Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


(PKL)

Oleh
Pria Yogi Aditama
14.1.02.01.0369

PROGRAM STUDI AKUTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan ini telah disetujui oleh Pembimbing Lapangan dari tempat


dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan serta Dosen Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Hari : ______________________________

Tanggal : ______________________________

……….,……………2017
Mengetahui, Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing

Amin Tohari, M.Si. Ulan Nahdhiyah


NIDN . 715078102 Asissten Manager

Menyetujui,
Kaprodi

Badrus Zaman, S.E., M.Ak.


NIDN . 07300650

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuknya kepada seluruh umatnya, tak terkecuali
pada penulis sehongga proses penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan pada
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan terselesaikan dengan
lancar.
Laporan Praktek Kerja lapangan ini disusun berdasarkan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial (BPJS) kesehatan selama 1 bulan sejak tanggal 16 januari s.d. 15 februari
2017
Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tak luput melibatkan
banyak pihak, oleh karena itu, penulis mengucap banyak terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat, khususnya untuk :
1. Bapak Dr. Sulistyono selaku Rektor UN – PGRI Kediri.
2. Bapak Dr. Subagyo selaku Dekan Fakultas Ekonomi UN – PGRI
Kediri.
3. Bapak Badrus Zaman, S.E., M.Ak. selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi UN – PGRI Kediri.
4. Bapak Amin Tohari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing PKL yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun Laporan Praktek
Kerja Lapangan.
5. Seluruh Karyawan BPJS Kesehatan Kantor Layanan Oprational
kabupaten Kediri, Pare. khususnya untuk Ibu Ulan Nahdhiyah selaku
sebagai Asisten Manager Kantor Layanan Oprational kabupaten Kediri
Pare, yang telah memberikan pengarahan – pengarahan selama PKL.
6. Keluarga, khususnya kedua orang tua, yang senantiasa memberikan
doa dan motivasinya.

3
7. Seluruh teman – teman, khususnya teman – teman Akuntansi angkatan
2014.
8. Mas samsul, mas ivan, mas fajar, mas ervan, mbak wahyu. Yang telah
bersedia memberikan informarsi semua tentang jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
9. Semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek


Kerja Lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun senantiasa penulis buka lebar agar nantinya dapat dihasilkan
laporan yang baik dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 15 februari 2017

Penulis,

Pria Yogi Aditama


14.1.02.01.0369

4
Daftar Isi

Halaman sampul....................................................................................1

Halaman Persetujuan.............................................................................2

Kata Pengantar......................................................................................3

Daftar Isi................................................................................................5

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................7


1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan................................8
1.2.1 Tujuan...................................................................................8
1.2.2 Manfaat.................................................................................8
1.2.3 Sasaran Kegiatan..................................................................9
1.2.4 Waktu Pelaksanaan...............................................................9

BAB II : TEMUAN DATA

2.1 Manajemen dan Organisasi..........................................................10


2.1.1 Sejarah Perkembangan Badan Usaha...............................10
2.1.2 Bentuk Badan Usaha........................................................11
2.1.3 Struktur Organisasi...........................................................12
2.1.4 Bidang Usaha...................................................................26
2.2 Personalia/Manajemen Sumber Daya Manusia............................27
2.2.1 Rekruitment......................................................................28
2.2.2 Waktu kerja, cuti dan beserta Kompensasi......................28
2.2.3 Struktur Kependidikan ataupun Gugus Kendali Mutu.....29
2.2.4 Kesejahteraan Karyawan..................................................30
2.3 Manajemen Operasional...............................................................31
2.3.1 Lokasi Kantor...................................................................31
2.3.2 Produktivitas.....................................................................33

5
2.4 Manajemen Keuangan..................................................................38
2.4.1 Kepemilikan.....................................................................38
2.4.2 Permodalan.......................................................................39
2.5 Manajemen Pemasaran.................................................................40
2.5.1 Distribusi..........................................................................40
2.5.2 Pengiklanan......................................................................40

BAB III : ANALISIS DATA

3.1 Manajemen dan Organisasi..........................................................42


3.2 Manajemen Sumber Daya Manusia.............................................43
3.3 Manajemen Operasional...............................................................44
3.4 Manajemen Pemasaran.................................................................46

BAB IV : PENUTUP

3.5 Kesimpulan..................................................................................48
3.6 Saran.............................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................50

Lampiran-lampiran..................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa pada Fakultas


Ekonomi Universitas NUSANTARA PGRI KEDIRI yang dilaksanakan
setiap tahun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu proses
belajar mahasiswa. Hal ini ditempuh untuk lebih mendekatkan peserta ajar
(mahasiswa) dengan dunia kerja yang sesuai dengan bidang ilmu yang
mereka pelajari di Fakultas Ekonomi Universitas NUSANTARA PGRI
KEDIRI. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan mahasiswa di lingkungan
Fakultas Ekonomi Universitas NUSANTARA PGRI KEDIRI merupakan
salah satu mata kuliah yang ditempuh guna memenuhi pembelajaran. Mata
kuliah ini memiliki 3 (tiga) SKS dan dilaksanakan pada semester VI antara
bulan Januari sampai dengan Juni setiap tahun ajaran.
Dengan kata lain bahwa kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini sangat
penting untuk membantu mahasiswa mengimplementasikan / mengklarifikasi
ilmu pengetahuan yang diperoleh di universitas dalam dunia kerja yang
sebenarnya. Di samping itu kegiatan PKL ini juga dapat menambah wawasan
mahasiswa dalam berpola pikir dan bertindak dalam memecahkan masalah di
lingkungan kerja. Alasannya karena mahasiswa hanya terbiasa memecahkan
masalah di lingkungan kampus saja tanpa tahu kondisi riil yang terjadi
sebenarnya dalam dunia kerja.

7
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan
Maksud dan tujuan Praktik Kerja lapngan (PKL) di Fakultas
Ekonomi adalah untuk mempersiapkan dan/atau meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mahasiswa guna memasuki kedalam
dunia kerja. Adapun tujuan pelaksanaan PKL adalah :
 Membantu mahasiswa bekerja sambil belajar (learning by
doing)
 Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap dunia kerja
dan ketenaga kerjaan.
 Memberikan kesempatan terhadap mahasiswa untuk belajar
dari pengalaman mereka (learning from experience).
 Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam memahami situasi,
kondisi dalam lingkungan kerja.
1.2.2 Manfaat
Manfaat PKL yang dapat diperoleh bagi mahasiswa adalah :
 Menambah pengetahuan dan/atau wawasan serta
pengalaman kerja sebelum nantinya terjun langsung
dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
 Memperoleh kesempatan untuk melayani masyarakat
langsung dan mengimplementasikan / mempraktekkan
ilmu kita yang di dapat di universitas dalam dunia kerja.
Sedangkan manfaat Praktik Kerja Lapangan yang diperoleh
bagi Instansi atau Mitra Magang yaitu dapat membantu Instansi /
Perusahaan tersebut dalam mengerjakan kegiatan operasional yang
bersifat rutin serta mendapatkan masukkan / ide-ide dari mahasiswa
yang bersifat umum untuk memecahkan masalah dalam lingkungan
kerja.

8
1.2.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran dalam kegiatan PKL ini adalah, penulis dapat
mengetahui dan memahami proses dari berbagai prosedur mengenai
layanan jaminan sosial kesehatan yang diatur melalui sistematika
perancangan oleh pemerintah untuk semua masyarakat Indonesia
yang bertujuan untuk mensejahterkan rakyatnya. Dan diharapkan lagi
nantinya selama masa PKL berlangsung ada tambahan ilmu baru yang
bermanfaat yang diperoleh dari kegiatan PKL.
1.2.4 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang
dilaksanakan adalah selama 1 bulan terhitung tanggal 16 januari s.d.
15 februari 2017.

9
BAB II
TEMUAN DATA

2.1 Manajemen dan Organisasi


2.1.1 Sejarah Perkembangan Badan Usaha
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah
satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan
perlindungan eknomoni kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi
kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya Negara
berkembang lainya, mengembangan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai
oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja disektor
formal. (bpjs kesehatan 2014)

Sebagai tindak lanjut atas diberlakukannya UU No.40/2004


tentang SJSN PT Askes (persero) pada 6 Oktober 2008 PT Askes
(persero) mendirikan anak perusahaan yang akan mengelola
Kepersetaan Askes Komersial. Berdasarkan Akta Notaris Nomer 2
Tahun 2008 berdiri anak perusahaan PT Askes (persero) dengan
nama PT Asuransi Jiwa Inhealt Indonesia yang dikenal juga dengan
sebutan PT AJII (Khairil Anwar, 2014)

Perjalanan panjang UU SJSN, kemunculan UU SJSN (Sistem


Jaminan Sosial Nasional) ini juga dipicu oleh UUD tahun 1945 dan
perubahanya tahun 2002 dalam pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2)
mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Soisial
Nasional. Hingga disahkan dan diundangkan UU SJSN telah melalui
proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal 19 Oktober
2004.

Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000,


dimana presiden Abdurrahman Wahid menyatakan tentang

10
pengembangan dari konsep SJSN, pernyataan presiden tersebut
direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang undang-
undang jaminan sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep.
Menko Kesra dan Taskin No. 25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000,
tanggal 3 agustus 2000, tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sejalan dengan pernyataan
presiden, DPA RI melalui pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000,
tanggal 11 oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat sejahtera.

2.1.2 Bentuk Badan Usaha


Undang-undang Nomer 24 Tahun 2011 tentang BPJS
memebentuk dua badan penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pembentukan dan
pegoprasian BPJS melalui serangkaian tahapan yaitu ;
1. Pengundangan UU No. 40 Tahun 2004 tentang
SJSN pada 19 Oktober 2004;
2. Pembacaan Keputusan Mahkamah Konstitusi atas
perkara No.007/PUU-III/2005 pada 31 Agustus
2005;
3. Pengundangan UU No. 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS pada 2005 November 2011;
4. Pemburuan PT Askes dan PT Jamsostek pada1
Januari 2014;
5. Pengoprasian BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.
Rangkaian kronologis diatas terbagi atas dua kelompok
peristiwa. Peristiwa pertama adalah pemebentukan dasar hukum

11
BPJS yang mencangkup penguundangan UU SJSN, pembacaan
keputusan Mahkamah Konstitusi dan pengundangan UU BPJS.
Peristiwa kedua adalah transformasi badan penyelenggara
Jaminan Sosial dari badan hukum persero menjadi badan hukum
publik (BPJS). Transformasi meliputi pembubaran PTAskes dan PT
Jamsostek tanpa likuidasi dan di ikuti dengan pengoprasian BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjan.
Komisaris dan Direksi PT Askes serta komisaris dan direksi
PT Jamsostek bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan
transformasi dan pendirian serta pengoprasian BPJS. Di masa
peralihan, keduanya bertugas.
1. Menyiapkan layanan oprasional BPJS untuk
penyelenggaraan program jaminan sosial sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas,
pegawai, serta hak dan kewajiban persero kepada
BPJS.
3. Khusus untuk PT Jamsostek, menyiapkan
pengalihan program, asset, liabilitas, hak dan
kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.

2.1.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi dibuat dengan maksud untuk
memperlihatkan pola hubungan antar anggota organisasi dan agar
anggota organisasi mengetahui tanggung jawab dan wewenangnya
dalam lembaga. Struktur organisasi pada Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Kesehatan berbentuk struktur organisasi garis dan
staf yang umum digunakan pada perusahaan besar, ruang kerja
luas, bidang kerja beraneka ragam dan jumlah karyawan yang

12
banyak sehingga pemimpin atau atasan tidak dapat bekerja sendiri
melainkan butuh staf pembantu untuk menjalankan kegiatan
kelembagaanya.

Berikut uraian tanggung jawab dan wewenang dari struktur


organisasi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan :

Dari struktur diatas dijabarkan tugas-tugas dari setiap


struktur dimulai dari atas hingga per-setiap devisi, maka
penjabaranya adalah :

I. Dewan pengawas

Dewan pengawas merupakan organ BPJS


Kesehatan yang bertugas untuk melakukan pengawasan

13
atas pelaksanaan pengurusan BPJS Kesehatan oleh Direksi
dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
penyelenggaraan program Jaminan Sosial Kesehatan oleh
BPJS Kesehatan.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan atas


pelaksanaan tugas BPJS Kesehatan, berdasrkan pasal 22
ayat (2) Undang-Undang Nomer 24 tahun 2011, Dewan
pengawas bertugas :

a. Melakuan pengawasan atau Kebijakan


pengelolaan BPJS Kesehatan dan kinerja
Direksi;
b. Melakukan pengawasan dan atau atas
pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan
Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;
c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan
kepada Direksi mengenai kebijkan dan
pelaksanaan pengelolaan BPJS Kesehatan;
d. Menyampaikan dan melakukan laporan
pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial
sebagai bagian dari laporan BPJS Kesehatan
kepeda Presiden dengan tembusan kepada
DJSN.

Dalam pelaksanaan tugas Pengawasan dan


pemberian nasihat kepada Direkasi, Dewan pengawas
berdasrkan Pasal 22 ayat (3) Undang-undang Nomor 24
Tahun 2011 memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan


BPJS Kesehatan.

14
b. Mendapatkan dan/atau lebihnya meminta
laporan dari Direksi.
c. Mengakses dari padanya sebuah data dan
informasi mengenai penyelenggaraan BPJS
Kesehatan.
d. Melakukan penelaahan terhadap data dan
informasi mengenai penyelenggaraan BPJS
Kesehatan.
e. Memberikan saran dan/atau rekomendasi
kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.
II. Direksi

Direksi BPJS Kesehatan yang selanjutnya disebut


Direksi adalah Organ BPJS Kesehatan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan BPJS Kesehatan
untuk kepentingan BPJS Kesehatan, serta mewakili BPJS
Kesehatan, baik didalam maupun diluar pengadilan.

Dalam menjalankan fungsinya, sesuai ketentuan


Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011,
Direksi bertugas untuk :

a. Melaksanakan pengelolaan BPJS Kesehatan


yang meliputi perencanaan pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi.
b. Mewakili BPJS Kesehatan di dalam dan di luar
pengadilan; dan
c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi
Dewan Pengawas untuk melaksanakan
fungsinya.

15
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011, Direksi berwenang untuk :

a. Melaksanakan wewenang BPJS Kesehatan.


b. Menetapkan struktur organisasi beserta tugas
pokok dan fungsi, tata kerja organisasi, dan
system kepegawaian.
c. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian
BPJS Kesehatan termasuk mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan pegawai
BPJS Kesehatan serta menetapkan penghasilan
pegawai BPJS Kesehatan.
d. Mengusulkan kepada Presiden penghasilan
bagi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS
Kesehatan.
e. Menetapkan ketentuan dan tata cara pegadaan
barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan
tugas BPJS Kesehatan dengan memperhatikan
prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi,
dan efektivitas.
f. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS
Kesehatan yang bernilai lebih dari Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
dengan persetujuan Dewa Pengawas.
g. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS
Kesehatan yang bernilai lebih dari Rp.
100.000.000.000,00 (sereatus miliar rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000.000,00 (lima
ratus miliar rupiah) dengan persetujuan
Presiden, dan

16
h. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS
Kesehatan yang bernilai lebih dari Rp.
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah)
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.

Sedangkan pembagian tugas secara umum dari


setiap direksi yang dibagi dari beberapa divisi tadi diatur
sebagai berikut :

a. Direktur Utama, dengan tugas utamanya


memimpin dan bertanggung jawab atas setiap
aktivitas yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan,
membuat kebijakan umum dan mengambil
keputusan strategis BPJS Kesehatan serta
bertindak sebagai koordinator Direksi.
b. Direktur kepersetaan dan pemasaran, dengan
tugas utamanya menetapkan kebijakan yang
terkait dengan kegiatan oprasional yaitu
meliputi kebijakan kepersetaan, Pemasaran dan
hubugan pelanggan serta mengoordinasikan,
mengendalikan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan aktivitas tertkait sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan perencanaan
yang telah ditetapkan.
c. Direktur pelayanan, dengan tugas utamanya
menetapkan kebijakan yang terkait dengan
kegitan oprasioanal yaitu meliputi kebijakan
pelayanan, jaminan pelayanan kesehatan dan
obat, promosi dan evaluasi pelayanan
kesehatan, kemitraan dengan fasilitas kesehatan
serta mengoordinasikan, mengendalikan dan

17
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktifitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
d. Direktur perencanaan dan pengembangan,
dengan tugas utamanya menyiapkan
perencanaan BPJS Kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang dan laporan manajemen
BPJS Kesehatan, melakukan evaluasi atas
kinerja BPJS Kesehatan secara regular,
melaksanakan penelitian dan pengembangan
terkait dengan core proses BPJS Kesehatan,
pengelolaan aktuaria dan pengelolaan resiko
yang evektif dan efisien serta
mengoordinasikan, mengendalikan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktivitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
e. Direktur keuangan dan investasi, dengan tugas
utamanya menetapkan kebijakan BPJS
Kesehatan mengenai akutansi, investasi dan
keuangan serta mengoordinasikan,
mengendalikan dan bertanggung jawab,
terhadap pelaksanaan aktivitas terkait sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan perencanaan
yang telah ditetapkan.
f. Direkutur Sumber Daya Manusia dan Umum,
dengan tugas utamanya menetapkan kebijkan
BPJS Kesehatan mengenai Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Organisasi dan Sumber

18
Daya Sarana (SDS) serta, mengoordinasikan,
mengendalikan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan aktivitas terkait sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan perencanan
yang telah ditetapkan.
g. Direktur Teknologi informasi, dengan tugas
utamnya menetapkan kebijakan BPJS
Kesehatan mengenai teknologi diantaranya
tersedianya kebijakan strategis dan layanan
Teknologi informasi melalui perencanaan,
perancangan, pengembangan, dan
implementasi, serta pemeliharaan jaringan dan
infrastruktur di seluruh unit kerja guna
mendukung tersediananya system Informasi
Manajemen BPJS Kesehatan yang handal dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aktivitas terkait sesuai dengan kebijakan,
pedoman dan perencanaan yang telah
ditetapkan.
h. Direktur Hukum, komunikasi dan hubungan
Antar Lembaga, dengan tugas utamanya
menetapkan kebijakan BPJS Kesehatan terkait
dengan hukum dan regulasi, terjalinya
hubungan kemitraan dengan Lembaga Negara
dan atau lemabaga / Organisasi terkait lainya
melalui pengembangan konsep dan strategi,
serta komunikasi, koordinasi dan kerja sama
antar lembaga guna mendukung dan
oprasionalisasi BPJS Kesehatan.
III. Dewan pengawasan

19
Anggota organ pendukung Dewan Pengawas
berasal dari luar pegawai BPJS Kesehatan dan/atau Dewan
Pengawas. Selama menjabat, anggota organ pendukung
Dewan Pengawas tidak boleh merangkap jabatan di
Lembaga Pemerintah atau badan hukum lainya.

Pembentukan dan pengangkatan organ Dewan


Pengawas ditetapkan dalam Keputusan Dewan Pengawas.

Bahwa dalam rangka membantu Dewan Pengawas


dalam melaksanakan tugasnya, dibentuk organ Dewan
Pengawas, yang terdiri atas :

a. Sekretaris Dewan Pengawas


b. Komite audit
c. Komite Manajemen Resiko
d. Komite lain yang diperlukan

Dari setiap organ pengawas tadi dapat dapat


dijabarkan tugas dan wewenangnya sebagai berikut :

1. Sekertaris dewan pengawas

Secretariat Dewan Pengawas bertugas


melakukan kegiatan untuk memabntu Dewan Pengawas
dalam melakukan tugasnya berupa :

a. Mempersiapkan rapat, termasuk bahan


rapat (briefing sheef) Dewan Pengawas.
b. Membuat risalah rapat Dewan Pengawas.
c. Menga-dministrasik-an selebihnya dari
hasil dokumen Dewan Pengawas, baik
surat masuk, surat keluar, risalah rapat
maupun dokumen lainya.

20
d. Menyusun Rancangan Rencana Kerja dan
Anggaran Dewan Pengawas.
e. Menyusun Rancangan Laporan-Laporan
Dewan Pengawas.
f. Memberikan masukan kepada Dewan
Pengawas mengenai kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
g. Memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh Dewan Pengawas secara berkala
dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta.
h. Bertindak sebagai penghubung (liaison
officer) Dewan Pegawas dengan Direksi
dan pihak lainya.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan Dewan Pegawas.

Sedangkan Kewenangan dari Dewan Pengawas


adalah:

a. Menjalankan system dan prosedur


persuratan maupun kearsipan yang ada
dalam lingkungan kewenangan Dewan
Pengawas yang yang telah di tetapkan
Dewan Pengawas.
b. Berdasarkan surat penugasan tertulis dari
Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dapat mengakses catatan atau
informasi tentang pegawai, dana, asset
serta sumberdaya lainya milik BPJS
Kesehatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya.

21
c. Menghimpun data / informasi / penjelasan
yang dibutuhkan Dewan Pengawas kepada
pihak-pihak yang terkait di dalam maupun
di luar BPJS Kesehatan untuk keperluan
pelaksanaan tugas Dewan Pengawas.
d. Menggunakan fasilitas-fasilitas
kesekretariatan Dewan Pengawas untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.

Dan dengan kewajiban sebagai berikut :

a. Sekretaris Dewan Pengawas wajib


melaporkan secara tertulis hasil penugasan
kepada Dewan Pengawas.
b. Sekretaris Dewan Pengawas wajib
menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan
informasi BPJS Kesehatan, baik yang
diperoleh dari pihak internal maupun
eksternal dan hanya digunakan untuk
kepentingan tugasnya.
2. Komite audit
Tugas dari komite audit adalah sebegai berikut :
a. Membantu Dewan Pengawas untuk
memastikan efektivitas pelaksanaan tugas
eksternal auditor dan internal auditor.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil
audit yang dilaksanakan oleh Satuan
Pengawas Internal maupun auditor
eksternal.
c. Memberikan surat rekomendasi
sebagaimana mengenai penyempurnaan

22
system pengendalian manajemen serta
pelaksanaanya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur
evaluasi yang memuaskan terhadap segala
informasi yang dikeluakan BPJS
Kesehatan.
e. Memberikan surat rekomendasi
sebagaimana mengenai penunjukan auditor
eksternal.
f. Melakukan pengidentifikasian mengenai
hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Pengawas serta tugas-tugas Dewan
Pengawas lainya.
g. Melakukan analisis atas laporan kinerja
yang disampaikan manajemen secara
berkala dan memberikan rekomendasi
kepada Dewan Pengawas.
h. Membantu dewan pengawas dan
melakukan evaluasi kinerja operational
BPJS Kesehatan.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh Dewan Pengawas.

Sedangkan jika dilihat dari wewenangnya adalah


sebagai berikut :

a. Berdasarkan surat penugasan tertulis dari


Dewan Pengawas, dapat mengakses
catatan atau informasi tentang pegawai,
dana, asset, serta sumberdaya lainya milik
BPJS Kesehatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya.

23
b. Berkomunikasi langsung dengan
karyawan, termasuk Direksi dan pihak
yang menjalankan fungsi audit internal,
manajemen resiko, dan auditor eksternal
terkait tugas dan tanggung jawab Komite
Audit.
c. Melibatkan pihak independen diluar
anggota Komite Audit yang diperlukan
untuk membantu pelaksanaan tugasnya
(jika diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang
diberikan oleh Dewan Pengawas.
3. Komite Manajemen Resiko

Tugas komite manajemen resiko yang


merupakan penunjang dari dewan pengawas tadi
adalah :

a. Mendapatkan pemahaman atas manajemen


resiko BPJS Kesehatan.
b. Melakukan evaluasi terhadap berbagai
model pengukuran resiko yang digunakan
oleh BPJS Kesehatan dan memberikan
rekomendasi penyempurnaan lebih lanjut.
c. Memantau kesesuaian berbagai kebijakan
dan pelaksanaan kepada manajemen resiko
BPJS Kesehatan.
d. Memantau berbagai potensi resiko yang
dihadapi BPJS Kesehatan.
e. Mengevaluasi terhadap kebijakan
manajemen resiko BPJS Kesehatan.

24
f. Melakuakan koordinasi implementasi dan
pengawasan keberadaan dan
tingkatefektivitas masing-masing
komponen Enterprise Risk Management
dalam BPJS Kesehatan.
g. Mengukur ke-efektivitasan masing-masing
komponen dari ERM (Environmental
Resources Management) yang telah
diterapkan di BPJS Kesehatan.
h. Melakukan analisis atas laporan kinerja
yang disampaikan manajemen secara
berkala dan memberikan rekomendasi
kepada Dewan Pengawas.
i. Membantu Dewan Pengawas dalam
melakukan evaluasi kinerja operasional
BPJS Kesatan.
j. Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Dewan Pengawas dapat
memberikan penugasan lain kepada
Komite.

Guna kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan


fungsinya, Komite Manajemen Resiko memiliki
kewenangan untuk :

a. Mengakses secara penuh, bebas dan tidak


terbatas terhadap setiap kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan resiko di
BPJS Kesehatan
b. Bekerjasama dengan mitra kerja
diantaranya Sekretarias Dewan Pengawas
Komite lainya, tim terkait di level

25
manejemen, internal audit, satuan kerja
Manajemen resiko dan Unit-unit
operational BPJS Kesehatan yang
berkaitan dengan tugasnya.
c. Mengikuti prosedur kerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
d. Mempekerjakan tenaga ahli dan atau
konsultan untuk memabantu KMR dengan
persetujuan tertulis Dewan Pengawas dan
atas biaya BPJS Kesehatan, jika
diperlukan.
e. Membentuk satu tim yang bersifat ad-hoc,
dengan criteria dan periode penugasanya
sesuai dengan kebutuhan dan jenis
pekerjaanya, jika diperlukan.
f. Memperoleh masukan dari pihak eksternal
independen yang profesional dalam rangka
pelaksanaan tugas dan peningkatan
kemampuan anggota Komite Manajemen
Resiko apabila diperlukan.

2.1.4 Bidang Usaha

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan
khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama
untuk Pegawai Negri Sipil, penerima pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya
dan Badan Usaha lainya ataupun rakyat biasa.

26
2.2 Personalia atau Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk mendukung kelancaran aktivitas atau kegiatan suatu badan
usaha diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan bagian dari
suatu proses kinerja yang memilki peran yang sangat besar. Oleh sebab itu
selain tenaga kerja/pegawai yang diperlukan, pemikiran pegawai pun
merupakan sumber daya yang sangat penting dan sangat dihargai dalam
rangka kemajuan lemabaga dan atau badan usaha.

Sedangkan dibagian SDM sendiri terdapat dua seksi yang secara garis
besar menangani masalah-masalah sebagai berikut:

1. Seksi Kepegawaian dan Pengupahan


A. Bagian yang menangani masalah absensi karyawan, yang
dibagi menjadi dua yaitu absensi untuk absensi karyawan
bulanan dan pegawai harian.
B. Melakukan pengolahan data presensi, ijin-ijin dan lembur
pegawai.
C. Melakukan penghitungan upah untuk pegawai harian tetap atau
pegawai kontrak.
D. Melakukan pengolahan data tenaga kerja atau pegawai.

2. Seksi Pengembangan dan Pembinaan


A. Bagian yang menangani masalah rekrutmen karyawan beserta
prosesnya, termasuk didalam menangani peserta PKL (Praktek
Kera Lapangan).
B. Pengembangan dan Pelatihan Pegawai.
C. Melakukan penilain prestasi pegawai (penilaian untuk kinerja).

27
2.2.1 Rekruitmen
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan lembaga
atau badan usaha, BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan) mengambil tenaga kerja secara langsung dan
secara online dari pelamar kerja. Dari semua pelamar kerja yang
ada, sebelum dapat menjadi pegawai BPJS Kesehatan mereka akan
menjalani serangkaian test yang di adakan oleh lembaga.
Bagi pelamar kerja yang berhasil dalam test, masih akan
menjalani satu syarat lagi untuk dapat menjadi pegawai tetap yaitu
menjalani masa percobaan selama maksimal 2 tahun. Mereka akan
ditetapkan sebagai pegawai tetap apabila mereka mempunyai
kemampuan kerja yang baik dan juga mempunyai loyalitas yang
tinggi terhadap lembaga atau badan usaha. Meskipun masih dalam
masa percobaan mereka akan tetap mendapatkan gaji.

2.2.2 Waktu Kerja, Cuti beserta Kompensasi


Hari kerja dan jam kerja yang berlaku untuk semua pegawai
BPJS Kesehatan, diatur seagai berikut:

A. Jam kerja untuk pegawai Non Shift (staf kantor)


1. Hari Senin sampai dengan hari Jum’at
 Waktu Kerja : Pukul 07.00 WIB – 17.00 WIB
B. Jam kerja untuk pegawai Shift (Bagian Keamanan)
1. Hari senin sampai dengan minggu
 Shift I : Pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB
 Shift II : Pukul 15.00 WIB – 23.00 WIB

28
Perubahan hari dan jam kerja pada huruf B diatas, apabila
diperlukan dapat dilaksanakan oleh badan usaha selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPJS Kesehatan juga memberikan cuti kepada pegawainya.
Cuti tersebut antara lain:
1. Cuti Tahunan.
2. Cuti Hamil dan Melahirkan selama 45 hari sebelum
melahirkan dan 45 hari setelah melahirkan.
3. Cuti Haid selama 2 hari.

Untuk Cuti Hamil dan Melahirkan serta Cuti Haid


harus menggunakan surat keterangan dari dokter.

2.2.3 Struktur Kependidikan ataupun Gugus Kendali Mutu


Dilihat dari latar belakang pendidikannya, pegawai
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan) dapat dibedakan menjadi:
 Karyawan dengan pendidikan SLTA/SMA
 Karyawan dengan pendidikan Diploma
 Karyawan dengan pendidikan S 1

 Karyawan dengan pendidikan S 2

Semua tingkat pendidikan tersebut sudah disesuaikan


serta menempati bagiannya masing-masing. Seperti misalnya
tingkat pendidikan SLTA/SMA, mereka menempati level
terendah dengan gaji/tingkat upah sesuai dengan jenjang
pendidikan dan ruang lingkup pekerajaan karena dalam bidang
pegawai ditingkat pendidikan itu biasanya terdapat dibagian
keamanan (security). Sedangkan tingkat pendidikanDiploma
atau kejuruan, biasanya tingkat upah mereka lebih baik

29
daripada tingkat upah SLTA/SMA. Sedangkan untuk tingkat
Kepala Bagian, rata-rata sudah berpendidikan S1/S2.

2.2.4 Kesejahteraan Karyawan


Macam-macam bentuk berbagai kesejahteraan di BPJS
Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Soisal Kesehatan)
antara lain:
1. Gaji yang kompetif di industri sejenis.
2. Uang tunjangan setiap bulan.
3. Asuransi kesehatan dan jiwa
4. Serta bantuan untuk pegawai yang ditugaskan
di luar tempat tinggal pegawai.
Untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai dan
semangat kerja pegawainya, BPJS Kesehatan menyediakan
fasilitas-fasilitas yang dapat membantu kelancaran pekerjaan.

Fasilitas yang dimiliki tiap ruang terdiri dari:

1. Kelengkapan Administrasi :
i. Tiap ruangan lengkap dengan AC.
ii. Tiap ruangan terdapat komputer dan
mesin ketik untuk memperlancar proses
kerja karyawan.

iii. Disediakan telepon di tiap-tiap ruangan


untuk masing-masing personal yang
dipandang perlu dan penting.

2. Kelengkapan lain :

30
i. Pos jaga.
ii. Tempat hard copy print.
iii. Tempat shalat buat para pegawai.
iv. Toilet buat para pegawai.
v. Tv ditujukan untuk kepersetaan yang
sedang mengantri.
vi. Air mineral dalam kulkas mini ditujukan
untuk seluruh orang yang ada di kantor
( pegawai & peserta ).

2.3 Manajemen Oprasional


2.3.1 Lokasi Kantor

BPJS Kantor Layanan Oprational Kabupaten kota Pare,


berlokasi di :

 Jalan Paglima Sudirman No. 144 Pare (Ruko Busines Park).


 Nomer Telephone 0354-395060
 E-mail :klok.kediri@gmail.com

Kantor Layanan Oprational BPJS yang bertempatkan


didaerah wilayah Pare kabuaten Kediri ini dibangun di area
ruko yang bernama busines park, dengan panjang luas tanah
sebesar ± 12m, luas lebar tanah ± 8m, dan tinggi luas tanah ±
26m.

Dari luas tanah yang cukup besar ini bisa dibagi tempat
golongan seperti, bagian lantai bawah untuk administrasi
kepersetaan layanan BPJS Kesehatan, dan yang atas sebagian
digunakan untuk pelayanan operasional rujukan kepersetaan
dan memvalidasikan data kepersetaan dengan kependudukan
yang berlaku dari peserta. Dan untuk lantai 3 digunakan
sebagai penaruhan berkas-berkas formulir dari peserta yang

31
sudah dinyatakan lulus ferifikasi dari padanya prosedur melalui
bagian operasional di lantai 2.

Batas Lokasi :

Utara : Berdampingan dengan kantor MPM Pare

Timur : Rumah Makan 22 Jl Panglima Sudirman

Selatan: Kantor terapi yang bernama “Happy Dream”

Barat : Perukoan

Lokasi tersebut strategis karena didukung adanya


beberapa faktor, yaitu:

- Terletak di pusat kota Pare yang bagaimana akses


jalan sangat mudah untuk dicari dikarenakan juga
terdapat di pinggir jalan utama kota Pare, yang
dimana lokasi tersebut memudahkan untuk peserta
mencari denah lokasi kantor yang tertera.
- Dekat dengan tempat warnet ataupun foto kopy-an,
hal ini memudahkan buat calon para peserta yang
masih belum bisa sempat melengkapi persaratan-
persaratan dari adanya prosedur pihak kantor bpjs
yang sekiranya sebagai penggandaan data dari
persyarataan peserta yang dibawa. Misal memfoto
kopy kartu keluarga, surat kematian dan lain
sebagainya.
- Dekat dengan lokasi pembayaran iuran system
prosedur BPJS Kesehatan yang melalui setor tunai
dan non tunai, contoh misal dari setor tunai yaitu :
Indomart, Alfamart, pegadaian, kantor pos. Dan
untuk non-tunai yaitu seperti pembayaran di : BRI,
Mandiri, BNI.

32
- Dekat dengan kantor kepolisian wilayah pare. Hal
ini sangat memudahkan calon peserta yang akan
mendaftarkan BPJS Kesehatan akan tetapi
persyaratan yang dimiliki dari peserta kurang
lengkap, misal KTP tidak ada karna hilang, bisa saja
langsung melapor ke kantor polisi yang ada di
wilayah Pare.

2.3.2 Produktivitas
I. Bagian administrasi pendaftaran kepersetaan
A. Melakukan sosialisasi pengisian foam pendaftaran
peserta.
Dalam hal ini sebagai operasional layanan
publik yang baik, sangat dianjurkan untuk sangat
bersikap loyal dan sabar dengan berbagai karakter
peserta BPJS Kesehatan. Membantu pengisisan
tata cara foam pendaftaran peserta baru, dan
memberi arahan juga mengenai persyaratan dan
kelengkapan untuk sebagai berkas pendaftaran
peserta baru yang nantinya berkas tersebut akan
bisa dipertanggung jawabkan oleh para peserta
pendaftaran kartu BPJS Kesehatan.
Dalam hal ini juga ada hal yang bisa di
terterakan mengenai apa saja macam-macam foam
pengesisian pendaftaran kartu jaminan BPJS
Kesehatan dan Persyaratan pendaftaran yang harus
di berkaskan nantinya :

1. Formulir pendaftaran
a) Formulir pendaftaran peserta mandiri.

33
b) Formulir pendaftaran peserta BUMN atau
SWASTA.
c) Formulir pendaftaran penambahan anggota
baru.
 Penambahan anak yang baru lahir atau
masih dalam kandungan.
 Penambahan tunjangan kepada anggota
keluarga apabila salah seorang dari
anggota mendapat tunjangan dari PNS,
BUMN, TNI, PORLI.
 Penambahan peserta baru bila dalam
satu Kartu Keluarga terdapat anggota
tambahan baru.
d) Formulir perpindahan faskes tingkat I
(fasilitas kesehatan)
 Di dalam formulir ini di tujukan kepada
peserta guna untuk memindahkan
fasilitas yang sebelumnya dan diganti
ke faskes yang baru, hal ini dipakai
biasanya para peserta ada kendala pada
faskes tingkat pertama atau sebelumnya
entah berada di tempat yang sangat
jauh sama daerah tempat tinggalnya
peserta yang sekarang di tempati
ataupun layanan faskes yang kurang
memuaskan.
 Formulir ini juga tertera pengisian data
untuk pemberentian peserta bila mana
peserta sudah meninggal dunia, dan
dilihat dari sistemnya sendiri di
layanan BPJS Kesehatan ini jika sudah

34
mendaftar para peserta tidak bisa
memberhentikan kartu BPJS Kesehatan
itu dalam arti dalam pemberhentian
iuran tagihan stiap bulanya dan maka
hal ini bila ada peserta yang sudah
mempunyai kartu BPJS Kesehatan /
sudah terdaftar dalam layanan BPJS
Kesehatan di anjurkan segera melapor
atau mnegurus kematian peserta
tersebut di kantor layanan operasional
BPJS Kesehatan.
2. Persyaratan berbagai berkas pengisian formulir
pendaftaran yang harus dilampirkan.
a) Persyaratan peserta mandiri
 Membawa Kartu Keluarga asli
 Kartu Tanda Penduduk / akte kelahiran
asli
 Surat / akte nikah asli
 Foto peserta pendaftaran 3x4 berwana
 Buku tabungan asli
(BRI/BNI/MANDIRI/BTN)
 Kelas 1 : Rp 80.000/orang/bulan
Kelas 2 : Rp 51.000/orang/bulan
Kelas 3 : Rp 25.500/orang/bulan
b) Persyaratan peserta BUMNN / PNS / TNI /
PORLI
 Fotocopy kartu keluarga dan kartu
keluarga asli
 Fotocopy akte kelahiran
 Fotocopy SK terakhir
 Foto berwarna 3x4

35
 Daftar gaji
 Kartu askes

II. Bagian Prosedur Verifikasi data kepesertaan setelah


mengisi formulir.
A. Melakukan koreksi formulir pendaftaran peserta
kepada berkas peserta yang sudah di isikan.
Tujuan hal nya ini sebagai pengakurat data
peserta yang akan menjadi database system
dipemerintahan peserta dari seluruh Indonesia
dapat tersistem dengan rapi melalui persyaratan-
persyaratan yang telah dipenuhi dan diberkaskan
oleh para peserta calon pendaftaran baru kartu
BPJS Kesehatan.
B. Melayani keluhan dari peserta
Berbagai keluhan masyarakat atau masih
kurangnya sosialisasi masyarakat untuk layanan
Jaminan Kesehatan Nasional ini terhitung masih
banyak, salah satunya adalah yang paling sering
dikeluhkan sama masyarakat yaitu adalah,
pembayaran iuran kartu BPJS Kesehatan kadang
mengalami ke-erroran system, hal ini dikarnakan
sejak tahun 2016 kemaren pemerintah
mengadakan system pendaftaran layanan jaminan
sosial ini dengan meggunakan pendaftaran baru
dalam satu kartu keluarga, yang sebelumnya hanya
dapat bisa datar perseorangan mulai sekarang

36
BPJS Kesehatan menganjurkan pendaftaran
minimal 1 kartu keluarga.
Keluhan selanjutnya dari Kartu Layanan
Jaminan Kesehatan Nasional ini terdakang juga
bisa merepotkan segala pihak yang mendapat
premi/asuransi/tunjangan kesehatan dalam lingkup
tempat pekerjaanya berada, karna system dari
pembayaran iuran oleh pekerja yang mendapatkan
upah itu system pembayaran memalui potongan
langsung gaji bulanan dari pihak karyawan yang
terkait.
Penanganan denda pelayanan ini yang
biasanya dapat membuat para peserta emosi atau
lebih cenderungnya para peserta tidak puas dengan
program pemerintah tentang ada nya Jaminan
Kesehatan Nasional ini, karna kenapa bisa
terjadinya hal tersebut. Sebenernya masalah bisa
dibuat karna dari pesertanya sendiri yang
melanggar aturan system prosedur ataupun masih
kurangnya pemahaman peserta akan Jaminan
Sosial Kesehatan ini.
Pengecekan kartu aktif/nonaktif apabila
peserta terdapat keluhan kartu dari peserta itu
sendiri ketika digunakan untuk berobat di fasilitas
kesehatan pertamanya itu tidak bisa digunakan, hal
ini terjadi karna system yang masih berjalan dan
adanya penghambatan dana iuran peserta Kartu
Jaminan Kesehatan Nasional di tempat setor tunai
atau setor debet di layanan-layanan yang
menyediakan layanan pembayaran untuk iuran
BPJS Kesehatan tersebut.

37
III. Bagian klaim dan rujukan.
Tempat buat para peserta jika peserta
membutuhkan stempel dari kantor BPJS Kesehatan
guna sebagai stampel yang didapat dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama dari peserta yang mengalami
sakit, surat klaim dan rujukan digunakan para peserta
untuk nantinya berobat ke RSUD atau rumah sakit
yang terikat dengan pemerintah untuk sebagai
pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional yang telah
kepersetujuan sudah di verifikasi dengan benar di
dalam bagian klaim dan rujukan tersebut.

2.4 Manajemen Keuangan


2.4.1 Kepemilikan

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang ditugaskan khusus dari padanya oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negri Sipil,
Penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainya
ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan
dahulu bernama Jamsostek merupakan program pemerintah
dalam kesatuan Jaminan Kesehata Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS
Kesehatan mulai beroprasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beropasi sejak 1 Juli
2014.

38
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuansi
Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (persero),
namun sesuai UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1
Januari 2014.
2.4.2 Permodalan

Pada 25 November 2011, pemerintah mengundang-


undangkan UU BPJS. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelengara Jaminan Sosial (UU BPJS) digunakan sebagai
pelaksanaan ketentuan UU SJSN Pasal 5 ayat (1) dan pasal 52
ayat (2) pasca Putusan Mahkamah Konstititusi atas perkara No.
007/PUU-III/2015.

UU BPJS membentuk dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan


dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan berkedudukan dan berkantor di Ibu kota
Negara RI. BPJS dapat mendapat kantor perwakilan di provinsi
dan kantor dan kantor cabang di Kabupaten/Kota.

UU BPJS membubarkan PT Askes (persero) dan PT


Jamsostek (persero) tanpa melalui proses likuidasi, dan
dilanjutkan dengan mengubah kelembagaan persero menjadi
badan hukum publik – BPJS. Peserta, program, asset, dan
liabilitas, serta hak dan kewajiban PT Askes (persero) dialihkan
kepada BPJS kesehatan, dan dari PT Jamsostek (persero)
kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Undang-Undang BPJS Kesehatan mengatur organ dan


tata kelola BPJS, Undang-Undang BPJS Kesehatan
menetapkan modal awal BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan, masing-masing dari padanya paling banyak
Rp2.000.000.000.000,00 (2 triliun rupiah) yang bersumber dari

39
APBN. Modal awal dari pemerintah merupakan kekayaan
kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

2.5 Manajemen Pemasaran


2.5.1 Dsitribusi

Setelah mini market dan kantor pos, kini pembayaran


iuran BPJS kesehatan dapat dilakukan melalui mitra PT. Pos
Indonsia (persero), yaitu Agen pos yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Saluran-saluran ini diperbukakan guna
meningkatkan akses kemudahan masyarakat dalam mebayar
iuran bulanan jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan terus
meperluas channel pembayaran dengan memanfaatkan jasa
pembayaran dari jaringan non perbankan.

System pembayaran seperti itu disebut dengan Payment


Point Online Bank (PPOB), pilot project perluasan channel
PPOB BPJS Kesehatan telah dilakukan sejak 6 Agustus 2015
melalui kerjasama dengan 4 mitra bank BPJS Kesehatan, yaitu
Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN (sebagai informasi
tambahan, BTN telah menjadi Bank mitra BPJS Kesehatan
sejak bulan Juni 2015)

2.5.2 Pengiklanan

BPJS Kesehatan (secara merk) masih diasosiasikan


sebagai asuransi oleh berbagai kalangan masyarakat, bukan
sebagai penyelenggara jaminan sosial kesehatan. BPJS
Kesehatan juga masih kuat diasosialisasikan dengan berobat
gratis, khususnya dikalangan masyarakat berpendidikan rendah

40
(sampai dengan tamat SMP). Oleh karna itu, diperlukan strategi
untuk mengedukasi dan menggeser mindset masyarakat bahwa
BPJS Kesehatan adalah sebagai pelaksana program jaminan
kesehatan, bukan asuransi.

Secara umum masyarakat terhadap BPJS Kesehatan


sudah tinggi, tertinggi berasal dari responden pekerja sektor
formal. Televisi menjadi sumber pengetahuan tertinggi bagi
responden terhadap iklan. Sementara Facebook, YouTube, dan
Twitter menduduki tiga teratas untuk kelompok media sosial.
Website BPJS Kesehatan sendiri menjadi sumber pengetahuan
terbesar di kelompok website.

2.5.3

41
BAB III

ANALISIS DATA

iii.1 Manajemen dan Organisasi


Dalam rangka mengimplementasikan Undang-undang sistem
Jaminan Sosial Nasional No. 40 Tahun 2004 dimana BPJS Kesehatan
diamantkan untuk :
1) Mengembangkan sistem pelayanan kesehatan.
2) Mengembangkan sistem kendali mutu pelayanan.
3) Mengembangkan sistem pembayaran pelayanan.
Secara proaktif BPJS Kesehatan melakukan penelitian,
pengembangan dan inovasi untuk mengimbangi perubahan yang terjadi
dalam rangka memberikan rekomendasi strategis untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Nasioanal – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Diberbagai Negara, proses pengambilan kebijakan disektor kesehatan
dilakukan berdasarkan kajian bukti yang tepat (evidence based policy
making). Diharapkan melalui berbagai kajian dan penelitian yang dilakukan
oleh BPJS Kesehatan dan stekholder terkait, yang selama ini telah dilakukan
baik secara mandiri maupun yang bekerjasama dengan pihak ke-tiga,
hasilnya akan dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai rekomendasi
dalam mengambil kebijakan, selain itu diharapkan akan didapatkan usulan-
usulan penelitian terutama dari akademisi yang berdampak terhadap
perbaikan dan keberlangsunganya Program JKN-KIS.
Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seorang terkena
penyakit berat yang menuntut stabilitasi yang rutin seperti hemodialisa atau
biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan
pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya
menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain-lain.
Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun
keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN” sakit sedikit menjadi

42
miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan
uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karna dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati
penyakit yang dideritanya.
Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa
yang kita tidak bisa harapkan namun mungkin bisa terjadi kapan dan dimana
saja, kecelakan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan,
ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara
ataupun permanen.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia
dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diduga diantaranya
berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030
terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan
mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan
produktivitas dan berbagai dampak lainya. Apabila tidak ada yang menjamin
hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat menjadi masalah yang besar.
Seperti menemukan air digurun, seketika Presiden Megawati
Soekarno Putri mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan
Nasional (SJSN) Pada 19 Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan
Indonesia sebagai “Negara tanpa jaminan sosial” akan segera luntur dan
menjawab permasalahan yang ada diatas.

iii.2 Manajemen Sumber Daya Manusia


Berdasarkan tentang deklarasi PBB tentang HAM tersebut, maka
beberapa Negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial,
anatara lain jaminan kesehatan ini. Hal ini juga yang dilakukan oleh Negara
Indonesia pada saat ini sekarang. Dengan menyelenggarakan jaminan
kesehatan maka pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia yang harus
dipenuhi oleh pemerintah, seperti yang tertuang pada pasal 28H ayat 1 UUD

43
1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
Dalam pasal tersebut jelas sebagai pedoman pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat miskin. Pelayanan kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat, akan tetapi setiap pemerintah daerah harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi warganya. Salah satu program
yang dibuat pemerintah untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan
adalah program Jaminan Kesehatan Nasioanl. JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional) adalah sebuah program untuk meberikan perlindungan kesehatan
agar peserta memeperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindugan
dalam memenuhi dasar kesehatan yang diberkan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran ataupun iuranya dibayar oleh pemerintah. Program
Jaminan Kesehatan Nasional ini merupakan implementasi dari UU No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial dan UUD 1945 pasal 28H ayat 3.
Namun didalam pelaksanaanya, masih banyak terjadi masalah yang
terjadi didaerah-daerah terkait kualitas program layanan jaminan kesehatan
nasional, termasuk dikota Pare kabupaten Kediri. Banyak keluhan yang
disampaikan oleh masyarakat melalui beberapa surat kabar atau media masa
lainya. Masalah-masalah ini antaranya adalah : perlakuan-perlakuan yang
diskriminatif, sarana prasana yang tidak memadai, pasien yang membayar
obat sendiri, penolakan pasien miskin oleh rumah sakit, dll. Masalah tersebut
yang sering dikeluhkan oleh beberapa pasien rawat inap kelas III RSUD kota
Pare.

iii.3 Manajemen Oprasional


Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 tentang BPJS
Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan), BPJS
Kesehatan diamanatkan untuk memiliki kantor perwakilan/kantor cabang di
setiap kabupaten/kota. Dengan berambahnya cakupan peserta, BPJS

44
Kesehatan perlu memperluas point of sevice melalui penambahan Kantor
Layanan Oprasioal Kabupaten/Kota (KLOK) dan pembentukakan Liaison
Office (LO).

Sampai dengan saat ini sejak beroprasi per 1 januari 2014 BPJS
Kesehatan memiliki 103 Kantor Cabang dan 366 KLOK yang tersebar di 155
kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Saat ini jumlah Liaison Office sebanyak
19 LO di kawasan-kawasan Industri di Sumatra dan Pulau Jawa.

A. Pemilihan Lokasi

Kantor Layanan Operational Kabupaten/Kota (KLOK)


merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Cabang yang
bertugas sebagai pusat pelayanan informasi, rekruitmen
peserta, pengelolaan pemberian manfaat (benefit) kepada
peserta, serta pengelolaan hubungan kemitraan dengan provider
BPJS Kesehatan. KLOK berlokasi di Kabupaten/Kota untuk
memudahkan akses peserta dan mendekatkan pelayanan
dengan peserta.

B. Efisiensi, Produktivitas besertaFungsi

Fungsi Kantor Layanan Oprasional Kabupaten/Kota


sebagai berikut :

i. Unit pemasaran
 Rekruitmen peserta, sosialisasi dan
edukasi langsung
ii. Unit kepersetaan
 Komunikasi dan pemeberian informasi
secara langsung dan tidak langsung.
 Penangan keluhan langsung.
 Pendaftaran peserta.
iii. Unit Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer

45
 Mengelola hubungan kemitraan
dengan fasilitas kesehatan primer.
 Kegiatan Sosialisai dan Edukasi
Langsung ke Faskes (Fasilitas
Kesehatan) primer.
iv. Unit Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
 Mengelola hubungan kemitraan
dengan fasilitas kesehatan rujukan.
 Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi
Langsung ke Faskes rujukan.

iii.4 Manajemen Pemasaran

Selain KLOK, BPJS Kesehatan juga membangun Liaison Office yang


merupakan unit kerja dibawah kantor cabang atau KLOK yang berlokasi di
kawasan industri. Terdapat 19 LO yang terbentuk tersebar di 6 Divisi
Regional dan 13 Kantor Cabang. Liaison Office secara simbolis diresmikan
dikawasan industri Delta Mas Cikarang, tepatnya di Ruko Porto Square Blok
D-1 Jl. Ganesha Raya Kota Deltamas, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.

Liaison office (LO) merupakan perpanjangan tangan dari KC atau


KLOK yang berlokasi dikawasan industri yang menjalankan fungsi
pemasaran dan kepersetaan, ujar Direktur Fachmi Idris saat sambutan. Hadir
saat kegiatan tersebut Bupati Kabupaten Bekasi, Kepala Kawasan Industri
Cikarang dan Perwakilan Badan Usaha di sekitar Cikarang Bekasi. Fungsi
pemasaran terdiri atas :

i. Rekruitmen badan usaha besar, menengah, kecil dan


mikro.
ii. Sosialisasi dan edukasi langsung program BPJS
Kesehatan kepada peserta pekerja penerima upah.

46
Sedangkan fungsi kepersetaan terdiri atas :

i. Komunikasi serta pemberian informasi secara langsung


dan tidak langsung.
ii. Administrasi pendaftaran serta pencetakan dan distribusi
kartu peserta.
iii. Penanganan pengaduan peserta.

Fachmi Idris menambahkan, selain dibangun untuk menjalankan


fungsi pemasaran dan kepersetaan, LO juga bertanggung jawab menjalin
komunikasi dan koordinasi dengan bank yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan di wilayah kawasan industri dan memastikan bank menjalankan
fungsinya terkait dengan pembayaran iuran dan pendaftaran peserta.

Tujuan dari pembentukan LO ini antara lain melakukan proses


percepatan rekrutmen dan pendaftaran peserta, mengoptimalkan pemberian
informasi dan penangan mengandung bagi badan usaha. Mengingat 1 Januari
2015 seluruh Badan Usaha (khususnya skala besar, sedang dan kecil) di
Indonesia wajib mengikutsertakan pegawainya dalam program Jaminan
Sosial Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan.

47
BAB IV
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih
satu bulan di BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasional Kabupaten kota
Pare, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasional Kabupaten Kota Pare
merupakan cabang pembantu proses penambahan rekrutmen
kepeseertaan dari BPJS Kesehatan Kantor cabang yang ada di Kediri
dan yang ada di Kantor Pusat BPJS Kesehatan yang bertempat di
Jakarta milik pemerintah (BUMN).
2. Prosedur administrasi kepesertaan
1. Bagian pengisian formulir pendaftaran, dsb.
2. Bagian verifikasi data dari ke validan dari peserta.
3. Bagian penerima dan penyetuju surat klaim atau rujukan dari
fasilitas tingkat pertama ke RSUD.
3. BPJS Kesehatan merupakan Lembaga / Badan Usaha Milik Negara
sebagai layanan publik yang di selenggarakan oleh pemerintah
bertujuan untuk mensejahterkan rakyatnya melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional.
4. BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasinal Kabupaten Kota Pare
bertempatkan di jalan Panglima Sudirman No. 144 Pare (ruko business
Park) yang berada di Kota Pare.
5. Dalam proses Administrasinya, bagian pengrekrutan peserta baru terdiri
dari dua jenis, yaitu :
1. Sistem Komputerisasi ( P care)
2. Sistem Manual (pengisian formulir tulis tangan)
6. Dari pelaksanaan PKL tersebut, penyusun telah memperoleh cakrawala
pandang yang luas tentang dunia kerja dimana dunia kerja sangat
berbeda sekali dengan dunia pendidikan. Namun meski demikian dunia

48
pendidikan adalah sebagai penunjang dalam melaksanakan pekerjaan
pada dunia kerja.
7. Dengan melaksanakan PKL penyusun banyak memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang belum diperoleh di bangku kuliah yang mungkin
akan sangat berguna sekali bagi penyusun jika kelak terjun ke dunia
kerja. Pengalaman-pengalaman tersebut antara lain adalah bagaimana
suasana dan keadaan lingkungan kerja suatu kantor dapat
mempengaruhi produktivitas kerja para karyawannya, bagaimana
mengatasi masalah atau kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang
karyawan, dsb.
5.2 SARAN
Dari pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama PKL timbul masalah yang
dihadapi oleh penyusun. Oleh karena itu, penyusun memberikan saran-
saran,
Saran Bagi Kantor Pelayanan

1. Sebaiknya dalam pelaksanaan PKL dilakukan pergantian tempat


aktivitas/penugasan misalnya : dari bagian administrasi pengisian
formulir kepesertaan di pindah ke bagian verifikasi data kepersertaan
yang menggunakan computer dan link yang yang udah di sediakan
pemerintah untuk menghubungkan proseskegiatan pendataan
berlangsung atau ke bagian lainnya. Hal ini dimaksudkan agar para
mahasiswa yang melaksanakan PKL mempunyai pengalaman dan
pengetahuan yang banyak.
2. Untukkantor, sebaiknya dilakukan pembersihan secara rutinsebab BPJS
Kesehatan ini layanan publik bertuju untuk masyarakat dan
kenyamanan masyarakat.
3. Keramahaan dan kesabaran dari setiap pegawai pastinya menjadi kunci
utama untuk menjalankan layanan publik ini.
4. Perlunya dipertimbangkan ruang kerja yang memadai misalnya apabila
ada peralatan yang rusak/lama segera diperbaiki & diganti.

49
DAFTAR PUSTAKA

 www.bpjs-kesehatan.go.id
 www.ptaskes.com
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomer 12 tahun 2013 tentang jaminan
sosial
 Peraturan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

50

Anda mungkin juga menyukai