Anda di halaman 1dari 7

Nama :

NIM : P071311181

Prodi : DIII Gizi tingkat 2

Mata Kuliah : Surveilans Gizi

1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan program gizi itu?


Jawab :
Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak organisasi dan
kelompok sector swasta serta individu. Kebijakan merujuk pada proses pembuatan keputusan-
keputusan penting organisasi diidentifikasi dari masalah yang ditemukan berujung pada prioritas
penetapan masalah dan alternatif program penanggulangannya. Dasar kebijakan program gizi
dikelola oleh pemerintah, selalu diambil dan ditetapkan mengacu kepada UU/PP yang lebih
tinggi tingkatannya. Dasar-dasar hukum tentang kebijakan program gizi meliputi UU No.36
tahun 2009 tentang Kesehatan, Perpres No.5 ttahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014, Intruksi Presiden No.3 tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan, Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2010-2014,
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2010-2015, Rencana Pembangunan di
Bidang Kesehatan oleh Kemenkes pada Periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat.

2. Apa yang dimaksud dengan kompilasi dan tabulasi data?


Jawab:
Kompilasi adalah suatu proses penggabungan serta menterjemahkan sesuatu (source
program) menjadi bentuk lain. Sedangkan tabulasi adalah proses menempatkan data dalam
bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

3. Indicator apa yang perlu diamati dalam pengelolaan program gizi?


Jawab:
a. Indikator Input
b. Indikator Proses
c. Indikator Output
d. Indikator Outcome
4. Terdiri dari indicator apa saja? Berilah contohnya masing-masing
Jawab:
a. Indikator Input
Contoh dari indicator input yaitu:
 Jumlah tenaga gizi di puskesmas
 Jumlah dan jenis formulir pencatatan dan pelaporan
 Jumlah dana yang tersedia untuk pelaksanaan program
 Jumlah ditribusi dan persediaan vitamin A, tablet tambah darah, MPASI balita, dan
ibu hamil, taburia
 Jumlah timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, pita LILA, buku KIA atau
KMS yang ada
b. Indikator Proses
Contoh dari indikator proses yaitu:
 Frekuensi kegiatan pelatihan
 Frekuensi kegiatan pemantauan garam beryodium
 Frekuensi kegiatan edukasi gizi
 Frekuensi kegiatan konseling ASI dan MPASI
 Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A
c. Indikator Output
 Cakupan distribusi kapsul vitamin A, cakupan distirbusi tablet tambah darah
 Persentase D/S, K/S, N/D, BGM/D, 2T/D
 Cakupan pemberian MPASI
 Jumlah puskesmas yang memiliki konselor ASI
 Jumlah kader posyandu yang dilatih
d. Indikator Outcome
 Prevalensi gizi kurang
 Prevalensi balita pendek
 Prevalensi balita kurus
 Prevalensi anemia pada ibu hamil
 Prevalensi kekurangan vitamin A

5. Salah satu bentuk kegiatan surveilans yang dilakukan di Indonesia adalah Pemantauan Status
Gizi. Apa sebenernya tujuan Pemantauan Status Gizi tersebut?
Jawab:
a. Menyediakan informasi tentang status gizi, konsumsi dan factor determinannya yang
akan digunakan oleh para perumus kebijakan
b. Pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan dan penentuan kebijakan
penanggulangan masalah gizi

6. Jelaskan 2 hal penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita!


a. Faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi
Jawab:
Asupan zat gizi dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan gizi pada balita dan
mempengaruhi status gizi balita karena keadaan gizi yang baik merupakan salah satu factor
penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, tidak baiknya mutu
makanan maupun jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-
masing orang tentunya berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Anak-anak berumur
0-5 tahun merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi kurang. Asupan energy
yang kurang dapa menyebabkan ketidakseimbangan yang berakibat berat badan lebih rendah
dari normal atau idealnya.
b. Factor yang mempengaruhi kejadian penyakit infeksi
Jawab:
Asupan zat gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi
karena asupan zat gizi yang kurang dapat menyebabkan lemahnya sistem kekebalan tubuh
(imunitas) pada suatu individu yang pada akhirnya infection agent (kuman penyakit) mudah
menyerang tubuh.

7. Teknik analisis sederhana situasi gizi dan factor resiko


Jawab:

Basis analisis situasi gizi adalah masyarakat oleh sebab itu maka faktor-faktor terkait
dengan masalah gizi yang akan dianalisis adalah yang didasarkan pada data atau informasi di
tingkat masyarakat, bukan pada tingkat keluarga atau rumah tangga. Analisis yang dimaksud
di sini adalah analisis sederhana bukan analisis yang menggunakan metode statistik yang
canggih seperti multiple regression atau analisis multivariate. Analisis sederhana yang
dimaksud dalam modul ini adalah mengklasifikasikan setiap data faktor penyebab menjadi
kategori yang menunjukkan berat atau ringannya permasalahan dan faktor penyebab tersebut.
Batasan untuk menentukan kategori berat-ringannya masing-masing faktor penyebab
ditetapkan oleh sumber atau pemilik informasi tersebut.
Berikut akan disajikan beberapa kategori tingkat masalah gizi berdasarkan standar
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
1. Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita gizi kurang dengan indikator
berat badan menurut umur (BB/U).
a. < 10%= kategori baik (skor 1)
b. 10%--15%= kategori masalah ringan (skor 2)
c. 15,1%--20%= kategori masalah sedang (skor 3)
d. Lebih dari 20%= kategori masalah berat (skor 4)
2. Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita kurus dengan indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a. < 5%= kategori baik (skor 1)
b. 5%--10%= kategori masalah ringan (skor 2)
c. 10,1%--15%= kategori masalah sedang (skor 3)
d. 15%= kategori masalah berat (skor 4)
3. Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita pendek dengan indikator tinggi
badan menurut umur (TB/U).
a. < 20%= kategori baik (skor 1)
b. 20%--30%= kategori masalah ringan (skor 2)
c. 30,1%--40%= kategori masalah sedang (skor 3)
d. 40%= kategori masalah berat (skor 4)
4. Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita gemuk dengan indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) atau Indeks Massa Tubuh menurut umur
(IMT/U).
a. < 5%= kategori baik (skor 1)
b. 5%--10%= kategori masalah ringan (skor 2)
c. 10,1%--15%= kategori masalah sedang (skor 3)
d. 15%= kategori masalah berat (skor 4)
Berikut adalah contoh pengkategorian beberapa indikator yang didasarkan pada
beberapa faktor risiko atau penyebab terjadinya masalah gizi. Perlu Anda ingat bahwa ini
hanya contoh bukan untuk dijadikan sebagai standar karena untuk menentukan indikator perlu
disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.
1. Persentase asupan energi terhadap kebutuhan, misalnya persentase penduduk yang
mengonsumsi energi <70% kebutuhan.
a. <10% penduduk= kategori tidak rawan gizi (skor 1)
b. 10%--20% penduduk= kategori masalah rawan gizi ringan (skor 2)
c. 20,1%--40% penduduk= kategori masalah rawan gizi sedang (skor 3)
d. >40% penduduk= kategori masalah rawan gizi berat (skor 4)
2. Jumlah keluarga miskin
a. <10% penduduk= kategori baik (skor 1)
b. 10%--30% penduduk= kategori masalah ringan (skor 2)
c. 30,1%--50% penduduk= kategori masalah sedang (skor 3)
d. >50%= kategori masalah berat (skor 4)
3. Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu (% D/S)
a. ≥80% balita= kategori partisipasi baik (skor 1)
b. 60%--79,9% balita= kategori partisipasi cukup (skor 2)
c. 40%--59,9% balita= kategori partisipasi kurang (skor 3)
d. <40% balita= kategori partisipasi sangat kurang (skor 4)
4. Jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya berdasarkan grafik KMS (%N/D)
a. ≥80% balita= kategori indikasi pertumbuhan baik (skor 1)
b. 60%--79,9% balita= kategori indikasi masalah pertumbuhan cukup (skor 2)
c. 40%--59,9% balita= kategori indikasi masalah pertumbuhan sedang (skor 3)
d. <40% balita= kategori indikasi masalah pertumbuhan berat (skor 4)
5. Jumlah balita berumur 6—59 bulan yang memperoleh kapsul vitamin A tahun lalu.
a. ≥80% balita= kategori baik (skor 1)
b. 60%--79,9% balita= kategori cukup (skor 2)
c. 40%--59,9% balita= kategori kuran (skor 3)
d. <40% balita= kategori sangat kurang (skor 4)
6. Persediaan bahan makanan pokok di masyarakat tahun lalu
a. 100% atau lebih= kategori baik (skor 1)
b. 80%--99,9%= kategori cukup (skor 2)
c. 70%--79,9%= kategori kurang (skor 3)
d. <70%= kategori sangat kurang (skor 4)
7. Jumlah rumah sehat
a. 90% atau lebih= kategori baik (skor 1)
b. 70%--89,9%= kategori cukup (skor 2)
c. 50%--69,9%= kategori kurang (skor 3)
d. <50%= kategori sangat kurang (skor 4)
Selain indikator yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa indikator lain yang
terkait dengan masalah gizi di masyarakat yang berasal dari beberapa sektor atau institusi dan
penilaian untuk kategori ditetapkan oleh sektor yang bersangkutan. Contoh yang telah
dikemukakan dalam topik ini belum tentu penilaian kategorinya sesuai dengan yang
ditentukan oleh sektor terkait, kecuali untuk kategori masalah gizi ditetapkan secara global
oleh WHO.

Anda mungkin juga menyukai