BAB I
PENDAHULUAN
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan
kronik karier.
(http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html)
Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air
(http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html)
Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat hampir
Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang
diperhatikan.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak
ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu
lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang
usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 –
(http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html)
Adapun ruang lingkup penulis dalam karya tulis ilmiah adalah tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Typhoid Fever di Ruang Isolasi (H)
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Dengan lama perawatan
selama 3 hari dari tanggal 16 April 2012 - 18 April 2012. Karya tulis iliah dibahas
Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
Diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan tepat
waktu.
Tujuan khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien dengan
b. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap pengkajian,
tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
c. Menggunakan sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori yang
Fever Ruang Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskrptif
berhubungan dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Pemda Ketapang.
2. Studi kasus yaitu Berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan dilapangan
pada pasien Ny.B. dengan Typhoid Fever serta pemberian asuhan langsung.
Adapun sistematika penulisan pada laporan hasil studi kasus ini adalah:
Bab II : Terdiri dari, menjelasakan konsep teori tentang Tyhpoid Fever dan
Asuhan Keperawatan.
Bab IV : Terdiri dari, menguraikan tentang pembahasan dari hasil laporan kasus
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menguraikan konsep dasar Typhoid Fever serta dengan
1. Definisi
2002,; 432)
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
(www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com)
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B
dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
2. Anatomi Fisiologi
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:
b. Faring
(esofagus).
c. Esofagus
posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
d. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di
bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan
Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau
springter kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.
Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus,
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara saluran empedu
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler oleh
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar
1. Sekum
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai ke hati,
lebih 38 cm.
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah dengan
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf ‘S’, ujung
7. Rektum
anus.
3. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal
dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
Saluran pencernaan
Perubahan nutrisi
a. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
kesadaran
6. Kompikasi
trombosis, tromboplebitis.
hemolitik.
hepatitis, kolesistitis.
dan perinepritis.
a. Pemeriksaan leukosit
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal tetap
ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kkuman
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah
setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
retikuloendotelial.
tubuh manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang
selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer
yang rendah.
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan
H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji
widal.
Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang
berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat
lebih baik dari suspensi dari strain lain.
8. Penataksanaan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
c. Diet.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
h. Obat-obatan.
i. Klorampenikol
j. Tiampenikol
k. Kotrimoxazol
1. Pengkajian
didapatkan informasi yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatiakn antara
lain:
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang
ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila
klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan
makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
keluarga, atau komunitas tentang masalah kesehatan/ proses keperawatan yang actual
a. Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang
b. Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang
kelemahan fisik
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau
3. Perencanaan
keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase
keperawatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan
Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
Tujuan
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan
peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap
hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah
nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per
hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Tujuan
Kriteria hasil
usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal,
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan
tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari.
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual,
muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan
Diagnosa 3
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri
kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 4
fisik
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap,
Diagnosa 5
Tujuan
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus,
monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri
pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga
untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien
menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan Potter dan Perry (1999) pelaksanaan mencakup
aktivitas sehari-hari.
5. Evaluasi
(2007) sedangkan menurut Rubenfeld dan Scheffer (1999). Evaluasi adalah tindakan
memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.
mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data
normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis
keperawatan dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab tiga ini penulis akan membahas laporan kasus pada Ny.B dengan
gangguan system pencernaan : Typhoid Fever diruang Isolasi (H) Rumah Sakit
A. Pengkajian
Nama : Ny. B
Agama : Islam
Pendidikan : SD
No. RM : 587827
Klien mengatakan muntah 5 x dalam sehari dan demam sejak 6 hari yang lalu,
pusing (berputar-putar), sesak nafas, typus, menggigil.
2) Keluhan waktu di data :
Klien mengatakan menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, nyeri pada
ulu hati saat bergerak.
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan.
33
Keterangan
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Di rumah : Klien mengatakan makan dan minum 3 x sehari dengan menu makanan berbeda.
BB 48 kg
Di rumah sakit : Klien mengatakan makan dengan porsi ditentukan di
RS sangatlah tidak nyaman baginya dan terasa mual dan muntah saat makan, klien
Dirumah sakit : Klien mengatakan hanya minum 1-3 gelas/ hari hari
Di rumah sakit : Klien mengatakan tidur tidak lama 5-6 jam saja
karena klien merasa gelisah dan merasakan nyeri pada ulu hati.
Di rumah : Klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan menggunakan sabun dan shampo.
Di rumah sakit : Di rumah sakit klien mengatakan mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun
perkarangan rumah sebagai rutinitas tiap pagi dan ikut gotong royong dengan warga
(bakti social)..
S : 38 C BB : 46 kg
pergerakan paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit .
Auskultasi : Normal
atau kiri
menit
okulomotorius. : Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak juling
ada stomatitis
Perkusi : Timpani
(1) Mata
(2) Hidung
(3) Pendengar
pendengaran baik
menelan
(5) Peraba
b. Bawah : Tidak ada oedema pada tangkai, kekuatan otot kiri. kanan.
Kekuatan otot: 5 5
5 5
bidang swasta.
beralkohol
Klien beragama islam, dan klien rajin sembahyang atau sholat tepat waktu
k. Pengobatan
· RL : 20 tetes/menit
· Cefotaxime : 3 x 1 gr/iv
l) Analisa Data
TTV : perjalanan
RR : 20 x/menit
N : 102 x/menit
S : 38 C
makan
perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnose yang muncul pada Ny. B dengan
Hipertensi diruangan Isolasi (H) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso
Pontianak adalah:
TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 102 x/menit
S : 38 C
Do:
- Klien terlihat meringis
- Klien gelisah
3. Anoreksia berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
C. Intervensi
keperawatan yang ada pada Ny. B dengan Tipoid Fever diruangan Isolasi (H) Di
Hasil
1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan1. Berikan1. Untuk
S : 38 C
analgesik
3 Anoreksi berhubungan Setelah dilakukan1. Kaji pola1. Agar
makan berkurang, terasa tidak mual dan makan sedikit klien kembali
mual dan muntah muntah dengan tapi sering normal
mengeluh dan meringis - Klien mau dengan dokter pemberian gizi
kg
- Klien hanya
menghabiskan 4-6
sendok makan
D. Implementasi
Dalam tahap ini penulis akan menguraikan pelaksanaan dari kasus Ny. B dengan
Typhoid Fever diruangan Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso
Hari/Tangga No
No Implementasi (DAR)
Paraf
l Dx
1 Senin I D : Klien mengatakan demam sudah 6
F. Loling
16-04-12 hari
08.00 A:
per menit
R:
diberikan
09.10 diberikan
A:
R:
09.35 Klien terlihat tenang dan nyaman
09.50 III
D : Klien mengatakan nafsu makan
F. Loling
berkurang, terasa mual dan muntah
A:
BB klien 46 kg
R:
10.30
2 Selasa ID : Klien mengatakan demam , Suhu tubuh
F. Loling
17-04-12 klien 38 C
08.20 A:
R:
09.30
10.20 IID : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
F. Loling
A:
10.35 analgesic
R:
11.00
11.35 III
D : Klien mengatakan masih belum ada
F. Loling
nafsu makan dan tidak mual muntah
lagi
A:
sering
R:
6 sendok saja
BB klien 46 kg
Rabu ID : Klien mengatakan sudah tidak demam
F. Loling
18-04-12 lagi, suhu tubuh klien 36 C
08.00 A:
08.20 R:
08.30
08.35
08.45 IID : Klien mengatakan masih nyeri pada ulu
F. Loling
hati
A:
analgesic
R:
A:
09.35 sering
R:
Dalam tahap ini penulis akan menguraikan pelaksanaan dari kasus Ny. B dengan
Typhoid Fever diruangan Isolasi (H) Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso
No
No Tanggal/jam Perkembangan (SOAPIE) Paraf
Dx
1 Senin S : Klien mengatakan demam sudah 6 hari F. Loling
16-04-12 I O:
11.15 S = 38 C
A : Masalah teratasi
I:
basah
11.35 E:
kompres
11.40 Tetesan infuse berjalan dengan
lancer
11.50
16-04-12 II O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
12.15 analgesik
12.25
12.30
Senin S : klien mengatakan mual muntah lagi F. Loling
13.05 I:
13.15 secukupnya
13.25 E:
17-04-12 O:
S = 37 C
17-04-12 O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Selasa III
S : klien mengatakan kurang nafsu makan F. Loling
12.20 masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
sendok makan
P : Intervensi dilanjutkan
3 Rabu SI : klien mengatakan sudah tidak demam F. Loling
18-04-12 lagi
13.00 O:
santai,
S = 36 C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu III
S : klien mengatakan tidak mual muntah F. Loling
18-04-12 lagi dan nafsu makan sudah ada
- BB Sesudah naik 47 kg
makannya
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
Jakarta.
jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html
Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan dengan Demam
keperawatan-typoid.html
http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
pencernaan-manusia/
Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI, Jakarta.
Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.