Latar Belakang
Agar pelayanan kesehatan berlangsung dengan efisien dan efektif, maka dibentuk Tim
Kendali Biaya dan Kendali mutu di masing-masing wilayah. Tetapi tim ini belum kuat
dan tidak punya otorisasi penuh, untuk mengevaluasi faskes setempat atas tingkat
efisienssi dan efektifnya yankes JKN. Akibat terlalu murah nya iuran, dan tidak
proporsional paket Ina-CBGs di FKTL, maka dalam perjalanannya mulai tahun ketiga
sudah mulai timbul kasus-kasus:
OOP
Up- Coding, dan readmisi
Perubahan Tipe / Kelas RS
Silpa Kapitasi
Waiting list
Tidak standarnya mutu pelayanan
Kesemuanya bermuara pada moral hazard dan fraud.
8. Jumlah FKTP yang bermitra dengan BPJS Kesehatan sebanyak 23.292 faskes,
serta sebanyak 2.455 FKTL Secara kuantitatif angka ini sebenarnya belum
maksimal, tetapi yang lebih menyulitkan lagi adalah faskes dimaksud tidak
merata distribusi lokasinya, terutama untuk wilayah Indonesia Timur dan
Kalimantan.
9. Tercatat pada 2018, FKTP sudah dimanfaatkan oleh 147,4 juta kunjungan
peserta. Poliklinik rawat jalan rumah sakit dimanfaatkan oleh 76,8 juta kunjungan
peserta. Sedangkan untuk rawat inap di rumah sakit dimanfaatkan oleh 9,7 juta
kunjungan peserta. Totalnya ada sebanyak 233,9 juta kunjungan.
10. Telah dihitung, rata-rata pemanfaatan pelayanan kesehatan per hari kalender
adalah 640.822 pemanfaatan. Jika di akumulasi selama 5 tahun, diperoleh
angka sebanyak 874,1 juta pemanfaatan pelayanan kesehatan JKN.
11. Bagaimana dengan indeks kepuasan. Ini yang menarik. Ditengah hiruk pikuk
persoalan defisit DJS JKN, dan menurunkan mutu pelayanan JKN dirumah sakit,
ternyata indeks kepuasan peserta terhadap program JKN mencapai 79,7% yang
masuk kategori tinggi. Indeks kepuasan fasilitas kesehatan yang melayani
pasien JKN mencapai 75,8% yang juga masuk kategori tinggi.
http://www.jurnalsocialsecurity.com/news/kilas-balik-program-jkn-2014-2019.html
BPJS Kesehatan sesuai dengan UUSJSN dan UU BPJS, tugasnya adalah memastikan
peserta mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya. Membayar
kewajiban klaim FKTL setiap bulan setelah di verifikasi dengan pola Ina-CBGs, dan
membayarkan kapitasi pada faskes primer (FKTP) sesuai cakupan penduduk yang
telah ditetapkan. Disinilah perlunya kendali biaya dan kendali mutu yang harus
dilakukan BPJS Kesehatan. Untuk kendali mutu BPJS Kesehatan memastikan bahwa
Faskes melaksanakan pelayanan kesehatan yang komprehensif ( tanpa batas), untuk
itu perlu ada acuan standar pelayanan.
efektivitas dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan masih rendah. Padahal dana yang
disalurkan sangat besar, yakni sekitar 9,75 triliun rupiah per tahun. Namun, perubahan kualitas
layanan puskesmas secara keseluruhan belum terlihat secara nyata.