Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP BELAJAR
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi

Yang di Ampu oleh Ibuk Wisnatul Izzati S,ST.M,Kes

Di Susun Oleh:
Tim Kelompok IV
1. Fadhilah Khairunnisa (1920144010029)
2. Farah Dilla Mawarni (1920144010030)
3. Fittri Wahyuni (1920144010033)
4. Indah Merta Nisa (19201440110053)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah “Konsep Belajar” ini
dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Psikologi. Kami sampaikan terima kasih kepada dosen dan semua pihak
yang senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, setiap manusia mempunyai kelemahan atau
pernah melakukan kesalahan. Demikian juga dengan makalah ini yang jauh dari
kata kesempurnaan dan tak luput dari sebuah kesalahan.
Demikianlah makalah ini kami buat. Jika ada kritik dan saran dari pihak
manapun akan senantiasa kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai
dengan harapan. Semoga makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi
mahasiswa dan pembaca ada umumnya.

Bukittinggi, 21 November 2019

ii
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.......................................................................................................2
B. Teori Belajar...............................................................................................3-7
C. Elemen yang Mempengaruhi Belajar.............................................................7
D. Prinsip dan Metode Belajar Efektif...........................................................8-10
E. Jenis-Jenis Belajar...................................................................................10-12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita.
Seperti di era sekarng ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan
yang wajib bagi setiap orang. Tidak hanya bagi mereka yang masih muda,
akan tetapi mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah tua dituntut
untuk belajar agar mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan
atau bisa dikatakan seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di
tengah-tengah masyarakat mengemuka ungkapan “masa muda adalah
masa belajar”. Ungkapan tersebut dimaksudkan bahwa setiap orang muda
sudah semestinya mempersiapkan diri untuk memperoleh segala sesuatu
yang berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal
mengenai konsep belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar,
proses dan fase belajar, teori-teori belajar serta macam-macam perwujudan
perilaku belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari belajar?
2. Apa saja teori dari belajar?
3. Apa elemen yang memengaruhi belajar?
4. Apa prinsip dan metode dari belajar?
5. Apa saja jenis-jenis belajar?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari belajar
2. Untuk mengetahui teori belajar
3. Untuk mengetahui elemen yang memengaruhi belajar
4. Untuk mengetahui prinsip dan metode belajar
5. Untuk mengetahui jenis-jenis belajar
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Belajar salam prakteknya melibatkan aspek fisiologis, aspek psikologis, dan
kognitif untuk berpikir. Belajar menurut Hilgard (1981) merupakan proses
perubahan tingkah laku yang potensial terhadap situasi tertentu, yang diperoleh
dari pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang. Berbeda dengan Inger
(1980), belajar adalah perubahan perilaku yang potensial, yang tercermin sebagai
akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu.
Belajar merupakan upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan, itulah yang ingin disampaikan oleh Nasution (1980). Lain lagi
dengan pendapat Ernest H. Higard, yang mengatakan bahwa belajar dilakukan
untuk perubahan. Di mana, perubahan itu terjadi sesudah melakukan proses
belajar.
Oemar H. (1983) mengartikan belajar sebagai bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam berperilaku, baik itu
diperoleh melalui pengalaman, ataupun latihan. Sedangkan Ahmadi dan
Notoatmodjo mengartikan belajar sebagai proses perubahan dalam diri seseorang,
sebuah upaya untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru, sebagai pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang
terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa keterampilan,
sikap, pengertian ataupun pengetahuan.
Belajar juga merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja,
artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari
bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi
perubahan, pada akhirnya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja
dilakukan tersebut. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dikarakteristikan sebagai
positif, efektif, dan intensional.
B. TEORI BELAJAR
2
Menurut Notoatmodjo (1997), teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1. Teori Stimulus dan Respons
Teori ini hanya memerhitungkan factor yang datang dari luar individu (factor
eksternal). Teori belajar yang termasuk dalam teori stimulus adalah teori asosiasi.
Dalam teori ini belajar merupakan upaya menggabungkan respons dari stimulus,
dengan jalan mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, makin
banyak respons yang diperoleh. Misalnya, untuk menghafalkan nama-nama tulang
pada manusia, seorang mahasiswa harus membaca buku secara berulang-ulang
serta menulisnya dalam catatan sehingga membantu dia untuk menghafalkannya.
2. Teori Tranformasi
Teori yang memerhitungkan factor yang datang dari dalam inidividu (factor
internal). Teori belajar yang termasuk teori transformasi antara lain:
a. Teori tranformasi yang berlandaskan psikologi kognitif.
Proses belajar merupakan transformasi dari input, reduksi input, analisis input,
penyimpanan, penemuan kembali, dan pemanfaatan. Misalnya, pada saat seorang
mahasiswa mendapatkan nursing kits, salah satu alat yang ada di dalamnya adalah
stetoskop. Namun, stetoskop itu masih dalam bentuk bagian-bagian. Ia
mengetahui bahwa jika digabungkan, alat tersebut akan menjadi stetoskop. Lalu ia
mulai mencoba merangkainya datu demi satu hingga akhirnya menjadi sebuah
stetoskop. Kemudian ia mulai memanfaatkan alat tersebut untuk pemeriksaan
abdomen.
b. Teori belajar asosiasi
Proses belajar adalah interaksi individu dengan dunia luar, masukan sensoris,
diseleksi, masuk dalam memori, dan menyangkut domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Misalnya, pada saat menjadi mahasiswa baru, seorang mahasiswa
masuk lingkunagn yang baru. Mereka mendapatkan teman-teman yang baru, serta
harus beradaptasi dengan lingkungan kampus yang baru juga. Mereka saling
berkenalan dan saling bercertia, hingga suatu hari mereka menemukan orang yang
cocok untuk menjadi teman di lingkungan yang baru ini. Secara otomatis mereka
akan berteman, saling memengaruhi perilaku dan pola pikir.
3
Thorndike adalah tokoh yang pertama kali memepolopori teori belajar. Teori
belajar mengatakan bahwa jiwa manusia berasal dari asosiasi, bermacam-macam
tanggapan yang masuk, yang berbentuk karena hubungan stimulus-respons.
Proses belajar pada intinya adalah penguatan antara stimulus-respons. Sifat belajar
menurut teori ini adalah “Trial and error learning”.
Beberapa teori yang termasuk dalam teori ini meliputi Classical Conditioning
atau pavlonisme, behaviorism, operant conditioning, gestalt atau organis, kognitif,
modeling atau observational learning.
i. Teori Classical Conditioning atau Pavlonisme
Teori ini dicetuskan oleh Pavlov, berdasarkan penelitian yang ia lakukan pada
binatang anjing. Inti dari penelitiannya antara lain.
a) Eksperimen menggunakan anjing yang kelenjar ludahnya telah dioperasi,
sehingga air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur. Jika ada makanan,
maka keluarlah air liur tersebut sebagai respons.
b) Peneliti selalu membunyikan bel sebelum memberikan makanan.
c) Perlakuan tersebut dilakukan berulangkali, dan ternyata pada akhirnya dengan
hanya menggunakan bunyi bel saja, tanpa disertai dengan pemberian makanan, air
liur anjing tersebut keluar secara otomatis.
Percobaan di atas melukiskan beberapa kejadian yaitu:
a) Bunyi bel = conditioning stimulus (CS) -> perangsang bersyarat
b) Makanan = conditioning stimulus (CS) -> perangsang tak bersyarat
c) Keluarnya air liur karena bunyi bel = conditioning reflex (CR)
Kesimpulan dari percobaan ini adalah segala sesuatu yang dipelajari dapat
dikembalikan kepada stimulus dan respons. Mendidik pada dasrnya adalah
memberikan stimulus tertentu yang menimbulkan respons yang kita inginkan. Hal
ini hendaknya dilakukan berulang-ulang, agar hubungan stimulus dan respons
semakin kuat.
ii. Teori Behaviorism
Tokoh yang menjadi pelopor teori ini adalah Watso. Pendapat yang
dikemukakannya antara lain
a) Teori stimulus dan respons
4
Menurut teori ini, jika kita menganalisis tingkah laku yang kompleks, maka
akan ditemukan rangkaian unit stimulus dan respons yang disebut reflex.
Stimulus = situasi objektif yang dapat diperoleh melalui suara dan sinar
Respons = reaksi subjektif individu terhadap stimulus.
b) Pengamatan dan kesan
Adanya kesan motoris ditunjukan terhadap berbagai stimulus. Contoh, ada
seseorang yang jika melihat Ruffi (tokoh Kartun One Piece) jadi teringat saraf
Ruffini pada kulit yang berfungsi menanggapi rangsang panas.
c) Perasaan, tingkah laku, dan afektif
d) Terdapat tiga reaksi emosional yang dibawa sejak lahir, yaitu: takut, marah, dan
cinta. Perasaan senang dan tidak senang adalah reaksi senso-motoris. Contoh,
seseorang merasa takut saat melihat film hantu.
e) Teori berfikir
Berpikir harus merupakan tingkah laku senso-motoris dan berbicara dalam hati
adalah tingkah laku berpikir. Contoh, seseorang yang menghafal pelajaran dengan
cara dibaca dalam hati.
f) Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan inidividu
Reaksi instinktif atau kodrati yang dibawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali.
Sedangkan kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh
latihan dan belajar. Contoh : anak kecil yang diajarkan oleh ibunya agar selalu
membuang sampah pada tempatnya, maka ketika tumbuh dewasa perbuatan
membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasaan.
iii. Teori Operant Conditioning
Tokoh yang menjadi pelopor teori ini adalah skinner. Menurutnya, terdapat
dua macam jenis respons, yaitu:
a) Respondent response (reflexive respons atau respondense behavior)
Response ini timbul akibat adanya perangsang tertentu yang disebut electing
stimuli, yang sifatnya relatif tetap dan terbatas. Hubungan antara stimulus dan
respons pada jenis respons ini sudah pasti, sehingga
kemungkinan untuk memodifikasi kecil. Contoh: menjauhkan tangan secara reflex
saat menyentuh benda panas.
5
b) Operant Response (instrumental response atau instrumental behavior)
Response ini timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu, yang biasa
disebut reinforcing stimuli atau reinforce. Perangsang tersebut memperkuat
respons yang telah dilakukan oleh organism sehingga sifatnya mengikuti. Contoh:
tikus di dalam kotak akan menginjak tombol pengungkit untuk menghidupkan
lampu, agar makanannya bisa terlihat.
iv. Teori Gestalt dan Organis
Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat (holistic)
bukan hanya sekedar tanggapan. Jiwa manusia bersifat hidup dinamis atau aktif
berinteraksi dengan lingkungan. Teori ini mengandung beberapa asas belajar,
antara lain.
a) Kesseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. Contoh, menggabung-gabungkan
artikel mengenai seks bebas.
b) Belajar merupakan proses perkembangan. Contoh, siswa belajar memainkan gitas
tidak hanya sekadar menghafalkan kunci-kuncinya saja, namun akan
mendalaminya sehingga menjadi fasih, lalu akan menghasilkan petikan nada yang
indah.
c) Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Contoh, jika pada usia SMP kiat telah
belajar memainkan gitar, maka ketika sudah menjadi mahasiswa, tentunya masih
ingat letak kuncinya serta mampu memainkannya.
d) Belajar akan berhasil jika memiliki minat dan tujuan.
Contoh, seseorang yang belajar gitar karena memiliki cita-cita menjadi gitaris
terkenal akan lebih cepat berhasil daripada yang sekadar hobi saja.
e) Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus. Contoh,
seorang gitaris tidak hanya belajar sekali atau dua kali, namun latihan dilakukan
secara terus menerus sampai ia mahir memainkannya.
v. Teori Kognitif
Terdapat dua jenis teori kognitif, yaitu eksperimen Kohler dan eksperimen
Tolman
vi. Teori Modelling (Observational Learning)
6
Teori observational learning dipelopori pertama kali oleh Bandura. Prinsip
dari teori ini yaitu menitikberatkan pada karakteristik model lebih penting
daripada insentif. Misalnya, seorang bernyanyi dengan gaya penyanyi idolanya.
C. ELEMEN YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Ada beberapa factor yang mempengaruhi belajar. Untuk mempermudah proses
belajar, dapat dilihat seperti pada table dibawah ini.

Input merupakan subjek belajar, sasaran belajar


Input

Proses Dalam proses pembelajaran terjadi proses


Unsur interaksi berbagai factor yang memepegaruhi

Output
Output keluaran hasil belajar, terdiri dari
kemampuan baru atau perubahan baru pada
Input

Kemampuan Fisik

F. Fisik
Kemampuan Indra

Motivasi
F. Eksternal
Emosi

Sikap

F.Psikologis Minat

Bakat

Faktor Intelegensi

Kreativitas

F.Sosial

F. Internal
F.Nonsosial

7
D. PRINSIP DAN METODE BELAJAR EFEKTIF
Hakekat dari belajar adalah perubahan. Dengan demikian jika seseorang
berubah maka ia telah belajar, sebaliknya jika statis, maka diragukan apakah ia
telah belajar dengan baik atau tidak. Perubahan di sini mengandung arti kea rah
yang lebih baik, bukan sebaliknya. Namun, demikian tidak semua perubahan
diartikan sebagai proses belajar.
Agar proses pembelajaran yang kita lakukan bisa berlangsung secara efektif,
maka diperlukan penerapan prinsip-prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip
belajar yang ditekankan, di antaranya, yaitu mahasiswa berpartisipasi aktif selama
proses belajar, pembelajaran komprehensif,
terstruktur, sederhana, dan proses pembelajaran memberikan reiforment.
Prinsip pembelajaran juga harusnya bersifat berkelanjutan. Sebagai media
belajar, belajar bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, skill, pengetahuan
dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Mempelajari sesuatu itu memerlukan proses yang panjang. Seseorang tidak
dapat mengerti suatu ilmu hanya dalam waktu yang singkat. Umumnya mereka
membutuhkan waktu untuk membaca/mengamati/mendengar, memahami,
mempraktekan, hingga tingkat menciptakan atau mengembangkan. Sebuah
penelitian tentang daya serap selama proses belajar yang dilakukan oleh Vemon
A. Magnesan, didapatkan hasil sebagai berikut:
 10% dari apa yang kita lihat
 20% dari apa yang kita dengar
 30% dari apa yang kita lihat
 505 dari apa yang kita lihat dan degar
 70% dari apa yang kita katakana
 90% dari apa yang kita katakana dan lakukan
Belajar tidak hanya sekadar membaca saja, mendengar saja, atau melihat saja.
Tetapi kesemuanya itu harus dilakukan secara terintegrasi, agar proses belajar
berjalan secara optimal. Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat
diterapkan sebagai langkah awal menuju proses belajar yang lebih baik.
1. Memotivasi Diri
8
Motivasi tinggi dalam belajar dapat dilihat dari cirri-ciri tingkah laku siswa
dalam hal minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang
memiliki motivasi tinggi akan menampakkan minat dan perhatian besar dengan
memusatkan sebanyak mungkin tenaga fisik dan psikisnya. Sedangkan bagi
mereka memiliki motivasi rendah, akan tampak keengganan, cepat bosan, dan
berusaha menghindar dari kegiatan belajar.
2. Menentukan Tujuan
Mula-mula tanyakan kepada diri sendiri. Apa sebenarnya yang ingin Kita
pelajari? Mengapa kita ingin mempelajarinya? Apa yag ingin kita ketahui?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang nantinya akan membantu kita untuk
menentukan tujuan lebih spesifik.
Setelah itu, bagi-bagilah tujuan itu menjadi langkah-langkah kecil yang mudah
dilakukan. Lalu tentukan tenggat waktu yang realistis untuk setiap langkah,
sehingga dapat memprediksi kebberhasilan kita sejak awal.
3. Dapatkan Pemandu yang Antusias
Apa pun yang ingin kita pelajari, sesungguhnya banyak orang lain yang telah
mempelajarinya. Sehingga setelah menetapkan tujuan, temukan orang penuh
gairah yang bisa dimintai nasihat. Jika kita bisa bertukar keterampilan dengannya,
itu jauh lebih baik.
4. Mulailah dengan Gambaran Menyeluruh
Ketika kita ingin sebuah puzzle, maka tentunya akan lebih mudah jika kita
terlebih dahulu mengetahui gambaran keseluruhan yang akan dibuat. Dengan kata
lain, jika kita ingin mengetahui keseluruhan isi buku, maka bacalah ringkasannya.
Setelah mendapatkan gambaran besarnya, carilah detailnya, sehingga kita bisa
mengetahui posisi detail tersebut dari gambaran besarnya.
5. Bertanyalah
Bertanya merupakan salah satu metode efektif untuk memperoleh jawaban
terhadap berbagai persoalan. Hindarkan perasaan takut, ragu, dan gengsi, ketika
kita akan mengajukan pertanyaan.
6. Belajar Melalui Praktek
Proses belajar akan berlangsung tidak efektif, jika memisahkan antara teori dan
9
praktik, karena belajar yang paling baik adalah dengan mempraktikkannya.
7. Gunakan Alat Bantu dengan Menggunakan Cantolan Memori
Suatu informasi dapat diingat secara lebih mudah dengan cara
mengaitkan informasi tersebut dengan sesuatu yang sudah kita ketahui. Missal:
penggunaan jembatan keledai dalam mengingat logam mulia golongan IIA pada
pelajaran kimia, yaitu bebek mangan cacing. Logam mulia yang dimaksud adalah
Be,Mg,Ca,Se,Ba,Sr.
8. Ajarilah Orang Lain
Dalam proses belajar, selain kita menerima suatu ilmu, juga harus mampu
mengajarkannya kepada orang lain. Sebuah ilmu akan semakin hafal dan paham,
jika kita mentransfernya kepada orang lain. Hal tersebut secara tidak langsung
merupakan sarana pengulangan dan pengecekan sejauh mana kita menguasai
sebuah ilmu yang telah kita terima. Misal: pembentukan kelompok belajar sebagai
sarana bertukar pemahaman antar teman.
9. Jadikanlah Proses Belajar Merupakan yang Mengasyikkan
Belajar yang dijadikan sebagai beban dan kewajian membuat seseorang akan
merasa malas dan cepat suntuk. Sebaliknya jika kita menganggap belajar sebagai
sesuatu yang menyenangkan (sarana refreshing), maka kita akan menikmati
layaknya sedang bermain game.
E. JENIS-JENIS BELAJAR
Setiap kegiatan belajar mempunyai cirri khas masing-masing. Para ahli melihat
cirri-ciri yangada di dalamnya dan mencoba membagi menjadi beberapa jenis
yang spesifik.
1. Belajar Arti Kata-Kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, anak kecil yang belajar arti kata
“kucing” dan “anjing”. Mereka belajar menyebutkan nama dengan melihat visual
dari kata yang disebutkan tersebut.
2. Belajar Kognitif
10
Belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang
merupakan sesuatu yang bersifat mental.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai dengan
materi yang asli, dan menyimoan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila
diperlukan dapat diingat kembali kea lam sadar. Dalam menghafal, ada beberapa
syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan
ingatan-ingatan.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajat ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta dalam
suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
5. Belajar Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai
cirri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi
terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam
golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah termasuk jenis belajar kemahiran intelektual, yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih
dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresikan suatu
keteraturan.
7. Belajar Berpikir
Konsep Dewey tentang berpikr menjadi dasar untuk pemecahan masalaha
adalah sebagi berikut.
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan
11
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai
pengujian kebenaran pemecahan tersebut, untuk dapat sampai pada kesimpulan.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni :
faktor internal dan faktor eksternal.
3. Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase informasi,
fase transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig
adalah: acquisition, storage, retrieval.
4. Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori
conditioning klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah teori
psikologi gestalt.
5. Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap,
inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.
B. SARAN
1. Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap proses
belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak yang
dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar.
2. Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini, sehingga
ketika anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera dapat
melakukan tindakan secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak tersebut
sehingga tidak berlanjut. Dan hendaknya seorang guru bisa kreatif menciptakan
kegiatan belajar yang efektif dan efisien.
3. Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan motivasi-
motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat anak dalam
kegiatan belajarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Jenita Doli Tine Donsu,SKM,MSI. 2017. Psikologi Keperawatan Aspek-


Aspek Psikologi-Konsep Dasar Psikologi Teori Perilaku Manusia. Yogyakarta :
PUSTAKA BARU PRESS

14

Anda mungkin juga menyukai