Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 4

KONSEP PEMIKIRAN GEOGRAFI PERSPEKTIF KERUANGAN

Disusun Oleh :

Ahmad Bassam (21110118130066)

Dosen Pengampu : Nurhadi Bashit,ST.,M.Eng

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof Sudarto SH, Tembalang, Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788

E-mail: geodesi@undip.ac.id

2020

1
A. Pengertian Ruang

Menurut istilah geografi regional bahwa ruang adalah suatu wilayah yang
mempunyai batasan geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau
pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah
dibawahnya, serta lapisan udara di atasnya. 

Analisis keruangan (spatial) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat – sifat


penting atau serangkaian sifat-sifat penting. Ahli geografi akan bertanya faktor – faktor
apa yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar
penyebarannya menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, dalam analisis
keruangan harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah
ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan atau dimanfaatkan untuk
berbagai kegunaan yang dirancang.

B. Perspektif Keruangan (Spatial Perspective)


Menurut Knox, P L dan Marston SA (2004) serta de Blij dan Murphy (2003)
yang mengemukakan pentingnya perspektif keruangan dalam geografi. Perspektif
keruangan (Spatial Perspective) merupakan salah satu pendekatan geografi untuk
membedah fenomena muka bumi sebenarnya merupakan ranah epistemologi keilmuan.
Epistemologi sebagai cabang filsafat yang sederhana dalam rangka membangun teori
dalam satu cabang keilmuan. Membangun teori diperlukan kriteria kebenaran yang utuh
terpadu dan benar apabila diuji secara fungsional dalam ruang dan waktu serta memiliki
koherensi, korespondensi, dan pragmatisme (Suriasumantri, 1990). Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat perwujudan tertentu, yang universal (objek
material). Epistemologi adalah cara memperoleh pengetahuan secara benar yang dapat
dilakukan melalui deduktif dan induktif (objek formal). Aksiologi, untuk apa suatu
ilmu/ kebenaran dapat bermanfaat bagi kebaikan manusia sehingga berkaitan erta
dengan etika dan moral.
Menurut objek studinya geografi meliputi fenomena muka bumi, adanya relasi
timbal balik, interaksi, dan interdependensi antar fenomena (Harvey, D, 1986). Geografi
meliputi geografi fisik mempelajari faktor fisik di permukaan bumi yang menjadi
lingkungan hidup manusia dan geografi manusia mengkaji perilaku dan aktifitas

2
manusia (Viles,H dalam Castree, N; Rogers,A; dan Sherman, D, 2005). Epistemologi
digunakan untuk menjawab persoalan terkait metode dan pendekatan seperti untuk
menjawab pertanyaan dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Pertanyaan dimana
merupakan agar dapat menunjukkan ruang atau tempat terdapatnya atau terjadinya
gejala alam dan manusia. Pertanyaan mengapa merupakan agar dapat menunjukkan dan
menjelaskan relasi interelasi interaksi integrasi gejala tanpa terlepas dari gejala lainnya.
Pertanyaan bagaimana agar dapat menjelaskan kualitas dan kuantitas hubungan antar
fenomena pada ruang tertentu. (Hagget, P, 1984) menjelaskan mengenai objek formal
geografi yang menekankan pendekatan dan prinsip keruangan sebagai inti dalam
analisis geografi meliputi pola dari sebaran gejala tertentu di permukaan bumi (Spatial
Pattern), keterkaitan atau hubungan sesama antar gejala (Spatial System), dan
perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala (Spatial Procces).

ISI

Sebelum masuk ke pemikiran geografi perspektif keruangan, alangkah baiknya


jika kita mengetahui arti dari perspektif dan geografi serta perspektif geografi. Geografi
sendiri berasal dari dua kata, yaitu geo yang artinya bumi dan graphica yang artinya
tulisan. Perspektif sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa berarti sudut
pandang atau pandangan. Perspektif geografi dapat diartikan cara pandang melihat
dunia berdasarkan sudut pandang geografis.
Geografi memiliki dua objek kajian, yaitu material dan formal. Objek kajian
material geografi meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.
Menurut Haggett (1975), untuk mengamati objek material, dapat dilakukan beberapa
pendekatan, antara lain analisis keruangan (spatial analysis). Menurut Gurniwan Kamil
Pasya, secara substansial Analisis keruangan atau spasial dalam geografi menekankan
pada aspek berikut:
1. Pola dari sebaran gejala tertentu di muka bumi (spatial pattern)
Aspek spatial pattern menekankan bahwa gejala alam dan sosial dalam
ruang memiliki sifat keteraturan. Keteraturan gejala alam dan sosial berbeda

3
satu sama lain, yang tercermin dengan adanya distribusi berbagai gejala
dalam ruang yang diwujudkan dalam bentuk peta.
2. Keterkaitan atau hubungan sesama antargejala tersebut (spatial system)
Aspek spatial system menekankan pada aspek di mana terdapat
hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen ruang.
3. Perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial
processes)
Aspek Spatial Process merupakan analisis geografi terhadap perubahan
dalam ruang. Ruang menurut Blaut adalah wadah yang bersifat khas, fisik
dan empiris, yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi tiga,
yaitu Panjang, lebar, dan tinggi.
Sedangkan, menurut Chapman (1979), terdapat tiga konsep dalam pembahasan
mengenai ruang, yaitu:
1. Spatial Context
Spatial Context berhubungan dengan isi (content) dan dimensi
(dimension) ruang. Di dalam content, manusia dan unsur alam berada dan
berinteraksi secara dinamis yang menghasilkan berbagai kenampakan yang
merupakan refleksi dari pengambilan keputusan dalam memanfaatkan
ruang dan hasil hubungan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa yang
akan datang dari distribusi aktivitas manusia.
2. Spatial Pattern
Spatial Pattern merupakan distribusi objek atau kenampakan yang
mempunyai karakter sama di lokasi yang berbeda. Lokasi sendiri dapat
diartikan sebagai posisi suatu tempat di permukaan bumi. Lokasi ada dua
jenis, yaitu lokasi absolut yang menunjuk pada kedudukan yang sudah
pasti dan lokasi relatif yang berkenaan dengan posisi suatu objek
dibandingkan dengann objek lainnya.
3. Spatial Process
Spatial Process merupakan mekanisme yang dapat menghasilkan
struktur keruangan. Struktur keruangan tersusun dari seperangkat unsur

4
sosial, ekonomi, dan fisis yang mengacu pada lokasi relatif internal
(Goodaal, 1987).
Salah satu penerapan dari perspektif geografi keruangan adalah manusia dalam
memahami konteks perubahan iklim. Perubahan iklim jika ditinjau dari aspek-aspek
menurut Gurniwan Kamil Pasya adalah sebagai berikut:
a. Aspek Spatial Pattern
Aspek ini mengarahkan pada pola distribusi pola indicator terjadinya
perubahan iklim dan dampak perubahan iklim di berbagai belahan dunia.

Peta di samping merupakan peta model dampak


akibat kenaikan suhu permukaan sebesar satu
derajat celcius. Dari peta tersebut, tampak bahwa
kenaikan suhu satu derajat celcius berdampak pada
banjir di sekitar di sekitar pesisir, kegagalan panen
ikan di Amerika Selatan, dan mencairnya es di
Kutub Utara.

b. Aspek Spatial System


Dengan aspek ini, dapat dikaji dampak perubahan iklim yang
terkait dengan analisis spasial, yaitu :
1. Dampak terhadap kenaikan muka air laut
a. Peningkatan air laut setinggi satu meter dapat
mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan d dunia.
b. Peningkatan air laut akan mengancam ekosistm
pesisir.
2. Dampak terhadap sumber daya air
a. Mampu mengancam ketersediaan air bersih
3. Dampak terhadap ekosistem
a. Kemungkinan punahnya 20%-30% spesies tanaman
dan hewan apabila terjadi kenaikan suhu rata-rata
global sekitar 1,5-2,5o C.

5
b. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena
bertambahnya karbondioksida di atmosfer akan
mengancam terumbu karang dan spesies-spesies yang
hidupnya bergantung pada spesies tersebut.
4. Dampak terhadap perkotaan
a. Rentan terjadinya banjir dan badai pada kota-kota
pesisir.
5. Dampak terhadap pertanian
a. Mampu mengancam produktivitas pertanian sehingga
mengakibatkan risiko terjadinya kelaparan.
b. Mengakibatkan risiko gagal panen.
c. Aspek Spatial Process
Aspek ini memberikan Analisa terhadap perubahan iklim, misalnya
perubahan temperature bumi dan hubungan antara konsentrasi CO2 serta
kenaikan suhu yang tercermin sebagai berikut:

Dari grafik tersebut, dapat diambil informasi bahwa terjadi tren kenaikan
suhu dari tahun 1880 hingga 2000. Pada tahun 2000 keatas, model
mengisyaratkan akan terjadinya kenaikan suhu secara terus-menerus akibat
meningkatnya konsentrasi CO2.

6
Dari grafik tersebut, dapat diambil informasi bahwa konsentrasi karbon
dioksida menunjukkan tren kenaikan yang bisa mengakibatkan perubahan suhu.
Kenaikan suhu bumi berkontribusi pada semakin tingginya lapisan es yang
mencair sehingga terjadinya kenaikan muka air laut yang berakibat terendamnya
sebagian daratan yang berarti semakin berkurangnya luas daratan di permukaan
bumi.

PENUTUP

3.1. Simpulan
3.1.1. Perspektif geografi merupakan cara pandang melihat dunia berdasarkan
sudut pandang geografis.
3.1.2. Pemikiran geografi perspektif keruangan dapat dikaji melalui analisis
keruangan yang melibatkan aspek-aspek spatial pattern, spatial system,
dan spatial process.
3.1.3. Contoh dari hal itu adalah perubahan iklim.
3.2. Saran
3.2.1. Dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik jika tidak mengambil
dari satu atau dua jurnal.
3.2.2. Untuk penyusunan makalah alangkah lebih baik disajikan dengan
informasi yang lebih banyak.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Andri Noor. 2015. Jurnal Perspektif Geografi dalam Memahami Konteks
Perubahan Iklim. Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.
Ali, Mohammad. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:Pedagogiana Press
Dilabur.1991. Ruang, Lingkungan dan Wilayah : Suatu Konsep Dasar Geografi dalam
Forum Geografi No.09 Tahun V

Anda mungkin juga menyukai