BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper yang berjudul “Glaukoma Maligna”
ini antara lain:
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
1.3. Manfaat
Hasil paper ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan,baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan Glaukoma
Maligna, serta dapat menjadi sumber referensi untuk makalah selanjutnya.
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
a. Lapis fotoreseptor
Lapisan terluar retina, mengandung fotoreseptor yang terdiri atas sel
batang dan kerucut
b. Membran limitan eksterna
Merupakan membran maya
c. Lapis nukleus luar
Susunan lapis sel kerucut dan batang
Ketiga lapisan di atas avascular dan mendapat nutrisi dari koroid
d. Lapis pleksiform luar
Aseluler, tempat sinapsis antara sel fotoreseptor dan sel bipolar,
horizontal.
e. Lapis nukleus dalam
Tubuh sel bipolar, sel horizontal, sel Muller. Mendapat nutrisi dari
arteri retina sentral
f. Lapis pleksiform dalam
Aselular, tempat sinapsis antara sel bipolar dengan sel ganglion, sel
amakrin.
g. Lapis ganglion
Lapis badan sel ganglion
h. Lapis serabut saraf
Lapis akson sel ganglion ke arah saraf optik. Mengandung sebagian
besar pembuluh darah retina.
i. Membran limitan interna
Membran hialin berbatasan dengan korpus vitreum.
2.2. Kornea6
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya dan
mempunyai kelengkungan yang lebih tajam, merupakan lapisan jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapisan:
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
1. Lapisan Epitel
Tebalnya 550 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel
basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
poligonal didepannya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Jaringan Stroma
Menyusun 90% ketebalan kornea.
Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan yang lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.3. Konjungtiva7
Konjungtiva adalah lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa yang transparan dan tipis yang menutupi sklera dan
melapisi kelopak mata. Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratin
yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang
terdiri dari jatingan ikat longgar yang berisi leuokosit. Konjungtiva
palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar dapat
bergerak secara bebas kecuali yang dekat pada daerah kornea.
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.4. Lensa6
Berbentuk lempeng cakram bikonveks di dalam bilik mata belakang.
Lesan dibentuk sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Serat akan dibentuk terus menerus dan menjadi padat pada bagian
sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa. Serat lensa yang terdapat di
sekeliling nukleus disebut dengan korteks lensa. Di bagian perifer kapsul
lensa, terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.7. Glaukoma
2.7.1. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.6
Glaukoma adalah neuropati optik kronik yang ditandai dengan
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang dan biasanya
disertai dengan peningkatan tekanan intraokular.1
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.7.2. Etiologi
Glaukoma disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
siliar atau berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata
atau di celah pupil.1,6
2.7.3. Klasifikasi
Glaukoma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya menjadi:1,6
I Glaukoma Primer
Glaukoma sudut terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma sudut sempit
II Glaukoma Kongenital
Primer atau infantil
Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
Menyertai yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokular
III Glaukoma Sekunder
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
Fakogenik
Kelainan traktus uvea
Sindrom iridokorneoendotelial
Trauma
Pascaoperasi
Glaukoma neovaskular
Peningkatan tekanan vena episklera
Akibat steroid
IV Glaukoma Absolut
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
ini ditandai dengan penipisan dari chamber anterior sentral maupun perifer
secara asimetris pada kedua mata.
2.8.2. Epidemiologi
Glaukoma maligna bisa terjadi dalam beberapa jam sampai hari
setelah operasi. Paling sering terjadi setelah operasi trabekulektomi atau
iridektomi.
Glaukoma maligna bisa terjadi pada: operasi katarak baik yang diikuti
atau tidak diikuti dengan pemasangan lensa buatan, terapi siklopegik, terapi
yang menyebabkan terjadinya miosis, iridotomi laser, kapsulotomi laser,
sklerotomi laser, implantasi molteno, implantasi alat drainase glaukoma
baerveldt, injeksi triamsinolan asetonid intravitreal, infeksi Aspergillus
flavus intraocular. Glaukoma maligna dilaporkan terjadi pada 0,4-6% pasien
yang menjalani bedah filtrasi pada glaukoma sudut tertutup.Sindrom
pseudomaligna glaukoma telah dilaporkan terjadi pada pasien yang
menjalani vitrektomi pars plana.2,5,15
Rata-rata umur pasien yang terkena glaukoma maligna adalah 70
tahun.2 Maligna glaukoma lebih sering terlihat pada penduduk Asia, mungkin
disebabkan penduduk Asia mempunyai panjang axial yang lebih pendek dan
memiliki faktor resiko terjadinya sudut bilik mata depan menyempit. Wanita
lebih sering terkena dibandingkan pria dengan rasio 11:3.5,9
2.8.3. Patofisiologi
Etiologi dan mekanisme pasti yang menyebabkan terjadinya glaukoma
maligna belum sepenuhnya dimengerti, tapi dipercaya bahwa aliran aqueous
humor dari bilik posterior menuju ke vitreus adalah penyebabnya.
Blokade dari aliran aqueous humor pada badan siliar, lensa dan
permukaan vitreous dipercaya menyebabkan terjadinya glaukoma maligna.
Misdireksi posterior dari aqueous humor ke kavitas vitreus menimbulkan
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.8.5. Pemeriksaan,10
Pemeriksaan slit lamp menunjukkan adanya perubahan posisi anterior
dari lensa-iris serta pendangkalan dari bilik anterior mata dan peningkatan
dari tekanan intraocular dengan iridektomi paten. Pemeriksaan ini juga
menunjukkan adanya pendangkalan sentral dan perifer dari bilik anterior.
Dengan lensa Goldman, dapat diamati sudut yang tertutup komplit.
Pelepasan choroidal atau perdarahan suprachoroidal harus
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
2.8.6. Penatalaksanaan
Tujuan dari farmakoterapi untuk mengurangi morbiditas and
mencegah komplikasi dengan cara mengurangi produksi dari aqoeus humor,
mengecilkan badan siliar, dan mengembalikan iris lensa pada posisinya.14
Terapi terdiri dari siklopegik, midriatik, penekan produksi aqueous
humor dan obat-obatan hiperosmotik. Obat hiperosmotik digunakan untuk
menciutkan korpus vitreum dan menyebabkan lensa bergeser ke belakang.1
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
22
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
23
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
BAB 3
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik yang ditandai dengan pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang dan biasanya disertai dengan
peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma maligna adalah suatu glaukoma yang terjadi
setelah tindakan bedah okular dandikatakan maligna karna bersifat progresif dan
responnya jelek terhadap terapi konvensional. Glaukoma ini lebih sering terlihat pada
penduduk Asia dan wanita lebih sering terkena daripada pria.Mekanisme pasti dari
terjadinya glaukoma maligna belum sepenuhnya dimengerti dan tujuan dari
farmakoterapi untuk mengurangi morbiditas and mencegah komplikasi dengan cara
mengurangi produksi dari aqoeus humor, mengecilkan badan siliar, dan mengembalikan
iris lensa pada posisinya. Terapi dapat menggunakan obat-obatan seperti siklopegik,
midriatik, hiperosmotik dll, sedangkan penanganan non farmakologis diantaranya adalah
laser dan terapi bedah.
24
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
DAFTAR PUSTAKA
1 Eva PR. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. Edisi 17. Jakarta: EGC.
2008
2 Pons ME. Malignant Glaucoma. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1205609-overview [Accessed 20 April
2018]
3 Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JD, Aldad TS.Oxford
American Handbook of Ophtmalmology. 2011. New York: Oxford
University Press.
4 Dorairaj S, Chan I, Teng C. Diagnosis and Management of Malignant Glaucoma.
Available from: [https://www.aao.org/eyenet/article/diagnosis-management-of-
malignant-glaucoma?april-2010]
5 Larkin JK, Netland PA, Salim S. Clinical Management of Malignant Glaucoma.
Hindawi Publishing Corporation. 2015 Jun.
6 Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. 2014. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
7 Remington LA. Clinical Anatomy Of The Visual System 2nd Edition.
Chapter 19 Ocular Adnexa and Lacrimal System. Butterworth Heinemann.:
Elsevier. 2005. 167-171.
8 Ming ALS, Constable IJ. Colour Atlas of Ophthalmology. Edisi 3.
25
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA:LUTHFI MAHFUZH
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100152
26