Anda di halaman 1dari 17

BAB III

KARAKTERISTIK KELUARGA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIZI

Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan

anak-anak ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi

makanan dan hambatan mengabsorpsi zat gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh

sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan yang mengandung

karbohidrat, protein yang digunakan oleh tubuh sebagai pembangun yang

berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh.

Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena anak mendapat

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau

adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi

kuantitatif maupun kualitatif.

Keluarga merupakan organisasi informal pertama yang berperan dalam

pemenuhan kebutuhan anak. Di dalam keluargalah seorang anak dapat tumbuh

dan berkembang sesuai dengan pola asuh yang diberikan oleh keluarga yang

nantinya akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Berikut beberapa faktor yang

mempengaruhi asupan zat gizi ditinjau dari segi karakteristik keluarga (ayah, Ibu

dan anak) yaitu:

49
3.1. Pendapatan Keluarga 19

Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan

keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar

pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan

yang menyebabkan orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah

yang dibutuhkan. Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai

penghasilan cukup namun sebagian anaknya berstatus kurang gizi.

Pada umumnya tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makaanan

cenderung untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik. Anak-

anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap

kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil

biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.

Pendapatan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kesehatan

dan berhubungan secara tidak langsung pada penyediaan pangan, efek dari

depresi dan perilaku orang tua terhadap pengasuhan anak. 23

Ketimpangan pendapatan keluarga sangat merugikan dan

berhubungan dengan laju pertumbuhan tinggi badan pada masa kanak-

kanak.24

Kuintil pendapatan keluarga terdiri dari kuintil 1 sampai kuintil 5.

Kuintil 1 adalah kelompok dengan pendapatan keluarga terendah dan kuintil

5 merupakan kelompok keluarga dengan pendapatan tertinggi. Secara umum

dapat diketahui bahwa terjadi penurunan prevalensi balita gizi buruk dan

kurang, balita pendek dan balita kurus terjadi pada kuintil 3, 4 dan 5 namun

50
prevalensi untuk ketiga masalah gizi balita pada kuintil 1 dan 2 terlihat

meningkat atau relatif menetap. 11

3.2. Pendidikan ayah

Ayah merupakan orang yang memimpin dan mengarahkan anggota

keluarga (ibu maupun anak). Prevalensi gizi kurang juga dipengaruhi oleh

pendidikan ayah. Prevalensi gizi kurang pada anak dengan ayah berpendidikan

rendah dan sedang cenderung meningkat 1,5 kali dibandingkan anak dengan

ayah berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena orangtua yang

berpendidikan tinggi cenderung berwawasan luas dan lebih mengetahui

kebutuhan anaknya yang sesuai dengan perkembangannya. 25

Pengaruh pendidikan ayah lebih bersifat tidak langsung. Pendidikan

ayah akan menentukan pemilikan barang termasuk bahan makanan yang

dikonsumsi. 25

3.3. Karakteristik ibu

Status gizi yang dipengaruhi oleh masukan zat gizi secara tidak

langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karakteristik keluarga khususnya

ibu berhubungan dengan tumbuh kembang anak. Ibu sebagai orang yang

terdekat dengan lingkungan asuhan anak ikut berperan dalam proses tumbuh

kembang anak melalui zat gizi makanan yang diberikan. Karakteristik ibu

menentukan keadaan gizi anak.

Berikut beberapa karakteristik ibu yang ikut mempengaruhi keadaan

gizi anak:

51
3.3.1. Umur Ibu

Penelitian yang dilakukan di tiga negara yakni Brazil, China dan

Russia, didapatkan hasil bahwa usia pengasuh anak mempunyai

hubungan dengan kejadian underweight dan kejadian ini sering

ditemui pada keluarga-keluarga di daerah perkotaan. 26

Pola pengasuhan anak sangat dipengaruhi oleh umur ibu, semakin tua

umur ibu maka pola pengasuhannya dalam pemberian makan dan

praktik kesehatan anak akan semakin baik. Hal ini dikarenakan,

semakin tua umur ibu maka dia akan belajar untuk semakin

bertanggungjawab terhadap anak dan keluarganya. Umur yang

semakin tua juga menyebabkan semakin banyak pengalaman dan

informasi mengenai kesehatan dan gizi keluarga. 19

3.3.2. Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan adalah suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan

yang diberikaan kepada anak tertuju kepada kedewassaan jasmani dan

rohani. Kedewasaan rohani dapat tercapai dengan sempurna apabila

proses perkembangan dan pertumbuhannya, jasmani tidak mengalami

gangguan baik berupa penyakit maupun kekurangan zat-zat gizi

tertentu yang diperlukan. Pendidikan dalam arti formal adalah suatu

proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah

laku. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

52
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan. 27

Pendidikan merupakan suau proses yang menumbuhkan sikap yang

lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan atau ide-ide baru. Pada

satu sisi pendidikan wanita penting artinya untuk kesejahteraan anak,

namun pada sisi yang lain tidak dapat diingkari bahwa di beberapa

bagian dunia ini, wanita tertinggal jauh dalam hal pendidikan. Padahal

bekal pendidikan bagi wanita sebagai ibu besar artinya bagi

kesejahteraan suatu bangsa.

Bagi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri sangat

diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi

dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya.

Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa status kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh status pendidikannya untuk menentukan kualitas

pengasuhannya. Pendidikan ibu yang rendah serta corak asuh yang

miskin akan stimulasi mental juga masih sering dijumpai. Semua hal

tersebut sering menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak,

terutama pada usia balita. 25

Prevalensi gizi kurang pada ibu berpendidikan rendah cenderung lebih

tinggi dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa pengetahuan tentang makanan yang bergizi

sering kurang dipahami oleh kelompok yang tingkat pendidikannya

rendah. Rendahnya tingkat pendidikan pada keluarga khususnya ibu,

53
memberikan suatu gambaran adanya keterbatasan sumber daya

manusia yang akan memberi dampak dalam mengakses pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan untuk penerapan dalam kehidupan

keluarga terutama pada pengasuhan anak balita. 25

Selain hal tersebut, tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

diperoleh. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin

tinggi kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dan

pendidikan non formal terutama melalui televisi, surat kabar, radio dan

lain-lain. Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan berbagai

keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan keluarga serta anak

balitanya. 20

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi

keluarga juga berperan daalam penyusunan makan keluarga, serta

pengasuhan dan perawatan anak.

Tujuan akhir dari suatu pendidikan pada dasarnya adalah untuk

menghilangkan faktor-faktor perilaku dan sosial budaya yang

merupakan hambatan bagi perbaikan kesehatan, menumbuhkan

perilaku dan sosial budaya yang positif sehingga baik individu maupun

masyarakat itu dapat meningkatkan sendiri taraf kesehatan masyarakat.

Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita bukan hanya bermanfaat bagi

penambahan pengetahuan dan peningkatan kesempatan kerja yang

54
dimilikinya, tetapi juga merupakan bekal atau sumbangan dalam upaya

memenuhi kebutuhan dirinya serta mereka yang tertanggung padanya.

Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih

baik taraf kesehatannya.

Peran organisasi wanita seperti PKK untuk menjangkau kelompok

wanita yang lebih dalam peningkatan kesejahteraan termasuk taraf gizi

dan kesehatan cukup menjanjikan.

3.3.3. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh

manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Istilah

pekerjaan dalam pembicaraan sehari-hari sering dianggap sinonim

dengan profesi. 28

Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di

kantor tapi bisa juga berarti juga bekerja di ladang, bagi masyarakat di

pedesaan.

Di Indonesia, dewasa ini umumnya orang masih menganggap bahwa

tugas kaum wanita sebagai ibu adalah memelihara dan mengurus

rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Kelihatannya masih janggal bila

terdapat wanita yang kurang memahami tata rumah tangga dan mereka

hanya duduk bermalas-malasan saja. Bahkan sekarang kaum ibu tidak

pernah tinggal diam dan selalu aktif. Bagi wanita yang telah memasuki

55
lapangan kerja, mereka dengan sendirinya mengurangi waktunya untuk

mengurus rumah, anak bahkan suaminya. 29

Perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki peran

ganda dalam keluarga. Utamanya jika memiliki aktivitas lain di luar

rumah seperti bekerja menuntut pendidikan atau pun aktivitas lain

dalam kegiatan sosial. Dengan peran ganda ini, seorang wanita dituntut

untuk dapat menyeimbangkan perannya sebagai seorang ibu ataupun

peran-peran lain yang harus diembannya.

Sebagai seorang ibu, ketika memiliki anak yang masih kecil, dirinya

merupakan tempat bergantung bagi anak-anaknya. Wanita perlu

mengatur waktu mereka sehingga mereka dapat menemui bayi mereka

pada saat dibutuhkan. Ini dapat dilakukan dengan mudah bila wanita

itu bekerja sendiri. Lebih mudah lagi bila pekerjaannya di rumah atau

di dekat rumah dan lebih sulit bila ia bekerja di tempat jauh. 30

Selama bekerja, ibu cenderung mempercayakan anak mereka diawasi

oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah nenek, saudara

perempuan atau anak yang sudah besar, bahkan orang lain yang

memang khusus diberi tugas untuk mengasuh anaknya.

Di sisi lain, ibu yang bekerja berdampak negatif terhadap pembinaan

dan pemeliharaan anak. Perhatian terhadap pemberian makan pada

anak yang kurang, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi

yang selanjutnya berpengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak

dan perkembangan otak mereka.

56
Beban kerja yang berat pada ibu yang melakukan peran ganda dan

beragam akan dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan status gizi

anak balitanya. Pada dasarnya hal ini dapat dikurangi dengan

melakukan pembagian kerja dalam rumah tangga.

Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita

KEP. Seberapa kondisi yang merugikan penyediaan makanan bagi

kebutuhan balita ini, anak balita masih dalam periode transisi dari

makanan bayi ke orang dewasa. Anak balita masih belum dapat

mengurus diri dengan baik dan belum dapat berusaha mendapatkan

sendiri apa yang diperlukannya untuk makannya.

3.3.4. Paritas / Jumlah anak 19

Paritas secara luas mencakup gravida (jumlah kehamilan), partus

(jumlah kelahiran) dan abortus (jumlah keguguran) sedang dalam arti

khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Jumlah

anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu selama berumah

tangga dalam keadaan hidup.

Paritas dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan anak ke empat

atau lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih tinggi seperti anak

kelima dan seterusnya yang ternyata berkemungkinan untuk menderita

gangguan gizi lebih besar dibandingkan dengan anak 1, 2 dan 3.

Keinginan para orang tua untuk mempunyai anak merupakan yang

biasa terjadi di negara-negara miskin. Suatu keluarga rata-rata ingin

57
mempunyai anak paling kurang dua anak laki-laki dewasa dengan

alasan karena sebagai tanda keberhasilan, sebagai tanda mempunyai

rejeki banyak, sebagai karunia Tuhan, mempertahankan kelangsungan

nama dan kekayaan, untuk melaksanakan peraturan adat, kebutuhan

ekonomi serta rasa aman dan terjamin.

Bahaya yang mungkin beresiko terhadap seseorang akan timbul

apabila terjadi kelahiran lagi sedangkan anak sebelumnya masih

minum ASI, sehingga perhatian ibu beralih pada anak yang baru lahir.

Terhentinya pemberian ASI merupakan faktor pendorong terjadinya

gizi buruk.

Risiko pada hasil kehamilan yang buruk disebabkan salah satunya oleh

jarak kehamilan yang pendek (< 2 tahun). Jarak kelahiran yang terlalu

dekat menyebabkan uterus belum dapat pulih sempurna.

Keluarga / ibu yang mempunyai banyak anak akan menimbulkan

banyak masalah bagi keluarga tersebut, jika penghasilan tidak

mencukupi kebutuhan. Sebuah penelitian di Indonesia membuktikan

bahwa jika keluarga mempunyai anak hanya tiga orang, maka dapat

mengurangi 60% angka kekurangan gizi anak balita. Keluarga / ibu

yang mempunyai banyak anak, juga menyebabkan terbaginya kasih

sayang dan perhatian yang tidak merata pada setiap anak. 31

Banyaknya anak dalam keluarga mengakibatkan beratnya beban

tanggung keluarga baik secara sosial (pola pengasuhan anak, maupun

ekonomi yang selanjutnya berpengaruh terhadap status gizi anak.

58
Jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu dan jarak anak yang

terlalu dekat berhubungan erat dengan pekerjaan rumah tangga dan

juga berpengaruh terhadap kemampuan fisiologis tubuh ibu dalam

menyediakan nutrisi bagi bayinya.

3.3.5. Pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan

seseorang (oven behaviour). 32

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam

diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu: 32

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluation, dimana orang sudah mulai menimbang-nimbang

terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba berperilaku baru.

59
5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuann, kesadaran dan skapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yakni: 32

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang dilakukan dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap

yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

60
4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponennya, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebaginya.

5) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penelitian-penelitian itu berdasrkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. 32

Gizi kurang banyak menimpa anak balita sehingga golongan anak ini

disebut golongan rawan. Masa peralihan antara saat penyapihan dan

mengikuti pola makan orang dewasa atau bukan anak, merupakan

masa rawan karena ibu atau pengasuh anak meengikuti kebiasaan yang

keliru.

Salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi adalah kurangnya

pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi

61
tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi

dalam kehidupan sehari-hari.

Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada anak dapat

memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan pertumbuhan

anak. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pengalaman, media

massa, pengaruh kebudayaan, pendidikan formal maupun non formal.

Pengetahuan ibu tentang gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

disamping pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial

dan frekuensi kontak dengan media masa juga mempengaruhi

pengetahuan gizi. 19

Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan

sikap dan perilaku dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya

akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.

Keadaan gizi yang rendah di suatu daerah akan menentukan tingginya

angka kurang gizi secara nasional.

Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan

berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsinya.

Adapun tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian makanan adalah

sebagai berikut: 19

1) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan sehari-hari terlihat keluarga yang sungguhpun

berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yanng disajikan

seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi pada

62
anak tidak hanya ditemukan hanya pada keluarga yang

berpenghasilan kurang akan tetapi juga ada kelauarga yang

berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menujukkan

bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh

merupakan sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,

khususnya makanan balita.

Intergrasi dari keterampilan orang tua dan rangsangan psikososial

dini pada anak yang mengalami gizi kurang di sarana pelayanan

kesehatan primer memungkinkan dan efektif untuk dilakukan

untuk meningkatkan perkembangan dan aspek kognitif anak.22

2) Kebiasaan atau pandangan makanan yang merugikan

Kebudayaan akan mempengaruhi orang dalam memilih makanan

dan kebudayaan suatu daerah akan menimbulkan adanya kebiasaan

dalam memilih makanan. Sehubungan dengan pantangan, tahyul

dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan.

Bila pola pantangan berlaku bagi seluruh penduduk sepanjang

hidupnya, kekurangan gizi cenderung tidak akan berkembang

seperti jika pantangan itu berlaku bagi sekeompok masyarakat

tertentu selama satu tahap dalam siklus hidupnya. Kalau pantangan

itu hanya dilakukan oleh sebagian penduduk tertentu, kemungkinan

besar kekurangan gizi akan timbul.

3) Kesukaan terhadap jenis pangan tertentu

63
Mengembangkan kebiasaan pangan, mempelajari cara

berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau

menolak bentuk atau jenis pangan tertentu, dimulai dari permulaan

hidupnya dan menjadi bagian dari perilaku yang berakar diantara

kelompok penduduk. Dimulai sejak dilahirkan sampai beberapa

tahun makanan anak-anak tergantung pada orang lain. Anak balita

akan menyukai makanan dari makanan yang dikonsumsi orang

tuanya. Dimana makanan yang disukai orang tuanya akan

diberikan kepada anak balitanya.

Dari kebiasaan makan inilah akan menyebabkaan kesukaan

terhadap makanan. Tetapi kesukaan yang berlebihan terhadap suatu

jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan

akan mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan

mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang

diperlukan.

3.4. Karakteristik Anak

3.4.1. Jenis kelamin

Status gizi balita perempuan secara umum lebih baik daripada balita

laki-laki pada tahun 2007 maupun tahun 2010. Prevalensi gizi buruk

dan kurang, pendek dan kurus secara umum lebih rendah pada balita

perempuan dibanding dengan balita laki-laki. Demikian pula

penurunan prevalensi balita yang bermasalah gizi secara umum lebih

64
besar terjadi pada balita perempuan dibanding dengan balita laki-laki

terutama pada prevalensi balita gizi buruk kurang dan balita pendek. 11

Prevalensi gizi kurang saat krisis ekonomi pada anak perempuan

cenderung meningkat yaitu 34,7% menjadi 38,9%. Namun, setelah

krisis ekonomi mereda, prevalensi balita gizi buruk kurang pada balita

perempuan menurun dari 17,7 % tahun 2007 menjadi 16,7% tahun

2010 atau turun sekitar 1%, sedangkan pada balita laki-laki tidak

terjadi penurunan atau tetap 19,1%. 25

Anak laki-laki beresiko menjadi kerdil OR 1,57 pada CI 95%. Anak-

anak dalam kelompok usia 3-24 bulan berisiko kekurangan gizi akut

OR 2,78 pada CI 95%. 33

3.4.2. Nomor urut lahir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang pada saat

krisis ekonomi cenderung meningkat. Kelompok anak dengan nomor

urut lahir ≥ 4 secara statistik menunjukkan status gizi kurang terjadi

1,3 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan nomor urut satu. Hal

ini disebabkan karena semakin banyak anak, perhatian orang tua

terhadap anak tersebut semakin berkurang dan jika sosial ekonomi

keluarga rendah maka kemungkinan konsumsi makanan akan terbagi

dengan anak yang lain. 25

65

Anda mungkin juga menyukai