Anda di halaman 1dari 18

Peran dan Pengelolaan Zakat dalam Mengentaskan

Kemiskinan

Nama Kelompok:

Dosen Pengampu:
Zein Muttaqin, S.E.I., M.A

Di Susun Oleh:

Lentera Rahadinda 14423002


Sitta Wulan Sari 14423028

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridhoNya, kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan guna untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca secara umum
dan kami secara khususnya. Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran sangat kami butuhkan. Sehingga kekurangan yang ada bisa kami perbaiki dan menjadikan
apa yang terkandung dalam makalah ini bisa tersampaikan dengan jelas.

Dan tak lupa, kami berterimakasih sekali kepada dosen pengampu mata kuliah ini.
Sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Demikian semoga melalui ini kita senantiasa dapat
terus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, amin.

Yogyakarta, 10 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
A. Pengertian Zakat ............................................................................................ 3
B. Dasar Hukum Zakat ....................................................................................... 4
C. Sumber – Sumber Zakat.................................................................................. 5
D. Pengaruh Zakat terhadap Kemiskinan ........................................................... 6
E. Peran dan Pengelolaan Zakat terhadap kemiskinan ....................................... 8
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Zakat adalah salah satu institusi terpenting dalam kerangka sosial-ekonomi Islam.
Dalam Al-Quran, perintah shalat juga sering diikuti dengan perintah zakat. Hal ini secara jelas
menyiratkan betapa pentingnya zakat yang berdimensi sosial yang disetarakan dengan shalat
yang dimensinya trasendental. Zakat adalah ibadah maliyah yang termasuk pada rukun Islam
yang kelima, karena itu zakat merupakan pondasi agama Islam, selain merupakan kewajiban
mutlak bagi seorang muslim, disadari secara penuh juga bahwa zakat merupakan instrumen
kunci dalam menumbuhkan dan meningkatkan perekonomian ummat, dengan peran besarnya
yang mampu menjadi alat distribusi kesejahteraan ummat.
Dalam sejarahnya praktek zakat sudah dilakukan sebelum zaman Rasulullah SAW, lalu
pada masa Rasul Muhammad SAW peran zakat mendapat bentuk yang lebih baik khususnya
ketika zakat yang diwajibkan pada masa-masa Rasul di Madinah, dimana nisbah dan besarnya
sudah ditentukan. Orang-orang yang mengumpulkan dan membagikannya sudah diatur dan
negara bertanggung jawab untuk mengelola. Kajian ini mengupas tentang bagaimana konsep
hukum zakat sebagai instrumen dalam meningkatkan perekonomian ummat, bagaimana hukum
positif di indonesia untuk mampu melembagakan zakat supaya dapat berfungsi maksimal,
potensi-potensi besar pendayagunaan zakat dapat diraih. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa
secara umum kehadiran undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sangat
berperan dalam perkembangan organisasi pengelolaan zakat atau lembaga zakat di Indonesia,
karena undang-undang ini memberikan kepastian hukum bagi operasional Organisasi
Pengelolaan Zakat (OPZ) serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat
melalui lembaga zakat atau Organisasi Pengelola zakat. Selain itu undang-undang ini juga
memberikan landasan bagi terlaksananya zakat produktif. Undang-undang ini dapat menjadi
instrumen penting utuk mencapai cita-cita zakat sebagai penghapus kemiskinan, mengurangi
pengangguran dan meningkatkan perekonomian ummat. Sebagaimana diketahui bahwa sistem
zakat ternyata mempunyai peran aktif dalam perekonomian. Karena zakat merupakan pungutan
yang mendorong kehidupan ekonomi hingga terciptanya pengaruh-pengaruh tertentu. Integrasi
zakat dalam menentukan kebijakan ekonomi sangatlah diperlukan. Apalagi secara teoritis,
aplikasi zakat dalam kehidupan perekonomian akan menimbulkan sejumlah implikasi penting.
Berdasarkan quran surat Al-Baqarah ayat 275 – 281, ada tiga sektor penting dalam
perekonomian menurut Al-Quran, yaitu:
a) Sektor riil (al-bar) yaitu bisnis dan perdagangan
b) Sektor keuangan atau moneter yang diindikasikan oleh larangan riba
c) Zakat, infaq dan sedekah (zis)
Kemiskinan adalah masalah besar dan sejak lama telah ada dan hal ini menjadi kenyataan
didalam kehidupan. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan
kebutuhan primer itu berupa tiga hal yaitu sandang, pangan dan papan. Islam mempunyai

1
perhatian yang tinggi untuk melepaskan orang miskin dan kaum dhuafa dari kemiskinan dan
kelatar belakangan. Islam sangat konsisten dalam mengentas kemiskinan, Islam sungguh
memiliki konsep yang sangat matang untuk membangun keteraturan sosial yang berbasis
tolong menolong dan gotong royong. Yang kaya harus menyisihkan sebagian kecil hartanya
untuk mereka yang kurang mampu dan golongan lainnya. pemberian tersebut dapat berupa
zakat, infaq, dan shadaqah (Nawawi, 2010)

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah zakat itu? Apa dasar hukum dan sumber zakat?
2. Apa pengaruh zakat terhadap kemiskinan?
3. Apa peran dan pengelolaan zakat terhadap kemiskinan?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti zakat yang sebetulnya dan mengetahui dasar hukum zakat serta
sumber zakat
2. Untuk mengetahui pengaruh zakat terhadap kemiskinan
3. Untuk mengetahui peran dan pengelolaan zakat terhadap kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, dasar hukum dan sumber zakat

A.1 Pengertian zakat


Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti yaitu
keberkahan (al-barkatu), pertumbuhan dan perkembangan (al nama), kesucian (ath
thaharatu) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS At-Taubah
: 10). Sedangkan arti zakat menurut istilah (syar’iyah), yaitu merupakan bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula. Selain itu ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama
fiqih, mengatakan bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat sedangkan shadaqah
sunnah dinamakan infaq sebagian yang lain mengatakan bahwa infaq wajib
dinamakan zakat sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.
Adapun zakat menurut terminologi (syara) berarti hak yang wajib dikeluarkan
dari harta. Mazhab maliki mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan sebagian
yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas
yang mewajibkan zakat) kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan
catatan kepemilikian itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang
tambang dan bukan barang pertanian. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah
menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang
khusus ditentukan oleh syariat karna Allah SWT. Menurut mazhab Hanbali
mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus
dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Menurut Nabawi, jumlah
yang dikeluarkan dari kekayaan disebut zakat karena yang dikeluarkan itu
“menambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari
kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Taymiyah, jiwa orang yang berzakat
menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula, dan berambah pula maknanya.
Dengan mengeluarkan zakat, harta itu menjadi bersih.
Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan harta
kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer kekayaan
berarti juga transfer sumber – sumber ekonomi. (Ambara, 2009) menyatakan bahwa
dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi konsep
kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep tentang bagaimana cara manusia
melakukan kehidupan bermasyarakat termasuk didalamnya bentuk ekonomi. Oleh
karena itu ada dua konsep ada dua konsep yang selalu dikemukakan dalam
pembahasan mengenai sosial ekonomi Islam yang saling berkaitan yaitu pelarangan
riba dan perintah membayar zakat (QS Al- Baqarah/2:276). Zakat ditinjau dari
pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan
ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang – orang miskin, sehingga dampak
sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dapat terwujud
apabila dilakukan pendistribusian kekayaan yang adil. Zakat mungkin
didistribusikan secara langsung kepada orang – orang yang berhak, baik kepada satu
atau lebih penerima zakat maupun kepada organisasi sosial yang mengurusi fakir
miskin. namun hendaknya kita mencari orang – orang yang benar membutuhkan.
Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang – orang yang salah, maka
pembayar zakat hendaknya memastikan dulu.
A.2 Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan dasar prinsipil menegakkan struktur sosial Islam. Zakat
bukanlah derma atau sedekah biasa, Ia adalah iuran wajib. Zakat adalah perintah
Allah yang harus dilaksanakan. Jadi hukumnya wajib ‘ain bagi setiap muslim
apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Dalam
alquran dan hadist banyak perintah untuk melaksanakan zakat antara lain Firman
Allah dalam (QS Al-Baqarah : 110) yang artinya :

“Dan didirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa apa yang kamu usahakan
dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat apa apa yang kamu kerjakan.”

Dari sumber ajaran hukum Islam akan ditemukan dasar hukum zakat dalam Al-
Quran terdapat dua periode penurunan yaitu periode Mekkah dan Madinah. Pada
periode Mekkah terdapat pada surat al-Muzammil ayat 20, surat al-Bayyinah ayat
9. Pada periode Madinah terdapat pada surat al-Baqarah ayat 43. Hadist Nabi saw
menyebutkan betapa zakat sangat asasi atas tegaknya Islam, selain dari syahadat,
shalat, dan rukun Islam lainnya, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar ra
bahwa rasulullah bersabda :

“ Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu”

Jadi didalam hadist tersebut Rasul mengatakan bahwa rukun Islam itu ada lima
yang dimulai dengan syahadat, kedua shalat, dan ketiga zakat. Dengan demikian
zakat didalam sunnah dan begitu juga dalam Al-Quran adalah dasar Islam yang
ketiga tanpa dasar yang ketiga tersebut, bangunan Islam tidak akan berdiri tegak
dengan baik.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.
A.3 Sumber-sumber Zakat
Adapun sumber – sumber zakat yaitu :

1. Hewan Ternak. Dalam berbagai hadist dikemukakan bahwa hewan ternak yang
wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis,
yaitu unta, sapi dan domba atau kambing. Dan para ulama juga telah bersepakat
kewajiban zakat pada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar
ketiga jenis tersebut, para ulama berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat
bahwa pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat,sedangkan Imam Malik dan
Imam Safi’i tidak mewajibkannya, kecuali bila kuda itu diperjual belikan. Apabila
diperhatikan dari dalil-dalil dalam Al-Quran dan hadist serta pendapat para ulama,
dapat disimpulkan bahwa hewan ternak selain unta, sapi, dan domba, seperti
unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan zakat
perdagangan.
2. Emas dan perak. Kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak setelah memenuhi
persyaratan tertentu dinyatakan dalam surat At-Taubah ayat 34-35 dan hadist Nabi
riwayat Imam Muslim. Para ulama fiqih telah bersepakat bahwa emas dan perak
wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab dan telah berlalu satu
tahun. Berdasarkan hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud, nishab zakat zakat
emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar, sedangkan nishab zakat perak
adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal atau dua puluh dinar sama dengan
delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama dengan lima gram perak.
3. Perdagangan. Kewajiban zakat pada perdagangan yang telah memenuhi
persyaratan tertentu dilandaskan pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 267 dan
hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud. Hampir seluruh ulama bersepakat
bahwa perdagangan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila memenuhi persyaratan
kewajiban zakat. Ada tiga persyaratan utama kewajiban zakat pada perdagangan,
yaitu: pertama, niat berdagang. Kedua, mencapai nishab. Ketiga, telah berlalu satu
tahun
4. Hasil Pertanian. Tanaman, tumbuhan, buah – buahan, dan hasil pertanian lainnya
yang telah memenuhi persyaratan telah wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya.
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 141 dan
hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari. Hadist Nabi telah membedakan
besarnya zakat pertanian dari tanaman yang mempergunakan biaya yang besar
dalam pengairannya, seperti sistim irigasi, yaitu sebesar lima persen. Sedangkan
yang tidak menggunakannya, zakat yang lebih besar , yaitu sepuluh persen.
5. Barang Tambang (ma’din) dan Barang Temuan (rikaz). Yang menjadi dasar
diwajibkannya zakat pada temuan dan barang tambang yaitu sebuah hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Sunan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Barang tambang
wajib dikeluarkan zakatnya yang nishab nya sama dengan nishab emas dan perak,
yaitu 20 misqal emas atau 200 dirham perak dengan kadar zakat sebesar 2,5 persen.
Adapun untuk barang temuan zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 20 persen yang
harus disimpan di baitul mal untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat
(Hafiduddin, 2008)

B. Pengaruh zakat terhadap kemiskinan

Mengeluarkan zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim diseluruh


dunia. Khusunya bagi yang mampu dan telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan dalam agama Islam serta hukum yang berlaku. Bahkan merupakan salah
satu rukun Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai
sarana yang efektif memberdayakan ekonomi ummat. Allah SWT sudah
menentukan rizki bagi tiap – tiap hambanya, sebagian diberikan rizki yang lebih
dibandingkan sebagian yang lain bukan untuk membeda – bedakan. Tetapi karna
kelebihan rizki itulah maka seseorang wajib memberikan sebagian rizkinya untuk
mereka yang membutuhkan melalui zakat, infaq, shadaqah. Alllah SWT dengan
tegas menetapkan adanya hak dan kewajiban antar 2 kelompok di atas (kaya dan
miskin) dalam pemerataan distribusiharta kekayaan, yaitu dengan mekanisme
zakat, sehingga keseimbangan kehidupan sosial manusia itu sendiri akan tercapai
serta akan menghapus rasa iri dan dengki yang mungkin timbul dari kelompok yang
kurang mampu. Selain itu didalam harta orang – orang kaya sesungguhnya terdapat
hak orang – orang miskin. Zakat bukanlah masalah pribadi yang pelaksanaannya
diserahkan hanya atas kesadaran pribadi, zakat merupakan hak dan kewajiban.
Secara yuridis formal keberadaan zakat diatur dalam UU Nomor 38/1999 tentang
Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu golongan fakir dan msikin,
untuk mendorong terlaksananya undang – undang ini pemerintah telah
memfasilitasi melalui Baznas dan Bazda yang bertugas untuk mengelola zakat,
infaq, shadaqah.

Melihat dari sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas menganut


agama Islam maka sesungguhnya zakat merupakan sektor ekonomi yang memiliki
potensi untuk dikembangkan. Meski demikian, upaya untuk menggali potensi dan
pengelolaan zakat di Indonesia belum sepenuhnya tergarap dengan maksimal
karena peran zakat belum terlaksana secara efektif dan efisien. Banyak faktor yang
menyebabkan manfaat dari zakat ini belum terasa maksimal, diantaranya adalah
lemahnya motivasi keagamaan dan kesadaran keislaman pada mayoritas
masyarakat sehingga rendahnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan
kewajiban membayar zakat, kurangnya pengawasan dari lembaga – lembaga
pengelola zakat dalam pendistribusian zakat sehingga mungkin pihak – pihak yang
semestinya mendapatkan zakat tidak mendapatkan haknya, zakat itu diberikan
kepada delapan golongan jangan hanya diberikan kepada golongan fakir – miskin
saja, zakat yang diberikan para mustahik sebagian besar digunakan untuk konsumsi
sesaat sehingga tidak terjadi kegiatan ekonomi yang bisa mengembangkan harta si
mustahik, dan seharusnya zakat yang diberikan oleh muzaki kepada mustahik
jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk modal usaha dan
beasiswa pendidikan. Sehingga nominal uang yang diberikan diawal akan
bertambah dan terus bertambah jumlahnya jika diberikan dalam bentuk modal
usaha dan beasiswa.

Membangun sebuah sistem pengentasan kemiskinan berbasis zakat tentu


tidaklah mudah, perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak untuk
memaksimumkan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Tugas ini bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga – lembaga yang
mengelola zakat, tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang
muslim untuk mensejahterakan muslim lain yang kekurangan. Pembangunan
sistim pengelolaan zakat yang melibatkan struktur kemasyarakatan yang paling
dekat dengan masyarakat itu sendiri harus tetap dikerjakan dan dikembangkan
walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Menggali dan mengembangkan
potensi zakat memang membutuhkan waktu yang panjang tetapi masyarakat harus
optimis bahwa sistem zakat ini mampu memberikan solusi bagi masalah
kemiskinan yang sudah berlarut – larut. Potensi zakat yang zakat yang sudah ada
harus tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar zakat harus semakin
ditingkatkan sehingga peran zakat dalam proses mengentaskan kemiskinan
menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas
(Hafiduddin, 2007).

Potensi dan peran zakat yang ada diharapkan menjadi sarana untuk
mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar, penuntasan
penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat diharapkan
memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang membutuhkan perhatian
dari semua pihak. Seperti usaha yang dilakukan dalam pengelolaan peran zakat
melalui upaya Pinjaman Modal Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian,
Peternakan, dan Pendayagunaan zakat fakis miskin untuk Pemberdayaan Keluarga
Muslim dan pelatihan serta ketrampilan agar nantinya masyarakat miskin memiliki
bekal berupa pengalaman yang dapat digunakan untuk merubah hidupnya menjadi
lebih baik.

Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat muslim
terbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan kesejahteraan
masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu saja dianggap
jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan
mekanisme yang tepat dan mempunyai hasil baik. Potensi zakat yang bisa
dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat
produktif. Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang
telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan
digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Pendayagunaan zakat
produktif melalui cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang
lebih besar serta lebih baik. Pemanfaatan zakat harta sangat tergantung pada
pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan
oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerha ke
daerah lain. Perlu diketahui, bahwa pada umumnya penggunaan zakat harta
diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti, dipergunakan untuk
usaha pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya.

C. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap kemiskinan


Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat
merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal.
Pembentukan modal semata – mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan
pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian
harta bagi yang mampu, yang wajib dibayarkan kepada pengelola zakat. Zakat
dianggap akan mampu memaksimalkan kualitas sumber daya manusia melalui
pengadaan sarana dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas,
serta meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. Badan Amil Zakat
adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Sebagai lembaga
pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok
mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama, tetapi lebih daripada itu Badan Amil Zakat dituntut juga menjadi lembaga
yang benar – benar berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan
perekonomian umat Islam. Telah banyak program yang dilakukan pemerintah
untuk menanggulangi kemiskinan, tetapi hasilnya belum efektif seperti yang
diharapkan. Program yang bersifat top down, ketidakjelasan kriteria sasaran,
konsep dan perencanaan yang tidak fokus, sasaran yang ditentukan secara tergesa
– gesa, kurangnya koordinasi, tidak sinergis dan tidak terpadu antar lembaga,
adalah faktor – faktor yang menjadi penyebabnya. Berpijak dari kegagalan diatas,
program penanggulangan kemiskinan seharusnya disusun melalui proses
partisipatif yang melibatkan seluruh komponen bangsa yang bersifat bottom up,
dan ini menjadi faktor kunci. Dua strategi utama dalam pengelolaan zakat yang
tepat untuk penanggulangan kemiskinan adalah 1) upaya untuk memenuhi
kebutuhan pokok bagi masyarakat yang miskin akibat dampak krisis ekonomi, dan
2) upaya pemberdayaan agar memiliki kemampuan usaha bagi masyarakat yang
mengalami kemiskinan struktural (Rifi, 2011). Upaya pemberdayaan yang bersifat
bottom up tersebut sangat sesuai dengan budaya tolong – menolong yang sudah
merupakan budaya bangsa yang mengakar sejak dahulu kala. Ajaran zakat, infaq,
shadaqah dalam Islam sangat memberi peluang bagi umatnya dalam
mengantisipasi persoalan bidang sosial ekonomi dan moral (QS Al-Mukmin[40]:1-
4 ; At-Taubah[9] :103 ; Al- Baqarah[2]:267 ; Al-An’am[6] : 141). Zakat sebagai
salah satu rukun Islam, diperintahkan dalam Al-Quran , yang sama kerasnya
dengan perintahmenjalankan shalat. Dalam bidang sosial ekonomi, zakat
memungkinkan orang kaya melaksanakan tanggung jawab untuk mengurangi
kemiskinan. Sedangkan dalam bidang moral, zakat mensucikan harta kekayaan
yang dimiliki setiap muzaki agar harta kekayaan itu diridhoi Allah. Selain itu, infaq
dan shadaqah bukan hanya untuk orang miskin muslim tetapi juga orang miskin
non muslim, dan selain untuk konsumtif, juga untuk kegiatan produktif. Jika zakat
hukumnya wajib, maka infaq dan shadaqah hukumnya sunnah. Walaupun dalam
penggunaannya, pada hakekatnya dana zakat, infaq, shadaqah tidaklah berbeda
dengan dana – dana yang lain, tetapi zakat, infaq, shadaqah bukanlah produk
manusia sebagaimana program yang lain, melainkan produk agama langsung dari
Sang Pencipta. Oleh karena itu jika dijalankan dan dikelola, sesuai dengan ajaran
agama pasti akan berhasil dengan baik (Sahri, 1982)
Seperti kita ketahui bersama kemiskinan terus menjadi masalah utama
pembangunan hingga era modern saat ini. Kemiskinan tetap ada walau berada di
tengah tingkat pertumbuhan yang meyakinkan. Salah satu instrumen terpenting
dalam islam yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah zakat, zakat adalah
instrumen religius yang membantu individu dalam masyarakat untuk menolong
penduduk fakir dan miskin yang tidak mampu menolong dirinya sendiri.
Institusi zakat adalah program pengentasan kemiskinan wajib dalam
perekonomian Islam. Dampak zakat terhadap upaya pengentasan kemiskinan
adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis didalam sistem Islam.
Terdapat ada beberapa alasan untuk ini yaitu :
a. Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti
didalam syariat Islam. (QS At-Taubah : 60) dimana zakat hanya
diperuntukkan bagi delapan golongan saja yaitu : fiqara (fakir), masakin
(miskin), amilin alaiha (pihak pengelola zakat), muallafat ul qulub (orang
yang dijinakkan hatinya), fi riqob (membebaskan budak), ghorimin (orang
yang berhutang), fi sabilillah (berjuang dijalan Allah), ibnu us sabil (orang
yang sedang dalam perjalanan). Jumhur ulama sepakat bahwa selain delapan
golongan ini, tidak halal menerima zakat. Lebih jauh lagi Al-Quran
menyebutkan fakir dan miskin sebagai kelompok pertama dan kedua dalam
daftar penerima zakat. Mereka inilah yang mendapatkan prioritas dan
pengutamaan oleh Al – Quran. Ini menunjukkan bahwa mengatasi masalah
kemiskinan merupakan tujuan utama dari zakat.
b. Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas
perekonomian. Zakat dipungut dari produk pertanian, hewan peliharaan,
simpanan emas dan perak. Aktifitas perniagaan komersial, dan barang –
barang tambang yang diambil dari perut bumi. Fiqih kontemporer
memandang bahwa zakat diambil dari seluruh pendapatan dan dihasilkan
dari aset fisik dan finansial serta keahlian pekerja. Dengan demikian potensi
zakat adalah sangat besar. Hal ini menjadi modal besar yang terpenting bagi
pembiayaan program – program pengentasan kemiskinan
c. Zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim. Dalam
kondisi apapun, karena itu penerimaan zakat cenderung stabil. Hal ini akan
menjamin keberlanjutan program pengentasan kemiskinan yang pada
umumnya membutuhkan jangka waktu yang relatif panjang dengan
berbagai karakteristik yang disandangnya tersebut, keberadaan zakat dalam
kerangka sosial ekonomi Islam menjadi basis yang kuat bagi program
pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan.
Peran zakat dalam pengentasan kemiskinan adalah peran yang tidak bisa
dipungkiri keberadaannya, baik dalam kehidupan muslim ataupun
kehidupan lainnya. masyarakat umum hanya mengetahui bahwasannya
tujuan zakat adalah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para
fakir miskin tanpa mengetahui gambarannya secara jelas. Islam
memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan
aqidah, akhlak, kelogisan berfikir keluarga juga masyarakat. Islam juga
menganggapnya sebagai musibah bencana yang harus segera
ditanggulangi. Jika kemiskinan makin banyak maka ia akan menjadi
kemiskinan yang mapu membuatnya lupa akan Allah dan juga
kemanusiaannya. adanya keterkaitan yang kuat adanya kefakiran dan
kekafiran, karena kefakiran merupakan satu langkah menjadi kekafiran. Hal
ini karena orang yang fakir miskin cenderung memiliki potensi dalam
dirinya untuk menebarkan benih keraguan terhadap kebijaksanaan illahi
mengenai pembagian rezeki (Umar, 2010)
Hadist Nabi Muhammad SAW artinya :
Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas orang kaya muslim suatu
kewajiban zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidak mungkin
terjadi seorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan sandang
kecuali dikarenakan kebakhilan (pelit) orang kaya muslim. Ingatlah Allah
SWT akan melakukan perhitungan yang teliti serta meminta pertanggung
jawaban mereka, lalu akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih
(H.R Imam Al – Ashbahani).
Hadist diatas memberikan dua isyarat, yaitu
1. Kemiskinan dan kefakiran yang diderita ummat bukan semata – mata
karena kemalasan mereka dalam bekerja, tetapi diakibatkan juga oleh
ketimbangan dan tidak adanya pola kehidupan serta tidak ada tanggung
jawab sosial para hartawan kepada kaum fakir miskin.
2. Jika zakat dikelola ( pngambilan dan pendistribusiannya) dengan baik dan
benar, insyaAllah akan mampu menanggulangi atau paling tidak
memperkecil kemiskinan dan kefakiran yang kini dihadapi sebagian ummat
(Qardhawi, 2005)

Pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mekanisme zakat untuk


menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan akan semakin terwujud
karena pertimbangan sebagai berikut :

a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang
melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu
b. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat
luas yang masuk kedalam pola harta oranga kaya yang terjadi, baik karna
proses eksploitasi tenaga kerja, orang miskin dan tidak berdaya dalam
proses produk atau proses transaksi dipasar barang karena orang miskin
lemah dalam posisi tawar mereka.
c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan
terarah dapat dinikmati masyarakat miskin

d. Mekanisme zakat secara sengaja dipersiapkan oleh Allah SWT agar


disalurkan untuk menanggulangi kemiskinan karena tuntunan iman dan
pertimbangan kemaslahatan lain dalam masyarakat miskin (Marthon, 2007)

Zakat memiliki peran penting dalam mengentaskan kemiskinan. terlebih


cukup banyak negara – negara yang hingga kini memanfaatkan zakat
sebagai sarana pengentasan kemiskinan, diantaranya Mesir dan Aljazair.
Dikedua negara tersebut, zakat dijaring dan dikelola secara optimal untuk
berbagai program pengentasan kemiskinan. Adanya perintah zakat
sebenarnya dimaksudkan agar tingkat kemiskinan tidak sampai terjadi atau
minimal tingkat kemiskinan bisa diminimalisir. Adanya perintah zakat juga
memperjelas bahwa Islam mengajarkan pemertaan ekonomi agar kekayaan
tidak berkutat pada golongan elit saja hingga kesenjangan antara miskin dan
kaya tidak nampak mencolok (Asrifin, 2007)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti yaitu
keberkahan (al-barkatu), pertumbuhan dan perkembangan (al nama), kesucian (ath
thaharatu) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Sedangkan arti
zakat menurut istilah (syar’iyah), yaitu merupakan bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan persyaratan tertentu
pula. Selain itu ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqih, mengatakan
bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat sedangkan shadaqah sunnah dinamakan
infaq sebagian yang lain mengatakan bahwa infaq wajib dinamakan zakat
sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Adapun zakat menurut terminologi
(syara) berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta. Mazhab maliki
mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang
khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan kepemilikian itu
penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan barang
pertanian. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan sebagian harta
yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus ditentukan oleh
syariat karna Allah SWT. Menurut mazhab Hanbali mendefinisikan zakat adalah
hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula. Menurut Nabawi, jumlah yang dikeluarkan dari
kekayaan disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat
lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu
Taymiyah, jiwa orang yang berzakat menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih
pula, dan berambah pula maknanya. Dengan mengeluarkan zakat, harta itu menjadi
bersih. hukumnya wajib ‘ain bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh syariat. dan seharusnya zakat yang diberikan oleh
muzaki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk
modal usaha dan beasiswa pendidikan. Sehingga nominal uang yang diberikan
diawal akan bertambah dan terus bertambah jumlahnya jika diberikan dalam
bentuk modal usaha dan beasiswa.

Dua strategi utama dalam pengelolaan zakat yang tepat untuk penanggulangan
kemiskinan adalah
1) upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakat yang miskin
akibat dampak krisis ekonomi, dan

2) upaya pemberdayaan agar memiliki kemampuan usaha bagi masyarakat


yang mengalami kemiskinan struktural. Upaya pemberdayaan yang bersifat bottom
up tersebut sangat sesuai dengan budaya tolong – menolong yang sudah
merupakan budaya bangsa yang mengakar sejak dahulu kala. Ajaran zakat, infaq,
shadaqah.

Dampak zakat terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang


signifikan dan berjalan secara otomatis didalam sistem Islam.
Terdapat ada beberapa alasan untuk ini yaitu :

a. Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti didalam
syariat Islam
b. Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas
perekonomian.
c. Zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim

Pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mekanisme zakat untuk


menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan akan semakin terwujud karena
pertimbangan sebagai berikut :

a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang
melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu
b. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat
luas yang masuk kedalam pola harta oranga kaya
c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan
terarah dapat dinikmati masyarakat miskin
d. Mekanisme zakat secara sengaja dipersiapkan oleh Allah SWT agar
disalurkan untuk menanggulangi kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, 2010, Surabaya, Putra
Media Nusantara, hlm 1
Iqbal M. Ambara, Problematika Zakat dan Pajak Di Indonesia, 2009, Sketsa, hlm 23
Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, 2008, Jakarta, Gema Insani, hlm 29
Didin Hafiduddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta, Gema Insani Press, hlm 168
M. Umar, Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, Jakarta, GP Press, hlm 50
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam, 2007, Jakarta, Zikrul Hakim, hlm 128
Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin, Malang, Bahtera
Press, hlm.45
Asrifin, Sucikan Hati dan Bertambah Rizki Bersama Zakat, Jakarta, Delta Prima Press

Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2005, Jakarta,
Zikrul Hakim hlm.29

Mu’inan Rifi, Potensi Zakat (dari konsumtif-kariatif) ke produktif-berdayaguna) Perspektif


Hukum Islam, 2011, Yogyakarta, Citra Pustaka, hlm.142
Jurnal ilmu – ilmu sosial Vol 21 No.1 februari 2009
(http://repository.iainpurwokerto.ac.id/753/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pustak.pdf)

http://multifiahfeb.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/img019.pdf

Anda mungkin juga menyukai