Anda di halaman 1dari 37

ASKEP PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12

SARINI 201901157
RUSMAWATI 201901156
AZIZ ANANG 201901132
ANNI LINUS 201901129

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU


TAHUN 2018/2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Tinjauan Teoritis 5
1. Defenisi 5
2. Etiologi 5
3. Patofisiologi 7
4. Manifestasi Klinis 8
5. Pemeriksaan Penunjang 8
6. Penatalaksanaan 9
7. Komplikasi 11
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan 11
1. Pengkajian 11
2. Pathway 20
3. Diagnosa Keperawatan 21
4. Intervensi 22
5. Implementasi 35
BAB III PENUTUP 36

A. Kesimpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan psikologi sering kali terjadi pada seseorang tanpa mengenal usia, baik itu
anak-anak maupun dewasa. Semua orang berkemungkinan mengalami gangguan psikologis
tidak terkecuali gangguan psikologis yang dialami oleh anak-anak. Gangguan psikologis
yang anak-anak alami merupakan suatu gangguan psikologis yang muncul sangat awal pada
masa kanak-kanak.Gangguan psikologis yang anak-anak alami menjadi suatu bentuk
kekhawatiran terbesar bagi semua orang tua. Gangguan psikologis pada anak akan menjadi
beban emosional bagi orang tua yang kemungkinan akan ditanggung sepanjang hidup apabila
gangguan tersebut terus berlangsung pada anak (Halgni & susan;2010). Masalah gangguan
psikologis yang terjadi pada anak sering kali terjadi pada usia sekolah, dimana kondisi ini
dicetuskan oleh masalah ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan
sekolahnya yang baru.Dalam hal ini,anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik
dilingkungannya, sehingga anak menunjukan suatu bentuk perilaku menyimpang yang tidak
sesuai dan tidak diharapkan oleh lngkungannya.
Salah satu gangguan psikologi yang banyak dialami oleh ank-anak yaitu ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) (Hurlock,2010). ADHD merupakan gangguan
psikologi yang menggangu proses pemusatan dan perhatian dalam penyesuaian dirinya dan
lingkungannya yang disertai dengan hiperaktif dari setiap perilaku anak
(Ridwan,2013).Selekta MC ,2013 menyatakan bahwa ADHD juga merupakan ganngguan
perilaku yang sering terdiagnosis pada anak dan juga remaja yang ditandai dengan perilaku
hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kemampuan
dalam mengumpulkan perhatiannya. Saat ini kita telah banyak menemukan kasus ADHD
dalam masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan anak dan remaja. Menurut
Pliszka.2007dalam selekta MC mengemukakan bahwa prevalensi ADHD pada anak sekolah
mencapai 8-10% jumlahnya, sehingga kondisi inilah yang menunjukan bahwa gangguan
perilaku ADHD paling umum terjadi pada masa kanak-kanak didunia sekolah. Bahkan
terdapat hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 40-50 % kasus ADHD yang dialami anak

3
apabila tidak segera mendapatkan suatu intervensi atau penanganan maka akan menetap
hingga mereka berusia remaja bahkan dewasa.Kondisi ADHD ini dapat memberikan dampak
lebih besar,yaitu dapat berupa penyimpangan kenakalan remaja,gangguan anti sosial,bahkan
keterlibatan dengan penggunaan narkoba dan psikotropika.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan penyebab dan bagaimana perlakuan
serta penanggulangan bagi perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
terhadap anak berkebutuhan khusus dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Defenisi
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (sulit
memusatkan perhatian). Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil diotak), Minimal
Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak
bergerak/aktif),dan hyperactive (hiperaktif). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) juga dapat didefenisikan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi
pada anak-anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering
berpengaruh pada anak-anak usia sekolah dan merupakan gangguan mental yang sering
ditemukan pada anak-anak.
ADHD (singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai
menunjukan banyak masalah ketika SD kerena dituntut untuk memperhatikan pelajaran
dengan teneng, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman
sebaya sesuai aturan (Ginanjar ,2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak
lazim dan cenderung berlebihan.ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah,
tidak bisa diam tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang
tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan dan suka membuat keributan.
2. Etiologi
Menurut Ridwan (2013) menyatakan bahwa banyak penelitian yang masih belum
dapat menjelaskan secara tepat penyebab dari terjadinya ADHD secara pasti. Namun,
ada dua hal yang pasti yang dapat dikategorikan sebagai penyebab dari timbulnya
masalah gangguan psikologis ADHD yaitu diturunkan (hereditari) dan gangguan dari

5
perbedaan irama otak. Berikut penjabaran terkait dengan penyebab dari gangguan
ADHD pada anak:
a. Kondisi diturunkan (Hereditary)
Pada umumnya orang tua yang mengalami gangguan psikologi ADHD cenderung
akan menurunkan sifat genetiknya kepada anaknya, dimana anak dengan orang tua
ADHD akan lebih beresiko mengalami gangguan ADHD.
b. Kesulitan menemukan irama yang tepat ada otak.
Disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
1) Neuropsikologi
Impulsifitas yang dialami sebagai tanda dan gejala anak gaengan gangguan
ADHD ini akan mengalami kesulitan dalam memberikan atensi atau perrhatian
terhadap sesuatu kondisi atau keadaan sehingga impulsivitas akan terjadi dan
dilakukan oleh anak tersebut.
2) Pengukuran aktivitas
Seperti yang diketahui bersama, bahwa anak dengan ADHD dari segi
aktivitasnya dia sangat over aktif. Dimana kondisi yang seharusnya diam,
mereka justru sangat aktif dan tidak bisa diam. Kondisi ini terjadi karena
mereka tidak mampu melakukan self monitoring atau mengendalikan diri
mereka untuk bergerak dan beraktifitas
3) Bergerak dan beraktifitas.
Penyebab ini lebih pada masalah gangguan pada sistem anatomis dan kimiawi
dari sistem saraf pusat yaitu otak.dimana keseimbangan hormondan zat kimia
lainnya seperti contoh hormon adrenalin dan dopamin yang tidak seimbangan
membuat mereka selalu terstimulus untuk melakukan suatu bentuk aktifitas
c. Faktor perinatal dan paranatal
Anak lahir dengan riwayat BBLR kemungkinan terjadi perlambatan pertumbuhan
dan kematangan fungsi otak juga sangat besar sehingga kemungkinan untuk
terjadu ADHD sangat besar
d. Lingkungan
Keracunan zat-zat kimia yang berasal dari lingkunga yang mengkontaminasi anak
juga berpotensi basar merusak sel sistem saraf pusat sehingga organ saraf

6
mengalami gangguan yang berdampak pada ketidakseimbangan fungsi secara
normal.
e. Dinamika keluarga
Teori ini menunjukan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai
cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.Kemungkinan iritabilitas
impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu DHD dari saat lahir reaksi
orang tua cenderung menguat dan karenanya, mempertahankan atau meningkatkan
intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system keluarga, masalah
perkawinan dan lain sebagainya,dan dapat juga memberkontribusi pada gejala
gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak, terhadap buruk keadaan
tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif atau menjadi putus asa dan
tidak memberi struktur eksternal.
3. Patofisiologi
Patofisiologi ADHD belum diketahui.tidak satupun faktor yang bisa dikatakan
sebagai penyebab tunggal, maka ADHD dipahami sebagai suatu keadaan proses
perkembangan otak yang kompleks, biasannya faktor umum penyebab ADHD adalah
genetic, prenatal dan perinatal, proses kimia di otak, stressor psikososial dalam keluarga
dan lingkungan, struktur otak dan abnormalitas fungsi otak
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang
hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang
telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam
susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana
yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial
yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan,
lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan
serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta

7
penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih
baik.
4. Manifestasi klinis
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD mempunyai ciri-ciri antara lain :
a. Inatensi
Merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu bertahan untuk
berkonsentrasi terhadap sesuatu. Kondisi ini akan terus membuat seseorang
mengalami kemudahan dalam beralih konsentrasi dan perhatian.
Contoh perilaku inatensi
1) Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil
2) Mudah sekali beralih perhatiam
3) Sulit berkonsentrasi pada suatu aktivitas.
b. Hiperaktivitas
1) Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah
2) Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika dimintai untuk duduk atau diam.
3) Terus gelisah atau mengeliat.
c. Impulsif
1) Berbicara terus sekalipun pada saat yang tidak tepat.
2) Suit menunggu giliran
3) Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.
4) Secara impilsif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
5) Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan
6) Tampak tidak mendengar, sekalipun diajak berbicara secara langsug.
5. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan
jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi
yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG
yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian
tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.

8
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan
melalui oabat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial
antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-
vitamin tertentu (Delphie,2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
1) Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi,
Intervensi :
 pantau supresi nafsu makan yang turun,
 pantau kelambatan pertumbuhan
 berikan obat setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
2) Dekstroamfetami (Dexedrine), Amfetamin (Adderal)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi.
Intervensi : Pantau adanya insomnia,berikan setelah makan untuk mengurangi
efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
3) Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam suatu dosis harian.
Intervensi : pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan,dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terdapat beberapa terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan pada anak dangan
kondisi ADHD ,yaitu :
1) Psikoedukasi
Karena semakin banyak penderita ADHD saat ini, membuat kondisi ini perlu
adanya penanggulangan berdasarkan faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan kondisi ini. Oleh karena itulah terapi psikoedukasi inilah

9
dikembangkan untuk mencegah dan memahami dengan tepat bagaimana
pencegahan dan penanggulangan terhadap kondisi ADHD tersebut.
2) Terapi Psikologi
Terapi psikologi ini lebih menekankan pada penanganan dengan strategi
kognitif-perilaku. Terapi ini secara teknis akan dapat membantu klien dalam
mengubah perilaku dan pola pikir yang maladaptif yang mempengaruhi
kehidupan perilaku sehari-hari, terapi ini membutuhkan bantuan atau keterlibatan
dari berbagai pihak yang memiliki hubungan dengan klien atau individu seperti
guru, orang tua, keluarga, teman sebaya dan lainnya.
3) Perilaku Pengganti dan Pelatihan Manajemen diri
Terapi ini dilakukan untuk memberikan kesempatan membangun keterampilan
individu dalam mengatur dan menyatukan lebih banyak struktur dan rutinitas
dalam kehidupannya. Mengatur dan mendaftar semua kegiatan yang akan
dilakukan hari ini dengan sederhana dapat membuat individu ADHD lebih
terlatih untuk bertanggung jawab dan perhatian terhadap aktivitas yang telah
terdaftar untuk dilakukan.
4) Coacing
Intervensi ini merupakan suatu program yang baru digunakan dan
dikembangkan. Teknik ini membutuhkan seseorang tenaga konsultan profesional
yang membantu individu menemukan cara untuk menyelesaikan masalah melalui
suatu strategi yang pragmatis, pendekatan perilaku yang berprofesional pada
hasil.
5) Teknologi
Program personal digital assistant (PDA) merupakan suatu alat yang digunakan
untuk membantu individu ADHD dalam berkomunikasi lebih efektif, menulis,
mengeja, tetap teratur menjalankan jadwal hariannya, dan mengingat suatu
informasi.
6) Akomodasi
Akomodasi sekolah dapat dicari yang memfasilitasi anak untuk lebih
produktivitasnya meningkatan dengan meminimalisasikan gangguan,

10
menyediakan suatu suasana atau kundisi yang tenang, sehingga hasil aktivitas
anak lebih terstruktural dan hasil yang lebih baik.
7) Advokasi
Tidak semua orang memahami kondisi ADHD yang dialami oleh anak atau
seseorang. Oleh karena itu, advokasi dari beberapa pihak atau bahkan semua
pihak untuk memahami dan mengerti kondisi yang dialami anak dan lebih
bersikap untuk melindungi dan mendukung anak menemukan cara
menyelesaikan masalahnya didalam lingkungan sekitar.
7. Komplikasi
Gangguan ini mengacu pada kondisi dimana sulit bagi seorang individu untuk
mengendalikan respons spontan, respons yang mencakup berbagai hal seperti gerakan,
ucapan, dan perhatian. ADHD dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan di
antaranya :
a. Diagnosis sekunder : gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
b. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-
kata yang diungkapkan.
d. Cenderung lebih sering mengalami kecelakaan daripada yang tidak memiliki ADHD
e. Cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah
f. Sulit berinteraksi dengan maupun diterima oleh teman-teman sebayanya
g. Bertambahnya resiko penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan atau perilaku nakal
lainnya.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia
anak antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?

11
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau
bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang?
b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala
saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk
dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak

12
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada
orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di
alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan kepala
tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada
lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangsedang dipegang, mengambil objek
dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber suara,
tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan
kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal
yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa
jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran
orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki
jika sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan
berdiri sendiri)?

13
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih
benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu
mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan
papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan
spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya
dengan orang)?
4) Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu
tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai
melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian
anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba
memakai baju)?
5) Masa Prasekolah (Preschool)
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan
dan berjalan dengan bantuan)?

14
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari
lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat
kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan
suara yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai
bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan
orang-orang anggota keluarga dekat)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)?
6) Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman
sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence

15
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami
secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai
remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di
rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt
Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:
1) Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian
besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum

16
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya.
3) Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan
dan kemarahan.
4) Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.
5) Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.
6) Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk
dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

17
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
7) Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka
biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan
yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

18
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga
ada riwayat cedera fisik.

19
2. Pathway
Pathway ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Trauma kelahiran
Neurotransmitter dll
dopamine

Penurunan neurobiologis

Harga Diri Lobus frontal mengalami


Risiko Gangguan
Rendah penurunan fungsi Tumbuh Kembang

Merasa memiliki ADHD


Kekurangan

Perilaku
hiperaktivitas Sukar memerhatikan
Pengetahuan yang
kurang terhadap
penyakit
Risiko
cidera Gangguan Interaksi Sosial

Defisit Pengetahuan
Ketidakefektifan
Koping Individu Isolasi Sosial

Gangguan Pola Ansietas


Tidur

20
3. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara
lain :
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
c. Ketidakefektifan koping  individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran
anak.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
e. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan
anak yang tidak memuaskan.
f. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau
umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri.
g. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,
marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang perilaku anak,
kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jangka waktu
yang lama.
h. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang
informasi.

21
4. Perenanaan
Diagnosa Rencana Tujuan
No Rencana Tindakan Rasional
keperawatan Dan Kriteria Hasil
1 Harga diri rendah Tujuan : Mandiri : Mandiri
situasional Anak memperlihatkan 1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran 1.  Hal ini penting untuk pasien untuk
berhubungan perasaan-perasaan nilai yang akan dicapai adalah realistis. mencapai sesuatu, maka rencana untuk
dengan koping diri yang meningkat saat aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan
individu tidak pulang, dengan criteria untuk sukse adalah mungkin dan
efektif hasil : kesuksesan ini dapat meningkatkan
1.    Ekspresi verbal dari harga diri anak.
aspek-aspek positif 2. Sampaikan perhatian tanpa 2. Komunikasi dari pada penerimaan Anda
tentang diri, pencapaian persyaratan untuk pasien. terhadap anak sebagai makhluk hidup
masalalu dan prospek- yang berguna dapat meningkatkan harga
prospek masa depan diri.
2.    Mampu 3. Sediakan waktu bersama anak, 3. Hal ini untuk menyampaikan pada anak
mengungkapkan keduanya pada satu ke satu basis bahwa Anda merasa bahwa dia berharga
persepsi yang positif dan pada aktivitas-aktivitas untuk waktu Anda.
tentang diri kelompok.
3.    Anak berpartisipasi 4. Menemani anak dalam 4.Aspek positif yang dimiliki anak dapat
dalam aktivitas-aktivitas mengidentifikasi aspek-aspek mengembangkan rencana-rencana untuk
baru tanpa positif dari diri anak. merubah karakteristik yang dilihatnya
memperlihatkan rasa sebagai hal yang negatif.
takut yang ektrim 5. Bantu anak mengurangi 5. Memberikan bantuan yang positif untuk

22
terhadap kegagalan. penggunaan penyangkalan sebagai identifikasi amsalah dan pengembangan
suatu mekanisme bersikap dari perilaku-perilaku koping yang
membela. lebih adaptif. Penguatan positif
membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-
perilaku yang dapat diterima oleh
pasien.
6. Memberikan dorongan dan 6. Pengakuan dan pengyatan positif
dukungan kepada pasien dalam meningkatkan harga diri.
mengalami rasa takut terhadap 7. Pendekatan ini yang disebut shaping
kegagalan dengan mengikuti adalah prosedur perilaku ketika
aktivitas-aktivitas terapi dan pendekatan yang beturut-turut akan
melaksanakan tugas-tugas baru perilaku yang diinginkan, dikuatkan
dan berikan pengakuan tentang secara positid. Hal ini memungkinkan
kerja keras yang berhasil dengan untuk memberikan penghargaan kepada
penguatan positif untuk usaha- klien saat ia menunjukkan harapan
usaha yang dilakukan. yang sebenarnya secara bertahap.
7. Beri umpan balik positif kepada
klien jika melakukan perilaku yang
mendekati pencapaian tugas.

2. Risiko cedera Tujuan : Mandiri : Mandiri :


berhubungan Anak tidak akan 1. Observasi perilaku anak secara 1. Anak – anak pada resiko tinggi untuk

23
dengan melukai diri sendiri atau sering. Lakukan hal ini melalui melakukan pelanggaran memerlukan
hiperaktivitas orang lain dengan aktivitas sehari – hari dan interaksi pengamatan yang seksama untuk
dan perilaku kriteria hasil : untuk menghindari timbulnya rasa mecegahtndiak yang membahayakan
impulsif. 1. Darurat dipertahankan waspada dan kecugiaan. bagi diri sendiri atau orang lain.
pada tingkat di mana 2.Observasi perilaku–perilaku yang 2.  Pernyataan–pernyataan verbal seperti
pasien merasa tidak mengarah pada tindakan bunuh diri. “Saya akan bunuh diri,” atau “Tak lama
perlu melakukan ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan
regresi. diri karena saya” atau perilaku –
2.  Anak mencari staf perilaku non verbal seperti membagi –
untuk mendiskusikan bagikan barang – barang yang disenangi,
perasaan – perasaan alam perasaan berubah.Kebanyakan
yang sebenarnya. anak yang mencoba untuk bunuh diri
3. Anak mengetahui, telah menyampikan maksudnya baik
mengungkapkan dan secara verbal atau nonverbal.
menerima 3. Tentukan maksud dan alat – alat 3. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung
kemungkinan yang memungkinkan untuk bunuh menyeluruh dan mendekati adalah cocok
konsekuensi dari diri. Tanyakan “apakah anda untuk hal seperti ini. Anak yang
perilaku maladaptif memiliki rencana untuk bunuh memiliki rencana yang dapat digunakan
diri sendiri. diri?” dan “bagaimana rencana anda adalah beresiko lebih tinggi dari pada
untuk melakukannya?” yang tidak.
4. Dapatkan kontrak verbal atau 4. Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk
tertulis dari anak yang menyatakan bunuh diri dengan seseorang yang

24
persetujuannya untuk tidak dipercaya memberikan suatu derajat
mencelakakan diri sendiri dan perasaan lega pada anak. Suatu
menyetujui untuk menemukan staf perjanjian membuat permasalahan
pada kondisi dimana pemikiran menjadi terbuka dan menempatkan
kearah tersebut muncul. beberpa tanggung jawab untuk
keamanan dengan anal. Suatu sikap
menerima anak sebagai seseorang yang
patut diperhatikan telah disampaikan.
5. Bantu anak mengenali kapan 5.  Informasi tentang sumber tambahan dari
kemarahan terjadi dan untuk merahan, respon perilaku dan persepsia
menerima perasaan-perasaan anak terhadapa situasi ini harus dicatat.
tersebut sebagai miliknya sendiri. Diskusikan apapun data dengan anak
Apakah anak telah menyimpan anjurkan juga respon – respon perilaku
suatu: buku catatan kemarahan alternatif yang diidentifikasi sebagai
“dimana catatan yang dialami maladaptif.
dalam 24 jam disimpan.
6.  Bertindak sebagai model peran 6 Hal ini vital bahwa anak
untuk ekspresi yang sesuai dari mengekspresikan perasaan – perasaan
percobaan. marah, karena bunuh diri dan perilaku
merusak diri sendiri lainnya seringkali
terlihat sebagai suatu akibat dari
kemarahan diarahkan pada diri sendiri.

25
7. Singkirkan semua benda-benda 7.  Keamana fisik anak adalah prioritas dari
yang berbahaya dari lingkungan keperawatan.
anak.
8. Coba untuk mengarahkan perilaku 8.  Ansietas dan tegangan dapat diredakan
kekerasan fisik untuk ansietas anak dengan aman dan dengan adanya
(mis. Kantung pasien untuk latihan manfaat untuk anak dengan cara ini.
tinju, jogging, bola voli).
9.  Usahakan untuk bisa tetap bersama 9. Hadirnya seseorang yang dapat
anak jika tingkat kegelisahan dan dipercaya memberikan rasa aman.
tegangan mulai meningkat.
3 Ketidakefektifan Tujuan: 1.   Pastikan bahwa sasaran- 1. Penting untuk anak untuk nmencapai
koping  individu Anak mengembangkan sasarannya adalah realistis. sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-
berhubungan dan menggunakan aktivitas.
dengan kelainan keterampilan koping 2. Sampaikan perhatian tanpa syarat 2. penerimaan Anda terhadapnya sebagai
fungsi dari yang sesuai dengan pada anak. makhluk hidup yang berguna dapat
sistem keluarga umur dan dapat diterima meningkatkan harga diri.
dan sosial dengan kriteria 3. Sediakan waktu bersama anak, 3.  Hal ini untuk menyampaikan pada anak
perkembangan hasil: keduanya pada saty ke satu basis bahwa Anda merasa bahwa dia berharga
ego yang
1.      Anak mampu dan pada aktivitas-aktivitas untuk waktu Anda.
terlambat, serta penundaan pemuasan kelompok.
penganiayaan terhadap keinginannya, 4. Menemani anak dalam 4. Identifikasi aspek-aspek positif anak
dan penelantaran tanpa terpaksa untuk mengidentifikasi aspek-aspek dapat membantu mengembangkan aspek
anak. menipulasi orang lain. positif dari dan dalam positif sehingga memiliki koping

26
2.      Anak mampu mengembangkan rencana-rencana individu yang efektif.
mengekspresikan untuk merubah karakteristik yang
kemarahan dengan cara melihatnya sebagai negatif.
yang dapat diterima 5. Bantu anak mengurangi 5. Penguatan positif membantu
secara sosial penggunaan penyangkalan sebagai meningkatkan harga diri dan
3.      Anak mampu suatu mekanisme bersikap meningkatkan penggunaan perilaku-
mengungkapkan membela. Memberikan bantuan perilaku yang dapat diterima oleh anak.
kemampuan- yang positif untuk identifikasi
kemampuan koping masalah dan pengembangan dari
alternatif yang dapat perilaku-perilaku koping yang lebih
diterima secara sosial adaptif.
sesuai dengan gaya 6. Memberi dorongan dan dukungan 6. Pengakuan dan penguatan positif
hidup dari yang ia kepada anak dalam menghadapi meningkatkan harga diri.
rencanakan untuk rasa takut terhadap kegagalan
menggunakannya dengan mengikuti aktivitas-
sebagai respons aktivitas terapi dan melaksanakan
terhadap rasa frustasi tugas-tugas baru. Beri pangakuan
tentang kerja keras yang berhasil
dan penguatan positif
4. Gangguan pola Tujuan: 1.  Observasi pola tidur anak, catat 1. Masalah harus diidentifikasi sebelum
tidur Anak mampu untuk kondisi-kondisi yang menganggu bantuan dapat diberikan.
berhubungan mencapai tidur tidak tidur.
dengan ansietas terganggu selama 6 2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur 2. Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat

27
dan hiperaktif. sampai 7 jam setiap yang berlangsung berhubungan mengganggu pola tidur anak sehingfga
malam dengan kriteria dengan rasa takut dan ansietas- perlu diidentifikasi penyebabnya.
hasil: ansietas tertentu.
1.  Anak 3. Duduk dengan anak sampai dia 3. Kehadiran seseorang yang dipercaya
mengungkapkan tertidur. memberikan rasa aman.
tidak adanya 4. Pastikan bahwa makanan dan 4. Kafein adalah stimulan SSP yang dapat
gangguan-gangguan minuman yang mengandung kafein mengganggu tidur.
pada waktu tidur. dihilangkan dari diet anak.
2.  Tidak ada gangguan- 5. Berikan sarana perawatan yang 5. Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi
gangguan yang membantu tidur (misalnya: gosok dan membuat bisa tidur.
dialamti oleh punggung, latihan gerak relaksasi
perawat. dengan musik lembut, susu hangat
3.   Anak mampu untuk dan mandi air hangat).
mulai tidur dalam 30 6. Buat jam-jam tidur yang rutin, 6. Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan
menit dan tidur hindari terjadinya deviasi dari kepada suatu siklus rutin dari istirahat
selama 6 sampai 7 jadwal ini. dan aktivitas.
jam tanpa terbangun. 7. Beri jaminan ketersediaan pada 7. Kehadiran seseorang yang dipercaya
anak jika dia terbangun pada memberikan rasa aman.
malam hari dan dalam kondisi
ketakutan
5. Ansietas (sedang Tujuan: 1.  Bentuk hubungan kepercayaan 1. Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan
sampai berat) Anak mampu dengan anak. Bersikap jujur, meningkatkan kepercayaan pada
berhubungan mempertahankan konsisten di dalam berespons dan hubungan anak dengan staf atau

28
dengan ancaman ansietas di bawah siap. Tunjukkan rasa hormat yang perawat.
konsep diri, rasa tingkat sedang, positif dan tulus.
takut terhadap sebagaimana yang 2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang 2. Tegangan dan ansietas dilepaskan
kegagalan, ditandai oleh tidak diarahkan pada penurunan dengan aman dan dengan manfaat untuk
disfungsi system adanya perilaku-perilaku tegangan dan pengurangan anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.
keluarga dan yang tidak perilaku yang ansietas(misalnya berjalan atau
hubungan antara tidak mampu dalam joging, bola voli, latihan dengan
orang tua dan menanggapi terhadap musik, pekerjaan rumah tangga,
anak yang tidak stres. permainan-permainan kelompok.
memuaskan. 3.  Anjurkan anak untuk 3. Anak-anak cemas sering menolak
mengidentifikasi perasaan- hubungan antara masalah-masalah emosi
perasaan yang sebenarnya dan dengan ansietas mereka.Gunakan
untuk mengenali sendiri perasaan- mekanisme-mekanisme pertahanan
perasaan tersebut padanya. projeksi dan pemibdahan yang dilebih-
lebihkan.
4.  Perawat harus mempertahankan 4. Ansietas dengan mudah dapat menular
suasana nyaman pada pasien. pada orang lain.
5. Tawarkan bantuan pada waktu- 5. Keamanan anak adalah prioritas
waktu terjadi peningkatan keperawatan.
ansietas. Pastikan kembali akan
keselamatan fisik dan fisiologis.
6.   Penggunaan sentuhan 6. Sebagaimana ansietas dapat membantu

29
menyenangkan untuk beberapa mengembangkan kecurigaan pada
anak. Bagaimanapun juga anak beberapa individu yang dapat salah
harus berhati-hati terhadap menafsirkan sentuhan sebagai suatu
penggunaan. agresi.
7.   Dengan berkurangntaansietas, 7. Rencana tindakan memberikan anak
temani anak untuk mengetahui perasaan aman untuk penanganan yang
peristiwa-peristiwa tertentu yang lebih berhasil terhadap kondisi yang
mendahului serangannya. Berhasil sulit jika terjadi lagi.
pada respons-respons alternatif
pada kejadian selanjutnya.
8.   Lakukan kolaborasi dengan dokter 8. Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya
dalam pemberian obat penenang diazepam, klordiasepoksid,alprazolam)
sesuai dengan yang memberikan perasaan lega terhadap
diperintahkan. Kaji untuk efek-efek yang tidak berjalan dari
keefektifitasannya, dan beri ansietas dan mempermudah kerjasama
petunjukkepada anak mengenai anak dengan terapi.
kemungkinan efek-efek samping
yang memberi pengharuh
berlawanan.
6. Koping defensif Tujuan: 1. Kenali dan dukung kekuatan- 1.   Memfokuskan pada spek-aspek positif
berhubungan Anak akan kekuatan ego dasar. dari kepribadian dapat membantu untuk
dengan harga diri mendemonstrasikan memperbaiki konsep diri.
rendah, kurang kemampuan untuk 2.  Beri semangat kepada anak untuk 2.  Identifikasi masalah adalah langkah

30
umpan balik atau berinteraksi dengan menteahui dan mengungkapkan pertama pada proses perubahan ke arah
umpan balik orang lain tanpa dan bagaimana perasaan ini resolusi.
negatif yang menjadi defensif, menimbulkan perilaku defensif,
berulang yang perilaku seperti menyalahkan oprang lain
mengakibatkan merasionalisasi atau karena prilakunya sendiri.
penurunan mengekspresikan 3.   Beri cepat sebenarnya umpan balik 3.  Anak mungkin kurang pengetahuan
makna diri. pikiran waham yang tidaj mengancam untuk tentang bagaiamna dia diterima oleh
kebesaran dengan perilaku-perilaku yang tidak dapat orang lain. Berikan informasi ini dengan
kriteria hasil: diterima cara yang tidak mengancam dapat
1. Anak mengungkapkan membantu untuk mengeliminasi perilaku
dan menerima yang tidak diinginkan.
tanggung jawab 4.  Bantu anak untuk mengidentifikasi 4.   Bermain peran memberikan percaya diri
terhadap perilakunya situasi-situasi yang menimbulkan untuk menghadapi situasi-situasi yang
sendiri. sifat defensif dan praktik bermain sulit jika hal-hal tersebut benar-benar
2.  Anak peran dengan respons-respons terjadi.
mengungkapkan yang lebih sesuai.
korelasi antara 5.  Beri dengan segera umpan balik 5.  Umpan balik positif meningkatkan harga
perasaan-perasaan positif untuk perilaku-perilaku diri dan memberi semangat untuk
ketidakseimbangan yang dapat diterima. mengulangi perilaku-perilaku yang
dan kebutuhan untuk diinginkan.
mempertahankan ego 6.   Membantu anak untuk menetapkan 6.   Keberhasilan akan meningkatkan harga
melalui rasionalisasi sasaran-sasaran yang realistis, diri.

31
dan kemuliaan. konkret dan membutuhkan
3.  Anak tidak tindakan-tindakan yang cocok
menertawakan atau untuk mencapai sasaran ini.
mengkritik orang lain. 7.  Evaluasi dengan anak keefektifan 7.  Karena keterbatasan kemampuan untuk
4. Anak berinteraksi perilaku-perilaku yang baru dan memecahkan masalah, bantuan mungkin
dengan orang lain diskusikan adanya perubahan diperlukan untuk mengatur kembali dan
dengan situasi-situasi untuk perbaikan. mengembangkan strategi baru, pada
kelompok tanpa kondisi di mana metode-metode koping
bersikap defensif. baru tertentu terbukti tidak efektif.
7. Penurunan Tujuan: 1. Berikan informasi dan material 1. Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat
koping keluarga Orang tua yang berhubungan dengan dapat meningkatkan keefektifan peran
berhubungan mendemonstrasikan gangguan anak dan teknik menjadi orang tua.
dengan perasaan metode intervensi orang tua yang efektif.
bersalah yang yang lebih konsisten 2.  Dorong individu untuk 2. Konseling suportif dapat membantu
berlebihan, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan secara keluarga dalam mengembangkan strategi
marah atau saling berespons perilaku verbal koping.
menyalahkan anak dengan kriteria 3.  Beri umpan balik positif dan 3. Penguatan positif dapat meningkatkan
diantara anggota hasil: dorong metode menjadi orang tua harga diri dan mendorong kontinuitas
keluarga tentang 1.  Mengungkatkan dan yang efektif. upaya.
perilaku anak, mengatasi perilaku 4. Libatkan saudara kandung dalam 4. Masalah keluarga mempengaruhi semua
kepenatan orang negatif pada anak. diskusi keluarga dan perencanaan anggota keluarga dan tindakan lebih
tua karena 2.  Mengidentifikasi dan interaksi keluarga yang lebih efektif bila setiap orang terlibat dalam
menghadapi anak menggunakan sistem efektif. terapi tersebut.

32
dengan gangguan pendukung yang 5. Libatkan dalam konseling 5. Terapi keluarga dapat membantu
dalam jangka dibutuhkan. keluarga. mengatasi masalah global yang
waktu yang mempengaruhi seluruh struktur
lama. keluarga. Gangguan pada salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga.
6. Rujuk pada sumber komunitas 6. Mengembangkan sistem pendukung dapat
esuai indikasi, termasuk kelompok meningkatkan kepercayaan diri dan
pendukung orang tua, kelas keefektifan orang tua.Pemberian model
menjadi orang tua. peran atau harapan untuk masa depan.
8. Defisit Tujuan: 1. Berikan lingkungan yang tenang, 1. Peredaan dalam stimulasi lingkungan
pengetahuan Mengungkapkan secara ruang kelas berisi dirinya sendiri, dapat menurunkan distraktibilitas.
tentang kondisi, verbal pemahaman aktivitas kelompok kecil. Hindari Kelompok kecil dapat meningkatkan
prognosis, tentang penyebab tempat yang terlalu banyak kemampuan untuk tepat pada tugas dan
perawatan diri masalah perilaku, stimulasi, seperti bus sekolah, membantu klien mempelajari interaksi
dan kebutuhan perlunya terapi dalam kafetaria yang ramai, aula yang yang tepat dengan orang lain,
terapi kemampuan banyak. menghindari rasa terisolasi.
berhubungan perkembangan dengan 2.  Beri materi petunjuk format 2. Keterampilan belajar yang terurut akan
dengan kurang kriteria hasil: tertulis dan lisan dengan meningkat. Mengajarkan anak
sumber 1.  Berpartisipasi dalam penjelasan langkah demi langkah. keterampilan pemecahan masalah,
informasi, pembelajaran dan m, mempraktekkan contoh
interpretasi yang ulai bertanya dan situasional. Keterampilan efektif dapat
salah tentang mencari informasi meningkatkan tingkat kinerja.

33
informasi. secara mandiri. 3. Ajarkan anak dan keluarga tentang 3. Penggunaan psikostimulan mungkin tidak
2.   Mencapai tujuan penggunaan psikostimulan dan mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas
kognitive yang antisipasi respons perilaku. tanpa perubahan pada ketrampilan studi
konsisten sesuai anak.
tingkat temperamen. 4. Koordinasi seluruh rencana terapi 4. Keefektifan kognitif paling mungkin
dengan sekolah personel sederajat, meningkat ketika terapi tidak
anak, dan keluarga terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya
intervensi signifikan karena kurangnya
komunikasi interdisiplin.

34
D. Implemetasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan
/ ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.

35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (sulit
memusatkan perhatian). Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil diotak), Minimal
Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif),dan
hyperactive (hiperaktif). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) juga dapat
didefenisikan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga
merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia
sekolah dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak.
Menurut Ridwan (2013) menyatakan bahwa banyak penelitian yang masih belum dapat
menjelaskan secara tepat penyebab dari terjadinya ADHD secara pasti. Namun, ada dua hal
yang pasti yang dapat dikategorikan sebagai penyebab dari timbulnya masalah gangguan
psikologis ADHD yaitu diturunkan (hereditari) dan gangguan dari perbedaan irama otak.
Berikut penjabaran terkait dengan penyebab dari gangguan ADHD pada anak.
B. Saran
Diharapkan dapat menjadi refrensi bagi pendidik anak dengan kebutuhan khusus
ADHD khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar, serta perlu
penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan untuk menekan angka
penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan ADHD dapat diperlakukan dengan
benar.

36
DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC


Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedahBrunner&Suddarth. Jakarta:
EGC
Baihaqi dan Sugiarmin.2006.Memahami dan Membantu Anak ADHD.Bandung:PT Refika
Aditama.
Exceptional Learners:An introduction to special education,Eleven edition.Boston:Pearson
Education.

37

Anda mungkin juga menyukai