Anda di halaman 1dari 17

TUGAS UTS

ANALISA PENCEMARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO AKIBAT


LIMBAH INDUSTRI
Diajukan Sebagai Tugas UTS Semester 6 Mata Kuliah Teknik Lingkungan
dan AMDAL
yang Diampu Oleh Ibu Emma Yuliani, ST., MT., Ph.D

Disusun oleh :

Kelas A
Brigita Krisanti Wardono
( 175060400111029 )
Absen 16

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MARET
2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Air Sungai................................................................................................................3
2.2 Baku Mutu Air Sungai.....................................................................................................3
2.3 Pencemaran Air Sungai....................................................................................................4
2.4 Pencemaran Air Limbah Industri.....................................................................................5
2.5 Macam- macam Limbah Pabrik atau Industri..................................................................6
2.6 Dampak Pencemaran Air Limbah Industri pada Badan Sungai.......................................6
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................8
3.1 Pencemaran Sungai Bengawan Solo................................................................................8
3.2 Kualitas Fisik Air Sungai Bengawan Solo.......................................................................8
3.3 Strategi Pengolahan Air Limbah Industri.......................................................................11
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang baik untuk kehidupan
flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk kebutuhan manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kehidupan. Sebagai sumber daya alam
maka kegiatan pengelolaan sumber daya air menjadi penting agar yang membutuhkan air
dapat mendapatkan akses yang sama baik dalam memenuhi kebutuhan pokoknya untuk air
minum dan sanitasi, maupun untuk memenuhi kebutuhan penghidupannya sebagai petani
untuk mengairi tanamannya serta untuk memproduksi berbagai produk seperti deterjen,
kain, dan produk lainnya yang proses produksinya memerlukan air. Oleh karena banyak
yang membutuhkan air maka bukan tidak mungkin air di muka bumi ini akan tidak
mencukupi karena keberadaannya terbatas.
Sumber daya air yang meliputi air permukaan dan air tanah selalu mengalami dua
permasalahan utama, yakni rendahnya kuantitas dan kualitas. Peningkatan kebutuhan
hidup serta perkembangan wilayah yang disertai dengan berdirinya kawasan-kawasan
industri baru, semakin menambah intensitas dan kompleksitas dari permasalahan sumber
daya air. Kemajuan bidang industri bukannya tanpa akibat samping yang dapat merugikan
kita sendiri. Dari pabrik-pabrik tersebut ternyata telah mengeluarkan bahan buangan, baik
gas, padatan, maupun cairan yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan, karena
umumnya limbah tersebut belum, atau bahkan tidak diolah dulu sebelum masuk
lingkungan lain (Alif Noor Anna, 1991).
Ada beberapa sebab mengapa pabrik industri tidak mengolah limbahnya, karena biaya
pengolahan limbah yang cukup mahal. Slamet Riyadi (1984) mengatakan pengolahan ini
memerlukan biaya sekitar 200% sampai 300% dari investasi untuk mendirikannya.
Penelitian Direktorat Jenderal Industri Tekstil yang mengirimkan daftar pertanyaan tertulis
sebanyak 1.103 buah yang dikembalikan hanya 224 buah. Dari jumlah tersebut ternyata
hanya 28 buah industri yang mengadakan pengolahan limbahnya, atau hanya 12% dari
jumlah perusahaan tersebut (Alwi Dahlan, 1979:52).
Pengaruh pembuangan limbah industri yang dibuang begitu saja, ternyata telah
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kasus pencemaran lingkungan banyak terjadi
terutama pada Pulau Jawa, misalnya pencemaran air limbah pada Sungai

1
Bengawan Solo akibat buangan produksi industri Kecamatan Kebakkramat,
Kabupaten Karanganyar. Kasus pencemaran tersebut sebagai contoh kejadian pencemaran
yang terjadi di sungai.
Masalah pencemaran air sungai diangkat dan dilatar belakangi oleh beberapa hal.
Yaitu masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan air sungai sebagai
kebutuhan rumah tangganya (domestic use) seperti mandi, cuci dan kakus (MCK). yang
tidak kalah penting adanya kenyataan bahwa sungai merupakan saslah satu sumber utama
di samping air hujan dan air tanah. Air sungai mempunyai peranan yang beraneka seperti
untuk perikanan, irigasi, dan sumber bahan baku PAM.
Oleh karenya bila saat ini air sungai digunakan untuk pembuangan limbah industri,
maka akan membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Sebab kualitas air sungai
akan turun bahkan air sungai dapat tercemar bila limbah dalam konsentrasi yang cukup
tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pencemaran air pada Sungai Bengawan Solo?
2. Bagaimana tindakan preventif dan solusi yang diterapkan untuk mengatasi
pencemaran pada Sungai Bengawan Solo ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Menganalisa pencemaran air pada Sungai Bengawan Solo.
2. Mengetahui tindakan preventif dan solusi yang diterapkan untuk mengatasi
pencemaran pada Sungai Bengawan Solo.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Sungai


Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber air minum dan juga
pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “sungai banyak digunakan untuk keperluan
manusia seperti tempat penampungan air, sarana transportasi, pengairan sawah, keperluan
peternakan, keperluan industri, perumahan, daerah tangkapan air, pengendali banjir,
ketersedian air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi”
(Hendrawan 2005).
Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai
fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi sungai yaitu sebagai
sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi, peikanan dan lain sebagainya.
Aktivitas manusia inilah yang menyebabkan sungai menjadi rentan terhadap pencemaran
air. Begitu pula pertumbuhan industri dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
(Soemarwoto, 2003).
Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan yaitu hulu, hilir dan muara sungai.
Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan kualitas air, yaitu :
 Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai variasi
kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan biologis lebih rendah.
 Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga kandungan
kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada umumnya diperlukan
pengolahan secara lengkap.
 Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus
air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan terlarut,
lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air sangat keruh.

2.2 Baku Mutu Air Sungai


Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditoleransi
keberadaannya di dalam air, sedangkan kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai
masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang
menetapkan mutu air ke dalam empat kelas, yaitu:
1. Kelas satu, peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana kegiatan
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
3. Kelas tiga, peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Pembagian kelas ini didasarkan pada tingkatan baiknya mutu air berdasarkan
kemungkinan penggunaannya bagi suatu peruntukan air. Peruntukan lain yang dimaksud
dalam kriteria kelas air di atas, misalnya kegunaan air untuk proses produksi dan
pembangkit tenaga listrik, asalkan kegunaan tersebut dapat menggunakan air sebagaimana
kriteria mutu air dari kelas yang dimaksud.

2.3 Pencemaran Air Sungai


Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Komponen pencemaran air ini dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan Buangan Padat Bahan buangan padat merupakan bahan buangan yang
berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).
2. Bahan Buangan Organik Pada umumnya merupakan limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme.
3. Bahan Buangan Anorganik Pada umumnya merupakan limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan ini masuk
ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan
buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur
logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air Raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel
(Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co) dan lainnya.
4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan Sebenarnya bahan buangan olahan bahan
makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok bahan buangan organik, namun
dalam hal ini sengaja dipisahkan karena bahan buangan olahan bahan makanan seringkali
menimbulkan bau busuk (Wardhana, 2004).

2.4 Pencemaran Air Limbah Industri


Air limbah industri merupakan sumber utama pencemaran badan air di daerah
perkotaan. Pencemaran oleh industri, diperkirakan kontribusi pencemaran organik limbah
industri pada badan air secara ratarata adalah 25-50%. Program upaya untuk menurunkan
pencemaran oleh buangan limbah industri belum dapat mencapai tujuan karena adanya
kelemahan pada kemampuan pemerintah untuk memantau buangan limbah industri, dan
menerapkan baku mutu air limbah. Selain juga adanya kelemahan kemampuan indsutri
untuk merancang dan mengoperasikan sistem pengolahan limbah. Keberadaan industri
kecil dengan jumlah yang banyak dan bercampur dengan perumahan juga menjadi
tambahan dalam hal pemantauan dan penerapan baku mutu limbah industri jenis ini tidak
mempunyai kemampuan teknis maupun pendanaan untuk membangun instalasi pengolahan
air limbah.
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dan dibuang secara terus menerus akan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan, baik pada di daerah penghasil
limbah maupun diluarnya. Selain limbah domestik, meningkatnya jumlah industri akan
mengakibatkan akan semakin memperberat masalah lingkungan.
Ada tiga pola yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Pertumbuhan Sektor Industri. Dengan semakin mengandalkan sektor industri untuk
menopang pertumbuhan ekonomi maka, nilai tambah dari “manufakturing” diperkirakan
akan berlipat 13 kali dan limbah yang dihasilkan berlipat 10 kali.16
b. Distribusi spasial dari pertumbuhan industri tersebut. Industri akan lebih banyak
berlokasi di propinsi yang padat di Jawa.
c. Adanya pergeseran jenis industri dari sektor pengolahan bahan baku ke sektor
asembling. Walaupun hal ini akan mengurangi intensitas polutan tradisional, tetapi polutan
yang bersifat bioakumulatif dan toksis sebaliknya akan meningkat.
2.5 Macam- macam Limbah Pabrik atau Industri
Macam- macam limbah industri atau limbah pabrik adalah sebagai berikut:
1. Limbah cair
Limbah pabrik cair merupakan sisa- sisa produksi dari pabrik yang bentuknya cair.
Biasanya limbah pabrik cair ini akan dibuang langsung ke saluran air seperti selokan, kali
bahkan lautan. Limbah cair ini sifatnya ada yang berbahaya dan ada pula yang dapat
dinetralisir secara cepat.
Limbah pabrik berbahaya yang dibuang langsung ke saluran seperti kali, laut,
maupun selokan tanpa dinetralisir terlebih dahulu pada akhirnya akan mencemari saluran-
saluran tersebut sehingga akan menyebabkan ekosistem air menjadi rusak, bahkan banyak
makhluk hidup yang akan mati dibuatnya. Contoh limbah cair dari pabrik ini antara lain
adalah sisa pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah tempe, limbah tahu,
kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, serta sisa- sisa bahan kimia lainnya.
2. Limbah padat
Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi
yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan,
ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri, serta dari tempat- tempat
umum. Limbah padat seperti ini apabila dibuang di dalam air pastinya akan mencemari air
tersebut dan dapat menyebabkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya akan mati.
Sementara apabila dibuang di wilayah daratan tanpa adanya proses pengolahan,
maka akan mencemari tanah di wilayah tersebut. Beberapa contoh dari limbah pabrik padat
antara lain adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur- bubur
sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain sebagainya.
3. Limbah gas
Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada umumnya
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi.
Limbah gas ini tentu saja berbentuk gas. Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik
gas ini biasanya mencemari udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah
kebocoran gas, pembakaran  pabrik, asap pabrik sisa produksi dan lain sebagainya.

2.6 Dampak Pencemaran Air Limbah Industri pada Badan Sungai


Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah
industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat
dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem air sungai dan
lainnya. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air sungai akibat air limbah industri
yaitu mengganggu kesehatan dan merusak estetika lingkungan.
1. Dampak terhadap kesehatan Peran air sebagai pembawa penyakit menular
bermacam-macam antara lain: sebagai media untuk hidup mikroba patogen, sebagai sarang
insekta penyebar penyakit dan jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia tak
dapat membersihkan diri.
2. Dampak terhadap estetika lingkungan Dengan semakin banyaknya zat organik yang
dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang
biasanya ditandai dengan bau menyengat disamping tumbukan yang dapat mengurangi
estetika lingkungan. Selain bau, limbah juga menyebabkan tempat sekitanya menjadi licin,
sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat
banyak. Hal tersebut dapat mengurangi estetika lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pencemaran Sungai Bengawan Solo


Aktivitas industri di Kecamatan Kebakkramat yang menghasilkan limbah cair pada
umumnya mengalirkan air limbahnya ke aliran sungai. Adapun sungai yang tercemar oleh
buangan limbah aktivitas industri di Kecamatan Kebakkramat adalah Sungai Bengawan
Solo. Dari kondisi fisiknya, air Sungai Bengawan Solo berwarna kehitaman dan berbau
busuk, bahkan dalam waktu beberapa hari tidak mengalami hujan dan debit air dalam
keadaan normal, bau busuk yang muncul dan warna air yang kehitaman tersebar dalam
jarak yang cukup jauh.
Atas dasar permasalahan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
menanggulangi pencemaran yang terjadi, salah satunya adalah dengan pengelolaan sumber
daya air. Hefni Effendi (2003) mengemukakan bahwa pengelolaan sumberdaya air sangat
penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan, salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan
interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi.
Dengan pemantauan dan interpretasi data kualitas air, maka dapat diketahui dengan
pasti, intensitas pengaruh pencemaran oleh aktivitas industri terhadap kondisi kualitas air
Sungai Bengawan Solo, serta kemampuan alamiah aliran air sungai dalam menanggulangi
pencemaran. Selain itu, dapat dilakukan kegiatan evaluasi lanjutan yang bertujuan untuk
menjaga 2 kelestarian lingkungan, khususnya sumberdaya air sungai.

3.2 Kualitas Fisik Air Sungai Bengawan Solo


Analisa kualitas air secara fisik meliputi beberapa parameter, yakni warna, bau,
temperatur/suhu, dan TSS. Tidak semua parameter fisik dilakukan analisa secara langsung
di lapangan, seperti kadar TTS yang diuji di laboratorium, karena sifatnya yang kasat mata,
sehingga perlu dikaji secara spesifik di laboratorium.
1. Warna
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta
bahan-bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan
oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman (Peavy et al., 1985,
dalam Hefni Effendi, 2003). Kondisi Sungai Bengawan Solo sendiri berwarna hitam yang
mana disebabkan oleh air limbah industri.

Gambar 3.1 Aliran Bengawan Solo, yang berubah coklat kehitaman


Sumber : Kompas.com/Hamzah Arfah

2. Bau
Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Limbah cair industri
berpotensi mengandung senyawa berbau ataupun senyawa yang potensial menghasilkan
bau selama proses pengolahan limbah cair (Asmadi dan Suharno, 2012). Kondisi Sungai
Bengawan Solo sendiri bau busuk sangat menyengat, yang menandakan bahwa telah
terjadi pemasukan bahan pencemar yang menyebabkan adanya reaksi pelepasan gas, baik
yang berasal dari proses dekomposisi, oksidasi, maupun gas dari kandungan senyawa
kimia dari limbah itu sendiri.
3. Temperatur
Temperatur/Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran, serta
kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan
biologi badan air (Hefni Effendi, 2003). Temperatur pada Sungai Bengawan Solo sendiri
sekitar 31℃ yang mana suhu ini terjadi saat pencemaran limbah industri.
4. Padatan Tersuspensi Total/TSS
Padatan tersuspensi total/TSS merupakan jumlah berat dalam mg/liter kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987). Konsentrasi rata-rata TSS pada Sungai
Bengawan Solo adalah 35 mg/liter yang mana ini menunjukkan bahwa sungai tercemar.
5. Derajat Keasaman/pH
Kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan kehidupan
biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral (pH 7)
(Sugiharto, 1987). pH pada Bengawan Solo berkisar 6,8 - 7,2 yang mana ini
memungkinkan bagi mikroorganisme berfungsi dalam mendekomposir beban polutan
untuk dapat hidup.
6. Oksigen Terlarut/DO
Oksigen terlarut/DO merupakan banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air
dan diukur dalam satuan miligram per liter. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai
tanda derajat pengotoran limbah yang ada (Sugiharto, 1987). Kandungan DO pada Sungai
Bengawan Solo mencapai 3,2 mg/liter yang mana disebabkan tercampurnya beban polutan
dari pabrik industri.
7. Kebutuhan Oksigen Biologi/BOD
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air (Fardiaz, 1992).
Kandungan BOD pada Sungai Bengawan Solo mencapai 49,1 mg/liter yang menunjukkan
telah terjadi peningkatan reaksi mikroorganisme terhadap bahan organik dari air limbah
yang masuk ke aliran sungai.
8. Kebutuhan Oksigen Kimia/COD
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD), menggambarkan jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis (biodegradable), maupun yang sukar didegradasi secara
biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O (Boyd, 1988 dalam Hefni Effendi,
2003). Kadar COD pada Sungai Bengawan Solo berada pada konsentrasi yang tinggi,
sehingga proses dekomposisi secara biologis tidak mampu untuk mengurangi beban
pencemar yang masuk ke aliran air sungai.
9. Sulfida (H2S)
Sulfida (H2S) merupakan sulfur dalam bentuk gas yang biasa ditemukan di
atmosfer (Hefni Effendi, 2003). Kadar sulfida sebagai ion utama (major ion) dalam
perairan, memberikan indikasi adanya pelepasan gas dari aktivitas oksidasi bakteri anaerob
di dalam air, yang ditandai dengan munculnya bau yang kurang sedap.

Gambar 3.2 Kondisi Pencemaran Sungai Bengawan Solo yang Berwarna Hitam Pekat di
Wilayah Kecamtan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah
Sumber : Dokumen PDAM Tirta Amerta Blora

3.3 Strategi Pengolahan Air Limbah Industri


Dalam hal pengolahan limbah industri, pada saat ini tidak terdapat data yang cukup
untuk memperkirakan persentasi limbah industri yang diolah. Namun, diperkirakan 25-
50% dari beban organik di sungai berasal dari industri besar. Bila tidak ditanggulangi akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan mansuia.
Pada tahun 1989, PROKASIH (Program Kali Bersih) dilahirkan untuk
mengembangkan kebijakan tentang pembuangan limbah industri. Perusahaan diharuskan
melakukan pengolahan dengan ancaman pencabutan izin usaha bila pengolahan tersebut
tidak dilakukan. Usaha pertama difokuskan kepada pencemaran industri sebesar 50%
dalam 2 tahun.
Target penurunan beban pencemaran belum tercapai karena masih terdapatnya
kelemahan dalam kemampuan pemerintah untuk memaksa industri menaati peraturan,
selain juga adanya kelemahan dan kurangnya kemampuan industri itu sendiri dalam
merancang dan mengoperasikan instalasi pengolahan limbah. Adanya industri rumah
tangga menimbulkan permasalahan sendiri dalam penataan dan pemantauan dari
pengolahan dan pembuangan limbah.
Pada masa yang akan datang, dengan diandalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada sektor industri, maka beban pencemaran akibat limbah industri juga akan semakin
meningkat. Bila praktek pengolahan limbah tidak banyak berubah, maka diperkirakan
polutan tradisional (BOD dan padatan tersuspensi) yang dibuang ke lingkungan di Jawa
akan meningkatkan enam kali di daerah perkotaan dan sepuluh kali di daerah pedesaan
pada tahun 2020. Di luar Jawa, peningkatan ini diperkirakan masing-masing sepuluh kali
dan dua belas kali di daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu juga akan terdapat
perubahan karakter pencemaran dengan adanya pergeseran di sektor manfaktur, dari
pemrosesan bahan baku menjadi asembli yang mengakibatkan peningkatan pencemaran
akibat logam-logam bio-akumulatif.
Langkah dan tindakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan air limbah yang
berwawasan lingkungan seyogyanya diarahkan sebagai berikut:
1. Semua limbah harus sudah diolah sampai ketingkat yang memenuhi baku mutu limbah,
baku mutu lingkungan, baik air, tanah dan udara.
2. Menyusun baku mutu limbah untuk jenis industri dan kegiatan yang belum mempunyai
baku mutu.
3. Mengembangkan dan melaksanakan izin jenis pembuangan (disharge permit) yang
berdasarkan atas baku mutu limbah dengan menyertakan sistem penalti dan insentif untuk
mendorong minimasi air limbah.
4. Memasukkan tujuan perlindungan kualitas lingkungan setempat dan prinsip-prinsip daya
dukung lingkungan dalam pengembangan izin pembuangan.
5. Melengkapi usaha penataan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh pemerintah
yang mengandalkan kekuatan dari budaya malu. Penggunaan budaya malu ini dapat
dilakukan melalui media dan enviromental compliance rating.
6. Memberikan bantuan teknis dan manajemen kepada kegiatan pengendalian produksi dan
pengolahan limbah.
7. Mendorong menaufaktur untuk memproduksi peralatan pengendalian pencemaran
berteknologi tinggi lecensi dari manufaktur utama.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan tingginya pencemaran yang terjadi di Sungai Bengawan Solo lintas
Kecamatan Kebakkramat, maka perlu ditingkatkan kualitas sistem pengelolaan limbah
(IPAL), khususnya bagi industri yang membuang limbah cair ke aliran sungai. Selain itu,
diperlukan juga peran instansi terkait untuk lebih intensif dalam memonitoring kualitas air
Sungai Bengawan Solo, sebagai pendukung kelestarian lingkungan sungai yang
berkelanjutan.
2. Untuk mengidentifikasi dampak limbah terhadap kehidupan manusia, diperlukan
kajian kualitas air yang lebih spesifik, khususnya pada parameter-parameter yang dari segi
tingkat bahaya dan toksisitasnya lebih tinggi, seperti halnya logam berat dan bukan hanya
kajian mengenai pengaruh pencemaran terhadap lingkungan secara alamiah saja, guna
mendapatkan analisa dampak pencemaran yang lebih spesifik dan tajam.
3. Untuk mengurangi intensitas pencemaran air sungai yang cukup tinggi di musim
kemarau, setidaknya dapat direduksi dengan melakukan sistem pembuangan limbah secara
berkala, mengingat kondisi debit volume air sungai yang minim di saat kemarau, sehingga
dengan melakukan pembuangan limbah secara berkala, setidaknya dapat memberikan
kesempatan bagi aliran sungai untuk menetralisir bahan pencemar yang masuk ke badan
air.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Kemelut Sumberdaya Air: Menggugat Privatisasi Sumberdaya Air di


Indonesia, Lapera Pustaka Utama dan Kruha, Jakarta.
Noor Anna, Alif. (1991). Air Limbah Industri Permasalahan dan Penanggulangannya.
Forum Geografi, No. 08, Tahun V/Juli 1991.
Ramadhani, Endi. (2016). Analisa Pencemaran Kualitas Air Sungai Bengawan Solo
Akibat Limbah Industri di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Supraptini. (2002). Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan di Indonesia.
Media Litbang Kesehatan Volume XII Nomor 2 Tahun 2002.
Suprayitno, Budi. (2000). Pengelolaan Air Limbah yang Berwawasan Lingkungan
Suatu Strategi dan Langkah Penanganannya. Jurnal Teknologi Lingkungan,
Vol.1, No.1, Januari 2000: 17-26.
https://regional.kompas.com/read/2019/12/10/16104431/4-fakta-pencemaran-bengawan-
solo-ikan-mati-hingga-pemerintah-dan-polisi?page=all diakses pada 19 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai

  • Oke
    Oke
    Dokumen6 halaman
    Oke
    Brigita
    Belum ada peringkat
  • Beton 21
    Beton 21
    Dokumen1 halaman
    Beton 21
    Brigita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Amdal
    Tugas Amdal
    Dokumen23 halaman
    Tugas Amdal
    Brigita
    Belum ada peringkat
  • Beton
    Beton
    Dokumen3 halaman
    Beton
    Brigita
    Belum ada peringkat