Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Pancasila sebagai kepribadian bangsa yang merupakan perwujudan dari jiwa bangsa dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan adalah merupakan filsafat hidup bangsa dan
dasar filsafat negara. Pancasila sebagai filsafat hidup dan juga sebagai ideologi dan moral bangsa
harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia. Pengembangan Pancasila sebagai filsafat
hidup atau disebut juga dengan pengembangan filsafat Pancasila, pada dasarnya untuk
mengimbangi filsafat komunis maupun liberalis yang keduanya merupakan suatu sistem
kemasyarakatan yang berbeda sama sekali. Pancasila dikembangkan secara kefilsafatan dengan
maksud untuk menunjukkan jalan tengah antar keduanya, dalam arti bukan komunis dan bukan
liberalis yang didukung oleh penalaran kefilsafatan. Dengan demikian tujuan yang umum
dikembangkannya filsafat Pancasila adalah untuk menjunjung filsafat komunis dan filsafat
liberalis.
Filsafat secara umum termasuk juga filsafat Pancasila mempunyai tujuan yang sesuai dengan
dasar filsafat tersebut. Pancasila dengan dasar sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
ideologi negara juga mempunyai tujuan secara khusus. Tujuan filsafat Pancasila yang sekaligus
merupakan dasar dikembangkannya filsafat Pancasila adalah untuk memahami dan menjelaskan
lima prinsip kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara, mengajukan kritik dan
menilai prinsip tersebut , menemukan hakikatnya secara manusiawi serta mengatur semuanya itu
dalam bentuk yang sistematik sebagai pandangan dunia.
Dalam mempelajari Pancasila secara kefilsafatan sebelumnya perlu diketahui materi apa
yang dibahas untuk membedakan dengan Pancasila yuridis kenegaraan. Demikian juga perlu
dikemukakan persyaratan ilmiah pada umumnya. Pancasila secara ilmiah-filsafat adalah tentang
empat syarat sifat ilmiah dan empat pengetahuan ilmiah. Kemudian diuraikan juga tentang
perenungan kefilsafatan dan khusus perenungan kefilsafatan Pancasila.

A. PENGETAHUAN ILMIAH PANCASILA

 Syarat sifat ilmiah


o Harus Berobjek
Pancasila yang dipelajari harus mempunyai objek yaitu tata cara hidup
manusia yang sudah menjadi kebiasaan atau sudah membudaya, khususnya
bangsa Indonesia sebagai objek materialnya.Jadi, dapat untuk membedakan
antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain sebagai sesame manusia dalam
pola hidup bermasyarakat.
o Harus Bermetode
Dalam mempelajari Pancasila harus ada metode yaitu suatu cara untuk
mencari persesuaian antara rumusan Pancasila degan objek materialnya
sehingga mencapai kebenaran.
o Harus Sistematik
Pembahasan Pancasila harus sistematik mempunyai susunan yang
harmonis dari bagian bagian menurut aturan tertentu yang da hubungannya
satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi sehingga semua bagian
merupakan kesatuan keseluruhan dan tidak ada kontradiksi di dalamnya.
o Bersifat Universal
Kebenaran yang diperoleh harus bersifat universal yaitu kebenaran yang
dicapai dari persesuaian beserta rumusannya harus bersifat umum yang tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja tetap berlaku,
sehingga rumusannya itu dapat dipakai sebagai pedoman.

 Empat pengetahuan umum


o Pengetahuan Deskriptif
Pengetahuan deskriptif merupakan sifat dan keadaan dari hal-nya,
berdasarkan atas pertanyaan ilmiah bagaimana.
o Pengetahuan Normatif
Pengetahuan normative merupakan pengetahuan ilmiah yang menganalisis
hal hal yang biasa terjadi dan selalu terulang terus yang disebut dengan
kebiasaan, dan kebiasaan ini dicari intinya yang akan dirumuskan sebagai
pedoman dan dikemukakan juga tujuannya.
o Pengetahuan Esensi
Pengetahuan esensi merupakan pengetahuan ilmiah yang menelaah
tentang unsur dasar atau hakikat atau juga inti-mutlak yang menjadikannya
hal itu ada, sebagai jawaban atas pertanyaan ilmiah apa.

o Pengetahuan kausal
Pengetahuan kausal merupakan pengetahuan ilmiah yang mempelajari
tentang asal mula atau ilmiah mengapa.

B. PERENUNGAN KEFILSAFATAN PANCASILA


Perenungan adalah merupakan pemikiran tentang hal hal bersifat umum sebagai
suatu konsep yang terlepas dari fakta. Perenungan kefilsafatan berusaha memahami
segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan denia serta mencari dasar
dasar bagi kepercayaan maupun pengetahuan untuk memberikan keterangan tentang
dunia dan semua hal yang ada didalamnya.
Perenungan kefilsafatan dapat dirumuskan sebagai berikut: perenungan kefilsafatan
adalah pemikiran secara rasional untuk menyusun sistem pengetahuan yang memadai
guna memahami dunia dan alam semesta maupun manusia dan kehidupannya serta
memahami semua yang ada.
Perenunangan kefilsafatan Pancasila juga merupakan bagian dari perenungan pada
umumnya yaitu hanya khusus mengenai kehidupan manusia bermasyarakat dan
bernegara yang berlandaskan haikat kodrat manusia monopluralis yang sifatnya juga
metafasik. Selanjutnya, perenungan kefilsafatan Pancasila dapat dirumuskan : pemikiran
secara rasional untuk menyusun sistem pengetahuan tentang kehidupan manusia dalam
bermasyarakat dan bernegara yang berlandaskan hakikat kodrat manusia.
Pembahasan selanjutnya adalah menguraikan pokok pokok isi ajaran yang
terkandung dalam sila sila Pancasila yang merupakan ajaran moral Pancasila. Dan
dibahas juga penjabaran fundamen moral negara dan fundamen politik negara yang
merupakan bagian dari filsafat Pancasila

BAB II
DASAR DASAR KEFILSAFATAN PANCASILA

A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pancasila sebagai filsafat yang secara khusus sebagai filsafat hidup bangsa adalah
berlandaskan pada hakikat kodrat manusia walaupun semula tidak berpikir kan oleh
tokoh tokoh kenegaraan Indonesia tentang hakikat kodrat manusia namun karena
betul betul perenungannya yang mendalam secara langsung dijiwai oleh hakikat
kodrat manusia dalam hidup Bersama.

 Ciri Ciri Filsafat


o Bersifat koheren
Yakni berhubungan satu dengan yang lainnya secara runtut tidak
mengandung pernyataan pernyataan dan hal hal yang saling bertentangan.
o Bersifat menyeluruh
Yakni memadai semua hal dan gejala yang tercakup dalam
permasalahnnya sehingga tidak ada sesuatu yang diluar
jangkauannya.pancasila sebagai dasar filsafat negara dapat mencakup
semua permasalahan kenegaraan yang berlandaskan hakikat kodrat
manusia.
o Bersifat mendasar
Yakni mendalam sampai ke inti-mutlak dari permasalahnnya sehingga
merupakan hal yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat
dirumuskan atas dasar inti-mutlak tata kehiduapan manusia menghadapi
diri sendiri, sesame manusia dan menghadapi Tuhan dalam bermasyarakat
dan bernegara yang mewujudkan berketuhanan berkemanusiaan
berpersatuan berkerakyatan dan berkeadilan.
o Bersifat spekulatif
Yakni merupakan buah pikir hasil perenungan sebagai anggapan yang
menjadi titik awal serta pangkal tolak pemikiran suatu hal.


Dasar Filsafat Pancasila
Filsafat hidup bangsa yang berfungsi sebagai pedoman hidup, memang tepat jika
dirumuskan dari inti inti kehidupan bangsa sendiri, berupa jiwa bangsa yang
tercermin ke luar sebagai kepribadian bangsa.
o Susunan kodrat manusia monodualis
Manusia hakikat adalah tersusun atas jiwa dan raga. Dua unsur susunan
kodrat ini mempengaruhi pola hidup manusia. Dalam pola hidup yang
manusiawi adalah menyeimbangkan antara kepentingan rohani dan
jasmani yang serasi dan seimbang. Keseimbangan dua unsur ini
merupakan salah satu dasar filsafat Pancasila sehingga tujuan negara yang
berdasarkan filsafat Pancasila adalah untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur sejahtera.
o Sifat kodrat manusia monodualis
Manusia hakikatnya adalah bersifat individu dan sosial. Dua unsur sifat ini
juga mempengaruhi pola hidup manusia. Dalam pola hidup yang
manusiawi adalah menyeimbangkan antara dua hal tersebut, kepentingan
individu dan kepentingan sosial yang selaras dan seimbang.
Keseimbangan dua unsur ini merupakan salah satu dasar filsafat Pancasila
sehingga masyarakat yang diingingkan dalam Pancasila adalah masyarakat
yang penuh kebahagiaan yang didasarkan atas hubungan manusia dengan
masyarakat yang serasi dan seimbang.
o Kedudukan kodrat manusia monodualis
Manusai hakikatnya adalah berkedudukan sebagai pribadi mandiri dan
juga maklhuk Tuhan. Dua unsur kodrat ini mempengaruhi pola hidup
manusia. Untuk mencapai masyarakat yang sejahtera selaras serasi dan
seimbang dalam pola kehidupan yang merupakan tujuan masyarakat
berpancasila haruslah bertitik pangkal padahakikat kodrat manusia
monopluralis.

 Prinsip prinsip pemikiran


o Prinsip identitas
Prinsip ini menyatakan bahwa sesuatu benda adalah benda itu sendiri,
tidak mungkin yang lain. Demikian juga yang dimaksudkan dengan
Pancasila adalah identic dengan rumusan Pancasila yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945.
o Prinsip non kontradiksi
Bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin
ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Dalam filsafat
Pancasila yang sebagai pandangan hidup dan ideologi negara, tidak boleh
ada hal hal yang saling bertentangan penuh dalam arti kontradiksi.
o Prinsip ekslusif tertil
Bahwa dua sifat yang berlawanan penuh ( secara mutlak) tidak mungkin
kedua duanya dimiliki oleh suatu benda mestilah hanya salah satu yang
dapat dimiliki. Demikian juga ajaran Pancasila dapat mempersatukan
bangsa atau tidak dapat mempersatukan bangsa. Jika benar dapat
mempersatukan bangsa maka tidak benar jika dinyatakan tidak dapat
mempersatukan bangsa.

 Metode metode perenungan filsafat


o Metode Analisi
Melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas makna yang dikandung
oleh istilah istilah yang digunakan serta pernyataan pernyataan yang
dibuat.
o Metode Sintesis
Mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun
suatu pandangan dunia. Metode sintesis merupakan metode untuk
penyusunan suatu sistem. Sintesis atau pengumpulan dilawankan analisis
atau perincian.
o Analitiko-sintetik
Merupakan suatu metode gabungan antara analisis dan sintestis yaitu
perincian secara konsepsional makna istilah istilah dalam suatu pernyataan
yang kemudian mengumpulkan kembali semua pengetahuan atas istilah
istilah tersebut untuk menyusun suatu rumusan umum sebagai pedoman
hidup
o Analisa Abstarksi
Merupakan pengembangan metode analisis khusus dalam bidang
kefilsafatan yaitu pemerincian secara konsepsional untuk mencari unsur
dasar dengan cara menghilangkan sifat sifat yang menyertai
perwujudannya. Sifat sifat yang menyertai perwujudannya sesuatu atau
cara adanya sesuatu ini pada dasarnya ada Sembilan sifat yang sering
disebut aksidensia.

B. IDEOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA

 Pancasila sebagai ideologi


Pada dasarnya Pancasila adalah merupakan sistem filsafat yang bersifat praktis
yaitu Pancasila sebagai sistem filsafat dapat digunakan langsung sebagai pedoman
kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara untuk mencapai masyarakat adil
makmur sejahtera. Filsafat praktis yang sebagai pandangan hidup bangsa dalam
bernegara disebut dengan ideologi yang selalu dikaitkan dengan negara.
 Unsur unsur ideologi
o Unsur keyakinan
Setiap ideologi selalu memuat konsep konsep dasar yang menggambarkan
seperangkat keyakinan yang diorientasikan kepada tingkah laku
pendukungnya untuk mencapai suatu tujuan yang dicita citakan
o Unsur mitos
Setiap ideologi selalu memitoskan suatu ajaran dari seseorang atau suatu
badan sebagai kesatuan yang secara fundamental mengajarkan suatu cara
bagaimana sesuatu hal yang ideal itu pasti akan dapat dicapai.
o Unsur loyalitas
Setiap ideologi selalu menuntut adanya loyalitas serta keterlibatan optimal
untuk mendapatkan derajat penerimaan optimal dalam ideologi
terkandung rasional , penghayalan, dan Susila.

 Pancasila ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara adalah seperangkat gagasan vital yang
menggambarkan sikap atau pandangan hidup bangsa Indonesia.
Berbeda dengan ideologi liberalism yang mencerminkan realitis masyarakat yang
timbul di dunia barat sebagai akibat gerakan aufklaerung di abad ke-18 yang telah
ikut mengantarkan lahitnya revolusi industri.
Pancasila sebagai ideologi negra secara spekulatif dirumuskan oleh para
tokoh tokoh kenegaraan bangsa Indonesia pada tahu 1945 dalam sidang BPUPKI
dan dilanjutkan dalam sidang PPKI yang menjadikannya sebagai dasar negara
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara pola pelakanaanya dipancarkan
empat pokok pikiran yang koheren, komprehensif, dan mendalam sebagaimana
tersirat dalam pembukaan UUD 1945.

 Pancasila Ideologi Dinamik


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat praktis pada dasarnya adalah ideologi
dinamik (terbuka), bukan ideologi static (tertutup) seperti komunis. Komunis
sebagai ideologi tertutup pada masa sekarang ini sudah goyah ketegarannya
karena tidak mencerminkan sifat kodrat manusia
Ideologi dinamik yang dimaksudkan adalah kesatuan prinsip pengarahan
yang berkembang dialektik serta terbuka penafsiran baru untuk melihat perspektif
ke masa depan dan actual antisipatif arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
melangsungkan hidup dan kehidupan nasional.

o Bersifat realis
Yaitu mencerminkan kenyataan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat dimana ideologi tersebut lahir dan dikembangkan.
o Bersifat idealis
Yaitu konsep yang terkandung di dalamnya mampu memberi harapan,
optimisme serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk
berupaya mewujudkan apa yang dicita citakan.
o Bersifat fleksibel
Yaitu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang terus menerus
berkembang dan juga sekaligus mampu memberi arah melalui tafsir tafsir
baru yang konsisten dan relavan

 Teori kebenaran Dalam Pancasila


o Teori Koherensi
Bahwa suatu penjabaran dalam ideologi dianggap benar apabila rumusan
penjabaran itu bersifat konsisten dengan konsep kpnsep dasar yang sudah
diyakini kebenarannya.
o Teori Korespondesi
Bahwa suatu pernyataan dalam ideologi adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut.
o Teori Pragmatis
Bahwa suatu pernyataan maupun penjabaran dalam ideologi dapat dinilai
benar jika konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis
dalam kehidupan manusia.

BAB III
KONSEPSI DASAR FILSAFAT PANCASILA

A. ASAL MULA DAN DASAR PANCASILA


Rumusan Pancasila yang merupakan rumusan dasar filsafah negara, dahulunya tidak ada
walaupun materinya sudah ada dan sekarang rumusannya menjadi jelas termuat dalam
pembukaan UUD 1945 juga mempunyai asal mula yang merupakan titik tolaknya.

 Pengetahuan Kausal Pancasila


o Kausa Materalis
Asal mula berupa bahan dari apa hal sesuatu itu diadakan.
o Kausa Finalis
Asal mula berupa tujuan, untuk apa hal sesuatu itu diadakan.
o Kausa Formalis
Asal mula berupa bentuk, bagaimana wujud dan bangun sesuatu hal itu
diadakan.
o Kausa Efisien
Asal mula berupa karya yaitu suatu proses untuk mewujudkan hal sesuatu
itu menjadi ada.

 Inti Mutlak Kehidupan Manusia


Didalam hidup manusia ada 3 persoalan pokok yaitu :
o Persoalan Hidup menghadapi diri sendiri
Yaitu persoalan dalam memenuhi tuntutan diri pribadi termasuk juga
hubungan dengan makhluk lain. Setiap manusia di dunia ini mempunyai
rasa ingin hidup secara manusiawi sesuai dengan hal hal yang diinginkan
dan sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.

o Persoalan hidup menghadapi sesama manusia


Yaitu persoalan hidup manusia sebagai penjelamaan makhluk sosial yang
cara hidupnya Bersama dengan manusia lain. Dalam hal ini setiap manusia
secara kodrati ingin hidup Bersama sesuai dengan nilai nilai hidup
manusiawi yang dibatasi dengan kebersamaan, menghormati dan
menghargai sesama manusia dengan rasa cinta kasih.
o Persoalan hidup menghadapi Tuhan
Yaitu persoalan menghadapi sesuatu zat yang berkuasa diluar diri
manusia. Setiap manusia pada dasarnya mempunyai keyakinan bahwa ada
sesuatu zat yang berkuasa di luar dirinya yang disebut dengan Tuhan.

 Hakikat Abstrak Pancasila


o Hakikat konkrit
Yaitu menunjuk ke “hal”nya suatu kenyataan yang berkualitas dan
bereksistensi.
o Hakikat Abstrak
Yaitu menyatakan suatu kualitas yang terlepas dari eksistensi tertentu.

 Sifat Abstrak Pancasila


o Sifat Konkrit
Yaitu menunjuk pen”sifatan” nya suatu kenyataan yang berkualitas dan
bereksistensi.
o Sifat Abstrak
Yaitu menyatakan penafsiran yang tidak bereksistensi

 Inti Mutlak yang menjadi dasar Pancasila


o Ketuhanan
Berarti pengakuan dan keyakinan yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan terhadap adanya zat Yang Maha Kuasa.
o Kemanusiaan
Berarti sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan nilai nilai hidup
manusiawi.
o Persatuan
Berarti keadaan dan sifat sifat yang sesuai dengan hakekat satu atau
kesadaran untuk mengusahakan suatu keseluruhan kea rah satu kesatuan.
o Kerakyatan
Berarti suatu pemerintahan negara atas dasar pertimbangan pertimbangan
kehendak rakyat atau keadaan yang berdasarkan pertimbangan
pertimbangan kehendak rakyat.
o Keadilan
Berarti sifat sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakekat adil untuk
mengakui hak sesame. Serta memperlakukan dan memberikan sesuatu hal
sebagai ras wajib segala sesuatu yang telah menjadi haknya.

 Perkembangan Inti Mutlak Pancasila


o Fase Berburu
Yaitu sejak manusia pertama ada, manusia hidup dengan bebas, tidak ada
ikatan, segala sesuatunya tersedia di alam semesta dengan bebas. Untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari hari, mereka berburu dan mencari ikan
dan mencari buah buahan dihutan.
o Fase beternak
Yaitu manusia yang tadinya hidup dengan hasil pemburuan dan mencari
ikan. Lama kelamaan mereka mengerti bahwa binatang yang biasanya
diburu dapat dipelihara, ditangkap anaknya yang masih kecil, dipelihara
dan berkembang biak. Bila dibutuhkan dagingnya untuk dimakan sewaktu
waktu tidak susah susah dengan berburu.
o Fase Cocok Tanam
Dimana manusia sudah mulai bertempat tinggal, mereka menyusun daun
daunan, kulit binatang untuk bernaun. Sejak inilah manusia mempunyai
peradaban dan akhirnya dapat membuat rumah dari bahan kayu yang
diambil di alam sekitarnya.
o Fase Kerajinan
Dalam fase ini akhirnya tumbuh suatu kelas yang hanya mengutamakan
hidup dengan membuat suatu peralatan. Yang dinamakan hasil kerajinan,
membuat gerobag , membuat alat pertanian. Hidup dengan membuat
peralatan yang hasilnya ditukarkan dengan hal hal yang dibutuhkan.
o Fase Industri
Manusia di didik dalam masyarakat yang setiap harinya membutuhkan
barang barang dari hasil industry.

 Isi Arti Sila-sila Pancasila


o Sila ketuhanan
Sebagai dasar negara ialah sifat sifat dari keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat Tuhan sebagai Kausa Prima yang mutlak hanya ada satu
merupakan asal mula segala sesuatu, tidak berubah dan tidak terbatas serta
sebagai pengatur

o Sila Kemanusiaan
Ialah sifat sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia
monopluralis dalam kesatuan yang seimbang dan harmonis.
o Sila Persatuan
Ialah sifat sifat keadaan negara harus sesuai dengan hakikat satu dalam arti
mutlak tidak dapat terbagi dan terpisah dari yang lain.
o Sila Kerakyatan
Ialah sifat sifat dan keadaan negara harus sesuai denagn hakikat rakyat
sebagai pendukung kekuasaan.
o Sila keadilan
Ialah sifat sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil
sebagai tujuan atau cita cita, dimana wajib lebih diutamakan daripada hak.

 Kepribadian Pancasila
o Kepribadian Kemanusiaan
Adalah sifat sifat hakikat kemanusiaan abstrak umum universal yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lain.
o Kepribadiaan Kebangsaan
Adalah sifat sifat hakikat kemanusiaan yang terjelma sebagai sifat khas
kebangsaan yaitu kesatuan sifat sifat tetap terlekat pada sekelompok
manusia yang tetap tidak berubah, terdiri atas sifat hakikat kemanusiaan
dan sifat sifat khusus yang tetap sebagai diri pribadi terpisah dari bangsa
lain.
o Kepribadian Perorangan
Adalah sifat sifat yang menyertai hakikat kemanusiaan dan sifat khas
kebangsaan serta sifat sifat yang terdapat pada diri perorangan yang satu
dengan yang lainnya berbeda, berubah dan berbeda dalam konkretnya.

BAB IV
POKOK POKOK ISI AJARAN PANCASILA
Pembahasan isi arti Pancasila secara kefilsafatan, diusahakan dengan memberi makna istilah -
istilah secara harfiah atau gramatikal.
Adapun rumusan Pancasila sebagaimana adanya yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945,
yaitu :
“ Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ”.

4.1. Uraian Singkat Ajaran Sila Pertama


Sila pertama dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia
keempat, berbunyi :
“. . . Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, . . .”

 KETUHANAN
Istilah Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yaitu suatu Dzat Yang Maha Kuasa,
sedangkan Ketuhanan berarti keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan dalam
bentuk perbuatan terhadap Dzat Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta.
Dengan demikian secara singkat, Ketuhanan berarti “ iman kepada Tuhan ”.
 PEMIKIRAN TENTANG ADANYA TUHAN
Dasar pemikiran dalam hal ini, digunakan prinsip “ tidak adanya kemungkinan
ketiga sebagai jalan tengah ” (principium exclusi tertii).
Himpunan sebab-akibat disebabkan karena adanya hal lain yang tidak terbatas
diluar himpunan, yang membatasi himpunan itu sehingga terwujud nyata dan
tidak membatasi.
Hal yang tidak terbatas ini disebut dengan istilah Yang Tak Terbatas, dan Yang
Tak Terbatas inilah yang disebut Tuhan.
Maka, Tuhan tidak dapat dilukiskan dengan bentuk apapun, dan Tuhan-lah yang
menciptakan adanya rentetan sebab-akibat dalam alam semesta ini, dan Tuhan
merupakan sebab yang tidak disebabkan oleh hal lain.

 YANG MAHA ESA


Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada tersusun, tiada duanya, tunggal
dalam Dzat-Nya, tunggal dalam sifat-Nya dan tunggal dalam perbuatan-Nya.

 HUKUM BUKTI KEESAAN TUHAN


Tuhan disebut Yang Maha Kuasa, yang mempunyai kekuasaan melebihi dari
segala yang ada, atau yang paling kuasa. Oleh karena itu, Tuhan “ Esa ” adanya.
Pemikiran tentang pembuktian ke-Esaan Tuhan ini disebut dengan istilah “ dalil
akli ” atau “ hukum akal ”.
 AJARAN TENTANG KEESAAN TUHAN
Ajaran Ke-Esaan Tuhan dalam beberapa kitab suci, diantaranya:

Dalam ajaran Hindu - Dharma


- Kitab suci Chandogya Upanisad, disebutkan “ Om Tat Sat Ekam Eva Advityarn
Brahman ” artinya, Tuhan adalah Tunggal dan tiada dua-Nya.
Dalam Bible kitab suci Kristiani
- Kitab Ulangan 4:35 : “Bahwa Allah itu, ialah Tuhan, tiada yang lain melainkan
ia saja.
- Kitab Ulangan 6:4 : “Dengarlah hai Israel, bahwa Tuhan kita Allah itu, ialah
Tuhan Yang Esa.
- Kitab Ulangan 12:29 : “...adapun Allah Tuhan kita, ialah Tuhan Yang Esa.
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an
- Surah Al-Ikhlas ayat 1 : “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.
- Surah Al-Anbiya ayat 22 : “Jika sekiranya ada beberapa Tuhan selain Allah,
niscaya akan terjadi kehancuran.

 KETUHANAN YANG MAHA ESA


Yaitu keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan
terhadap suatu Dzat Yang Maha Tunggal tiada duanya, yang Sempurna sebagai
Penyebab Pertama.
Ajaran Tuhan ini berupa petunjuk yang diterima oleh akal untuk kehidupan
manusia, baik dalam hidup manusia berhubungan dengan alam semesta, dengan
sesama manusia maupun dengan Tuhan.

1.2. Uraian Singkat Ajaran Sila Kedua


Sila kedua dari Pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, berbunyi :
“.... dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab...”

 KEMANUSIAAN
Kemanusiaan ialah “manusia adalah makhluk yang berakal”, hal ini dipengaruhi
oleh ajaran-ajaran agama untuk membedakan manusia dengan makhluk-makhluk
yang lain.

 ADIL
Adil ialah memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang
telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun
terhadap Tuhan.
 BERADAB
Beradab asal dari perkataan adab, yang mengandung pengertian tata-kesopanan.
Beradab artinya : bersikap, berkeputusan, dan bertidak berdasarkan pertimbangan
nilai-nilai moral yang berlaku dalam hidup bersama.

 KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Yang dimaksud dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah: kesadaran,
sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya.

 PERIKEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Ajaran perikemanusiaan yang dipentingkan adalah sikap hidup saling
menghormati dan cinta kasih sesama manusia. Sedangkan, ajaran Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab secara langsung diwajibkan mengikuti ajaran-ajaran
berdasarkan wahyu Tuhan, untuk mengisi dan melengkapi keyakinan dan
pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap adanya Tuhan
Yang Maha Esa.

1.3. Uraian Singkat Ajaran Sila Ketiga


Sila ketiga dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, berbunyi :
“….. dengan berdasar kepada: ….., Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, …..”

 PERSATUAN
Persatuan berarti sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat satu, yang
mengandung pengertian disatukannya bermacam-macam bentuk menjadi satu
kebulatan.

 INDONESIA
Istilah “Indonesia” itu mula-mula ditempa dari bahasa Latin: “Indos” (artinya
Indus atau India) dan “nesos” (artinya nusa atau kepulauan), jadi “Indonesia”
kurang lebih berarti “Kepulauan sekitar Samudera India”. Istilah ini digunakan
untuk memberi nama seluruh suku bangsa, wilayah dan kebudayaan seluruh
Nusantara ini.

 PERSATUAN INDONESIA
yaitu: usaha ke arah bersatu dalam kebulatan satu kesatuan rakyat untuk membina
Nasionalisme dalam Negara Indonesia.

 PEMBINAAN NASIONALISME INDONESIA


Nasionalisme Indonesia ini dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga Nasionalisme Indonesia
merupakan kesatuan sekelompok manusia yang menerima bangsa lain menjadi
rakyat Indonesia, dan menghormati bangsa lain sebagai sesama makhluk Tuhan.
Dengan demikian Persatuan Indonesia bersifat dinamis.

1.4. Uraian Singkat Ajaran Sila Keempat


“…. Dengan berdasar kepada: ……, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, ……”

 KERAKYATAN
Yang dimaksud Kerakyatan adalah suatu sistim pemerintahan Negara atas dasar
pertimbangan kehendak rakyat.

 TUJUAN AKHIR DEMOKRASI


Tujuan akhir demokrasi yaitu kebahagiaan hidup, yaitu suatu keadaan hidup
manusia yang kebutuhan jasmaniah dan rokhaniah relatif berubah-ubah dapat
terpenuhinya.

 HIKMAT KEBIJAKSANAAN
berarti: suatu pertimbangan berdasarkan perpaduan antara kebenaran yang berasal
dari Tuhan dengan hasil putusan akal yang sesuai dengan rasa kemanusiaan
didorong oleh kehendak untuk mencapai kebaikan hidup bersama.

 PERMUSYAWARATAN
Permusyawaratan berarti suatu sistem dalam merumuskan, atau memutuskan
sesuatu persoalan dengan cara mengadakan rapat sebagai forum pertukaran
pendapat untuk mencapai kesepakatan bersama.

 PERWAKILAN
Perwakilan berarti suatu tata-cara dalam mengusahakan turut sertanya rakyat
ambil bagian dalam pemerintahan dilakukan dengan melalui badan-badan tertentu
sebagai wakilnya.

 KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN


PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
Dapat diuraikan secara singkat bahwa: suatu sistem pemerintahan rakyat dengan
cara melalui badan-badan tertentu serta di dalam menetapkan sesuatu peraturan
dengan jalan musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan
putusan akal sesuai dengan rasa kemanusiaan yang memperhatikan dan
mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai kebaikan hidup bersama.

1.5. Uraian Singkat Ajaran Sila Kelima


Sila kelima dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat berbunyi:
“…… dengan berdasar kepada: ….., serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

 KEADILAN
Adil dalam sila kelima ini diartikan sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat adil untuk mengakui hak sesama.

 SOSIAL
Istilah “sosial” berarti persaudaraan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam hal
ini sebagai cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama didasari adanya
rasa persaudaraan.

 KEADILAN SOSIAL
Yaitu suatu tata cara masyarakat yang selalu memperhatikan dan memperlakukan
hak manusia sebagaimana mestinya dalam hubungan antar pribadi serta
keseluruhan terhadap pribadi maupun pribadi terhadap keseluruhan , baik material
maupun spiritual.

 SELURUH RAKYAT INDONESIA


Yang dimaksud yaitu sekelompok manusia yang menjadi warga Negara
Indonesia, baik berbangsa Indonesia asli maupun keturunan asing, demikian juga
baik yang berada dalam wilayah Republik Indonesia maupun warga Negara
Indonesia yang berada di Negara lain.

 KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Diuraikan secara singkat bahwa: suatu tata masyarakat adil dan makmur sejahtera
lahiriah batiniah, yang setiap warga mendapatkan segala sesuatu yang telah
menjadi haknya sesuai dengan hakikat manusia adil dan beradab.

BAB V
MORAL NEGARA DAN FAHAM INTEGRALISTIK
 3 Hukum Pokok Dalam Asas Moral Negara
1. Hukum Tuhan
2. Hukum Kodrat
3. Hukum Etik

 Ketuhanan Dasar Filsafat Negara


Penjelasan singkat istilah "ketuhanan" yang berarti keyakinan dan pengakuan
yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap adanya sesuatu Dzat Yang
Maha Kuasa sebagai pencipta, sebagaimana diuraikan dalam bab terdahulu, yaitu
bagaimana seharusnya sila pertama dari Pancasila diamalkan.

 Ketuhanan berarti Kebebasan Beragama


Kebebasan beragama berhubungan erat dengan hak dan kewajiban manusia, dan
berhubungan erat juga dengan sifat iman yang sejati. Dua hal ini masing-masing
dijelaskan sbb :
• Kebebasan beragama berhubungan erat dengan hak dan kewajiban manusia.
• Kebebasan beragama berhubungan erat dengan sifat iman yang sejati.

 Ketuhanan Menuntut Tanggungjawab Pribadi


Tuntutan ini ditekankan dalam rumus "kemanusiaan yang adil" yaitu adil
terhadap diri sendiri dalam arti memenuhi tuntutan diri pribadi secara manusiawi,
adil terhadap sesama manusia yaitu memberikan sesuatu hal yang telah menjadi
hak orang lain sebagaimana mestinya, dan adil terhadap Tuhan yaitu memenuhi
tuntutan Tuhan atas dasar petunjuk-Nya.

 Integralistik Pancasila
Dasar pemikiran negara dalam filsafat integralistik Pancasila, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Supomo dalam sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945,
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
• Aliran pikiran individualis
• Aliran pikiran kolektif
• Aliran pikiran Integralistik

 Negara Hukum Kebudayaan


Negara hukum kebudayaan dapat juga diartikan sebagai tindakan negara,
dilandasi oleh hukum yang berlandaskan sifat sosial budaya bangsa yang
berpangkal pada sifat kodrat kemanusiaan. Negara hukum kebudayaan terbagi
menjadi 2 unsur, yaitu :
• Negara Liberal
• Negara Kolektif
 Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Karena Pancasila sebagai ideologi negara dan sebagai moral negara yang
keduanya merupakan dasar filsafat, maka Pancasila sering disebut mempunyai
kedudukan yang mutlak dalam negara Indonesia, yaitu :
• Dari sudut formal tidak dapat dirubah
• Dari sudut material hidup dalam jiwa bangsa dan rakyat Indonesia

BAB VI
SISTEM POLITIK DAN EKONOMI PANCASILA
A. SISTEM POLITIK
Dalam system politik Indonesia keseimbangan partisipasi masyarakat dan inisiatif
pemerintah merupakan bentuk konkrit kerakyatan, yaitu system pemerintahan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat.
Sistem politik Indonesia yang mendasarkan kebersamaan dan kekeluargaan,
sehingga dalam mewujudkan stabilitas politik negara ditentukan adanya penjabaran
konkrit sistem kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Oleh karena itu,
sistem politik Indonesia ditentukan adanya pelaksanaan ajaran kenegaraan yang
terkandung dalam sila keempat Pancasila yang perwujudannya disebut dengan demokrasi
Pancasila.

1. Pengertian demokrasi Pancasila


Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani “demos” berarti rakyat dan “kratos”
berarti kekuasaan/berkuasa. Jadi, demokrasi berarti rakyat yang berkuasa atau
pemerintahan rakyat.
Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, dengan taqwa kepada Tuhan dan kesadaran
keagamaan yang disertai semangat toleransi yang tinggi, yang dituntut untuk
memberikan kepada setiap orang apa yang telah menjadi haknya dengan menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, dan juga kerakyatan yang dilandasi integritas,
identitas, kepribadian dan stabilitas nasional untuk mewujugkan masyaakat adil dan
makmur sejahtera lahiriah batiniah.

2. Prinsip dasar demokrasi Pancasila


 Prinsip kerakyatan
berarti negara Indonesia menganut faham kedaulatan rakyat, serta sistem
pemerintahan yang memperhatikan kehendak rakyat.
 Prinsip Hikmat-Kebijaksanaan
Berarti bahwa dalam mempergunakan dan melaksanakan kedaulatan rakyat itu
terikat oleh pimpinan semacam aturan.
 Prinsip permusyawaratan
Berarti bahwa untuk memperoleh “hikmat-kebijaksanaan” itu harus dilakukan
musyawarah untuk mendapat kesepakatan dari semua pihak yang
berkepentingan.
 Prinsip perwakilan
Berarti bahwa kedaulatan rakyat itu pelaksanaannya diamanatkan untuk
dijalankan oleh wakil wakil rakyat.
3. Aspek Aspek Demokrasi Pancasila
 Aspek Formal
Aspek formal demokrasi Pancasila adalah menunjukan bagaimana caranya
partisipasi rakyat diatur dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu
mmpersoalkan proses dan caranya rakyat menunjuk wakil wakilnya dalam
pemerintahan.
 Aspek Material
Menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan serta adanya gambaran manusia sebagai subyek dan bukannya obyek
semata mata.
 Aspek Kaidah
Mengungkapkan seperangkat norma norma yang menjadi pembimbing dan
kriteria dalam mencapai tujuan kenegaraan.
 Aspek Tujuan
Menunjukkan keinginan atau tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dalam negara hokum, negra kesejahteraan, dan negara kebudayaan.
 Aspek organisasi
Mempersoalkan organisasi sebagai perwujudan pelaksanaan demokrasi
Pancasila, dimana wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh demokrasi.
 Aspek Semangat
Telah dikemukakan dalam penjelasan UUD 1945 yaitu “yang sangat penting
dalam pemerintahan dan dalam hidup negara ialah semangat”. Demokrasi
Pancasila memerlukan warga negara yang berkepribadian, berbudi pekerti
luhur dan tekun dalam pengabdian.

4. Mekanisme Demokrasi Pancasila


 Faham Negara Hukum
Indonesia adalah negara yang menganut sistem negara hokum, menjunjung
tinggi dan taat kepada hokum.
 Faham konstitusionalisme
Suatu pemerintahan yang dibatasi oleh ketentuan ketentuan yang termuat
dalam konstitusi atau pemerintahan berdasarkan atas sistem hokum dasar
tidak bersifat absolutism.

 Pemerintahan berdasarkan perwakilan


Dimana warga negara melaksanakan haknya yang sama melalui wakil
wakilnya yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada rakyat melalui
proses pemilihan bebas.
 Sistem pemerintahan presidensial
Dalam ketentuan ini menegaskan kembali bahwa yang bertanggung jawab
dalam jalannya pemerintahan adalah presiden bukan Menteri.
 Pengawasan parlemen tehradap pemerintah
Pengawasan ini bukan berarti oposisi sebagaimana lazimnya demokrasi
liberal. Pengawasan dalam arti ini yaitu pengawasan DPR terhadap presiden.

B. EKONOMI PANCASILA

1. Pemikiran Ekonomi Pancasila


Ekonomi pencasila merupakan satu satunya sistem ekonomi yang harus
ditegakkan untuk mencapai kesejahteraan Bersama sesuai tujuan negara yang
terkandung dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, yaitu untuk memajukan
kesejahteraan umum yang kemudian ditegaskan lagi untuk mewujudkan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Melihat pola hidup masyarakat berfilsafat Pancasila dengan segala bentuk
ajarannya dan negara yang berpaham integralistik, maka ekonomi Pancasila adalah
ekonomi kerakyatan terpimpin yang berkeadilan social, yaitu sistem ekonomi
berlandaskan kebersamaan dan kekeluargaan.

2. Ciri Ciri Ekonomi Pancasila


 Sosialisme Religius
Sosialisme sebagai tuntutan jiwa, kemauan, hendak mendirikan suatu
masyarakat yang adil dan makmur serta bebas dari segala tindasan yang
bersumber dari lubuk hati berdasarkan perikemanusiaan dan keadilan sosial
dan agama menambah penerangannya.
 Faham nasionalis
Teori ekonomi pada dasarnya bersifat nasionalis, artinya kebebasan penuh
untuk berhubungan ekonomi dan dagang dengan siapa saja dan negara tidak
boleh mengatur yang berakibat menghambat tingkah laku ekonomi warganya.
 Kerakyatan Terpimpin
Pelaksanaannya didasarkan atas suatu rencana ekonomi nasional yang dijiwai
nilai nilai religious dan rasional yang menyeluruh dengan dasar pedoman
Pancasila.

 Keadilan Sosial
Dengan kedudukannya sebagai landasan kaidah ekonomi maka keadilan sosial
selalu menjadi jiwa untuk pembenaran kaidah ekonomi Pancasila beserta pola
perwujudan ekonomi Pancasila

3. Pelaku Pelaku Ekonomi Pancasila


 Sektor Negara
Perusahaan negara adalah badan usaha yang melalui undang undang
dinyatakan sebagai perusahaan milik negara.
 Sektor koperasi
Orientasi koperasi adalah kesejahteraan sosial. Pembangunan ekonomi
berdasarkan koperasi menjamin adanya kesempatan kerja, peningkatan daya
beli rakyat dan menjamin pemerataan dan untuk sebesar besarnya
kemakmuran rakyat.
 Sektor Swasta
Seluruh usaha dan karya ekonomi tidak mungkin dilaksanakan sepenuhnya
oleh negara sendiri. Oleh karena itu, kepada swasta diberikan kedudukan
dalam kegiatan ekonomi dibawah pemerintahan untuk meningkatkan produksi
dan menambah penghasilan negara.

4. Sasaran Sistem Ekonomi Pancasila


 Menjamin kesempatan kerja dan usaha bagi seluruh warga negara.
 Menjamin cukup makanan, pakaian, dan perumahan yang layak sehingga
tidak senantiasa hidup dalam kecemasan hari esok.
 Menjamin pemeliharaan kesehatan dan Pendidikan setiap warga negara.
 Menjamin hari tua setiap warga negaranya, sehingga tidak hidup dalam
ketakutan dan kemelaratan, jika tidak berdaya lagi untuk mencai nafkah.
 Menjamin warga negaranya untuk dapat menikmati dan memperkembangkan
kebudayaan dan menyempurnakan hidup kerohaniannya sehingga tidak hanya
kehidupan lahir terpelihara tetapi juga kehidupan batinnya.

Anda mungkin juga menyukai