Anda di halaman 1dari 4

The Effects of A Maternal Personality, Children’s

Behavioral Characteristics, and Parenting Styles on


The Dental Anxiety of 3- to 6-year-old Children

Pendahuluan

Dental anxiety merupakan rasa khawatir dan hilangnya control akibat tindakan kedokteran gigi.
Pasien anak-anak merupakan kelompok yang paling sulit ditangani dengan insidensi dental
anxiety sebesar 5% - 28%. Untuk mengukur tingkat dental anxiety dapat menggunakan beberapa
metode seperti physiological, protective, dan psychometric tests and behavior scoring. Selain itu
juga dapat menggunakan Corah Dental Anxiety Scale, Dental Subscale of the Children’s Fear
Survey Schedule, Facial Image Scale, Venham Picture Test, dan Frankl Behavior Rating Scale.

Penyebab dental anxiety pada anak terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Individu

2. Lingkungan

3. Dental factors

Metode

Study population

Kelompok sampel terdiri atas orang tua dari 230 anak (Pa: 137, Pi: 93) dengan usia antara
3-6 tahun yang baru pertama kali datang ke dokter gigi di Department of Pediatric Dentistry,
Faculty of Dentistry, Ondokuz Mayıs University. Dengan kriteria inklusi : (1) Kesehatan fisik
dan mental, (2) Tidak ada riwayat gangguan perilaku, (3) Perkembangan kognitif normal, (4)
Tidak membutuhkan perawatan darurat.

Frankl Behavior Rating Scale digunakan untuk menentukan tingkat dental anxiety pada
anak-anak. 150 anak pada rating 1 dan rating 2 termasuk dalam dental anxiety group dan anak
yang termasuk dalam rating 3 dan rating 4 adalah control group. Pada skala ini perilaku anak-
anak berada di antara “Definitely Negative” dan “Definitely Positive” berdasarkan respon
pemeriksaan intraoral dan radiologi, kerjasama saat prosedur profilaksis, dan saat terpisah dari
keluarga. Tiap aspek tersebut diberi skor 1 – 4.
Assessment Instruments
“Temperament and Character Inventory” digunakan untuk mengevaluasi karakter ibu dari
pasien. “Child Behavior List” digunakan untuk mengevaluasi sifat dari pasien anak-anak.
“Parenting Attitude Scale” untuk mengetahui gaya asuh orang tua. Peneliti memilih untuk
melakukan “Temperament and Character Inventory” dan “Child Behavior List” karena ibu
banyak menghabiskan waktu dengan anak.

Temprament and Character Inventory (TCI)


Merupakan skala yang diisi secara pribadi dengan pilihan “benar/salah” dan dapat diisi
oleh individu berumur 17 tahun keatas. Terdapat 4 dimensi temprament (Novelty Seeking, Harm
Avoidance, Reward Dependence, dan Persistence) serta 3 dimensi karakter (Self-
Transcendence, Self-Directedness, dan Cooperativeness). Skor dihitung dengan kalkulasi total
seluruh sub-dimensi.

Child Behavior List

Merupakan skala likert-type yang terdiri atas 94 pertanyaan yang digunakan untuk menguji 15
karakter temprament anak. Karakter temprament yang diukur adalah:

 tingkat aktivitas  impulsivity


 kemarahan/tingkah kefrustasian  inhibitory control
 pendekatan/antisipasi positif  low intensity pleasure
 focus  perceptual sensitivity
 ketidaknyamanan  sadness
 kemudahan untuk ditenangkan  shyness
 ketakutan  smiling and laughter
 high intensity pleasure

Parenting Attitude Scale

Skala ini dapat diisi oleh orang tua yang memiliki anak dengan usia 2 – 6 tahun. Terdiri atas 4
sub-dimensi (authoritative parenting style, authoritarian parenting style, overprotective
parenting style, dan permissive parenting style). Setiap karakteristik dikalkulasi secara terpisah.
Nilai yang lebih tinggi di suatu dimensi menunjukkan adanya kecenderungan gaya asuh orang
tua.

Statistical analysis

Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.00 dengan data yang ditampilkan
sebagai mean (SD) dan median (min-max). Student’s t-test digunakan untuk membandingkan
nilai kelompok distribusi normal dan Mann-Whitney U digunakan untuk membandingkan
kelompok dengan distribusi tidak normal. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk
mengetahui relasi data.
Hasil

Dari data yang tertera pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa skor “reward-dependence” dan
“persistence” lebih tinggi pada dental anxiety group dibandingkan control group. Aspek
“Novelty seeking” juga lebih tinggi pada dental anxiety group. Sementara pada aspek “harm
avoidance” tidak ada perbedaan yang signifikan.

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada sub-dimensi, dental anxiety group memiliki
skor “inhibitory control” lebih tinggi dibanding control group, yang menunjukkan respon anak
terhadap hal baru.

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dental
anxiety group dan control group akibat pengaruh dari sub-dimensi “authoritative parenting
style”, “authoritarian parenting style”, dan “overprotective parenting style”. Pada sub-dimensi
“permissive parenting style”, skor dental anxiety group lebih tinggi dibanding control group.
Pembahasan

Dental anxiety merupakan permasalahan yang dimulai pada usia anak-anak sehingga
dokter gigi perlu mengatasinya untuk membantu melindungi kesehatan gigi dan mulut setiap
individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi dental anxiety pada anak-anak adalah usia. Pada
anak-anak tingkat dental anxiety cenderung lebih tinggi dibanding orang dewasa. Faktor lain
yang mempengaruhi adalah pengalaman kunjungan ke dokter gigi. Anak-anak yang sudah
pernah mengalami trauma akibat pelayanan dokter gigi memiliki tingkat dental anxiety yang
lebih tinggi.

Tingkat dental anxiety diukur dengan menggunakan Frankl Behavior Rating Scale. TCI
digunakan untuk mengetahui sifat ibu yang berpengaruh terhadap perilaku anak, selanjutnya
untuk mengetahui sifat dan perilaku anak digunakan “Child Behavior List”. Selain itu juga
digunakan skala “Parenting Attitude Style” untuk mengetahui gaya asuh orang tua terhadap
anak.

Dalam penelitian menyatakan bahwa nilai aspek “novelty seeking” lebih tinggi pada ibu
“dental anxiety group” dibandingkan control group. Sisi negatif dari individu dengan level
“novelty seeking” tinggi adalah mudah marah dan mudah menyerah. Nilai yang lebih tinggi pada
“harm avoidance”, mengindikasikan bahwa individu tersebut memiliki sifat over-defensive dan
sulit untuk percaya kepada orang lain. Dan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua group
pada aspek ini. Skor untuk “reward dependence” lebih rendah pada dental anxiety group yang
mengindikasikan individu bersifat introvert.

Pada sub-dimensi “persistence” yang menunjukkan adanya kelanjutan suatu perilaku


meskipun terdapat gangguan, skor tercatat lebih rendah pada dental anxiety group. Untuk skor
“self-directedness” dan “self-transcendence” tercatat lebih tinggi pada control group yang
menunjukkan individu adaptif terhadap berbagai situasi. Sementara itu tingkat kerjasama dari ibu
“dental anxiety group” juga rendah. Sehingga dapat diketahui bahwa temprament dan karakter
ibu berpengaruh terhadap perilaku anak akibat banyaknya waktu yang dihabiskan saat tahap
perkembangan emosi anak.

Skor “permissive parenting style” lebih tinggi pada dental anxiety group. Gaya asuh ini
merupakan metode yang mentoleransi perilaku buruk dan tidak berusaha mengubahnya.

Kesimpulan

Perilaku orang tua, karakter perilaku anak, gaya asuh orang tua, serta sifat ibu mempengaruhi
tingkat dental anxiety pada anak-anak. Oleh karena itu dokter gigi harus memiliki pengetahuan
yang cukup sehingga mampu untuk mengurangi dental anxiety pada pasien khusunya anak-anak.

Sumber : Ibis, et al. 2019. The Effect of A Maternal Personality, Children's Behavioral
Characteristics, and Parenting Styles on The Dental Anxiety of 3- to 6-year-old Children.
Makara Journal of Health Research. Vol 23 No 3

Anda mungkin juga menyukai