Oleh
Pria Yogi Aditama
14.1.02.01.0369
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari : ______________________________
Tanggal : ______________________________
……….,……………2017
Mengetahui, Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Kaprodi
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuknya kepada seluruh umatnya, tak terkecuali
pada penulis sehongga proses penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan pada
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan terselesaikan dengan
lancar.
Laporan Praktek Kerja lapangan ini disusun berdasarkan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial (BPJS) kesehatan selama 1 bulan sejak tanggal 16 januari s.d. 15 februari
2017
Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tak luput melibatkan
banyak pihak, oleh karena itu, penulis mengucap banyak terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat, khususnya untuk :
1. Bapak Dr. Sulistyono selaku Rektor UN – PGRI Kediri.
2. Bapak Dr. Subagyo selaku Dekan Fakultas Ekonomi UN – PGRI
Kediri.
3. Bapak Badrus Zaman, S.E., M.Ak. selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi UN – PGRI Kediri.
4. Bapak Amin Tohari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing PKL yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
5. Seluruh Karyawan BPJS Kesehatan Kantor Layanan Oprational
kabupaten Kediri, Pare. khususnya untuk Ibu Ulan Nahdhiyah selaku
sebagai Asisten Manager Kantor Layanan Oprational kabupaten Kediri
Pare, yang telah memberikan pengarahan – pengarahan selama PKL.
6. Keluarga, khususnya kedua orang tua, yang senantiasa memberikan
doa dan motivasinya.
3
7. Seluruh teman – teman, khususnya teman – teman Akuntansi angkatan
2014.
8. Mas samsul, mas ivan, mas fajar, mas ervan, mbak wahyu. Yang telah
bersedia memberikan informarsi semua tentang jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
9. Semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis,
4
Daftar Isi
Halaman sampul....................................................................................1
Halaman Persetujuan.............................................................................2
Kata Pengantar......................................................................................3
Daftar Isi................................................................................................5
BAB I : PENDAHULUAN
5
2.4 Manajemen Keuangan..................................................................38
2.4.1 Kepemilikan.....................................................................38
2.4.2 Permodalan.......................................................................39
2.5 Manajemen Pemasaran.................................................................40
2.5.1 Distribusi..........................................................................40
2.5.2 Pengiklanan......................................................................40
BAB IV : PENUTUP
3.5 Kesimpulan..................................................................................48
3.6 Saran.............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................50
Lampiran-lampiran..................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan
Maksud dan tujuan Praktik Kerja lapngan (PKL) di Fakultas
Ekonomi adalah untuk mempersiapkan dan/atau meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mahasiswa guna memasuki kedalam
dunia kerja. Adapun tujuan pelaksanaan PKL adalah :
Membantu mahasiswa bekerja sambil belajar (learning by
doing)
Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap dunia kerja
dan ketenaga kerjaan.
Memberikan kesempatan terhadap mahasiswa untuk belajar
dari pengalaman mereka (learning from experience).
Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam memahami situasi,
kondisi dalam lingkungan kerja.
1.2.2 Manfaat
Manfaat PKL yang dapat diperoleh bagi mahasiswa adalah :
Menambah pengetahuan dan/atau wawasan serta
pengalaman kerja sebelum nantinya terjun langsung
dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
Memperoleh kesempatan untuk melayani masyarakat
langsung dan mengimplementasikan / mempraktekkan
ilmu kita yang di dapat di universitas dalam dunia kerja.
Sedangkan manfaat Praktik Kerja Lapangan yang diperoleh
bagi Instansi atau Mitra Magang yaitu dapat membantu Instansi /
Perusahaan tersebut dalam mengerjakan kegiatan operasional yang
bersifat rutin serta mendapatkan masukkan / ide-ide dari mahasiswa
yang bersifat umum untuk memecahkan masalah dalam lingkungan
kerja.
8
1.2.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran dalam kegiatan PKL ini adalah, penulis dapat
mengetahui dan memahami proses dari berbagai prosedur mengenai
layanan jaminan sosial kesehatan yang diatur melalui sistematika
perancangan oleh pemerintah untuk semua masyarakat Indonesia
yang bertujuan untuk mensejahterkan rakyatnya. Dan diharapkan lagi
nantinya selama masa PKL berlangsung ada tambahan ilmu baru yang
bermanfaat yang diperoleh dari kegiatan PKL.
1.2.4 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang
dilaksanakan adalah selama 1 bulan terhitung tanggal 16 januari s.d.
15 februari 2017.
9
BAB II
TEMUAN DATA
10
pengembangan dari konsep SJSN, pernyataan presiden tersebut
direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang undang-
undang jaminan sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep.
Menko Kesra dan Taskin No. 25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000,
tanggal 3 agustus 2000, tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sejalan dengan pernyataan
presiden, DPA RI melalui pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000,
tanggal 11 oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat sejahtera.
11
BPJS yang mencangkup penguundangan UU SJSN, pembacaan
keputusan Mahkamah Konstitusi dan pengundangan UU BPJS.
Peristiwa kedua adalah transformasi badan penyelenggara
Jaminan Sosial dari badan hukum persero menjadi badan hukum
publik (BPJS). Transformasi meliputi pembubaran PTAskes dan PT
Jamsostek tanpa likuidasi dan di ikuti dengan pengoprasian BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjan.
Komisaris dan Direksi PT Askes serta komisaris dan direksi
PT Jamsostek bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan
transformasi dan pendirian serta pengoprasian BPJS. Di masa
peralihan, keduanya bertugas.
1. Menyiapkan layanan oprasional BPJS untuk
penyelenggaraan program jaminan sosial sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas,
pegawai, serta hak dan kewajiban persero kepada
BPJS.
3. Khusus untuk PT Jamsostek, menyiapkan
pengalihan program, asset, liabilitas, hak dan
kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.
12
banyak sehingga pemimpin atau atasan tidak dapat bekerja sendiri
melainkan butuh staf pembantu untuk menjalankan kegiatan
kelembagaanya.
I. Dewan pengawas
13
atas pelaksanaan pengurusan BPJS Kesehatan oleh Direksi
dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
penyelenggaraan program Jaminan Sosial Kesehatan oleh
BPJS Kesehatan.
14
b. Mendapatkan dan/atau lebihnya meminta
laporan dari Direksi.
c. Mengakses dari padanya sebuah data dan
informasi mengenai penyelenggaraan BPJS
Kesehatan.
d. Melakukan penelaahan terhadap data dan
informasi mengenai penyelenggaraan BPJS
Kesehatan.
e. Memberikan saran dan/atau rekomendasi
kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.
II. Direksi
15
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011, Direksi berwenang untuk :
16
h. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS
Kesehatan yang bernilai lebih dari Rp.
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah)
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
17
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktifitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
d. Direktur perencanaan dan pengembangan,
dengan tugas utamanya menyiapkan
perencanaan BPJS Kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang dan laporan manajemen
BPJS Kesehatan, melakukan evaluasi atas
kinerja BPJS Kesehatan secara regular,
melaksanakan penelitian dan pengembangan
terkait dengan core proses BPJS Kesehatan,
pengelolaan aktuaria dan pengelolaan resiko
yang evektif dan efisien serta
mengoordinasikan, mengendalikan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktivitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
e. Direktur keuangan dan investasi, dengan tugas
utamanya menetapkan kebijakan BPJS
Kesehatan mengenai akutansi, investasi dan
keuangan serta mengoordinasikan,
mengendalikan dan bertanggung jawab,
terhadap pelaksanaan aktivitas terkait sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan perencanaan
yang telah ditetapkan.
f. Direkutur Sumber Daya Manusia dan Umum,
dengan tugas utamanya menetapkan kebijkan
BPJS Kesehatan mengenai Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Organisasi dan Sumber
18
Daya Sarana (SDS) serta, mengoordinasikan,
mengendalikan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan aktivitas terkait sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan perencanan
yang telah ditetapkan.
g. Direktur Teknologi informasi, dengan tugas
utamnya menetapkan kebijakan BPJS
Kesehatan mengenai teknologi diantaranya
tersedianya kebijakan strategis dan layanan
Teknologi informasi melalui perencanaan,
perancangan, pengembangan, dan
implementasi, serta pemeliharaan jaringan dan
infrastruktur di seluruh unit kerja guna
mendukung tersediananya system Informasi
Manajemen BPJS Kesehatan yang handal dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktivitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
h. Direktur Hukum, komunikasi dan hubungan
Antar Lembaga, dengan tugas utamanya
menetapkan kebijakan BPJS Kesehatan terkait
dengan hukum dan regulasi, terjalinya
hubungan kemitraan dengan Lembaga Negara
dan atau lemabaga / Organisasi terkait lainya
melalui pengembangan konsep dan strategi,
serta komunikasi, koordinasi dan kerja sama
antar lembaga guna mendukung dan
oprasionalisasi BPJS Kesehatan.
III. Dewan pengawasan
19
Anggota organ pendukung Dewan Pengawas
berasal dari luar pegawai BPJS Kesehatan dan/atau Dewan
Pengawas. Selama menjabat, anggota organ pendukung
Dewan Pengawas tidak boleh merangkap jabatan di
Lembaga Pemerintah atau badan hukum lainya.
20
d. Menyusun Rancangan Rencana Kerja dan
Anggaran Dewan Pengawas.
e. Menyusun Rancangan Laporan-Laporan
Dewan Pengawas.
f. Memberikan masukan kepada Dewan
Pengawas mengenai kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
g. Memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh Dewan Pengawas secara berkala
dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta.
h. Bertindak sebagai penghubung (liaison
officer) Dewan Pegawas dengan Direksi
dan pihak lainya.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan Dewan Pegawas.
21
c. Menghimpun data / informasi / penjelasan
yang dibutuhkan Dewan Pengawas kepada
pihak-pihak yang terkait di dalam maupun
di luar BPJS Kesehatan untuk keperluan
pelaksanaan tugas Dewan Pengawas.
d. Menggunakan fasilitas-fasilitas
kesekretariatan Dewan Pengawas untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
22
system pengendalian manajemen serta
pelaksanaanya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur
evaluasi yang memuaskan terhadap segala
informasi yang dikeluakan BPJS
Kesehatan.
e. Memberikan surat rekomendasi
sebagaimana mengenai penunjukan auditor
eksternal.
f. Melakukan pengidentifikasian mengenai
hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Pengawas serta tugas-tugas Dewan
Pengawas lainya.
g. Melakukan analisis atas laporan kinerja
yang disampaikan manajemen secara
berkala dan memberikan rekomendasi
kepada Dewan Pengawas.
h. Membantu dewan pengawas dan
melakukan evaluasi kinerja operational
BPJS Kesehatan.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh Dewan Pengawas.
23
b. Berkomunikasi langsung dengan
karyawan, termasuk Direksi dan pihak
yang menjalankan fungsi audit internal,
manajemen resiko, dan auditor eksternal
terkait tugas dan tanggung jawab Komite
Audit.
c. Melibatkan pihak independen diluar
anggota Komite Audit yang diperlukan
untuk membantu pelaksanaan tugasnya
(jika diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang
diberikan oleh Dewan Pengawas.
3. Komite Manajemen Resiko
24
f. Melakuakan koordinasi implementasi dan
pengawasan keberadaan dan
tingkatefektivitas masing-masing
komponen Enterprise Risk Management
dalam BPJS Kesehatan.
g. Mengukur ke-efektivitasan masing-masing
komponen dari ERM (Environmental
Resources Management) yang telah
diterapkan di BPJS Kesehatan.
h. Melakukan analisis atas laporan kinerja
yang disampaikan manajemen secara
berkala dan memberikan rekomendasi
kepada Dewan Pengawas.
i. Membantu Dewan Pengawas dalam
melakukan evaluasi kinerja operasional
BPJS Kesatan.
j. Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Dewan Pengawas dapat
memberikan penugasan lain kepada
Komite.
25
manejemen, internal audit, satuan kerja
Manajemen resiko dan Unit-unit
operational BPJS Kesehatan yang
berkaitan dengan tugasnya.
c. Mengikuti prosedur kerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
d. Mempekerjakan tenaga ahli dan atau
konsultan untuk memabantu KMR dengan
persetujuan tertulis Dewan Pengawas dan
atas biaya BPJS Kesehatan, jika
diperlukan.
e. Membentuk satu tim yang bersifat ad-hoc,
dengan criteria dan periode penugasanya
sesuai dengan kebutuhan dan jenis
pekerjaanya, jika diperlukan.
f. Memperoleh masukan dari pihak eksternal
independen yang profesional dalam rangka
pelaksanaan tugas dan peningkatan
kemampuan anggota Komite Manajemen
Resiko apabila diperlukan.
26
2.2 Personalia atau Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk mendukung kelancaran aktivitas atau kegiatan suatu badan
usaha diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan bagian dari
suatu proses kinerja yang memilki peran yang sangat besar. Oleh sebab itu
selain tenaga kerja/pegawai yang diperlukan, pemikiran pegawai pun
merupakan sumber daya yang sangat penting dan sangat dihargai dalam
rangka kemajuan lemabaga dan atau badan usaha.
Sedangkan dibagian SDM sendiri terdapat dua seksi yang secara garis
besar menangani masalah-masalah sebagai berikut:
27
2.2.1 Rekruitmen
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan lembaga
atau badan usaha, BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan) mengambil tenaga kerja secara langsung dan
secara online dari pelamar kerja. Dari semua pelamar kerja yang
ada, sebelum dapat menjadi pegawai BPJS Kesehatan mereka akan
menjalani serangkaian test yang di adakan oleh lembaga.
Bagi pelamar kerja yang berhasil dalam test, masih akan
menjalani satu syarat lagi untuk dapat menjadi pegawai tetap yaitu
menjalani masa percobaan selama maksimal 2 tahun. Mereka akan
ditetapkan sebagai pegawai tetap apabila mereka mempunyai
kemampuan kerja yang baik dan juga mempunyai loyalitas yang
tinggi terhadap lembaga atau badan usaha. Meskipun masih dalam
masa percobaan mereka akan tetap mendapatkan gaji.
28
Perubahan hari dan jam kerja pada huruf B diatas, apabila
diperlukan dapat dilaksanakan oleh badan usaha selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPJS Kesehatan juga memberikan cuti kepada pegawainya.
Cuti tersebut antara lain:
1. Cuti Tahunan.
2. Cuti Hamil dan Melahirkan selama 45 hari sebelum
melahirkan dan 45 hari setelah melahirkan.
3. Cuti Haid selama 2 hari.
29
daripada tingkat upah SLTA/SMA. Sedangkan untuk tingkat
Kepala Bagian, rata-rata sudah berpendidikan S1/S2.
1. Kelengkapan Administrasi :
i. Tiap ruangan lengkap dengan AC.
ii. Tiap ruangan terdapat komputer dan
mesin ketik untuk memperlancar proses
kerja karyawan.
2. Kelengkapan lain :
30
i. Pos jaga.
ii. Tempat hard copy print.
iii. Tempat shalat buat para pegawai.
iv. Toilet buat para pegawai.
v. Tv ditujukan untuk kepersetaan yang
sedang mengantri.
vi. Air mineral dalam kulkas mini ditujukan
untuk seluruh orang yang ada di kantor
( pegawai & peserta ).
Dari luas tanah yang cukup besar ini bisa dibagi tempat
golongan seperti, bagian lantai bawah untuk administrasi
kepersetaan layanan BPJS Kesehatan, dan yang atas sebagian
digunakan untuk pelayanan operasional rujukan kepersetaan
dan memvalidasikan data kepersetaan dengan kependudukan
yang berlaku dari peserta. Dan untuk lantai 3 digunakan
sebagai penaruhan berkas-berkas formulir dari peserta yang
31
sudah dinyatakan lulus ferifikasi dari padanya prosedur melalui
bagian operasional di lantai 2.
Batas Lokasi :
Barat : Perukoan
32
- Dekat dengan kantor kepolisian wilayah pare. Hal
ini sangat memudahkan calon peserta yang akan
mendaftarkan BPJS Kesehatan akan tetapi
persyaratan yang dimiliki dari peserta kurang
lengkap, misal KTP tidak ada karna hilang, bisa saja
langsung melapor ke kantor polisi yang ada di
wilayah Pare.
2.3.2 Produktivitas
I. Bagian administrasi pendaftaran kepersetaan
A. Melakukan sosialisasi pengisian foam pendaftaran
peserta.
Dalam hal ini sebagai operasional layanan
publik yang baik, sangat dianjurkan untuk sangat
bersikap loyal dan sabar dengan berbagai karakter
peserta BPJS Kesehatan. Membantu pengisisan
tata cara foam pendaftaran peserta baru, dan
memberi arahan juga mengenai persyaratan dan
kelengkapan untuk sebagai berkas pendaftaran
peserta baru yang nantinya berkas tersebut akan
bisa dipertanggung jawabkan oleh para peserta
pendaftaran kartu BPJS Kesehatan.
Dalam hal ini juga ada hal yang bisa di
terterakan mengenai apa saja macam-macam foam
pengesisian pendaftaran kartu jaminan BPJS
Kesehatan dan Persyaratan pendaftaran yang harus
di berkaskan nantinya :
1. Formulir pendaftaran
a) Formulir pendaftaran peserta mandiri.
33
b) Formulir pendaftaran peserta BUMN atau
SWASTA.
c) Formulir pendaftaran penambahan anggota
baru.
Penambahan anak yang baru lahir atau
masih dalam kandungan.
Penambahan tunjangan kepada anggota
keluarga apabila salah seorang dari
anggota mendapat tunjangan dari PNS,
BUMN, TNI, PORLI.
Penambahan peserta baru bila dalam
satu Kartu Keluarga terdapat anggota
tambahan baru.
d) Formulir perpindahan faskes tingkat I
(fasilitas kesehatan)
Di dalam formulir ini di tujukan kepada
peserta guna untuk memindahkan
fasilitas yang sebelumnya dan diganti
ke faskes yang baru, hal ini dipakai
biasanya para peserta ada kendala pada
faskes tingkat pertama atau sebelumnya
entah berada di tempat yang sangat
jauh sama daerah tempat tinggalnya
peserta yang sekarang di tempati
ataupun layanan faskes yang kurang
memuaskan.
Formulir ini juga tertera pengisian data
untuk pemberentian peserta bila mana
peserta sudah meninggal dunia, dan
dilihat dari sistemnya sendiri di
layanan BPJS Kesehatan ini jika sudah
34
mendaftar para peserta tidak bisa
memberhentikan kartu BPJS Kesehatan
itu dalam arti dalam pemberhentian
iuran tagihan stiap bulanya dan maka
hal ini bila ada peserta yang sudah
mempunyai kartu BPJS Kesehatan /
sudah terdaftar dalam layanan BPJS
Kesehatan di anjurkan segera melapor
atau mnegurus kematian peserta
tersebut di kantor layanan operasional
BPJS Kesehatan.
2. Persyaratan berbagai berkas pengisian formulir
pendaftaran yang harus dilampirkan.
a) Persyaratan peserta mandiri
Membawa Kartu Keluarga asli
Kartu Tanda Penduduk / akte kelahiran
asli
Surat / akte nikah asli
Foto peserta pendaftaran 3x4 berwana
Buku tabungan asli
(BRI/BNI/MANDIRI/BTN)
Kelas 1 : Rp 80.000/orang/bulan
Kelas 2 : Rp 51.000/orang/bulan
Kelas 3 : Rp 25.500/orang/bulan
b) Persyaratan peserta BUMNN / PNS / TNI /
PORLI
Fotocopy kartu keluarga dan kartu
keluarga asli
Fotocopy akte kelahiran
Fotocopy SK terakhir
Foto berwarna 3x4
35
Daftar gaji
Kartu askes
36
BPJS Kesehatan menganjurkan pendaftaran
minimal 1 kartu keluarga.
Keluhan selanjutnya dari Kartu Layanan
Jaminan Kesehatan Nasional ini terdakang juga
bisa merepotkan segala pihak yang mendapat
premi/asuransi/tunjangan kesehatan dalam lingkup
tempat pekerjaanya berada, karna system dari
pembayaran iuran oleh pekerja yang mendapatkan
upah itu system pembayaran memalui potongan
langsung gaji bulanan dari pihak karyawan yang
terkait.
Penanganan denda pelayanan ini yang
biasanya dapat membuat para peserta emosi atau
lebih cenderungnya para peserta tidak puas dengan
program pemerintah tentang ada nya Jaminan
Kesehatan Nasional ini, karna kenapa bisa
terjadinya hal tersebut. Sebenernya masalah bisa
dibuat karna dari pesertanya sendiri yang
melanggar aturan system prosedur ataupun masih
kurangnya pemahaman peserta akan Jaminan
Sosial Kesehatan ini.
Pengecekan kartu aktif/nonaktif apabila
peserta terdapat keluhan kartu dari peserta itu
sendiri ketika digunakan untuk berobat di fasilitas
kesehatan pertamanya itu tidak bisa digunakan, hal
ini terjadi karna system yang masih berjalan dan
adanya penghambatan dana iuran peserta Kartu
Jaminan Kesehatan Nasional di tempat setor tunai
atau setor debet di layanan-layanan yang
menyediakan layanan pembayaran untuk iuran
BPJS Kesehatan tersebut.
37
III. Bagian klaim dan rujukan.
Tempat buat para peserta jika peserta
membutuhkan stempel dari kantor BPJS Kesehatan
guna sebagai stampel yang didapat dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama dari peserta yang mengalami
sakit, surat klaim dan rujukan digunakan para peserta
untuk nantinya berobat ke RSUD atau rumah sakit
yang terikat dengan pemerintah untuk sebagai
pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional yang telah
kepersetujuan sudah di verifikasi dengan benar di
dalam bagian klaim dan rujukan tersebut.
38
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuansi
Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (persero),
namun sesuai UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1
Januari 2014.
2.4.2 Permodalan
39
APBN. Modal awal dari pemerintah merupakan kekayaan
kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
2.5.2 Pengiklanan
40
(sampai dengan tamat SMP). Oleh karna itu, diperlukan strategi
untuk mengedukasi dan menggeser mindset masyarakat bahwa
BPJS Kesehatan adalah sebagai pelaksana program jaminan
kesehatan, bukan asuransi.
2.5.3
41
BAB III
ANALISIS DATA
42
miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan
uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karna dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati
penyakit yang dideritanya.
Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa
yang kita tidak bisa harapkan namun mungkin bisa terjadi kapan dan dimana
saja, kecelakan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan,
ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara
ataupun permanen.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia
dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diduga diantaranya
berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030
terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan
mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan
produktivitas dan berbagai dampak lainya. Apabila tidak ada yang menjamin
hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat menjadi masalah yang besar.
Seperti menemukan air digurun, seketika Presiden Megawati
Soekarno Putri mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan
Nasional (SJSN) Pada 19 Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan
Indonesia sebagai “Negara tanpa jaminan sosial” akan segera luntur dan
menjawab permasalahan yang ada diatas.
43
1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
Dalam pasal tersebut jelas sebagai pedoman pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat miskin. Pelayanan kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat, akan tetapi setiap pemerintah daerah harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi warganya. Salah satu program
yang dibuat pemerintah untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan
adalah program Jaminan Kesehatan Nasioanl. JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional) adalah sebuah program untuk meberikan perlindungan kesehatan
agar peserta memeperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindugan
dalam memenuhi dasar kesehatan yang diberkan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran ataupun iuranya dibayar oleh pemerintah. Program
Jaminan Kesehatan Nasional ini merupakan implementasi dari UU No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial dan UUD 1945 pasal 28H ayat 3.
Namun didalam pelaksanaanya, masih banyak terjadi masalah yang
terjadi didaerah-daerah terkait kualitas program layanan jaminan kesehatan
nasional, termasuk dikota Pare kabupaten Kediri. Banyak keluhan yang
disampaikan oleh masyarakat melalui beberapa surat kabar atau media masa
lainya. Masalah-masalah ini antaranya adalah : perlakuan-perlakuan yang
diskriminatif, sarana prasana yang tidak memadai, pasien yang membayar
obat sendiri, penolakan pasien miskin oleh rumah sakit, dll. Masalah tersebut
yang sering dikeluhkan oleh beberapa pasien rawat inap kelas III RSUD kota
Pare.
44
Kesehatan perlu memperluas point of sevice melalui penambahan Kantor
Layanan Oprasioal Kabupaten/Kota (KLOK) dan pembentukakan Liaison
Office (LO).
Sampai dengan saat ini sejak beroprasi per 1 januari 2014 BPJS
Kesehatan memiliki 103 Kantor Cabang dan 366 KLOK yang tersebar di 155
kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Saat ini jumlah Liaison Office sebanyak
19 LO di kawasan-kawasan Industri di Sumatra dan Pulau Jawa.
A. Pemilihan Lokasi
i. Unit pemasaran
Rekruitmen peserta, sosialisasi dan
edukasi langsung
ii. Unit kepersetaan
Komunikasi dan pemeberian informasi
secara langsung dan tidak langsung.
Penangan keluhan langsung.
Pendaftaran peserta.
iii. Unit Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer
45
Mengelola hubungan kemitraan
dengan fasilitas kesehatan primer.
Kegiatan Sosialisai dan Edukasi
Langsung ke Faskes (Fasilitas
Kesehatan) primer.
iv. Unit Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
Mengelola hubungan kemitraan
dengan fasilitas kesehatan rujukan.
Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi
Langsung ke Faskes rujukan.
46
Sedangkan fungsi kepersetaan terdiri atas :
47
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih
satu bulan di BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasional Kabupaten kota
Pare, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasional Kabupaten Kota Pare
merupakan cabang pembantu proses penambahan rekrutmen
kepeseertaan dari BPJS Kesehatan Kantor cabang yang ada di Kediri
dan yang ada di Kantor Pusat BPJS Kesehatan yang bertempat di
Jakarta milik pemerintah (BUMN).
2. Prosedur administrasi kepesertaan
1. Bagian pengisian formulir pendaftaran, dsb.
2. Bagian verifikasi data dari ke validan dari peserta.
3. Bagian penerima dan penyetuju surat klaim atau rujukan dari
fasilitas tingkat pertama ke RSUD.
3. BPJS Kesehatan merupakan Lembaga / Badan Usaha Milik Negara
sebagai layanan publik yang di selenggarakan oleh pemerintah
bertujuan untuk mensejahterkan rakyatnya melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional.
4. BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasinal Kabupaten Kota Pare
bertempatkan di jalan Panglima Sudirman No. 144 Pare (ruko business
Park) yang berada di Kota Pare.
5. Dalam proses Administrasinya, bagian pengrekrutan peserta baru terdiri
dari dua jenis, yaitu :
1. Sistem Komputerisasi ( P care)
2. Sistem Manual (pengisian formulir tulis tangan)
6. Dari pelaksanaan PKL tersebut, penyusun telah memperoleh cakrawala
pandang yang luas tentang dunia kerja dimana dunia kerja sangat
berbeda sekali dengan dunia pendidikan. Namun meski demikian dunia
48
pendidikan adalah sebagai penunjang dalam melaksanakan pekerjaan
pada dunia kerja.
7. Dengan melaksanakan PKL penyusun banyak memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang belum diperoleh di bangku kuliah yang mungkin
akan sangat berguna sekali bagi penyusun jika kelak terjun ke dunia
kerja. Pengalaman-pengalaman tersebut antara lain adalah bagaimana
suasana dan keadaan lingkungan kerja suatu kantor dapat
mempengaruhi produktivitas kerja para karyawannya, bagaimana
mengatasi masalah atau kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang
karyawan, dsb.
5.2 SARAN
Dari pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama PKL timbul masalah yang
dihadapi oleh penyusun. Oleh karena itu, penyusun memberikan saran-
saran,
Saran Bagi Kantor Pelayanan
49
DAFTAR PUSTAKA
www.bpjs-kesehatan.go.id
www.ptaskes.com
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomer 12 tahun 2013 tentang jaminan
sosial
Peraturan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
50