Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN DAN KONSEP


KEPENDUDUKAN DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 (KELAS IIA) :

1. ROHMA OKTAVIANI
2. SASQIA HERDI N.
3. SINTA SAHPUTRI
4. SONYA PURNAMA S.
5. SYAKIRINA NURMARLIAH
6. TITANIA OKTA P.
7. WAFIQ ROSAHHILLANA I.
8. WIDYA AYU FEBRIANTI
9. YOFITA YUNARI
10. ZULFA TANIA F

DOSEN PENGAJAR:

LUSI ANDRIANI,, SST, M. Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “isu-isu kesehatan
perempuan dan konsep kependudukan di Indonesia” sebagai salah satu tugas mata kuliah
kesehatan perempuan dan perencanaan keluarga pada semester IV Prodi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penyelesaian Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Lusi Andriani, SST, M. Kes selaku Dosen Pengajar mata kuliah kesehatan
perempuan dan perencanaan keluarga.
2. Rekan - rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah berikutnya.
Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita semua serta
memberikan manfaat dan berguna di masa yang akan datang .

Bengkulu  ,   Februari 2020

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………..……3

BAB I PENDAHALUAN………………………………………………………..4

A. Latar belakang………………………………………………………...…4
B. Rumusan masalah………………………………………………………..5
C. Tujuan…………………………………………………………………....5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..6

A. Isu-isu Kesehatan Perempuan…………………………………………….6


B. Konsep Kependudukan di Indonesia………………………………….....13

BAB III PENUTUP………………………………………………………….…17

A. Kesimpulan……………………………………………………………....17
B. Saran…………………………………………………………………......17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi.
Kesehatan reproduksi ditujukan bagi laki-laki maupun perempuan namun dalam hal
ini perempuan mendapatkan perhatian lebih karena begitu kompleksnya alat
reproduksi perempuan. Kesehatan reproduksi membahas berbagai hal yang
berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang,selain itu kesehatan
reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang dihadapi
oleh perempuan. Permasalahan yang dihadapi perempuan sangat kompleks daripada
permasalahan yang dihadapi oleh laki-laki. Dalam setiap fase atau masanya
perempuan memiliki masalah yang berbeda-beda.
Isu Kesehatan reproduksi selama siklus kehidupan perempuan sangatlah
beragam dan kompleks. Tak ada habisnya bila harus membicarakan isu terkini
kesehatan reproduksi. Issu kesehatan reproduksi perempuan merupakan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perempuan di setiap masanya.
Dalam makalah ini dijelaskan mengenai berbagai macam issu kesehatan reproduksi
pada perempuan di masa bayi dan anak.
Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan.
Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan
sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk
tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang
melekat, dan pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk
menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.

4
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak luput dari masalah
kependudukan. Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang
tidak merata dan kualitas penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri masalah
kependudukan di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat (lebih dari 2%),
akan mengakibatkan terjadinya struktur penduduk muda, sehingga akan
ketergantungan tinggi. Keadaan yang demikian akan menjadi beban dalam
pembangunan yang telah tercapai sebagian hanya digunakan untuk konsumsi
penduduk yang tidak produktif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Isu-isu Kesehatan Perempuan?
2. Bagaimana Konsep Kependudukan di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Isu-isu Kesehatan Perempuan.
2. Untuk mengetahui Konsep Kependudukan di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isu-isu Kesehatan Perempuan


a. Kesehatan ibu dan anak
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Perkembangan  pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas
dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah indonesia merdeka, pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) dikembangkan sejalan dengan tanggung
jawab pemerintah “melindungi” masyarakat Indonesia dari gangguan
kesehatan. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang juga tercantum dalam
UUD 1945. Pemerintah mengembangkan infrastruktur di berbagai wilayah
tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan
kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat (public health essential) terutama oleh penduduk
miskin. Beberapa catatan penting dibawah ini, baik sebelu maupun sesudah
indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program
kesehatan masyarakat Indonesia.
 Tahun 1924  : Pengembangan program pendidikan kesehatan
masyarakat mulai  dirintis untuk peningkatan sanitasi lingkungan di
wilayah Pedesaan.

6
 Tahun 1952 : Pemgembangan balai kesehatan ibu dan anak ( KIA ) mulai
dirintis  dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan
kementrian kesehatan RI.
 Tahun 1956 : Proyek UKS mulai diperkenalkan diwilayah Jakarta.
 Tahun 1959  : Program pemberantasan penyakit Malaria dimulai
dengan bantuan WHO.
 Tahun 1960 : UU pokok kesehatan dirumuskan.
 Tahun 1969-1971: Rencana pembangunan lima tahunan (repelita)

b. Kesehatan reproduksi remaja


Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai
keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka
juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan
formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan
pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan
dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000).
Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid pertama biasanya akan segera
diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka padarisiko kehamilan
dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3).
Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru
adalah akibat ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang
menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan
penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak
(child physical abuse). Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk
memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses
reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua
dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ
reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan
hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997).

7
Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan
sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376).
Remaja yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan
perlindungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-
faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus
menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan
serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al.,
1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang
tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan
kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997).

c. Keluarga berencana (KB)


Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB adalah program skala
nasional untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan
penduduk di suatu negara. Sebagai contoh, Amerika Serikat punya program KB
yang disebut dengan Planned Parenthood.
Wujud dari program Keluarga Berencana adalah pemakaian alat kontrasepsi
untuk menunda/mencegah kehamilan kehamilan. Berikut alat kontrasepsi
yang paling sering digunakan:

 Kondom
 Pil KB
 IUD
 Suntik
 KB implan/susuk
 Vasektomi dan tubektomi (KB permanen)

8
Program KB terbukti turunkan angka kelahiran di Indonesia.Mencatut
berbagai sumber, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
terbaru dari BKKBN menyebutkan tren angka kelahiran total (total fertility
rate/TFR) di Indonesia nyatanya memang mengalami penurunan sejak tahun
1991.

Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat mencapai tiga persen.
Catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di Indonesia berhasil
diturunkan dari 2,6 anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4 anak per wanita
pada 2017. Penurunan tren ini sejalan beriringan dengan semakin meningkatnya
jumlah pemakaian alat kontrasepsi (alat KB) dari 62% pada tahun 2012 menjadi
66 persen hingga 2017 silam.

Namun meski angka total kelahiran dinyatakan menurun, angka tersebut


diakui oleh KBBN belum mencapai sasaran Renstra (Rencana Strategis) yang
bertujuan untuk menurunkan TFR hingga 2,28 anak per wanita..Itulah kenapa
pemerintah berencana untuk kembali melanjutkan kampanye program Keluarga
Berencana demi mencapai target tersebut pada akhir 2019.

d. Peran keluarga berencana dalam kesehatan reproduksi


Program KB sangat berperan penting dalam menyelamatkan kehidupan
perempuan. Selain itu, juga membantu para remaja mengambil keputusan untuk
memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksi.
Selain bagi perempuan, program KB juga ditujukan bagi pria. Partisipasi pria
dalam melakukan KB yang kaitannya dengan kesehatan reproduksi adalah
tanggung jawab pria/suami dalam kesertaan berKB, serta berprilaku seksual
yang sehat dan aman bagi anaknya, pasangan dan keluarganya. Bentuk
partisipasi pria/suami dalam KB dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung . Partisipasi pria/suami secara langsung adalah pria/suami
9
menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan seperti
kondom, vasektomi, serta kb alamiah yang melibatkan pria/suami.
Penyebab utama rendahnya tanggung jawab pria dalam masalah KB dan
kespro adalah minimnya petugas kesehatan, tempat – tempat konseling,
sedangkan konseling merupakan kegiatan strategis dalam membantu klien agar
dapat dengan mantap membuat keputusan sendiri untuk mengikuti program kb
dan kespro dengan memkai salah satu jenis kontrasepsi pria yang disukai, sadar
dan ikhlas mengantar istrinya dalam periksa kehamilan, imunisasi anaknya ,
mengikuti perkembangan pengetahuan, menjaga kesetiaan pasangan sehingga
dapat terhindar dari penyakit seksual mengenai masalah kesehatan reproduksi,
seks , serta tingah laku seksualnya.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pria adalah
mengadakan pertemuan , orientasi dan advokasi dalam rangka meningkatkan
pengetahuan , sikap dan kesadaran kesetaraan gender , mengembangkan tempat
pelayanan KB pria yg berkualitas, penyediaan fasilitas pelayanan dan alat
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dari pengelola, pelaksana, kader sebagai provider melalui
orientasi dan pelatihan. Untuk meningkatkan kesertaan KB pria bearti merubah
pengetahuan sikap dan perilaku dari yang sebelumnya tidak atau belum
mendukung KB pria menjadi mendukung dan mempraktekkannya sebagai
peserta. Mereka yang tadinya menganggap bahwa KB urusan perempuan harus
bergeser kearah anggapan bahwa KB adalah urusan serta tanggung jawab suami
dan istri (Henny,2011).

e. Infeksi saluran reproduksi dan infeksi menular seksual


Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah
penyakit yang mendapat perhatian penting dalam kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Rata-rata setiap harinya ada satu juta orang setiap hari yang
terinfeksi IMS.insiden tinggi ISR dan IMS di antara perempuan yang menjalani

10
perawatan antenatal, kesehatan seksual dan reproduksi atau penyakit
ginekologik lain mengindikasikan adanya masalah ISR atau IMS yang meluas.
Orang yang mengalami ISR/IMS mempunyai resiko lebih tinggi tertular
HIV atau menularkan HIV kepada pasangannya. Orang orang yang terinfeksi
HIV pengobatan ISR atau IMS akan lebih sulit, yang berarti dalam keadaan
terinfeksi serentak, akan meningkatkan kemungkinan penyebaran HIV.
Berbagai jenis mikroorganisme (± 20 jenis) dapat ditularkan melalui
hubungan seks dan berdampak pada organ reproduksi seseorang.bahkan ada
juga penyakit seperti infeksi Hepatitis dan AIDS yang bisa ditularkan melalui
hubungan seksual tetapi pada organ reproduksinya tidak mengalami kelainan.

f. Usia lanjut
Menurut data dari 11th Asean Gerontologi Course yang dipresentasikan
oleh Yenny, di Indonesia saat ini terdapat sekitar 9,77% dimana 50% populasi
lansia adalah wanita. Dari data tersebut maka Indonesia bukan lagi
dikategorikan sebagai penduduk muda, namun sudah tergolong penduduk
intermediate. Selain itu, post-war baby boom di Indonesia yang terjadi pada
decade 1960 – 1970an diperkirakan akan mengakibatkan aged-population
boom pada dua decade permulaan abad ke-21.
Secara teoripun perempuan lebih cepat mengalami masalah seksual pada
usia senja, seperti yang dilaporkan oleh Meston, 1997 bahwa pada usia 60
tahun, lebih sedikit wanita yang masih sexual active yaitu hanya 56%
dibanding laki-laki sebesar 75%; sedangkan pada usia 80 – 102 tahun tahun
hanya 30% wanita yang masih seksual aktif sedangkan lebih banyak laki-laki
yang masih sexual active sebesar 63%. Selain itu bukti ilmiah yang dilaporkan
oleh Lauman et al,2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kesehatan mental yang rendah pada wanita dengan masalah seksual.
Agar para lansia dapat memasuki periode akhir dari kehidupannya dengan
sukses terutama dalam hal kesehatan seksual, maka perlu dukungan dari

11
berbagai pihak terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan. Aspek –
aspek yang berhubungan dengan masalah seksual pada lansia baik itu fisiologis,
psikologis, penyakit dan bedah, obat-obatan maupun lingkungan hendaklah
diperhatikan dalam memberikan asuhan pada lansia.
Sekalipun ilmu dan pengetahuan sudah sedemikian majunya, namun tidak
ada satupun terapi yang dapat menunda, atau mengobati implikasi dari proses
penuaan. Terapi yang ada hanya dapat mengurangi gejala, namun tentunya
mempunyai efek samping baik itu ringan bahkan kematian. Oleh karena itu,
penggunaan terapi sulih hormone masih merupakan pilihan yang kontroversi,
harus diperhitungkan manfaat dan masalah yang dapat ditimbulkan.

g. Kekerasan terhadap perempuan


Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang
menarik karena banyak diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itu dilatar
belakangi adanya tuntutan peren perempuan yang semakin komplek seiring
dengan perkembangan jaman yang cendrung lebih memperhatikan Hak-Hak
Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis
kelamin. Kekerasan terhadap perempuan merupakan timdakan pelanggaran
HAM yang paling kejam yang dialami perempuan. Oleh karenanya tidak salah
apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan.
Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan)
tentang kekerasan menunjukan bahwa di Turki jumlah perempuan yang
mengalami kekerasan oleh pasangannya mencapai 57,9 % pada tahun 1998.di
India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999, di Amerika Serikat
jumlahnya mencapai 22,1 %.

12
Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah
mencemaskan setiap negara di dunia, tidak saja negara-negara yang sedang
berkembang tetapi juga termasuk negara-negara maju yang dikatakan sangat
menghagai dan peduliterhadap HAM seperti Amerika Serikat. Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang, menyandang predikat buruk dalam
masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang salah satu diantaranya
pelanggaran HAM perempuan.
Pelanggaran HAM perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak
kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di
mana saja (di tempat umum, di tempat kerja, dilingkungan keluarga (rumah
tangga) dan lain-lainnya. Dapat dilakukan oleh siapa saja (orang tua, saudara
laki-laki ataupun perempuan dan lain-lainnya dan dapat terjadi kapan saja
(siang dan malam). Sekarang ini kekerasan terhadap perempuan sangat
mencemaskan banyak kalangan terutama kalangan yang peduli terhadap
perempuan. Walaupun sejak tahun 1993 sudah ada Deklarasi Penghapusan
Kekerasan Terhadap Perempuan namun kekerasan terhadap perempuan tetap
ada dan bahkan cendrung meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dari
pemberitaan di media massa baik media cetak maupun media elektronik.
Mengingat luasnya kontek kekerasan terhadap perempuan.

B. Konsep Kependudukan di Indonesia


a. Pengertian
Penduduk menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang sebagai pribadi,,
anggota  masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat
tinggal disuatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu
tertentu. Penduduk yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warganegara dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu
tertentu.

13
Penduduk adalah semua warga yang mendiami suatu daerah dalam suatu
waktu / jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan,
fokus perhatian demografi adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi
pendukung.

b. Dinamika kependudukan
1. Pengertian
Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara
terus menerus yang mempengaruhi jumlah.
Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan untuk
suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
2. Penyebab perubahan penduduk
Dinamika penduduk dipengaruhi beberapa faktor yaitu kelahiran,
kematian, perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya
yang berkembang di masyarakat. Dari berbagai penyebab tersebut dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan tidak langsung.

c. Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan


penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate)  ditentukan oleh tingkat
kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan
tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan
jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun.
Dengan demikian ada 4 kemungkinan dari 2 variabel ini :
1) Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi
2) Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah
3) Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah
14
4) Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi

d. Transisi demografik
Transisi demografi adalah berkembangnya keadaan peralihan penduduk
yang semula relatif tetap (stasioner) berkembangnya dengan pesat dan akhirnya
mencapai tetap (stasioner) kembali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi transisi demografi tidak terlepas dari
mortalitas dan natalitas. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Perkembangan teknologi, perkembangan teknologi dibidang pertanian
dan perkembangan industry modern, revolusi hijau yang ada pada
masyarakat Indonesia ditetapkan sebagai panca usaha dibidang pertanian.
2. Stabilitas pemerintahan, pemerintahan yang relative stabil / mantap
memungkinkan mantapnya fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa.
3. Kemajuan sanitasi lingkungan, hal ini menimbulkan kondisi lingkungan
yang sehat.
4. Kemajuan dibidang kedokteran, gizi, pengobatan dan program-program
kesehatan masyarakat.
5. Faktor sosial ekonomi, kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi
mortalitas.

Dalam masyarakat terdapat 2 kelompok yang mempunyai pendapat dan


keyakinan yang berbeda tentang mortalitas (kematian) yaitu sebagian setuju /
pro mortalitas dan sebagian antimortalitas.

Promortalitas adalah kondisi penentu didalam sekelompok manusia


(keluarga, suku dan sebagainya)yang menyebabkan angka kematian didalam
kelompok tersebut tetap tinggi. Kondisi ini meliputi :

15
a) Kondisi subyektif ( kondisi, agama, kepercayaan ) misalnya berani
membela agama dan membela Negara berani mati menyongsong maut
karena kepercayaan dapat masuk surga / nirwana.
b) Rasa malu (wiring) terdapat dimasyarakat membuat orang mau
membunuh diri (tekanan sosial) misalnya hirarki Jepang
c) Kondisi obyektif (keadaan alam, ekonomi, soaial, dan sebagainya)
misalnya :
 Bencana alam banyak menelan korban (banjir, gempa dll)
 Kelaparan, kekurangan makan karena kegagalan panen atau paceklik
 Peperangan
 Keracunan akibat polusi (air, tanah dan udara)
 Ketagihan minuman keras (candu) dan bahan narkotika
 Kondisi pendapatan yang rendah, kondisi ini dapat berakibat gawat
karena siklus yang terjadi akibat kondisi tersebut

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Isu Kesehatan perempuan selama siklus kehidupan sangatlah beragam dan


kompleks. Tak ada habisnya bila harus membicarakan isu terkini kesehatan
perempuan. Issu kesehatan perempuan merupakan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh perempuan di setiap masanya. Dalam makalah ini dijelaskan
mengenai berbagai macam issu kesehatan pada perempuan.

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan.


Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan
sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk
tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang
melekat, dan pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk
menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.

B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah
penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki
yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan
sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang
terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan
pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara
sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat
bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi Prihastuti, 2001. Sebaran Penduduk Lansia di Indonesia, Saat ini dan Masa
Depan. Kajian Perspektif Demografi multiregional¸Warta Demografi FEUI, Tahun-
3 No.1, Jakarta
2. Bari abdul saifuddin.2010.Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.PT Gina
pustaka sarwono prawirohardjo:jakarta
3. http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/makalah-isu-kespro.html
4. http://dianpratiwi88.blogspot.com/2015/05/konsep-kependudukan-di-indonesia.html
5. BKKBN, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo
6. Eva Ellya Sibagariang , dkk, 2010, Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Trans
Info Media
7. Hartanto Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
8. Mochtar Rustam, 2012, Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif, obstetric Sosial,
Jakarta, ECG
9. Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan
YPIB Majalengka.
10. http://irdayantinasir.blogspot.com/2013/05/makalah-kesehatan-reproduksi
remaja.html

18

Anda mungkin juga menyukai