Anda di halaman 1dari 26

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik yang ditandai
dengan pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang dan biasanya disertai dengan peningkatan tekanan intraocular.
Sebagian besar kasus glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata
lainnya (glaukoma primer).1
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkiran 3 juta
penduduk Amerika Serikat terkena glaukoma dan hamper setengahnya
tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat
glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika.1
Glaukoma Maligna, dikenal juga dengan glaukoma sumbatan
siliaris adalah glaukoma yang terjadi setelah tindakan bedah okular.
Pada 1869, von Graefe pertama kali menggunakan istilah glaukoma
maligna untuk menggambarkan suatu keadaan yang ditandai tekanan
intraokular tinggi (IOP) dengan ruang anterior dangkal atau datar pada
tindakan iridektomi perifer paten. Glaukoma maligna jarang terjadi,
tetapi merupakan salah satu komplikasi yang paling serius dari operasi
filtrasi glaukoma pada pasien dengan glaukoma sudut sempit atau sudut
tertutup. Proses glaukoma maligna berkelanjutan dan sulit diobati
danberkembang menjadi kebutaan. Glaukoma maligna kadang tidak
responsif dan kadang-diperburuk dengan tatalaksana konvensional.2

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper yang berjudul “Glaukoma Maligna”
ini antara lain:

1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

1. Membahas mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis,


diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis glaukoma maligna
2. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Departemen
Ilmu Penyakit Mata RS USU.

1.3. Manfaat
Hasil paper ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan,baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan Glaukoma
Maligna, serta dapat menjadi sumber referensi untuk makalah selanjutnya.

2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bola Mata6


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24mm. Bola
mata dibungkus 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera
Jaringan ikat kenyal yang memberikan bentuk pada mata dan merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan dan memudahkan sinar memasuki bagian
dalam bola mata. Sklera berhubungan erat dengan kornea dalam bentuk
lingkaran yang disebut limbus.
2. Jaringan uvea
Merupakan jaringan yang mengandung banyak pembuluh darah. Terdiri
atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris terdapat otot yang mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dirangsang
oleh saraf simpatetik dan mengakibatkan melebarnya pupil. Otot
konstriktor berfungsi mengecilkan pupil.
Badan siliar yang terletak di belakang iris berfungsi menghasilkan cairan
aqueous humor.
3. Retina
Disebut juga dengan selaput jala. Berbatasan dengan koroid dengan sel
pigmen epitel retina. Warna retina biasanya jingga, bisa pucat pada
keadaan anemia dan iskemi, serta merah pada hiperemi. Pembuluh darah
di retina merupakan cabang arteri ophtalmika, yakni arteri retina sentral
yang masuk melalui papil saraf optik. Retina merupakan lapisan paling
dalam dan tersusun atas 9 lapis:

3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

a. Lapis fotoreseptor
Lapisan terluar retina, mengandung fotoreseptor yang terdiri atas sel
batang dan kerucut
b. Membran limitan eksterna
Merupakan membran maya
c. Lapis nukleus luar
Susunan lapis sel kerucut dan batang
Ketiga lapisan di atas avascular dan mendapat nutrisi dari koroid
d. Lapis pleksiform luar
Aseluler, tempat sinapsis antara sel fotoreseptor dan sel bipolar,
horizontal.
e. Lapis nukleus dalam
Tubuh sel bipolar, sel horizontal, sel Muller. Mendapat nutrisi dari
arteri retina sentral
f. Lapis pleksiform dalam
Aselular, tempat sinapsis antara sel bipolar dengan sel ganglion, sel
amakrin.
g. Lapis ganglion
Lapis badan sel ganglion
h. Lapis serabut saraf
Lapis akson sel ganglion ke arah saraf optik. Mengandung sebagian
besar pembuluh darah retina.
i. Membran limitan interna
Membran hialin berbatasan dengan korpus vitreum.

2.2. Kornea6
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya dan
mempunyai kelengkungan yang lebih tajam, merupakan lapisan jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapisan:

4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

1. Lapisan Epitel
 Tebalnya 550 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel
basal, sel poligonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
poligonal didepannya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Jaringan Stroma
 Menyusun 90% ketebalan kornea.
 Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan yang lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

merupakan sel stroma kornea yang merupakan


fibroblast yang terletak di antara serat kolagen stroma.
Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma
4. Membran Descement
 Merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya.
 Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur
hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk
heksagonal, besar 20-40 µm. Endotel melekat pada
membran descement melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.

Gambar 2.1. Histologi Kornea

6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

2.3. Konjungtiva7
Konjungtiva adalah lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa yang transparan dan tipis yang menutupi sklera dan
melapisi kelopak mata. Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratin
yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang
terdiri dari jatingan ikat longgar yang berisi leuokosit. Konjungtiva
palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar dapat
bergerak secara bebas kecuali yang dekat pada daerah kornea.

Gambar 2.2. Penampang Anatomi Konjungtiva

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan


arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dengan banyak
vena konjungtiva membentuk jaring-jaring vaskular konjungtiva yang

7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

banyak sekali. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan


pertama (oftalmik) nervus trigeminus.
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata,
menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka
dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang
berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu,
terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel
mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan
antibodi dalam bentuk IgA.

2.4. Lensa6
Berbentuk lempeng cakram bikonveks di dalam bilik mata belakang.
Lesan dibentuk sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Serat akan dibentuk terus menerus dan menjadi padat pada bagian
sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa. Serat lensa yang terdapat di
sekeliling nukleus disebut dengan korteks lensa. Di bagian perifer kapsul
lensa, terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.

2.5. Saraf Optik6


Keluar dari polus posterior mata membawa 2 jenis serabut saraf, saraf
penglihat dan pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan
yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik
ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran
listrik.

2.6. Fisiologi Aqueous Humor1

8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous


humor dan tahanan terhadap aliran kecepatan keluarnya dari mata.
Aqueous humor adalah cairan jernih mengisi bilik mata depan dan
belakang. Volume sekitar 250 microliter, kecepatan pembentukannya
memiliki variasi diurnal adalah 2,5 microliter/menit. Tekanan osmoknya
sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisinya serupa plasma,
tetapi konsentrasi askorbat, piruvat, laktat yang lebih tinggi sedangakn
protein, glukosa, urea yang lebih rendah.
Aqueous humor dibentuk oleh korpus siliaris. Merupakan hasil dari
sekresi aktif, ultrafiltrat, osmosis plasma dari stroma prosesus siliaris dan
prosesus sekretorius epitel siliaris. Aqueous humor masuk ke bilik mata
depan melalui pupil lalu ke anyaman trabecular di suduit bilik mata depan.
Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen aqueous dengan darah di
iris.3
Anyaman trabecular terdiri atas berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular, membentuk suatu saringan
dengan ukuran pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman
trabecular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman trabecular sehingga
kecepatan drainase juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanal
Schlemm tergantung pada pembentukan saluran transelular siklik di lapisan
endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (lebih kurang 30 saluran
pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena.
Terdapat juga aliran uveosklera di mana sebagian kecil (10-30%)
aqueous humor keluar dari mata melalui dasar iris dan berkas otot siliaris ke
ruang suprakoroid danke dalam system vena korpus siliar, koroid dan sclera.3
Kapasitas pengaliran baik dari jalur trabekular maupun uveosklera
berkurang seiring dengan pertambahan usia.3

9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Tekanan normal rata-rata bola mata berkisar 11-21 mmHg. Di mana


pada pasien glaukoma, sering dijumpai tekanan bola mata yang tinggi di atas
20 mmHg.1,3,6

Gambar 2.3. Aliran aqueous humor12

Gambar 2.4. Hubungan Tekanan Intraokular dan resiko glaukoma12

2.7. Glaukoma
2.7.1. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.6
Glaukoma adalah neuropati optik kronik yang ditandai dengan
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang dan biasanya
disertai dengan peningkatan tekanan intraokular.1

10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Gambar 2.5.Funduskopi retina normal dan pasien glaukoma8


a.Diskus optikus normal denan cup/disc rasio 0.4; b.cup glaucomatous dengan c/d rasio 0.8
dan adanya defek visual awal; c. cup glaucomatous besar dengan c/d rasio 1 dan adanya
atrofi optic (mata buta)

11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

2.7.2. Etiologi
Glaukoma disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
siliar atau berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata
atau di celah pupil.1,6

2.7.3. Klasifikasi
Glaukoma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya menjadi:1,6
I Glaukoma Primer
Glaukoma sudut terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma sudut sempit
II Glaukoma Kongenital
Primer atau infantil
Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
Menyertai yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokular
III Glaukoma Sekunder
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
Fakogenik
Kelainan traktus uvea
Sindrom iridokorneoendotelial
Trauma
Pascaoperasi
Glaukoma neovaskular
Peningkatan tekanan vena episklera
Akibat steroid
IV Glaukoma Absolut

Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang umum


ditemukan dengan etiologi yang tidak diketahui dan biasanya bersifat
diturunkan dalam keluarga. Tekanan bola mata tinggi berjalan perlahan
disertai peningkatan tekanan pada saraf optik yang tidak sakit berat dan
penglihatan turun perlahan. Biasanya diketahui sudah terlambat dengan

12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

penglihatan sudah berbentuk terowong (funnel) dan berakhir denga


kebutaan.6
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila jalan keluar aqueous humor
tiba-tiba tertutup dan mengakibatkan rasa sakit yang berat dengan tekanan
bola mata yang tinggi. Hal ini merupakan keadaan darurat yang gawat.
Penglihatan berkabut dan menurun, mual dan muntah, halo sekitar sinar,
mata merah dan terasa bengkak.6
Glaukoma kongenital dapat akibat diturunkan. Saat lahir terlihat
kelainan perkembangan mata dengan pembesaran bola mata disertai kornea
yang keruh, fotofobia dan mata berair.6
Glaukoma absolut adalah hasil akhir semua glaukoma yang tidak
terkontrol dan ditandai dengan mata yang keras, tidak dapat melihat, dan
sering nyeri.1,6

2.8. Glaukoma Maligna


2.8.1. Definisi
Glaukoma maligna, pertama kali diperkenalkan oleh von Graefe pada
1896 yang menunjukkan pendangkalan bilik anterior perifer maupun sentral
dengan tekanan yang meningkat ataupun normal meski iridotomi paten dan
terjadi pada pasien postoperasi glaukoma.5
Dikatakan maligna karna bersifat progresif dan responnya jelek
terhadap terapi konvensional.5
Glaukoma maligna, dikenal juga dengan aqueous misdirection,
cilliary block glaucoma, dan posterior aqueous diversion syndrome.Bentuk
glaukoma ini jarang dan biasanya muncul setelah dilakukannya tindakan
pembedahan okular pada pasien sudut tertutup atau PAS.13
Glaukoma ini jarang terjadi dan dapat muncul secara spontan pada
mata dengan sudut terbuka setelah operasi atau prosedur laserasi. 13 Penyakit

13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

ini ditandai dengan penipisan dari chamber anterior sentral maupun perifer
secara asimetris pada kedua mata.

2.8.2. Epidemiologi
Glaukoma maligna bisa terjadi dalam beberapa jam sampai hari
setelah operasi. Paling sering terjadi setelah operasi trabekulektomi atau
iridektomi.
Glaukoma maligna bisa terjadi pada: operasi katarak baik yang diikuti
atau tidak diikuti dengan pemasangan lensa buatan, terapi siklopegik, terapi
yang menyebabkan terjadinya miosis, iridotomi laser, kapsulotomi laser,
sklerotomi laser, implantasi molteno, implantasi alat drainase glaukoma
baerveldt, injeksi triamsinolan asetonid intravitreal, infeksi Aspergillus
flavus intraocular. Glaukoma maligna dilaporkan terjadi pada 0,4-6% pasien
yang menjalani bedah filtrasi pada glaukoma sudut tertutup.Sindrom
pseudomaligna glaukoma telah dilaporkan terjadi pada pasien yang
menjalani vitrektomi pars plana.2,5,15
Rata-rata umur pasien yang terkena glaukoma maligna adalah 70
tahun.2 Maligna glaukoma lebih sering terlihat pada penduduk Asia, mungkin
disebabkan penduduk Asia mempunyai panjang axial yang lebih pendek dan
memiliki faktor resiko terjadinya sudut bilik mata depan menyempit. Wanita
lebih sering terkena dibandingkan pria dengan rasio 11:3.5,9

2.8.3. Patofisiologi
Etiologi dan mekanisme pasti yang menyebabkan terjadinya glaukoma
maligna belum sepenuhnya dimengerti, tapi dipercaya bahwa aliran aqueous
humor dari bilik posterior menuju ke vitreus adalah penyebabnya.
Blokade dari aliran aqueous humor pada badan siliar, lensa dan
permukaan vitreous dipercaya menyebabkan terjadinya glaukoma maligna.
Misdireksi posterior dari aqueous humor ke kavitas vitreus menimbulkan

14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

ekspansi dari kavitas tersebut dan menyebabkan peningkatan tekanan segmen


posterior mata. Hal ini dapat menyebabkan perubahan letak dari iris-lensa.
Edema kornea juga sering ditemukan. Ruang anterior mata yang dangkal
(athalamia) menyebabkan perburukan karna berkurangnya akses aqueous
humor ke jaringan trabekular. Tekanan intraocular sering meningkat, tapi
bisa juga ditemukan normal.2,5
Glaukoma maligna dengan tekanan intraokular yang rendah bisa
ditemukan setelah trabekulektomi. Pada keadaan ini, tekanan pada ruang
anterior lebih rendah daripada ruang posterior dan menyebabkan
pendangkalan dari ruang anterior mata.2 Faktor yang memicu terjadinya
glaukoma maligna adalah lisis suture, terapi miosis, penghentian siklopegik.2

2.8.4. Manifestasi Klinis


Glaukoma maligna sulit untuk dideteksi pada stadium awal sebelum
terjadinya peningkatan tekanan intraokular. Kebanyaka mata penderita
glaukoma maligna memiliki tekanan yang lebih tinggi, namun beberapa
pasien memiliki tekanan yang normal atau bahkan rendah.15
Pasien awalnya merasakan penglihatan jauh yang kabur, tetapi
penglihatan dekat membaik. Hal ini diikuti dengan nyeri dan peradangan.1
Mata merah, nyeri yang mampu menginduksi terjadinya mual dan muntah,
nyeri kepala dan mirip dengan gejala glaukoma sudut tertutup akut.4,5

15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Gambar 2.6. Stage lapangan pandang glaucomatous11

2.8.5. Pemeriksaan,10
Pemeriksaan slit lamp menunjukkan adanya perubahan posisi anterior
dari lensa-iris serta pendangkalan dari bilik anterior mata dan peningkatan
dari tekanan intraocular dengan iridektomi paten. Pemeriksaan ini juga
menunjukkan adanya pendangkalan sentral dan perifer dari bilik anterior.
Dengan lensa Goldman, dapat diamati sudut yang tertutup komplit.
Pelepasan choroidal atau perdarahan suprachoroidal harus

16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

disingkirkandengan goniolens dan ophthalmoskopi indirek. Evaluasi


kemungkinan oklusi vaskular di retina dan perdarahan vitreus.
Pemeriksaan tonometri biasanya menunjukkan peniingkatan dari
tekanan intraokular. USG untuk menentukan panjang axial dari bola mata
(lebih pendek dari normal) dan menentukan posisi dan ukuran dari badan
sillier dan prosesusnya serta mendapatkan data tentang ketebalan dari koroid.
Ultrabiomikroskopi (UBM) memberikan gamabran dari iris, lensa dan
badan siliar. UBM menunjukkan adanya rotasi anterior dari prosesus siliaris
yang menekan lensa dan menyebabkan kelainan aliran dari aqueous humor.
UBM juga menunjukkan lensa yang lebih kecil pada beberapa penderita
glaukoma maligna yang memudahkan lensa bergerak.15Anterior segment
OCT digunakan untuk mendapatkan gambaran struktur sudut iridokorneal.

Gambar 2.7. Pemeriksaan pada glaukoma12

17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Gambar 2.8. SLO dan Tonometri Goldman12

Gambar 2.9. Pendangkalan bilik mata anterior10

2.8.6. Penatalaksanaan
Tujuan dari farmakoterapi untuk mengurangi morbiditas and
mencegah komplikasi dengan cara mengurangi produksi dari aqoeus humor,
mengecilkan badan siliar, dan mengembalikan iris lensa pada posisinya.14
Terapi terdiri dari siklopegik, midriatik, penekan produksi aqueous
humor dan obat-obatan hiperosmotik. Obat hiperosmotik digunakan untuk
menciutkan korpus vitreum dan menyebabkan lensa bergeser ke belakang.1

18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Agen siklopegik termasuk tropicamide, cyclopentolate, atropine 1%


QID, memparalisiskan otot sfingter dari badan siliar, meningkatkan tegangan
zonula dengan memdatarkan dan menyebabkan pergerakan lensa ke posterior
dan menyebabkan bilik anterior menjadi dalam.2,4,15Obat lainnya berupa
phenylephrine 10% QID, golongan alfa 1 adrenergik agonis yan bekerja
dengan cara menstimulasi otot dilator iris dan mengakibatkan menegangnnya
zonula.
Beberapa golongan obat yang dipakai :
1. Beta-adrenergik reseptor bloker
Mekanisme pasti cara kerja obat golongan ini masih belum jelas,
tetapi diperkirakan dengan cara mengurangi produksi aqueous
humor. Beberapa contoh obat-obat yang dipakai :
a. Timolol
b. Betaxolol
c. Carteolol
d. Levobunolol
e. Metipranolol
2. Alpha2-adrenergik reseptor bloker
Bekerja dengan cara mengurangi produksi aqueous humor. Contoh
obat dari golongan ini :
a. Apraclonidin
Umumnya dipakai untuk terapi jangka pendek.
b. Brimonidin
3. Karbonik anhidrase inhibitor
Bekerja dengan cara menghambat karbonik anhidrase pada
prosesus siliaris yang akan menurunkan produksi dari aqueous
humor.
a. Oral
- Asetazolamid

19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Penggunaan asetazolamid harus diikuti dengan


pemeriksaan elektrolit, terutama pottasium.4
b. Topikal
- Brinzolamide
- Dorzolamide
4. Agen hiperosmotik
Mengurangi tekanan intraokular dengan cara membuat perbedaan
tekanan osmotik antara cairan okular dengan plasma yang
menyebabkan penurunan volume vitreus. Sangat efektif untuk
mengurangi tekanan intraokular dengan onset beberapa menit saja
dan puncaknya 60 menit. Tidak untuk digunakan dalam jangka
waktu lama. Contoh yang dipakai adalah manitol, gliserol 50%
2ml/kgBB 1-2x/hari atau isosorbid.
5. Prostaglandin
Prostaglandin bekerja dengan cara meningkatkan aliran uveoskeral
dan mampu mengurangi tekanan intraokular 25-30%. Kerjanya
dalam tatalaksana glaukoma maligna masih belum jelas.
a. Latanoprost
Pasien harus diinformasikan tentang kemungkinan efek
samping kosmetik pada mata atau bulumata.
b. Bimatoprost
Bekerja dengan meniru cara kerja prostamide.
c. Travoprost
Merupakan analog prostaglandin F2-alpha.
d. Tafluprost
Diindikasikan untuk glaukoma sudut terbuka atau hipertensi
okular.
Tatalaksana farmakologis harus terus dilanjutkan kecuali terdapat
perburukan yang bisa berefek buruk pada saraf optik. Mungkin diperlukan

20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

sklerotomi posterior, vitrektomi, dan bahkan ekstraksi lensa. 1,2 Terapi


farmakologi menunjukkan hasil yang tidak efektif pada lebih kurang 50%
kasus glaukoma maligna.16
Laser argon bisa digunakan pada iridektomi perifer untuk mengurangi
volume prosesus siliaris dan blokade siliolentikular. Laser transpupil untuk
mengecilkan volume prosesus siliaris pada pasien aphakia dilaporkan
berhasil mengembalikan aliran aqueous humor dan mengembalikan
kedalaman bilik anterior mata.
Laser YAG bisa membuka hialoid anterior agar memungkinkan
pergerakan cairan dari kavitas vitreus ke bilik anterior. Hialidotomi bisa
dipertimbangkan dilakukan pada hialoid perifer pada iridektomi perifer untuk
mengurangi cedera lensa pada pasien dan mencegah kapsul lensa atau materi
kortikal lainnya menghalangi jalan aliran cairan mata.16
Jika penanganan dengan laser gagal atau terjadi perlengketan lensa-
kornea, terapi bedah dapat diperimbangkan. Vitrektomi pars plana bisa
disertai atau tidak disertai lensektomi untuk membuat hubungan antara
kavitas vitreus dengan bilik anterior. Vitrektomi pars plana dikombinasikan
dengan shunt bisa mengurangi tekanan intraokular dan mengurangi angka
kekambuhan. Vitrektomi sulit dilakukan pada pasien-pasien yang masih
memiliki lensa dan menyebabkan angka keberhasilan terapi ini masih rendah.
Komplit vitrektomi, iridektomi, zonulektomi dan phakoemulsiikasi
ketika dilakukan, kemungkinan berhasilnya lebih tinggi dibanding
penanganan lainnya. Skelrektomi yang dikombinasikan dengan
phakoemulsifikasi, zonulektomi, hialidektomi, vitrektomi anterior dilakukan
pada pasien nanopthalmos dan glaukoma maligna.

21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Gambar 2.10. Alur manajemen dari glaukoma maligna15

Gambar 2.11. Tatalaksana laser dan bedah pada glaukoma12

2.8.7. Komplikasi dan Prognosis4,5,10


Pasien yang didiagnosa dengan glaukoma maligna pada satu matanya,
memiliki kemungkinan peningkatan resiko terkenanya glaukoma maligna
pada mata sebelahnya.

22
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

Glaukoma maligna bisa menyebabkan kebutaan ireversibel jika


penanganan lama dan tidak adekuat.
Prognosis pasien tergantung dari durasi dan keparahan dari serangan
glaukoma maligna. Pada pasien stadium awal, prognosisnya baik jika
serangan tidak berlanjut dan tekanan intraocular terkendali. Masalahnya
adalah malignan glaukoma sulit terkendali dengan obat-obatan dan terapi
dengan laser tidak memberikan hasil yang begitu efektif. Rekurensi
glaukoma maligna terjadi pada 15% pasien yang telah menjalani terapi
pembedahan.
Adanya perubahan letak dari diafragma lensa-iris berhubungan
dengan myopia berkisar -2.5 sampai -8 dioptri. Pembentukan katarak
ditemukan pada pasien yang menjalani vitrektomi untuk glaukoma malligna.
Ablasi retina dan ablasi koroidal juga dilaporkan terjadi setelah intervensi
bedah pada glaukoma malignan.

23
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

BAB 3
KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik yang ditandai dengan pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang dan biasanya disertai dengan
peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma maligna adalah suatu glaukoma yang terjadi
setelah tindakan bedah okular dandikatakan maligna karna bersifat progresif dan
responnya jelek terhadap terapi konvensional. Glaukoma ini lebih sering terlihat pada
penduduk Asia dan wanita lebih sering terkena daripada pria.Mekanisme pasti dari
terjadinya glaukoma maligna belum sepenuhnya dimengerti dan tujuan dari
farmakoterapi untuk mengurangi morbiditas and mencegah komplikasi dengan cara
mengurangi produksi dari aqoeus humor, mengecilkan badan siliar, dan mengembalikan
iris lensa pada posisinya. Terapi dapat menggunakan obat-obatan seperti siklopegik,
midriatik, hiperosmotik dll, sedangkan penanganan non farmakologis diantaranya adalah
laser dan terapi bedah.

24
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

DAFTAR PUSTAKA

1 Eva PR. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. Edisi 17. Jakarta: EGC.
2008
2 Pons ME. Malignant Glaucoma. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1205609-overview [Accessed 20 April
2018]
3 Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JD, Aldad TS.Oxford
American Handbook of Ophtmalmology. 2011. New York: Oxford
University Press.
4 Dorairaj S, Chan I, Teng C. Diagnosis and Management of Malignant Glaucoma.
Available from: [https://www.aao.org/eyenet/article/diagnosis-management-of-
malignant-glaucoma?april-2010]
5 Larkin JK, Netland PA, Salim S. Clinical Management of Malignant Glaucoma.
Hindawi Publishing Corporation. 2015 Jun.
6 Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. 2014. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
7 Remington LA. Clinical Anatomy Of The Visual System 2nd Edition.
Chapter 19 Ocular Adnexa and Lacrimal System. Butterworth Heinemann.:
Elsevier. 2005. 167-171.
8 Ming ALS, Constable IJ. Colour Atlas of Ophthalmology. Edisi 3.

25
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152

9 Premsenthil M, Salowi MA, Slew CM Gudom I, Kah TA. Spontaneous


Malignant Glaukoma in a Patient with Patent Peripheral Iridotomy. BMC
Ophthalmology. 2012.12:64.
10 Rekas M, Jachym KK. Malignant Glaucoma. Intech. 2013
11 Schlote T, Rohrbach J, Grab M, Mielke J.Pocket Atlas of Ophthalmology.
2005. New York: Thieme
12 Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at a Glance. 2005.
13 American Academy of Ophthalmology.Glaucoma. 2014
14 Altan C, Pasaoglu I, Bayraktar S. Treatment of Malignant Glaucoma. Beyoglu
Eye J. July 2017.2(2):41-42
15 Shahid H, Salmon JF. Malignant glaucoma: a review of the modern literature. J
Ophthalmol 2012;2012:852659.
16 Hosoda Y, Akagi T, Yoshimura N. Two Cases of Malignant Glaucoma
Unresolved by Pars Plana Vitrectomy. Clinical Opthalmology. 2014:8

26

Anda mungkin juga menyukai