Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PROSES KEJADIAN MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM”


MATA KULIAH : AGAMA

Disusun oleh :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Proses Kejadian
Manusia Menurut Agama Islam”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Proses Kejadian Manusia Menurut Agama
Islam” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 06 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Keperawatan Menurut Berbagai Ahli
2.2 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
2.3 Manusia Dalam Pandangan Agama Islam
2.4 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
2.5 Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek
2.6 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era yang modern ini, ada banyak penemuan, ilmu pengetahuan, dan teori yang
berkembang dan dikembangkan, baik oleh ilmuan dalam negeri maupun luar negeri. Namun,
diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan
dijabarkan oleh manusia.
Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu
pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia)
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana, kemudian
mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat
dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan
Meghanthropus.
Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci
masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Amat penting
memahami dengan gamblang bagaimana asal usul manusia yang sebenarnya.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan
yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya,
tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena
adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari
adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia
dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di
bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan
bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}
(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di
lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang
telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat
(turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat

1
memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka
lakukan.
Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah
kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia
dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :
1. Apa pengertian manusia menurut pandangan Islam?
2. Dari apa manusia itu diciptakan?
3. Bagaimana asal usul manusia diciptakan?
4. Bagaimana proses penciptaan manusia itu?
5. Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai:
1. Untuk mengetahui pengertian manusia menurut pandangan Islam.
2. Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.
3. Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-Nya berdasarkan
Al-Qur’an, hadist, dan iptek.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.
5. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam

2
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di
bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah,
urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda,
yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk
yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan
dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang
diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat
memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-
Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). Karena
ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah
menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat
Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(Adz-Dzariyat (51) : 56).

2.2 Manusia Dalam Pandangan Agama Islam


Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam
kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga
digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah
menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu
enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,
Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan
perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan
ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia
mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal,
manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :
- Naluri untuk mensucikan sesuatu

3
Naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari pada dirinya.
- Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri
Manunia punya kecenderungan marah, sedih, senang dll.
- Naluri untuk melestarikan dirinya
Naluri kasih sayang.

2.3 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an


Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda,
yaitu:
Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari
al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur
hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan
ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al
Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4).
Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui
proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung
dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan
kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14).
Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah
swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40
hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di
antaranya sebagai berikut:

- Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
- Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
- Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
- Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
- Setetes Mani

4
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan
‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel
telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya.
Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

1. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang
disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan
membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat
dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan
semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada
suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel
pada tubuh untuk menghisap darah.

2. Pembungkusan Tulang oleh Otot

Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang
terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang

5
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan
dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-
Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

3. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-
Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani
itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-
baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).

2.4 Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek


Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an, sebagaimana dikutip
Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan
manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus.
Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat
melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena Allah ingin
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya
dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini
bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah
Allah di bumi.

6
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup
bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi,
mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai
fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam,
berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi
terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk
pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani.
Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di
muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya
ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap
dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi.
Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan.
Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke
arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali jika
mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.

2.5 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia


Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan
agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si
miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.

2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

7
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk
tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
- Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
- Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
- Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur,
serta pemanfaatan kegunaan alam.

3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas
ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan.
Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua
yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang
dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal
dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut
sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap.
Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama.
Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani
(nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan
darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh.
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer,
maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas
tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar
manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.

3.2 Saran

9
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya
setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat
ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.”
(QS Al Fajr : 27-30)

DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-
pendidikan-di-dalamnya/

http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html

http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html

http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/

http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-
agama-islam/

Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,


(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-
agama-islam/, diposting : 19 April 2008)

Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan di


Dalamnya, (http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-
nilai-pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19 September 2012)

Ahliana Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek,


(http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/
diposting : 28 Mei 2009).

10
11

Anda mungkin juga menyukai