1A
D3 Kebidanan
P3.73.24.2.19.010
ARTIKEL
Pengertian
Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih
sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment merupakan interaksi antara
ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. (Saxton. N and Pelikan, 1996).
Jadi Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk
memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus
menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan
batin antara orang tua dan bayinya.
1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik,
emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua
dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi
pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengungkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment:
adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi
sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang
saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan;
attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang
terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsupg antara ibu dan bayi
setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
1. Sentuhan-Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata-Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan
kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3. Suara-Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4. Aroma-Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter,
Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu
ibunya (Stainto, 1985).
5. Entrainment-Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan
kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat
anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme-Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini-Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak
dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua-anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan premature, sakit dan cacat kurang mendapatkan
kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup viable (kelangsungan hidup terus) dan
belum cukup untuk menyesuaikan diri dengan ekstra uterin, bahkan bayi diletakkan dalam
inkubator atau terpisah dari ibu sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri.
Respon Antara Ibu Dan Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu dengan bayi yang
dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi dan fisiologi. Ikatan ibu dan anak dimulai
sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta
menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu-minggu
berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain.
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas
bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perabaan digunakan untuk membelai tubuh,
dan mungkin bayi akan dipeluk di lengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut
untuk menenangkan bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau
seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat
memusatkan perhatian kepada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan.
Dengan demikian perlu diperhatikan dalam praktek kesehatan, adanya faktor-faktor yang
dapat menghambat proses tersebut, misalnya untuk pemberian salep atau tetes mata pada bayi
dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang
baru, tetapi bersama dengan semakin dikenalnya bau itu, si bayi pun berhenti bereaksi. Pada
akhir minggu pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu
ibunya. Indra penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya
ASI pada waktu tertentu.
Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya
di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat
dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi
yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar bayi tetap hangat.
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan
tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya
baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan
jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara -suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim
yang melekat pada telinga. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja, dan mereka
nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain
contoh suara detak jantung ibu.
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan
balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti
halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi, untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
Tehnik untuk mengkaji interaksi orang tua dan bayi antara lain dengan anamnesa atau
interview, observasi, dan mendengarkan.
Stainton (1981) telah merancang suatu alat untuk menskor pengkajian terhadap interaksi
orang tua-bayi, untuk digunakan pada periode post partum. Alat ini berkaitan dengan
perubahan respon -respon ibu dan ayah dimulai dari pertama mereka kontak setelah
persalinan sampai dengan keseluruhan masa awal puerperium.
Penskoran ini didasarkan atas jumlah dan jenis perilaku afeksi yang ditunjukkan oleh ibu
selama berinteraksi dengan bayinya.
1. B. RESPON AYAH DAN KELUARGA
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan
anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari
keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan
dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali,
makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk
sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan pemeliharaan
aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari
pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang
ayah tidak mengandung si bayi selama 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara
fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi
penting sekali. Di satu pihak, sang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan
dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta
gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke
permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai
keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta
kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung
jawab untuk merawat bayi ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya
melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai
waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti
penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaan juga
memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional dengan istrinya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan
popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan
ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari
mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga
hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan
dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu
merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain
juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan Iain-
Iain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga
yang negatif.
Respon Positif
Respon Negatif
1. Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa
malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap
bayi baru lahir, terbagi menjadi:0
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan,
melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari
orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.
1. Pengalaman melahirkan
Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan relative lebih
mudah daripada pengalaman melahirkan yang lama, sukar dan disertai komplikasi fisik.
Sikap ayah juga dipengaruhi oleh pengalaman melahirkan dari istrinya.
Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin menyenangkan sikapnya
terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan untuk melaksanakan peran ibu secara
memuaskan.
Kalau terjadi komplikasi pada persalinan, seperti pembedahan caecar, kelahiran belum cukup
umur yang memerlukan perawatan khusus dan harus lebih lama di rumah sakit, atau adanya
cacat bawaan atau cacat yang tampak pada waktu dilahirkan, maka sikap orangtua akan
dibayangi kecemasan mengenai biaya yang tidak terduga.
Kalau ternyata bayi menderita cacat, sikap orangtua akan diwarnai ;. oleh kekecewaan,
kegelisahan, tentang normal atau tidaknya bayi di masa mendatang dan tentang biaya
tambahan yang diakibatkan kecacatan itu.
1. Tangisan Bayi
Bayi yang terus menangis dan tanpa disertai sebab-sebab yang jelas akan mendorong
berkembangnya sikap-sikap yang kurang menyenangkan tidak saja pada orangtua tetapi juga
pada semua anggota keluarga.
Kalau orangtua menghadapi kenyataan bahwa perawatan bayi menuntut lebih banyak
pekerjaan, menimbulkan kekurangan dan harus mengeluarkan biaya lebih banyak daripada
yang dibayangkan sebelumnya. Sikap mereka pada bayi akan kurang menyenangkan
dibandingkan dengan kalau mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi
yang biasanya dihadapi orangtua.
Kalau bayi harus tinggal lebih lama di rumah sakit daripada biasanya karena belum cukup
umur, karena adanya cacat atau karena kesulitan dalam penyesuaian pascanatal, orangtua
tidak hanya gelisah tentang kenormalan bayinya tetapi juga mengenai kemampuan mereka
untuk merawatnya setelah meninggalkan rumah sakit.
Kalau Bayi harus lebih lama tinggal di rumah sakit daripada biasanya dan harus diberi
perhatian khusus, orangtua menjadi gelisah tentang kelangsungan hidup bayi. Kalau bayi
berhasil hidup, orangtua cenderung sangat melindungi.
Sibling rivalry adalah persaingan antara saudara kandung dalam memperebutkan perhatian
dan kasih sayang orangtua. Sibling rivalry menjadi fenomena tersendiri, karena sejatinya kita
adalah makhluk sosial yang menuntut manusia hidup berkelompok dan bermasyarakat.
Meskipun ruang lingkupnya kecil, keluarga adalah kumpulan orang, persaingan antara
saudara kandung otomatis tidak bisa di hindarkan, baik positif ataupun negatif.
Persaingan adalah sesuatu yang alamiah, bagi anak-anak ini semacam permainan, sedangkan
bermain adalah proses pembelajaran anak tentang kehidupan. Sibling rivalry menjadi momen
untuk mempelajari kebersamaan, keadilan, kelapangan hati untuk memaafkan.
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis
terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya,
antara lain:
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi
fasilitator.
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada
umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran
anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang
orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada
anak-anak ini.
1. Masalah tidur.
2. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
3. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap
jempol.
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2
tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum
kelahiran.
2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan
perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh
anaknya.
4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada
anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin
menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan
adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga
dapat mengasuh adiknya.
Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang
merasa senang dengan kehadiran anggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam
perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi
kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
Peran Bidan
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama
pasca kelahiran.
2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.