BAB I
PENDAHULUAN
B KONSEP KELUARGA
1. Pengertian keluarga
Fredman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
Pakar konseling dari yogyakarta Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga
adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berkelainan jenis hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Keluarga merupakan suatu gejala yang bersifat universal dan mempunyai 4
karakteristik pada keluarga.
a. Keluarga terdiri dari orang yang bersatu karena ikatan perkawinan darah atau
adopsi.
b. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam suatu rumah membentuk
suatu rumah tangga.
c. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi yang memainkan peran suami dan isteri , bapak dan ibu , anak dan
saudara.
d. Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar bersal
dari kebudayaan umum yang lebih besar/luas.
Atas landasan keempat dari karakteristik diatas dapat disimpulkan pengertian
keluarga adalah sebagai berikut:
Keluarga merupakan kelompok orang yang dipersatukan dari ikatan
perkawinan ,darah atau adopsi yang membentuk suatu rumah tangga yang saling
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan melalui peran masing-
masing sebagai anggota keluarga dan mempertahankan kebudayaan masyarakat
yang berlaku umum menciptakan kebudayaan sendiri.
2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi
insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa
keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi
penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia
dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian
dari proses penuaan itu sendiri.
3. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II :
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) ± 100% kembar identik terkena
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan.
Penatalaksanaan secara medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel
beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan
berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan
obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi
dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita
hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun
telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien
tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet
seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan
12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar
berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak,
konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak
konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang
berat – berat
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
1) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah
baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan
dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang
paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan
sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen
atau hipoglikemik oral.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus :
Tn. M (65 tahun) mempunyai istri Ny. S (60 tahun). Mereka memiliki 2 orang
anak, yakni Ny. K (38 tahun) dan Tn. O (30 tahun). Ny. K yang telah menikah,
tinggal bersama suaminya di luar kota. Tn. O yang juga sudah menikah dengan
Ny. J (27 tahun) yang tinggal bersama Tn. M. Ny.S sering mengeluh banyak
minum, sering kencing serta nafsu makannya meningkat. Keadaanya terlihat
lemas, dan kurang bersemangat. 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa ke
puskesmas kota dan didiagnosa diabetes militus (DM).
Ny. S tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena yang mengantarkan tidak
ada dan keterbatasan biaya. Tn. M, Tn. O dan Ny. J bekerja sebagai buruh pabrik.
Tn. M kadang (jika ada rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat
sesuai foto copi resep dokter. Hasil observasi jari kaki Ny. S sebelah kiri
terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.
B. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gayaman Kota Mojokerto
b. Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga
1. Tn.M L Suami 65 thn swasta sehat
2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM
3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat
4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat
c. Genogram
3. Lingkungan
a. Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100
m2. Termasuk rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek)
lantainya dari sebagian semen dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah belum mencukupi
10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak kotor.
1) Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan
kedalaman 10 meter terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang
dari 10 meter.
2) Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di
bak sampah atau di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari
sekali.
3) Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4) Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di
dalam rumah.
5) Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.
b. Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak
oranng tuanya masih ada Tn. M tinggal di sana.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga
besarnya. Bila ada masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M
selalu membawa ke dokter yang terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
Puskesmas : kurang lebih 2 km
Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km
Rumah sakit : kurang lebih 15 km
Posyandu : kurang lebih 200 meter
Fasilitas Sosial
Masjid/mushola : kurang lebih 200 km
Pasar : kurang lebih 200 km
Data Objektif :
Luka gangren
Menggunakan alas kaki
Tidak menggunakan alas kaki
Lingkungan rumah kotor
Diagnosa prioritas:
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Tindakan
Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga memahami Jelaskan dan
managemen dilakukan dilakukan 5 X tentang : diskusikan tentang
regimen perawatan kunjungan - Pengertian DM :
terapeutik selama 1 bulan keluarga dapat: - Tanda dan gejala - Pengertian
keluarga keluarga dapat - Mengenal - Factor yang mempengaruhi - Tanda dan gejala
berhubungan melakukan masalah - Penatalaksanaan - Factor yang
dengan perawatan kesehatan yang mempengaruhi
ketidakmampuan terhadap terjadi Psikomotor - Penatalaksanaan
keluarga anggota - Memahami Keluarga membawa klien ke
mengenal keluarga yang tentang pelayanan kesehatan Lakukan
masalah, sakit dan tidak penyakit DM Verbal pemeriksaan Gula
Ketidakmampuan terjadi - Memodifikasi Keluarga mengerti tentang darah
keluarga komplikasi lingkungan diet DM:
mengambil - Melakukan diet - Pengertian Diet DM
keputusan DM - Tujuan dan manfaat
ketidakmampuan - Macam-macam yang boleh,
keluarga merawat segaian atau tidak boleh di
anggota keluarga komsumsi
yang sakit,
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
Resiko terjadinya Setelah Setelah Verbal Keluarga memahami Jelaskan dan
peningkatan dilakukan dilakukan 5 X tentang : diskusikan tentang
ketidaknyamanan perawatan kunjungan - Pengertian gatal yang
berhubungan selama 1 bulan keluarga dapat: - Tanda dan gejala diderita:
dengan keluarga dapat - Mengenal - Factor yang mempengaruhi - Pengertian
Ketidakmampuan melakukan masalah - Cara pencegahan - Tanda dan gejala
keluarga merawat perawatan kesehatan yang - Penataksanaan - Factor yang
anggota yang terhadap terjadi mempengaruh
sakit, anggota - Memahami Psikomotor - Cara pencegahan
ketidakmampuan keluarga yang tentang Membawa keluarga yang - Penataksanaan
keluarga sakit dan tidak penyakit sakit ke pelayanan kesehatan
memanfaatkan terjadi gatalnya Membawa
fasilitas komplikasi - Menggunkan keluarga yang
kesehatan fasilitas sakit ke pelayanan
kesehatan kesehatan.
merawat yang Anjurakan untuk
sakit mengompres
- Melakukan diet dengan air hangat
untuk minimal 2 kali
mengurangi sehari.
gatal yang Anjurkan untuk
diderita membersihkan
luka dengan cairan
disinfektan
Anjurkan untuk
mengkompres
dengan rivanol
Menganjurakan
untuk menggunkan
sabun anti septic.
4. Implementasi
Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan 1. Mengkaji kondisi klien
managemen regimen2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada kakinya.
terapeutik keluarga 3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat gambaran diri
berhubungan dengan klien terganggu
ketidakmampuan 4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
keluarga mengenal 5. Memberikan pengertian tentang DM
masalah, 6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
Ketidakmampuan 7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian gula
keluarga mengambil8. Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan
keputusan kesehatan
ketidakmampuan 9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
keluarga merawat menimbulkan luka pada kaki.
anggota keluarga 10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di komsumsi
yang sakit, dan tidak boleh di komsusmsi
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya 1. Mengkaji kondisi klien
peningkatan 2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
ketidaknyamanan 3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat
berhubungan dengan4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak
Ketidakmampuan menimbulkan semakin parah lukanya
keluarga merawat 5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
anggota yang sakit, 6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
ketidakmampuan 7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
keluarga 8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
memanfaatkan 9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-gatalnya.
fasilitas kesehatan 10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan gatalnya
(mengajarkan pemakaian obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan yang
tidak boleh di komsumsi dengan sakit gatalnya.
5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak
regimen terapeutik keluarga sembuh-sembuh dan tersa gatal
berhubungan dengan O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
ketidakmampuan keluarga kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan
mengenal masalah, kesehatan, terdapat luka kering di kaki nya
Ketidakmampuan keluarga dengan warna kehitam-hitaman.
mengambil keputusan A : Masalah belum teratasi
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1
ketidaknyamanan berhubungan bulan menerita gatal-gatal. Ny. S akan
dengan Ketidakmampuan mengkompres kakinya dengan air hangat.
keluarga merawat anggota yang O : Kedua kaki tampak kehitam-hitaman, Ny. S
sakit, ketidakmampuan keluarga menggaruk dan mengelus-elus
memanfaatkan fasilitas kesehatanA : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
9.
BAB IV
TERAPI MODALITAS
A. Topik
Topik dalam terapi modalitas ini adalah senam kaki diabetes. Senam kaki
adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian
kaki yang memiliki tujuan memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot
kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot
betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi. Untuk itu penderita diabetes
melitus di anjurkan untuk melakukan senam kaki.
B. Tujuan
Tujuan dilakukan terapi senam kaki diabetes, yaitu:
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
C. Sasaran
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes mellitus
dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa
menderita diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Namun senam ini
tidak disarankan pada penderita diabetes melitus yang mengalami perubahan
fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada dan orang yang mengalami
depresi, khawatir atau cemas.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam terapi modalitas ini adalah praktik, dimana
perawat akan mengajari klien untuk melakukan senam diabetes serta melatih
keluarga klien untuk dapat melakukan secara mandiri.
E. Media
Alat yang digunakan dalam terapi ini adalah kertas koran 2 lembar, kursi (jika
tindakan dilakukan dalam posisi duduk), hanscoon serta lingkungan yang nyaman
agar klien merasa nyaman.
F. Waktu
Terapi senam kaki diabetes ini dilakukan selama ± 15 menit.
G. Prosedur Pelaksanaan
1. Posisi kan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
2. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas
lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke
atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan
kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai. Ulangi
sebanyak 10 kali.
8. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi sebanyak 10 kali.
9. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara bergantian.
10. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja :
a. Robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
b. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan
sobek kan kertas pada bagian kertas yang utuh.
d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin
atau secara relatif kekurangan insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama
adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah
Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin,
Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler, Obesitas, banyak makan, Aktivitas fisik yang kurang,
Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan, Keberadaan penyakit lain,
sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang
sering muncul adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Prinsip penatalaksanaan DM lansia adalah menilai
penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya, menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia, lebih bersifat
konservatif, mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut
pada penderita diabetes terutama lansia.
B. Saran
1. D e n g a n mengetahui asuahan keperawatan pada penderita
d i a b e t e s melitus pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar
penyakityang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanf u n g s i f i s i o l o g i s
maupun psikologisnya untuk mengantisipasi.
3. komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita DM
sepertihipoglikemi maupun respon stres yang timbul pada lansia tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani.
Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan
Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Diposkan oleh atmey vriska di 01.19
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
atmey vriska
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan
oleh Blogger.