BAB II Proposal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Secara etimologis kata decide berasal dari bahasa Latin prefik de yang
berarti off, dan kata caedo yang berarti to cut. Hal ini berarti proses
kognitif cut off sebagai tindakan memilih diantara beberapa alternatif yang
mungkin. Menurut Max, Decision making is commonly defined as
choosing from among alternatives (pengambilan keputusan merupakan
pemilihan dari beberapa alternatif). Sedangkan Shull mengemukakan
bahwa pengambilan keputusan merupakan proses kesadaran manusia
terhadap fenomena individual maupun sosial berdasarkan kejadian faktual
dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu atau
beberapa alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi ( Eti Rochaety).
dalam kamus besar ilmu pengetahuan pengambilan keputusan
(decision making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau
kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Pengambilan keputusan
ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. ( J. Salusu. 2006) G.R.Terry mengemukakan bahwa
pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu aatas dua atau lebih alternatif yang mungkin.sedangkan claude
S.Goerge,Jr mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran,kegiatan pemikiran yang
termasuk pertimbangan penilaian dan pemilihan diantara sejumlah
alternatif.
ahli lain yaitu horold dan cyril O’Donnell mengatakan bahwa
pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif megenai
suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan,suatu rencna tidak dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,suatu sumber yang dapat
dipercaya ,petunjuk atau reputasi yang telah dibuat dan P.Siagian
mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah ,pengumpulan fakta dan data,penelitian yang
matang atas alternatif dan tindakan
Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan diatas dapat
disimpulkan bahwa keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan
masalah, jawaban dari suatu pertanyaaan sebagai hukum situasi, dan
merupakan pemilihan dari salah satu alternatif-alternatif yang ada, serta
pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah atau problema yang
dihadapi. Adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah keputusan
(decision).
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar
belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya
kesimpulan atau rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya
dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi
jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan
atau adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena faktor
ketidakhati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.14 Irham Fahmi.
(2016).
Keputusan memiliki pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi
ini mengandung tiga pengertian, yaitu (1) ada pilihan atas dasar logika
atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih dari salah
satu yang terbaik; (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu
makin mendekat pada tujuan tersebut. Dan hal ini dikemukakan oleh
James. A.F. Stoner oleh karena itu ,alasan-alasan serta faktor-faktor yang
mendasari terjadinya proses pengambilan keputusan merupakan bagian
terpenting dari kajian pengambilan keputusan sehingga nantinya
menentukan bentuk keputusan yang diambil (lubis,1996).
2. Proses Membuat Keputusan Rasional
Seorang manajer dalam membuat keputusan selalu dihadapi dengan
beberapa alternative pilihan. Membuat keputusan membutuhkan proses
yang harus dilalui. Seorang manajer yang rasional harus
mempertimbangkan hal-hal sbb:
a. Seberapa komplit dan sempurna informasi mengenai sesuatu2.
b. Dapatkah mendefinisikan masalah dan tidak pusing dengan hambatan
yang terjadi.
c. Mengetahui semua kemungkinan alternative.
d. Dapat secara tepat menghitung dan memilih alternative dengan nilai
penerimaan paling tinggi.
3. dasar-dasar pengambilan keputusan
George R.Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan
yang berlaku ,antara lain
a. intuisi
keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaaan lebih
bersifat subjektif yaituh mudah terken sugesti ,pengaruh luar,dan faktor
kejiwaan lain .sift subketif dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa
keuntungan, yaitu :
1) pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudh untuk
memutuskan.
2) keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas,pada
umumnya pengambilan keputusan bersifat intuitif akan memberikan
kepuasan.
b. pengalaman
dalam hal tersebut,pengalam memang dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah.keputusan berdasarkan pengalamn
sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.pengalaman dan
kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar beelakang
masalaah dan bagaiman arah penyelesaiannya sangat membantu dalam
memudahkan pemecahan masalah.
c. fakta
keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta data atau informasi
yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan
solid,namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
d. wewenang
keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sift rutin dan menasosiasikn dengan praktik
diktatorial.keputusan berdasakan wewenang kadang kala oleh pembuat
keputusan sering melewati permasalahaan yang seharusnya dipecahkan
justru menjadi kabur atau kurang jelas.
e. rasional
keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna
.masalah-maslaah yang dihadapi merupakan masalaah yang
memerlukan pemecahan rasional.dalam masyarakat ,kepeutusan yang
rasinal dapat diukur apabila
4. faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
menurut terry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambil
keputusan yaitu:
a. hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud,yang emosional
maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan.
b. setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
setiap keputusan jagan berorientasi pada kepentingan pribadi,tetapi
harus lebih mementingkan kepentingan.
c. jarang sekali pilihan yang memuaskan ,oleh karena itu buatlah
alternatif-alternatif tandingan.
d. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dan tindakan ini
harus diubah menjadi tindakan fisik
e. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup
lama
f. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik
g. setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu
benar
h. setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian
kegitan mata rantai berikutnya.
sedangkan menurut kotler, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan antara lain :
a. faktor budaya,yang meliputi peran budayaa ,sub budayaa dab kelas
sosial.
b. faktor sosial ,yang meliputi kelompok acuan,keluarga,peran dan status
c. faktor pribadi ,yang termasuk usia dan tahap siklus hidup
pekerjaan,keadaan ekonomi,gaya hidup,kepribadian dan konsep diri
d. faktor psikologis,yang meliputi motivasi,persepsi,pengetahuan
keyakianan dan pendirian.
5. proses pengambilan keputusan (decision making)
kotler p,dkk.(2000),m enjelaskan proses pengambilan keputusan antara
lain sebagai berikut :
a. identifikasi masalah
dalam hal ini diharapkan mampu mengidentifikasikan masalah yang ada
di dalam suatu keadaan.
b. pengumpulan dan penganalisis data
pengambiln keputusan diharapkan dapat mengumpulkan dan
menganalisis data yng dapat membantu memecahkan masalah yang
ada.
c. pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik ,maka perlu di
pikirkan cara-cara pemecahannya.
d. pemilihan salah satu alternatif terbaik
pemilihan alternatif yang dianggaap paling tepat untuk memecaahkaan
maasaalah tertentu dilakukan atas daasar pertimbaangaan yaang
maataang atau rekomendasi.
e. pelaksannaan keputusan
dalam pelaksanaaan keputusan berarti seorang pengambil keputusan
harus mampu menerima dampak yang nefgatif,pemimpin harus juga
mempunyai alternatif yang lain.
f. pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
setelah keputusan dijalaankan seharusnya pimpinan daapat mengukur
daampaak dari keputusan yang telah dibuat.
6. jenis pengambilan keputusan(decision making)
a. pengambilan keputusan terprogram
jenis pengambilaan keputusan ini mengandun suatu respons otomatik
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkaan
sebelumnya.masalaah yaang bersifat pengulangan dan rutin dapat
diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini.akibat
pelaksanaaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah
membenaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.
b. pengambilan keputusan tidak terprogram
menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah –masalaah
yang tidk jelas.dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini
meliputi proses-proes pengambilaan keputusan untuk menjawab
masalaah-masalaah yang kurang daapat didefinisikaan.
7. Pentingnya Kerangka Konseptual
Adanya kerangka konseptual yang mantap juga sangat penting artinya
apabila terasa dan terlihat adanya tekanan untuk segera mengambil
keputusan. Pada kesempatan demikian yang mungkin diperlukan adalah
tersedianya cukup waktu untuk digunakan untuk memikirkan secara
tenang tentang hakikat masalah yang dihadapi dan faktor-faktor yang
menimbulkannya., serta dampak dari berbagai alternative yang mungkin
ditempuh. Singkatnya, adanya kerangka konseptual yang mantap, akan
mencegah seorang pengambil keputusan bertindak tergesa-gesa, suatu
tindakan yang sangat mungkin akan disesalinya kemudian.
Artinya kerangka konseptual jangan sampai membatasi cara berfikir
seorang manajer karena dalam menghadapi situasi problematic, seseorang
tetap memerlukan pendekatan yang kreatif dan inovatif dibarengi oleh
analisis yang andal. Kerangka konseptual tidak dimaksudkan untuk
mempersempit ruang gerak seoran manajer, melainkan memperluasnya,
baik dalam arti perluasan wawasan maupun dalam arti peningkatan
kemampuan bertindak.
Kerangka yang paling sederahana hanya terdiri dari empat langkah
yang sekuensial, yaitu:
a. Menemukan situasi yang memerlukan suatu keputusan.
b. Menemukan faktor-faktor diperlukannya suatu tindakan tertentu.
c. Memilih satu diantara berbagai alternative yang tersedia.
d. Menilai pilihan-pilihan yang pernah dibuat dimas lalu untuk
mengetahui pilihan mana yang membuahkan hasil yang paling
menguntungkan bagi organisasi.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
dalam menentukan keputusan dengan membuat beberapa kerangka
pengambilan keputusan yaitu menetukan situasi, menetukan faktor,
memilih satu alternative dari beberapa alternative, menilai pilihan yang
membuahkan keuntungan bagi organisasi dengan mengembangkan
unsurunsur dalam pengambilan keputusan.
B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. pengertian pengeloalaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai perencanaan
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan,
penghapusan, monitoring dan evaluasi (Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2008).
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu manajemen
yang penting karena dapat memberikan dampak negatif terhadap rumah
sakit, baik secara medis maupun ekonomis jika tidak dikelola secara
efisien. Tujuan pengelolaan obat di rumah sakit agar obat yang diperlukan
tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah mencukupi, mutu yang
terjamin, dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan bermutu
(good quality care) (Sabarguna, 2003).
2. Tugas Pokok Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes RI (2008) tugas pokok dari pengelolaan perbekalan farmasi antara
lain :
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
3. fungsi pengelolaan perbekalan farmasi
Adapun fungsi dari pengelolaan perbekalan farmasi antara lain :
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan perbekalan farmasi di
rumah sakit
i. Melakukan monitoring dan evaluasi, terhadap persediaan perbekalan
farmasi di rumah sakit
4. Tahap Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Bertujuan agar mutu sediaan terjaga, menghindari penggunaan yang
tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, memudahkan pencarian
dan pengawasan (BINFAR, 2008).
Menurut Permenkes no 72 tahun 2016, setelah barang diterima di
Instalasi Farmasi, perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Pengelolaan Obat emergency harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergency yang telah
ditetapkan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergency harus segera diganti;
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Penyimpanan yang baik bertujuan untuk mempertahankan kualitas
obat, meningkatkan efisiensi, mengurangi kerusakan atau kehilangan obat,
mengoptimalkan manajemen persediaan, serta memberikan informasi
kebutuhan obat yang akan datang (Quick et al., 1997).
Agar penyimpanan obat menjadi baik, maka di perlukan indikator
atauparameter sebagai standar agar diterapkan untuk menjamin
penyimpanan obat itu baik. Menurut Pudjianingsih pada tahun 1996 ada
beberapa indikator penyimpanan obat, yaitu:
a. Persentase kecocokan antara barang dan stok komputer atau kartu stok
Proses pencocokan harus dilakukan pada waktu yang sama untuk
menghindari kekeliruan karena adanya barang yang keluar atau masuk
(adanya transaksi). Apabila tidak dilakukan bersamaan maka
kemungkinan ketidakcocokan akan meningkat. Ketidakcocokan akan
menyebabkan terganggunya perencanaan pembelian barang dan
pelayanan terhadap pasien.
b. Turn Over Ratio (TOR)
Berfungsi menunjukan banyaknya perputaran barang dalam periode
tertentu. Data TOR dapat diperoleh dari kartu stok obat, kemudian
dicatat dan hitung persediaan awal, persediaan akhir, jumlah pembelian
dan pengeluaran serta rata-rata persediaan selama periode tertentu.
Apabila TOR rendah, berarti masih banyak stok obat yang belum terjual
sehingga mengakibatkan obat menumpuk dan berpengaruh terhadap
keuntungan (Jati, 2010).
c. Sistem penataan gudang.
Sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem penataan obat
di gudang Standar sistem penataan obat adalah FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out).
d. Persentase nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak
Mencerminkan ketidaktepatan perencanaan dan atau kurang baiknya
sistem distribusi dan atau kurangnya pengamatan mutu dalam
penyimpanan obat dan atau terjadinya perubahan pola penyakit atau
pola peresepan oleh dokter. Persentase nilai obat yang kadaluarsa dan
atau rusak masih dapat diterima jika nilainya dibawah 1%.
e. Persentase stok mati
Stok mati atau biasa disebut stok obat adalah stok yang tidak
digunakan selama 3 bulan atau selama 3 bulan tidak terdapat transaksi.
Penyebabnya:
a) Tidak diresepkannya obat oleh dokter karena dokter memilih
obat lain.
b) Perubahan pola penyakit.
c) Dokter tidak taat terhadap formularium.
d) Kurang tepatnya perencanaan pengadaan obat.
Kerugian yang ditimbulkan akibat stok mati: perputaran uang yang
tidak lancar, kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan sehingga
menyebabkan obat kadaluarsa. Pengatasan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerugian: mengembalikan beberapa item obat kepada PBF.
f. Persentase stok kosong
Stok kosong adalah jumlah stok akhir obat sama dengan nol.
Permintaan tidak dapat terpenuhi jika persediaan stok obat didalam
gudang mengalami kekosongan. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya stok kosong:
(1) Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis.
(2) Hanya ada persediaan yang kecil untuk obat – obat tertentu (slow
moving).
(3) Barang yang dipesan belum datang.
(4) PBF mengalami kekosongan
(5) Pemesanannya ditunda oleh PBF

Anda mungkin juga menyukai