1. SUSYANTI TRI UTAMI. (2018). PERAN KEPEMIMPINAN, KUALITAS PELAYANAN PETUGAS
PEMUNGUT PAJAK, DAN MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN. Jurnal Kiat Bisnis, 6 (4): 318-345. Kualitas pelayanan para perangkat desa atau petugas pemungut pajak yang berada dalam pemerintahan desa mampu memberikan pengaruh kepada wajib pajak untuk meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak bumi dan bangunan sebelum jatuh tempo. Pemberian motivasi bagi para wajib pajak mampu meningkatkan tingkat kepatuhan warga desa dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Resmi, Siti, Perpajakan : Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 6. Salemba Empat, 2011. Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri. 3. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi XVI. Yogyakarta: Andi. Pajak dan Bangunan (PBB) memiliki dasar hukum antara lain Undang Undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994, Keputusan Menteri Keuangan No. 523 /KMK.01/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak, UU No. 6 Tahun 1983 diperbaharui dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. 4. Soemitro, Rochmat. 1990. Pajak Penghasilan., Bandung: Eresco Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tangen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven). 5. Budi R, Ikhsan. 2007. “Kajian Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Akuntansi ,Manajemen Bisnis san Sektor Publik. Vol. 3. (Juni). No. 3: 288-310. Budi R (2007) melakukan kajian terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yang ada di wilayah Kota Surabaya. Hasil penelitian berdasarkan uji secara simultan faktor kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan, filsafat negara dan tingkat pendidikan WP secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan dalam membayar pajak. 6. Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang)”. Tesis Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan (Jatmiko, 2006). 7. Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU Terbaru. Cetakan Pertama. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Beberapa kondisi atau indikator yang mempengaruhi rendahnya kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajiban pajak antara lain jumlah WP terdaftar masih rendah bila dibandingkan dengan potensi yang ada. 8. Rustiyaningsih, Sri. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”. Widya Warta. (Juli). Tahun XXXV. No.02: 44-54. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak (WP), antara lain : Pemahaman terhadap sistem self assessment. 9. Supriyati dan Nur Hidayati. 2008. “Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Akuntansi dan Teknologi Informasi. Vol. 7. (Mei). No. 1: 41-50. Supriyati dan Nur Hidayati (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak (WP) terhadap kepatuhan WP. Hasil penelitian Supriyati dan Nur Hidayati (2008) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan WP, sedangkan variabel persepsi WP terhadap petugas pajak dan kriteria WP patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan WP. 10. Pranoto, Ayub Torry Satriyo Kusumo. (2016). REFORMASI BIROKRASI PERPAJAKAN SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN NEGARA DARI SEKTOR PAJAK. Jurnal Reformasi Birokrasi Perpajakan. Yustisia, Vol. 5 No. 2 Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tangen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven). Kepatuhan perpajakan yakni suatu keadaan wajib pajak (WP) memenuhi semua kewajiban dan hak perpajakannya antara lain membayar sebelum batas waktunya. Pembagian pajak : • Pembagian menurut administrasi yuridis terdiri atas pajak langsung (pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak) dan pajak tidak langsung (suatu pajak yang dipungut sekali ketika apa yang dikendaki undang- undang dipenuhi). • Pembagian menurut sifatnya terdiri atas : Pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk), yaitu pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada diri orangnya (pribadi) dan Pajak Objektif (pajak yang bersifat kebendaan atau pemungutannya berpangkal pada objeknya. • Pembagian berdasarkan titik tolak pungutannya, yang terdiri atas: Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaanya berpangkal pada orang atau badan yang dikenai pajak (wajib pajak). Dan Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada objek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari subjeknya. • Pembagian berdasarkan lembaga pemungutannya (kewenangan memungut) yang terdiri dari : Pajak negara atau pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, yang penyelenggaraan pemungutannya di daerah-daerah dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak setempat dan Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik tingkat Propinsi yang hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Tujuan pajak itu mempunyai hubungan erat dengan tujuan negara, dan bersumber dan berakar pada tujuan masyarakat, yaitu suatu cita-cita hidup yang tumbuh dan terkandung di dalam masyarakat untuk dicapai dan direalisasi oleh negara sebagai alat perjuangan dan organisasi masyarakat yang tertinggi. Fungsi pajak pada umumnya dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu : fungsi budgetair yaitu tujuan primernya untuk mengisi kas negara dan fungsi Regulerend yaitu pajak digunakan mengatur berbagai macam kebijakan dalam membentuk kemakmuran masyarakat melalui pajak-pajak. Asas-Asas Pemungutan Pajak : • Equality atau persamaan artinya, tidak boleh ada diskriminasi dalam pemungutan pajak • Certainly atau kepastian yaitu kepastian yang berhubungan dengan hokum dan bukan arti kepastian yang didasarkan kepada kesewenang-wenangan. • Convenience of payment artinya pajak harus dipungut dari wajib pajak pada waktu setepat-tepatnya • Economic in collection artinya pajak harus dipungut dengan biaya serendah-rendahnya Syarat mutlak menuju kemandirian bangsa adalah dengan meningkatkan peran serta aktif seluruh masyarakat melalui pembayaran pajak. Salah satu usaha meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah melalui implementasi good governance sehingga mampu memberikan pelayanan prima di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Good governance dan pelayanan prima dapat dicapai dengan modernisasi yang dilakukan secara komprehensif dan simultan hingga menyentuh instrument perpajakan lainnya seperti sistem, institusi, pelayanan kepada masyarakat wajib pajak, pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Hal yang tidak kalah penting dalam menunjang pelayanan prima adalah moral, etika, dan integritas petugas pajak.