rasional

maupun spiritual. Spiritualisasi dan moralisasi kegiatan-kegiatan ekonomi

individu dan kolektif tentulah akan merangsang terwujudnya kerjasama dan

keadilan ekonomi. Hasil akhir dari pendekatan ini pada aktivitas ekonomi

dapat memberikan kontribusi tetap bagi efisiensi, produktiviias dan stabilitas

ekonomi.82

Hubungan manusia dengan Tuhan (tauhid) menempati kedudukan

sentral dalam pandangan dunia Islam. Hubungan manusia dengan sesamanya

dan dengan alam haruslah serasi dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh

Allah. Tauhid mempersatukan semua kaum beriman dan menjadikan mereka

satu tubuh yang saling berkait dan bersatu dalam persaudaraan, yang tunduk

pada kehendak Allah. Segala yang ada, baik hidup maupun mati,

melaksanakan suatu tujuan yang telah digariskan kepadanya oleh Allah.

Semua makhluk saling bergantung, dan segenap makhluk bergerak karena

82
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 4
keserasian sempurna yang terdapat di antara bagian-bagiannya. Dalam al-

Qur'an, Allah berfirman:

(49 :ŏΐ ⅞Ή
ė) ♫ŎăŋIJ⅞″ġĄΖĜ
ăΕ▪⅞IJΊăŅÊ●ąΠăŪ
Artinya; "Bagi segala sesuatu, Kami telah menetapkan ukuran yang
layak (baginya) (QS. Al-Qomar/54: 49).

Tauhid dalam konteks etika, menunjuk pada integrasi antara aspek-

aspek spiritual dan temporal dalam eksistensi manusia. Etika merupakan hal

terpenting dalam Islam. Al-Qur'an berulangkali menggunakan ungkapan ini:

(25 :ģŏ⅞Ģ
Ή
ė) Ęĥ Ĝ
ăĸĘΉ
Ĝ
ĚųΉ
ėėΜ
ʼnΊĘΐ ăẂ
ăΛėΜ
ĄΕăΏÁ◦ ăΒΡ
Artinya: Dan sampaikanlah berita baik kepada mereka yang beriman
(kepada Allah) dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
baik" (QS. Al-Baqarah/2: 25).

Di antara dua sifat itu, yang pertama jelas menjadi prasyarat bagi yang

kedua; tetapi juga akan menjadi tidak tulus dan tidak akan menjadi keimanan

yang sejati tanpa yang kedua. Pendekatan Islam berupaya mengatasi problem

ekonomi lebih atas dasar ajaran moralnya. 83

Tauhid bukanlah sekadar tujuan (objective), tetapi pedoman untuk

suatu proses dinamis, suatu hal yang sangat relevan bagi ilmu ekonomi. la

menganjurkan penciptaan tata ekonomi yang adil dan patut guna mewujudkan

kehendak Allah. Allah memiliki pengetahuan tentang tempat yang layak bagi

setiap benda dalam hierarki ciptaan; dan sebagai Yang Maha Kuasa dan Maha

Pencipta, Dia menempatkan setiap benda itu dalam situasi yang pas. Keadilan

83
Achmad Ramzy Tadjoedin, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Tiara
Waca, 1992, hlm. 13
mensyaratkan "adanya pembagian" bagi sebagian ciptaan-ciptaannya ini

merupakan konsekuensi dari fakta bahwa posisi sentral manusia dalam

penciptaan memungkinkan untuk, dalam bentuk tertentu, merusak

keseimbangan alam semesta dan keseimbangan keadaan normatif manusia.

Banyak ayat al-Qur'an yang mewujudkan bahwa hanya manusia saja

yang diberi kebebasan berkehendak (free will) dan kekuasaan untuk merusak

keseimbangan yang telah ditetapkan Tuhan antara Allah dan dunia. Dari

sudut pandangan Islam, rusaknya keseimbangan alam dan sosial yang dialami

oleh dunia moderen dewasa ini pada dasarnya adalah rusaknya keseimbangan

antara manusia dan Allah. Akibatnya, dengan menolak pelaksanaan amanah

ini yang untuk itulah manusia diciptakan, manusia telah mengabaikan

tanggungjawab kemanusiaannya dan terbenam ke dalam kebinatangannya.

Damai di bumi damai dengan Allah adalah gagasan yang ganjil. 84

Penerapan prinsip-prinsip tauhid pada sistem ekonomi menegaskan

tempat manusia sebagai subjek sentral dalam pengelolaan ekonomi. Manusia,

dalam proses pemanfaatan alam bagi dirinya dan guna memenuhi kebutuhan-

kebutuhan masyarakat, menurut pandangan Islam berarti melihat alam

sebagai materi yang perlu, yang tanpa kehadirannya tidak mungkin ada

kepatutan etis atau ketidakpatutan. Islam tidak membenarkan manusia untuk

membelokkan alam dari tujuan-tujuannya, sebagaimana telah dilakukan oleh

teknologi moderen; ia pun tidak boleh mencemarkan atau menguras sumber-

sumber dayanya. Pemanfaatan atas alam haruslah dilakukan secara

84
Ibid., hlm. 13.
bertanggungjawab. Tanggung jawab berarti bahwa tiada bagian alam yang

dihancurkan, digerogoti, atau bahkan digunakan, kecuali penggunaannya bagi

perwujudan tujuan IIahi, yang merupakan pemenuhan nilai-nilai moral

tertinggi dari manusia. Ini juga mengimplikasikan bahwa manusia tidak boleh

mengurangi apa yang seharusnya tersedia bagi generasi-generasi mendatang,

sebab perbuatan itu bertentangan dengan tujuan pokok seluruh penciptaan.85

Perilaku manusia moderen dewasa ini dalam memanfaatkan alam

bersifat fungsional, mekanistis, dan sinis, sehingga mengarahkan umat

manusia untuk menyalahgunakan alam yang akibatnya tidak lain kecuali

tragis. Dalam proses industrialisasi dan modernisasi dewasa ini, sistem-sistem

materialistik telah mengacau keseluruhan tatanan semesta. Bukan hanya

jalinan sosial yang tercabik, tetapi alam yang melingkungi manusia pun telah

rusak berat, terkadang tanpa kemungkinan diperbaiki. Udara tercemar,

bahkan air minum terlebih lagi air laut-jadi kotor. Lalu apalagi yang akan

terjadi di masa mendatang? Islam bertujuan membangun sebuah masyarakat

atas dasar hubungan antara manusia dan Tuhan, berdasarkan moralitas dan

keadilan sosial. Prinsip-prinsip yang dapat dipetik dari nilai-nilai Ilahiah ini

diterapkan untuk mengatur sistem-sistem ekonomi di setiap tempat dan masa.

Penerapan nilai-nilai ini dapat menjamin keadilan ekonomi, dan pada

akhirnya akan merangsang kerjasama di antara unit-unit ekonomi dalam

upaya-upaya mereka. Ayat "Lita'arafu" - Supaya engkau bekerjasama dalam

melakukan perbuatan-perbuatan baik (al-ma'ruf) dapat diwujudkan dalam

85
Mustafa Edwin Nasution dkk, op.cit., hlm. 9
kenyataan, jika keadilan ekonomi telah tercapai. Pendekatan Islam untuk

menuju sistematisasi aktivitas ekonomi dalam tatanan sosial ini bukan hanya

membuka peluang bagi kemajuan ekonomi individu dan kolektif, tetapi juga

mampu mempertahankan kemajuan tersebut tanpa menimbulkan kekacauan

dan perpecahan manusia. Pendekatan Islam yang langsung dan sempurna ini

menghindari pengutamaan aspek tunggal dari kemampuan atas kebutuhan

manusia dengan akibat menciptakan sejumlah problem sosial. Islam

memandang kemajuan manusia dalam totalitasnya.

Dengan berpegang pada tauhid, prinsip-prinsip filosofis dan etika

menjadi relevan bagi pedoman-pedoman ekonomi. Pedoman-pedoman ini

memungkinkan manusia merumuskan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan dan

rancang-struktural untuk mengoperasionalisasikan suatu sistem ekonomi

Islam.

Secara kategoris sistem ekonomi yang beroperasi dalam aktivitas

ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis

dan sistem ekonomi Islam. Karakteristik sistem ekonomi Islam berbeda

dengan sistem kapitalis maupun asosialis. Perbedaannya tidak hanya dalam

aspek normatif tetapi juga pada aspek teknis operasionalnya. 86

Membahas mengenai sistem ekonomi kapitalis adalah sangat

kompleks karena menyangkut berbagai aspek baik politik, kebudayaan, sosial

dan perkembangan IPTEK. Sistem kapitalisme tidak bisa dilepaskan dari latar

belakang kehidupan dan pandangan hidup masyarakat barat di mana sistem

86
Ibid., hlm. 10.
ini lahir dan berkembang. Pandangan hidup masyarakat barat pada umumnya

adalah rasionalistik, materialistik individualistik dan liberalistik. Kapitalisme

sebagai suatu sistem ekonomi juga berkaitan erat dengan pandangan hidup

rasionalisme, materialisme, individualisme dan liberalisme.

Ciri-ciri sistem ekonomi kapitalis adalah sebagai berikut:

a) Kebebasan memiliki harta secara perorangan:

Tiap individu bebas menggunakan sumber-sumber ekonominya menurut

apa yang dikehendakinya. Serta diberi kebebasan penuh untuk menikmati

manfaat yang diperoleh dari hasil produksi dan distribusi barangnya.

b) Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas:

Selagi tidak melanggar norma-norma masyarakat tiap individu bebas

mendirikan, mengorganisir dan mengelola perusahaannya. Tiap individu

bebas mengoptimalkan semua potensi ekonominya baik fisik, mental dan

sumber daya lainnya menurut keinginannya.

c) Ketimpangan ekonomi :

Pada sistem kapitalis modal memegang peranan yang strategis. Pelaku-

pelaku ekonomi yang memiliki modal relatif cukup banyak akan

menikmati peluang usaha yang lebih besar dan memperoleh keuntungan

yang lebih banyak. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak memiliki modal

hanya memperoleh kesempatan usaha yang sedikit sehingga akan

menimbulkan kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi. 87

87
Imamudin Yuliadi, op.cit., hlm. 72.
Dari prinsip dasar tersebut sistem kapitalis melahirkan dampak yang

positif dalam perekonomian yaitu:

a. Dapat mendorong aktivitas ekonomi secara signifikan.

Kebebasan berusaha bagi tiap individu akan mendorong kreatifitas dan

aktivitas ekonomi yang mengarah pada produktifitas masyarakat.

b. Persaingan bebas akan mewujudkan produksi dan harga produksi ke

tingkat yang wajar dan rasional. Persaingan bebas antar pelaku ekonomi

akan mendorong kegiatan produksi pada tahap yang rasional. Keuntungan

dan tingkat harga akan tercapai pada tingkat yang wajar.

c. Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi yang terbaik.

Dorongan motivasi untuk meraih keuntungan akan memacu semangat

untuk melakukan inovasi pada berbagai kegiatan ekonomi sehingga kegiatan

ekonomi akan semakin efisien. 88

Namun pada sisi lain sistem ekonomi kapitalis mengandung banyak

kelemahan yaitu:

a. Persaingan bebas yang tak terbatas menimbulkan gangguan dalam tatanan

ekonomi antara lain penumpukan harta, distribusi kekayaan tidak merata

dan lain sebagainya.

b. Persaingan bebas memupuk semangat individualis dan mengorbankan

semangat kebersamaan. Sendi-sendi kebersamaan, kegotong-royongan

menjadi sesuatu yang langka. Kepentingan individu untuk memperoleh

keuntungan akan menimbulkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat.

88
Ibid., hlm. 72.
c. Distorsi pada nilai-nilai moral yaitu saling kerja sama, gotong royong,

kasih sayang dan lain sebagainya.

d. Menimbulkan pertentangan sosial antar kelas dalam masyarakat, misal

antara majikan dan karyawan, antara pemilik lahan pertanian dan

penggarap, dan lain sebagainya. Karena masing-masing berdiri atas dasar

kepentingan individu yang saling bertentangan satu sama lain.

e. Akan melahirkan sikap hidup yang tidak memperhatikan nilai-nilai moral

sosial dan agama.

Budaya potong kompas, korupsi, kolusi menjadi bagian dari kegiatan

bisnisnya. Produksi barang dan distribusi pendapatan hanya akan dinikmati

oleh sebagian kecil anggota masyarakat. Sementara sebagian besar pelaku

ekonomi akan menerima bagian yang lebih kecil dari produksi barang

tersebut.89

Dalam kaitannya dengan sistem ekonomi sosialisme, bahwa persoalan

mengenai sosialisme merupakan suatu isu lama sekaligus baru. Dikatakan isu

lama jika diamati dari segi timbulnya agama-agama yang menyinggung

masalah keadilan, hak asasi manusia, cinta kasih, kedamaian dan sebagainya.

Namun Juga dikatakan sebagai masalah baru jika ditinjau dari suatu

fenomena sosial yang merupakan reaksi dari dampak negatif akibat revolusi

Perancis dan revolusi industri yang melahirkan perubahan dalam struktur

kehidupan masyarakat. Sosialisme merupakan produk dari revolusi Perancis

dan revolusi industri di Eropa pada akhir abad ke-18 dan akhir abad ke-19.

89
Eko Suprayitno, op.cit., hlm. 4
Prinsip utama sosialisme menurut Emille Durkheim bukanlah semata-mata

bahwa produksi hendaknya dipusatkan di tangan negara, tetapi peranan

negara harus seluruhnya merupakan peranan ekonomi.

Prinsip dasar sistem ekonomi sosialisme adalah sebagai berikut:

• Kepemilikan harta dikuasai oleh negara, rantai ekonomi produksi,

distribusi, perdagangan dan industri menjadi monopoli negara atau

masyarakat keseluruhan. Individu tidak diberi peluang untuk memiliki

harta atau memanfaatkan produksi.

• Setiap individu memiliki kesamaan kesempatan dalam melakukan aktivitas

ekonomi. Setiap individu akan memperoleh barang kebutuhan menurut

keperluan masing-masing.

• Untuk mencapai suatu tatanan ekonomi yang ketat diberlakukan disiplin

politik yang tegas dan keras. Negara mengambil alih semua aktivitas

ekonomi dan kebebasan ekonomi dihapuskan sama sekali.

Kebaikan sistem ekonomi sosialis yaitu :

• Tiap warga negara dipenuhi kebutuhan pokok minimalnya baik sandang,

pangan dan papan. Tiap individu akan mendapatkan pekerjaan dan

perlindungan terhadap warga yang cacat fisik dan mental.

• Semua proyek pembangunan dilaksanakan berdasarkan perencanaan

ekonomi oleh negara.

• Semua rantai produksi dikuasai oleh negara dan dikelola oleh negara dan

keuntungan akan kembali kepada masyarakat luas.

Kelemahan sistem ekonomi sosialis yaitu :


• Posisi tawar menawar pelaku ekonomi individu sangat terbatas sehingga

terpaksa dikorbankan kebebasan pribadi terhadap harta miliknya.

• Sistem ini mengabaikan sepenuhnya sifat mementingkan pribadi dan

menghambat kebebasan berpikir dan bertindak. Buruh dijadikan sebagai

mesin produksi untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.

• Orientasi kehidupan diarahkan sepenuhnya untuk mencapai target

pembangunan ekonomi dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya. Aspek

moral terabaikan yang berakibat muncul polarisasi di tengah-tengah

masyarakat. Kekuasaan negara berada di tangan orang-orang yang tidak

profesional yang melahirkan praktek-praktek penindasan, kezaliman dan

balas dendam yang lebih berbahaya daripada dalam sistem ekonomi

kapitalis.

Tiadanya penghargaan terhadap kreativitas individu menimbulkan

sikap apatisme dan kehilangan semangat hidup. Pemegang birokrasi menjadi

tumpuan bagi para pelaku ekonomi sehingga mendorong munculnya praktek

KKN untuk memudahkan mendapat fasilitas dari negara. Maka tidak

mengherankan jika praktek KKN sangat menonjol pada negara yang

menganut sistem ekonomi sentralistis. 90

Dalam hubungannya dengan sistem ekonomi Islam, bahwa Islam

sebagai suatu sistem kehidupan manusia mengandung suatu tatanan nilai

dalam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik menyangkut sosial/

politik, budaya, hukum, ekonomi dsb. Syariat Islam mengandung suatu

90
Achmad Ramzy Tadjoedin, op.cit., hlm. 13
tatanan nilai yang berkaitan dengan aspek akidah, ibadah, akhlaq dan

muamalah. Pengaturan sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan syariat

Islam dalam pengertian yang lebih luas.

Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai

berikut:

• Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau

membuat suatu keputusan yang dianggap perlu, selama tidak menyimpang

dari kerangka syariat Islam untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

yang optimal dan menghindari kemungkinan terjadinya kekacauan dalam

masyarakat.

• Agama Islam mengakui hak milik Individu dalam masalah harta sepanjang

tidak merugikan kepentingan masyarakat luas.

• Islam juga mengakui bahwa tiap individu pelaku ekonomi mempunyai

perbedaan potensi yang, berarti juga, memberikan peluang luas bagi

seseorang untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam kegiatan

ekonomi. Namun hal itu kemudian ditunjang oleh seperangkat kaedah

untuk menghindari kemungkinan terjadinya konsentrasi kekayaan pada

seseorang atau sekelompok pengusaha dan mengabaikan kepentingan

masyarakat umum.

• Islam tidak mengarahkan pada suatu tatanan masyarakat yang

menunjukkan adanya kesamaan ekonomi tapi mendukung dan

menggalakkan terwujudnya tatanan kesamaan sosial. Kondisi ini

mensyaratkan bahwa kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya


dimonopoli oleh segelintir masyarakat saja. Di samping itu, dalam sebuah

negara Islam tiap individu mempunyai peluang yang sama untuk

mendapatkan pekerjaan dan melakukan aktivitas ekonomi.

• Adanya jaminan sosial bagi tiap individu dalam masyarakat. Setiap

individu mempunyai hak untuk hidup secara layak dan manusiawi.

Menjadi tugas dan kewajiban negara untuk menjamin setiap warga

negaranya dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Instrumen Islam

mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada sekelompok kecil

orang dan menganjurkan agar kekayaan terdistribusi pada semua lapisan

masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah diatur oleh syariat.

• Islam melarang praktek penimbunan kekayaan secara berlebihan yang

dapat merusak tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mencegah

kemungkinan munculnya praktek penimbunan Islam memberikan sangsi

yang keras kepada para pelakunya.

• Islam tidak mentolerir sedikit pun terhadap setiap praktek

yang asosial dalam kehidupan masyarakat seperti minuman keras,

perjudian, prostitusi, peredaran pil ecstasy, pornografi, night club,

discotique dan sebagainya.91

91
Mustafa Edwin Nasution dkk, op.cit., hlm. 9
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan bab pertama sampai bab keempat penelitian ini,

maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:

M. Quraish Shihab menyatakan bahwa tidak semua persoalan

ekonomi dirinci oleh al-Qur’an, karena persoalan ini berkembang dari masa

kemasa. Atas dasar itu, al-Qur’an hanya memberi tuntunan umum, berupa

prinsip-prinsip dasar yang dapat dijabarkan umat sepanjang masa sesuai

dengan kebutuhan, kondisi sosial, dan perkembanangan masyarakat. Kita

dapat menyimpulkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam pada keyakinan

tauhid. Dari sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang

ekonomi, tetapi juga menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.

Pada buku lainnya M. Quraish Shihab menyatakan bahwa secara umum

prinsip ekonomi Islam terangkum dalam empat prinsip pokok yaitu tauhid,

keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab.

Secara kategoris sistem ekonomi yang beroperasi dalam aktivitas

ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis

dan sistem ekonomi Islam. Karakteristik sistem ekonomi Islam berbeda

dengan sistem kapitalis maupun sosialis. Perbedaannya tidak hanya dalam

aspek normatif tetapi juga pada aspek teknis operasionalnya.


B. Saran-saran

Meskipun pendapat M. Quraish Shihab tentang sistem ekonomi Islam

belum memuaskan, namun dapat dijadikan studi banding oleh peneliti lainnya.

Berdasarkan hal itu, maka perguruan tinggi perlu membuka seluas-luasnya

pada peneliti lain untuk meneliti lebih dalam lagi tentang prinsip-prinsip sistem

ekonomi Islam.

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat

dan ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Peneliti

menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada

gading yang tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca

menjadi harapan peneliti. Semoga Allah SWT meridhainya. Wallahu a'lam.


DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1995.

Anonimous. Ekonomi Pancasila untuk Mendukung Tinggal Landas dan


Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Jakarta: Lemhannas, 1989.

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet,


2003.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. 12, PT


Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Assal, Ahmad Muhammad, dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi
Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, Terj. Abu Ahmadi dan
Anshori Umar Sitanggal, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1980.

Bablily, Mahmud Muhammad, Etika Bisnis: Studi Kajian Konsep Perekonomian


Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah, terj. Rosihin A. Ghani, Solo:
Ramadhani, 1990.

Chapra, Umer, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin


Basri, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Dewan Redaksi, Suplemen Ensiklopedi Islam, 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru


Van Hoeve, 1994.

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah


Pengenalan) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Hadi, Sutrisno, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990.

Huda, Nurul, dkk, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Prenada Media Group,
2008

Kara, Muslimin H., Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah


Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005.

Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: III T Indonesia, 2002.

Koencaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. 14, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 1970.

Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV. Pustaka.
Setia, 2001.

Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, Jakarta: PT


Intermasa, 1992.

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2001.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,


Jakarta: kencana, 2006.

Nata, Abuddin, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikaan Islam di Indonesia,


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. 5, Yogyakarta: Gajah


Mada University Press, 1991.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cet. 4, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Soerojo dan Nastangin, Jilid Ī
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 10

Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika


Kehidupan Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2011.

-----------, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2011.

Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara,


1999

Suprayitno, Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan


Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7,


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Tadjoedin, Achmad Ramzy, dkk, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta:


Tiara Waca, 1992.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur'an dan


Terjemahnya, Jakarta: Depaq RI, 1989.

Yuliadi, Imamudin, Ekonomi Islam, Yogyakarta: LPPI, 2006.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nurfadillah
Tempat dan tanggal lahir : Kendal, 23 Juni 1987
Jenis kelamin : perempuan
Status : Mahasiswa
Alamat : Sendang Sikucing Rt 02 Rw 02 Sendang
Sikucing Kec. Rowosari, Kab. Kendal
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan:
Tahun tamat Lembaga Pendidikan
1999 SDN Sendang Sikucing Kendal
2002 SLTP NU 09 Rowosari
2005 MA Darul Amanah Kendal
2005 Fakultas Syariah Jurusan Ekonomi Islam IAIN Walisongo
Semarang

Nurfadillah
BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Nurfadillah

NIM : 052411156

Alamat : Sendang Sikucing Rt 02 Rw 02 Sendang

Sikucing Kec. Rowosari, Kab. Kendal

Nama orang tua : Bapak Ngaman dan Ibu Khotijah

Alamat : Sendang Sikucing Rt 02 Rw 02 Sendang

Sikucing Kec. Rowosari, Kab. Kendal

Anda mungkin juga menyukai