Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman yang
kekurangan.
pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu dengan terbuka dan senang
Penyusun
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
B. Kewenangan Relatif...........................................................................................4
C. Kewenangan Absolut.........................................................................................8
..........................................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................13
B. Daftar Pustaka..................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
syariah Islam.
termasuk pula peradilan agama yang pada hakikatnya peradilan khusus bagi
1
pertama antara orang-orang beragama Islam di bidang perkawinan ,
kewenangan jenis perkara. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama di Indonesia,( Yogjakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h.55.
2
BAB II
PEMBAHASAN
berasal dari bahasa Belanda, yaitu ”competentie”, yang kadang kala juga
peradilan ini kaitannya adalah dengan hukum acara yang merupakan ruang
terhadap lingkungan peradilan agama yang tercantum dalam Bab III Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang meliputi Pasal 49 sampai dengan Pasal
53.
Pasal 118 HIR atau Pasal 142 R.Bg. jo. Pasal 66 dan Pasal 73 UndangUndang
3
Menurut M. Yahya Harahap ada lima tugas dan kewenangan yang
B. Kewenangan Relatif
relatif pengadilan agama ini merujuk pada ketentuan Pasal 118 HIR atau
Pasal 142 R.Bg. jo. Pasal 66 dan Pasal 73 UndangUndang Nomor 7 Tahun
1989.28 Dan dalam Pasal 118 Ayat (1) HIR/Pasal 142 Ayat (5) R.Bg.
tergugat, dan asas ini dalam bahasa latin disebut “actor sequitor forum rei”.29
Namun ada beberapa pengecualian yaitu yang tercantum dalam Pasal 118
3
M. Yahya Harahap. (I). Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-Undang
No.7 Tahun 1989). (Jakarta: Pustaka Kartini, 1993), h.133.
4
a. Kewenangan relatif perkara gugatan
hukumnya meliputi:4
1) Apabila tergugat lebih dari satu orang maka gugatan dapat diajukan
sebagai berikut:5
5
2) Permohonan dispensasi perkawinan bagi calon suami atau istri yang
6
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-Surat dalam
Praktik Hukum Acara di Peradilan Agama. . . ., h.34.
6
1) Permohonan cerai talak
istri/termohon;
kediaman suami/pemohon.
7
a) Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa perkara cerai
suami/tergugat.
kediaman suami/tergugat.
C. Kewenangan Absolut
Peradilan Agama adalah suatu daya upaya yang dilakukan untuk mencari
yang berlaku.7
7
Abdullah Tri Wahyudi, , “Kewenangan Absolut Peradilan Agama di Indonesia Pada Masa
Kolonial Belanda Hingga Masa Pasca Reformasi”, Yudisia, Vol. 7, No. 2, Desember 2016, h.286.
8
kekuasaan absolut.8 Kewenangan absolut (absolute cometentie) adalah
Tahun 1989.9
wali atau keluarga dalam garis 18) Penetapan wali hakim dalam
8
Abdullah Tri Wahyudi, , “Kewenangan Absolut Peradilan Agama di Indonesia Pada Masa
Kolonial Belanda Hingga Masa Pasca Reformasi”, Yudisia,. . . h. 287.
9
Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama di Indonesia . . ., h.91.
9
6) Pembatalan perkawinan d. Hibah
melakukan perkawinan
campuran
Mengenai perkara Ekonomi Syariah ini merupakan Revisi Undang-
10
bahwa PA bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
Lain
nasihat tentang hukum Islam tersebut tidak dibenarkan dalam hal-hal yang
dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriah, yang regulasinya terdapat
(itsbat) terhadap kesaksian orang yang telah melihat atau menyaksikan hilal.
10
Rifyal Ka’bah, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah Sebagai Sebuah Kewenangan Baru
Peradilan Agama”, Al-Mawarid, Edisi XVII Tahun 2007, h. 37.
11
Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih. “Hukum Acara Peradilan Agama Di Indonesia”, Cet. I.
(Bandung: Pustaka Setia, 2017)h. 141-143.
11
keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan
yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
Di Indonesia sejak tahun 1993 telah dibentuk suatu badan yang disebut
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berasal dari bahasa Belanda, yaitu ”competentie”, yang kadang kala juga
mengaturnya.
13
terhadap kesaksian orang yang telah melihat atau menyaksikan hilal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15