Anda di halaman 1dari 16

ETIKA BISNIS SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ekonomi Bisnis Syariah
Dosen Pengampu : Achmad Zaenuri, Drs. H. MM.

Disusun oleh :

Joko DwiTanto (18130210026)


Brido Putra Darmawan (18130210256)
Vivi vidya pramudia abila (18130210045)

KELAS 3 B-1
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah swt, karena atas berkat, rahmat, serta karunia-

Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis Syariah” .

Tak lupa juga saya haturkan shalawat dan taslim kepada junjungan kita, Nabi Allah, Nabi

penutup yang membawa Risalahnya sampai ke seluruh penjuru dunia yang penuh dengan

kebaikan serta kebaikan yaitu Nabi Muhammad saw, karena atas jasa Beliaulah sehingga sampai

sekarang penulis selalu mendapatkan kedamaian.

Pertama-tama kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pengampu

Ekonomi Bisnis Syariah : Achamad Zaenuri, Drs. H. MM  atas arahannya dalam proses

pembuatan makalah ini dan kami telah berusaha dengan segala kerja keras dan seluruh

kemampuan dalam proses pembuatan makalah ini.

Dan dengan itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam proses pembuatan makalah ini.

Kediri, 14 Desember 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Etika Bisnis Syariah...............................................................5
b. Perkembangan Etika Bisnis Syariah........................................................6
c. Perbedaan Etika Bisnis Protestan dan Syariah.....................................10
d. Landasan Nomatif Etika Bisnis Syariah..............................................13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................15
Daftar pustaka.................................................................................16
iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan


dunia perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi
dunia semakin membaik. Sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab
sosial sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro. Dalam bisnis tidak jarang
berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara, bahkan tindakan yang identik dengan
kriminalpun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Terjadinya perbuatan tercela dalam
dunia bisnis tampaknya tidak menampakkan kecendrungan tetapi sebaliknya, semakin hari
semakin meningkat.Sebagai bagian dalam masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma
yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
tersebut membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik etika itu antara
sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung
maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat
dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam sutu pola hubungan yang bersifat
interaktif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka kami merumuskan beberapa pokok
permasalahan:
a. Apa pengertian Eknomi bisnis syariah?
b. Bagaimana Perkembangan Etika Bisnis?
c. Bagaimana perbedaan etika bisnis protestan dan syariah?
d. Apa landasan Normatif Etika Bisnis Syariah?

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian Etika bisnis syariah.
2. Untuk mengetahui Perkembangan etika bisnis syariah.
3. Untuk mengetahui perbedaan etika bisnis syariah dan protestan.
4. Untuk menetahui landasan etika bisnis syariah

hal 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS SYARIAH

Definisi Etika

Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai
beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus, mesti, tugas,
aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke
dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik
secara moral.

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian ;
Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika
dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai
ilmu tentang baik dan buruk.

Lebih tegas menurut madjid Fachri, etika merupakan gambaran rasional mengenai hakikat
dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar, serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim
bahwa perbuatan dan keputusan secara moral yang diperintah dan dilarang.

Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar
yang benar atau didukung oleh penalaran yang baik. Etika mencoba mencapai kesimpulan
moral antara yang benar dan salah serta moral yang baik dan jahat.

Definisi Bisnis

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’,tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha,
berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau
berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-
munawwir).

Hal 5
Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib al-Qur’an , at-Tijarah bermakna
pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.Dari penjelasan

diatas, terlihat bahwa bisnis dalam Al-Qur’an dari tijarah pada hakikatnya tidak semata-mata
bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat
material sekaligus

immaterial, bahkan lebih meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan
kualitas.

Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan antara manusia
dengan Allah swt, bahwa bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam
proses administrasi dan perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan
penipuan, dan kebohongan hanya demi memperoleh keuntungan.

B. DEFINISI ETIKA BISNIS ISLAM

Etia Bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang
benar dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk,
pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.

Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum dan standar untuk
perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab dan bermoral. Artinya, etika
bisnis islami merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan
bisnis suatu perusahaan.

Dalam membicarakan etika bisnis islami adaah menyangkut “Bussines Form” dan atau
“Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang
menguntungkan. Jadi etika bisnis islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi
melakukan usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai
ajaran islam.

Hal 6
Menurut Vincent Barry dalam bukunya “moral issue in business”, menyatakan bahwa
Business ethics is the study of what constitutes good and bad human conduct, including
related action and values, in a business context. (Etika bisnis adalah ilmu

tentang baik buruknya terhadap suatu manusia, termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-
nilai dalam kontak bisnis.

B. Perkembangan Etika Bisnis


AGAMA ISLAM
Menurut catatan peristiwa dalam sejarah, agama Islam memiliki pandangan lebih positif dan
membangun terhadap image perdagangan dan kegiatan ekonomis. Islam tidak
memperkenankan diberlakukan perdangan secara „riba‟ karena merugikan orang lain. Islam
mewajibkan pemberian zakat fitrah kepada orang tidak berpunya karena hal tersebut
menolong kehidupan orang miskin. Selain itu dianjurkan pula kepada orang Islam untuk
memberikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkannya. Islam berpendapat
bisnis dapat dilakukan sepanjang saling memberikan keuntungan kepada pihak yang
berdagang. Islam tidak mencurigai kegiatan bisnis sekalipun di era awal Islam modern. Nabi
Muhammad S.A.W sendiri adalah seorang pedagang, ajaran agama Islam diawali dan
disebarluaskan terutama melalui para pedagang.
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS 1980-AN
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira sepuluh tahun
kemudian, diawali oleh Inggris yang secara geografis maupun kultural paling dekat dengan
Amerika Serikat, disusul kemudian oleh negara-negara Eropa Barat lainnya. Kini etika bisnis
bisa dipelajari, dan dikembangkan di seluruh dunia. Kita mendengar tentang kehadiran etika
bisnis di Amerika Latin, Asia, Eropa Timur, dan di kawasan dunia lainnya. Sejak dimulainya
liberalisasi ekonomi di Eropa Timur, dan runtuhnya sistem politik dan ekonomi komunisme
tahun 1980-an, Rusia dan negara eks-komunis lainnya merasakan manfaat etika bisnis,
pemahaman etika bisnis mendorong peralihan sistem sosialis ke ekonomi pasar bebas
berjalan lebih lancar

Hal 7
Etika bisnis sangat diperlukan semua orang dan sudah menjadi kajian ilmiah meluas dan
dalam Etika bisnis semakin dapat disejajarkan diantara ilmu-ilmu lain yang sudah mapan dan
memiliki ciri-ciri khusus sebagai sebuah cabang ilmu.

2. Tahun 1960-an

Dalam   tahun   1960-an   terjadi   perkembangan   baru   yang   dilihat   sebagaipersiapan


langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an  ini  di 
Amerika  Serikat  (dan  dunia  barat   pada   umumnya)  ditandai  olehpemberontakan
terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei 1968).
Suasana tidak tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh
kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini
mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika serikat. Secara
khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka terjadi antara militer dan industri.
Industri dinilai terutama melayani kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali
timbul kesadaran akan masalah ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab
masalah lingkungan hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan
sampah nuklir.

3. Tahun 1970-an

Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan identitas sendiri mulai
terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya membicarakan
aspek – aspek moral dari bisnis di samping banyak pokok pembicaraan   moral   lainya  
(etika   dalam   hubungan   dengan   bisnis),   kini   mulai berkembang etika dalam arti
sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi)
membicarakan masalah – masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf
memasuki wilayah penelitian ini dalam waktu singkat   menjadi   kelompok   yang   paling  
dominan.   Sebagaian   sukses   usaha   itu, kemudian   beberapa   filsuf   memberanikan  
diri   untuk  

Hal 8
terjun   kedalam   etika   bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya. Faktor kedua
yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang study yang serius adalah krisis
moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal tahun.

1970-an krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum yang
melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu itu. Melatarbelakangi krisis moral yang
umum itu , dunia bisnis amerika tertimpa oleh kerisis moral yang khusus . Sebagaian sebagai
reaksi atas terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam
kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis.
Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum
ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah
dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kapada perkembangannya ke arah
bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.

Terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an yaitu:

 Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar


bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis.

 Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja
sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika
terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan
adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang
diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of
business pada bulan November 1974.
4. Tahun 1980-an

Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira – kira sepuluh tahun
kemudian , mula – mula di inggris yang secara geografis maupun kultural paling dekat
dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara–

Hal 9
negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa
mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan
ataupun wajib di tempuh. Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika
bisnis pertama di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European
Business Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum   pertemuan   antara  
akademisi   dari   universitas   serta   seklah   bisnis   ,   para pengusaha dan wakil –wakil
organisasi nasional dan internasional seperti misalnya serikat   buruh).   Konferensi   EBEN  
yang   pertama   berlangsung   di   Brussel   (1987). Konferensi kedua di Barcelona (1989)
dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano (1990), London (1991), Paris (1992),
Sanvika , Noerwegia (1993), St. GallenSwis   (1994),   Breukelen   ,   Belanda   (1995),  
Frankfurt   (1996).   Sebagaian   bahan konferensi – konferensi itu telah diterbitkan dalam
bentuk buku.

5. Tahun 1990-an

Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat.
Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar
tentang kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme
disana sebagai sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat
perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia barat.
Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah telah didirikannya international
society for business management economis and ethics (ISBEE).

C.Perbedaan Etika Bisnis Protestan dan Syariah


1.      Etika Bisnis Protestan
Etik protestan dan semangat kapitalisme atau dalam bahasa inggris “the protestant ethic, and
spirit of capitalism” karya max weber. Buku yang merupakan tesis webber ini memulai
semuanya dari rasa penasaran mengenai kedadaan ekonomi yang terjadi di Negara-negara
eropa seperti inggris, jerman dan prancis berbeda dengan keadaan ekonomi di Negara eropa
barat lainnya, yang menjurus pada kapitalisme.
Didalam bukunya webber membandingkan katolik dengan protestan dia memnemukan
perbedaan kenyakinan mengenai aspek ekonomi dalam dua agama

Hal 10
yang tadinya adalah satu ini, dalam sebuah kasus ditemukan dalam pembagian
pekerjaan  atau dalam memilih lapangaan pekerjaan. Kaum katolik lebih cenderung memilih
untuk tetap bekerja dengan karya tangan mereka.sedangkan kaum protestan lebih memilih
untuk posisi atas sebagai tenaga ahli dan pengisi bagian administrasi dalam sebuah pabrik
dan pemilik pabrik itu sendiri. Webber menemukan bahwa dalam permasalahan tenaga ahli
kaum protestan lebih unggul dibanding katolik. Kasus ini menurut webber dapat dijelaskan
karena factor yang jelas yaitu factor dari kekuatan mental dan spiritual kaum protestan yang
didapat dri lingkungan tempat tinggal dan lingkungan keagamaan mereka.
kaum protestan cenderung memiliki kemauan untuk menunjukan bahwa mereka yang
minoritas itu menunjukan yang lebih baik.sedangkan kaum katolik itu lebih tenang, mereka
kurang memiliki dorongan teman, mereka lebih memilih hidup dengan kemungkinan aman
besar.[7]

2.      Etika Bisnis Syariah


Islam telah mensyariatkan etika yang rapi dalam aktivitas bisnis. Etika bisnis akan membuat
masing-masing pihak merasa nyaman dan tenang, bukan saling mencurigai. Etika bisnis
dalam Islam telah dituangkan dalam hukum bisnis Islam yang biasa disebut dengan
muamalah. Aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
mempunyai aturan-aturan tertentu, sebut saja aturan dalam hal jual beli (ba’iy), pinjam
meminjam (ariyah), utang mengutang, berinvestasi (mudharabah), kerjasama bisnis
(musyarakah), menggunakan jaminan (rahn), pengalihan utang (hiwalah) dan masih banyak
jenis transaksi lainnya.

Demikian juga perbuatan yang dilarangan dalam bisnis seperti praktik riba dengan segala
macam bentuknya, penipuan, ketidakjelasan (gharar), gambling (maysir) dan juga monopoli
(ihtikar). Dalam hal tawar menawar jual beli, betapa indahnya jika dibungkus dengan etika
bisnis. Jika seorang pedagang menjelaskan harga pokok sebuah sepatu dengan harga tertentu
dan mengambil keuntungan dengan bilangan tertentu dengan mempertimbangkan biaya
transportasi, sewa tempat dan seterusnya, maka tidaklah mungkin pembeli merasa keberatan
dengan harga yang ditawarkan.
Dengan demikian, tidak terjadi spekulasi antara penjual dengan pembeli dalam tawar
menawar, lebih dari itu terjadi hubungan persaudaraan yang indah antara penjual dan
pembeli, sebab keduanya saling membutuhkan dan merasa terbantu. Bukan sebaliknya,
terjadi kecurigaan dan bahkan tak jarang penipuan dalam rangka mencari keuntungan dan
kesempatan.[8]

Hal 11

Betapa indahnya cara Rasulullah Saw. menjajakan barang dagangannya dengan memilah
jenis barang berdasarkan kualitas dengan menetapkan harga sesuai dengan kualitas barang.
Tidak ada kualitas dan harga barang yang ditutupi Rasulullah Saw. Semuanya berdasarkan
harga yang wajar sesuai dengan kualitas barang yang biasa kita sebut dengan product
liability.

Rasulullah selalu menunjukkan dan menjelaskan kualitas bahkan cacat sebuah barang yang
disesuaikan dengan harga. Maka, tak heran para pembeli merasa senang dan nyaman, tak
hanya itu barang dagangannya juga laku keras dan beliau meraup untung yang berlipat
dengan etika dagang yang agung.

Aktivitas bisnis harus berorientasi dengan ibadah


Semua jenis transaksi dalam bisnis hendaklah didasari oleh prinsip-prinsip yang menjadi
dasar dan patokan. Salah satu prinsip bisnis Islam adalah prinsip ilahiyah (prinsip ketuhanan).
Prinsip ini sangat penting dalam mewarnai prilaku pelaku bisnis. Dalam Islam, semua
aktivitas termasuk bisnis yang dilakukan bukan hanya pada dimensi duniawi yang berarti
berkaitan dengan untung rugi saja.
Namun, lebih dari itu, hubungan bisnis dalam Islam adalah manifestasi dari ibadah kepada
Allah Swt. Sudah menjadi adagium umum di masyarakat, jika tidak bisa menipu atau atau
bermain “kotor” akan tersingkir dari dunia bisnis. Dengan kata lain, seorang pebisnis tidak
bisa “lepas” dari prilaku kotor, tipu muslihat dan semacamnya, jika jujur maka akan terbujur.

Paradigma seperti ini tampaknya sudah menjadi “kesepakatan” masyarakat kita. Memang
harus diakui karena bisnis berkaitan dengan uang maka peluang dan godaan untuk melakukan
penipuan dan kebohongan sangat terbuka lebar. Karenanya, Rasulullah bersabda “pedagang
yang jujur akan
Dalam hal ini, telah terjadi pemilahan orientasi seorang pedagang dengan membedakan
antara kehidupan dunia dengan akhirat. Kehidupan dunia harus dikejar dengan cara-cara
keduniaan, sedangkan kehidupan akhirat diperoleh dengan aktivitas ibadah dalam arti sempit
(shalat, puasa, zakat dan haji).

Padahal, Islam tidak memandang aktivitas bisnis hanya dalam tataran kehidupan dunia, sebab
semua aktivitas dapat bernilai ibadah jika dilandasi dengan aturan-aturan yang telah
disyariatkan Allah. Dalam dimensi inilah konsep keseimbangan kehidupan manusia terjadi,
yakni menempatkan aktivitas keduniaan dan keakhiratan dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.

Hal 12

Etika bisnis adalah tuntutan yang harus dilaksanakan oleh pelaku bisnis dalam menegakkan
konsep keseimbangan ekonomi. Jika saja pengambilan keuntungan
berlipat-lipat adalah sebuah kesepakatan pelaku ekonomi, bukankah hal ini menjadikan
supply-demand tidak seimbang, pasar bisa terdistorsi dan seterusnya.
D. Landasan Normatif Etika Bisnis Syariah
1. Landasan Tauhid
Tauhid merupakan fondasi utama untuk semua umat Islam dalam menjalankan semua fungsi
kehidupannya. Dengan tauhid ini, manusia bersaksi bahwa “tiada sesuatu yang layak
disembah selain Allah” dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah”
(QS. 2:107, 5:17, 120, 24:33).[1] Dengan bersaksinya manusia, maka sikap dan prilaku atau
perbuatan manusia harus mencerminkan sikap yang sesuai dengan tolak ukur dan penilaian
Allah (bersifat mutlak dan pasti kebenarannya).
Dalam konteks pembahasan ini, manusia harus mencerminkan sifat dan prilaku Allah yang
terdapat dalam 99 Asmaul husna. Termasuk dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan
bisnisnya. Kegiatan bisnis seperti produksi, konsumsi, perdagangan dan distribusi harus
bertitik tolak pada keridhoan Allah SWT dan sesuai dengan tata cara syariah-Nya.
2. Landasan Keseimbangan (Keadilan)
Allah adalan pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Ajaran Islam salah
satunya berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan prilaku
seimbang atau adil, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, sesama manusia, dan
dengan lingkungannya. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk selalu
berbuat adil hampir dalam semua prilaku yang dilakukan dan termasuk juga dalam kegiatan
bisnisnya.
3. Landasan Kehendak Bebas
Dengan potensi yang ada, manusia diberi keleluasaan untuk memanfaatkan segala sumber
daya yang dimiliki. Manusia bebas berkreasi, malakukan transaksi, melakukan bisnis dan
berinvestasi dengan anugrah yang diberikan Allah berupa kemampuan dasar spiritual, akal
budi dan insting. Dengan adanya kebebasan berkehendak maka mekanisme pasar dan
perekonomian akan terjadi.

Hal 13

[6] Namun kebebasan manusia dalam berkreasi ini dihadapkan pada dua konsekuensi pada
pilihan-pilihan penggunaannya. Pertama, niat dan konsekuensi baik dan kedua niat dan
konsekuensi buruk. Dan manusia diberikan kebebasan untuk memilih antara baik dan buruk
konsekuensi yang akan dilakukan.
Konsekuensi dan niat baik, tentunya akan menghasilkan manfaat yang berguna dan
berdampak baik bagi diri sendiri dan orang lain(masyarakat), demikian juga sebaliknya.
Dalam memfungsikan potensi sumber daya yang ada, yang harus diingat oleh pelaku bisnis
ialah meraka masih membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Dan masih membutuhkan
keterlibatan masyarakat sebagai pemilik sumber daya lain yang tidak dimiliki. Mengingat
manusia adalah mahluk sosial, jadi dalam keinginan mencapai tujuan, pelaku bisnis harus
memperhatikan kesejahteraan bersama diantara manusia-manusia dan menjunjung tinggi
kejujuran serta keserasian dalam kehidupan seperti yang dianjurkan Al-Qur’an.[7]

4. Landasan Pertanggungjawaban
Manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi sumber daya dan melakukan
aktifitas bisnis. Namun kebebasan itu mesti memiliki batas-batas tertentu, dan tidak
digunakan sebebas-bebasnya melainkan dibatasi oleh hukum, norma dan etika yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dan tentunya semua perbuatan dan aktivitas manusia di
bumi tidak lepas dari pertanggungjawaban yang akan dimintai kelak di akhirat. Semua yang
ada di bumi adalah milik Allah, manusia hanya diamanahi oleh Allah dan bukan pemilik
yang hakiki. Manusia diberi amanah untuk mengelola sumber daya yang ada secara benar
sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah (Manhaj Al Hayat) yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi. Tidak kemudian digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis terlarang atau
yang diharamkan. Gunakanlah untuk melakukan bisnis yang halal, dan caranya pun atau
prosesnya juga harus dengan cara-cara yang benar dan adil. Dengan begitu kegiatan bisnis
akan menghasilkan manfaat yang optimal bagi semua komponen masyarakat yang secara
kontributif ikut mendukung dan terlibat dalam bisnis yang dilakukan.

Hal 14

Bab III
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara normatif, etika bisnis dalam Al-
Qur’an memperlihatkan adanya suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur
lainnya. Hal itu disebabkan bahwa dalam ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam Al-
Qur’an lebih banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat
atau ide hingga perilaku dan perangai. Dengan demikian, etika bisnis dalam Al-Qur’an tidak
hanya dipandang dari aspek etika secara parsial, tetapi juga secara keseluruhan yang memuat
kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam agama Islam. Artinya, bahwa etika bisnis menurut
hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan (unity),
keseimbangan/keadilan (equilibrium), kehendak bebas/ikhtiar (free will),
pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran (truth), kebajikan (wisdom) dan
kejujuran (fair). Kemudian, harus memberikan tuntutan visi bisnis masa depan yang bukan
semata-mata mencari keuntungan yang bersifat “sesaat”, melainkan mencari keuntungan
yang mengandung “hakikat” baik, yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat
manusia.
Dengan kata lain, etika bisnis menurut hukum Islam, dalam prakteknya menerapkan nilai-
nilai moral dalam setiap aktivitas ekonomi dan setiap hubungan antara satu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Nilai moral tersebut tercakup dalam empat
sifat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat sifat ini diharapkan dapat
menjaga pengelolaan institusi-institusi ekonomi dan keuangan secara profesional dan
menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan social berjalan sesuai aturan permainan yang berlaku.

Hal 15

Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/riyat/5908bc00f37e61f81165fd78/apa-itu-etika-bisnis-islam?
page=all

https://muhamadirpanhariawan.wordpress.com/2018/03/16/perkembangan-etika-bisnis-dari-
masa-ke-masa-yunani-kuno-sekarang/

http://fifinputripeace.blogspot.com/2012/04/landasan-normatif-prinsip-prinsip-etika.html
Hal 16

Anda mungkin juga menyukai