Kemiskinan
Nama Kelompok:
Dosen Pengampu:
Zein Muttaqin, S.E.I., M.A
Di Susun Oleh:
YOGYAKARTA
2016
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridhoNya, kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan guna untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca secara umum
dan kami secara khususnya. Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran sangat kami butuhkan. Sehingga kekurangan yang ada bisa kami perbaiki dan menjadikan
apa yang terkandung dalam makalah ini bisa tersampaikan dengan jelas.
Dan tak lupa, kami berterimakasih sekali kepada dosen pengampu mata kuliah ini.
Sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Demikian semoga melalui ini kita senantiasa dapat
terus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Zakat adalah salah satu institusi terpenting dalam kerangka sosial-ekonomi Islam.
Dalam Al-Quran, perintah shalat juga sering diikuti dengan perintah zakat. Hal ini secara jelas
menyiratkan betapa pentingnya zakat yang berdimensi sosial yang disetarakan dengan shalat
yang dimensinya trasendental. Zakat adalah ibadah maliyah yang termasuk pada rukun Islam
yang kelima, karena itu zakat merupakan pondasi agama Islam, selain merupakan kewajiban
mutlak bagi seorang muslim, disadari secara penuh juga bahwa zakat merupakan instrumen
kunci dalam menumbuhkan dan meningkatkan perekonomian ummat, dengan peran besarnya
yang mampu menjadi alat distribusi kesejahteraan ummat.
Dalam sejarahnya praktek zakat sudah dilakukan sebelum zaman Rasulullah SAW, lalu
pada masa Rasul Muhammad SAW peran zakat mendapat bentuk yang lebih baik khususnya
ketika zakat yang diwajibkan pada masa-masa Rasul di Madinah, dimana nisbah dan besarnya
sudah ditentukan. Orang-orang yang mengumpulkan dan membagikannya sudah diatur dan
negara bertanggung jawab untuk mengelola. Kajian ini mengupas tentang bagaimana konsep
hukum zakat sebagai instrumen dalam meningkatkan perekonomian ummat, bagaimana hukum
positif di indonesia untuk mampu melembagakan zakat supaya dapat berfungsi maksimal,
potensi-potensi besar pendayagunaan zakat dapat diraih. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa
secara umum kehadiran undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sangat
berperan dalam perkembangan organisasi pengelolaan zakat atau lembaga zakat di Indonesia,
karena undang-undang ini memberikan kepastian hukum bagi operasional Organisasi
Pengelolaan Zakat (OPZ) serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat
melalui lembaga zakat atau Organisasi Pengelola zakat. Selain itu undang-undang ini juga
memberikan landasan bagi terlaksananya zakat produktif. Undang-undang ini dapat menjadi
instrumen penting utuk mencapai cita-cita zakat sebagai penghapus kemiskinan, mengurangi
pengangguran dan meningkatkan perekonomian ummat. Sebagaimana diketahui bahwa sistem
zakat ternyata mempunyai peran aktif dalam perekonomian. Karena zakat merupakan pungutan
yang mendorong kehidupan ekonomi hingga terciptanya pengaruh-pengaruh tertentu. Integrasi
zakat dalam menentukan kebijakan ekonomi sangatlah diperlukan. Apalagi secara teoritis,
aplikasi zakat dalam kehidupan perekonomian akan menimbulkan sejumlah implikasi penting.
Berdasarkan quran surat Al-Baqarah ayat 275 – 281, ada tiga sektor penting dalam
perekonomian menurut Al-Quran, yaitu:
a) Sektor riil (al-bar) yaitu bisnis dan perdagangan
b) Sektor keuangan atau moneter yang diindikasikan oleh larangan riba
c) Zakat, infaq dan sedekah (zis)
Kemiskinan adalah masalah besar dan sejak lama telah ada dan hal ini menjadi kenyataan
didalam kehidupan. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan
kebutuhan primer itu berupa tiga hal yaitu sandang, pangan dan papan. Islam mempunyai
1
perhatian yang tinggi untuk melepaskan orang miskin dan kaum dhuafa dari kemiskinan dan
kelatar belakangan. Islam sangat konsisten dalam mengentas kemiskinan, Islam sungguh
memiliki konsep yang sangat matang untuk membangun keteraturan sosial yang berbasis
tolong menolong dan gotong royong. Yang kaya harus menyisihkan sebagian kecil hartanya
untuk mereka yang kurang mampu dan golongan lainnya. pemberian tersebut dapat berupa
zakat, infaq, dan shadaqah (Nawawi, 2010)
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah zakat itu? Apa dasar hukum dan sumber zakat?
2. Apa pengaruh zakat terhadap kemiskinan?
3. Apa peran dan pengelolaan zakat terhadap kemiskinan?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti zakat yang sebetulnya dan mengetahui dasar hukum zakat serta
sumber zakat
2. Untuk mengetahui pengaruh zakat terhadap kemiskinan
3. Untuk mengetahui peran dan pengelolaan zakat terhadap kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan didirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa apa yang kamu usahakan
dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat apa apa yang kamu kerjakan.”
Dari sumber ajaran hukum Islam akan ditemukan dasar hukum zakat dalam Al-
Quran terdapat dua periode penurunan yaitu periode Mekkah dan Madinah. Pada
periode Mekkah terdapat pada surat al-Muzammil ayat 20, surat al-Bayyinah ayat
9. Pada periode Madinah terdapat pada surat al-Baqarah ayat 43. Hadist Nabi saw
menyebutkan betapa zakat sangat asasi atas tegaknya Islam, selain dari syahadat,
shalat, dan rukun Islam lainnya, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar ra
bahwa rasulullah bersabda :
“ Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu”
Jadi didalam hadist tersebut Rasul mengatakan bahwa rukun Islam itu ada lima
yang dimulai dengan syahadat, kedua shalat, dan ketiga zakat. Dengan demikian
zakat didalam sunnah dan begitu juga dalam Al-Quran adalah dasar Islam yang
ketiga tanpa dasar yang ketiga tersebut, bangunan Islam tidak akan berdiri tegak
dengan baik.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.
A.3 Sumber-sumber Zakat
Adapun sumber – sumber zakat yaitu :
1. Hewan Ternak. Dalam berbagai hadist dikemukakan bahwa hewan ternak yang
wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis,
yaitu unta, sapi dan domba atau kambing. Dan para ulama juga telah bersepakat
kewajiban zakat pada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar
ketiga jenis tersebut, para ulama berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat
bahwa pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat,sedangkan Imam Malik dan
Imam Safi’i tidak mewajibkannya, kecuali bila kuda itu diperjual belikan. Apabila
diperhatikan dari dalil-dalil dalam Al-Quran dan hadist serta pendapat para ulama,
dapat disimpulkan bahwa hewan ternak selain unta, sapi, dan domba, seperti
unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan zakat
perdagangan.
2. Emas dan perak. Kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak setelah memenuhi
persyaratan tertentu dinyatakan dalam surat At-Taubah ayat 34-35 dan hadist Nabi
riwayat Imam Muslim. Para ulama fiqih telah bersepakat bahwa emas dan perak
wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab dan telah berlalu satu
tahun. Berdasarkan hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud, nishab zakat zakat
emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar, sedangkan nishab zakat perak
adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal atau dua puluh dinar sama dengan
delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama dengan lima gram perak.
3. Perdagangan. Kewajiban zakat pada perdagangan yang telah memenuhi
persyaratan tertentu dilandaskan pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 267 dan
hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud. Hampir seluruh ulama bersepakat
bahwa perdagangan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila memenuhi persyaratan
kewajiban zakat. Ada tiga persyaratan utama kewajiban zakat pada perdagangan,
yaitu: pertama, niat berdagang. Kedua, mencapai nishab. Ketiga, telah berlalu satu
tahun
4. Hasil Pertanian. Tanaman, tumbuhan, buah – buahan, dan hasil pertanian lainnya
yang telah memenuhi persyaratan telah wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya.
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 141 dan
hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari. Hadist Nabi telah membedakan
besarnya zakat pertanian dari tanaman yang mempergunakan biaya yang besar
dalam pengairannya, seperti sistim irigasi, yaitu sebesar lima persen. Sedangkan
yang tidak menggunakannya, zakat yang lebih besar , yaitu sepuluh persen.
5. Barang Tambang (ma’din) dan Barang Temuan (rikaz). Yang menjadi dasar
diwajibkannya zakat pada temuan dan barang tambang yaitu sebuah hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Sunan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Barang tambang
wajib dikeluarkan zakatnya yang nishab nya sama dengan nishab emas dan perak,
yaitu 20 misqal emas atau 200 dirham perak dengan kadar zakat sebesar 2,5 persen.
Adapun untuk barang temuan zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 20 persen yang
harus disimpan di baitul mal untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat
(Hafiduddin, 2008)
Potensi dan peran zakat yang ada diharapkan menjadi sarana untuk
mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar, penuntasan
penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat diharapkan
memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang membutuhkan perhatian
dari semua pihak. Seperti usaha yang dilakukan dalam pengelolaan peran zakat
melalui upaya Pinjaman Modal Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian,
Peternakan, dan Pendayagunaan zakat fakis miskin untuk Pemberdayaan Keluarga
Muslim dan pelatihan serta ketrampilan agar nantinya masyarakat miskin memiliki
bekal berupa pengalaman yang dapat digunakan untuk merubah hidupnya menjadi
lebih baik.
Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat muslim
terbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan kesejahteraan
masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu saja dianggap
jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan
mekanisme yang tepat dan mempunyai hasil baik. Potensi zakat yang bisa
dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat
produktif. Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang
telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan
digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Pendayagunaan zakat
produktif melalui cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang
lebih besar serta lebih baik. Pemanfaatan zakat harta sangat tergantung pada
pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan
oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerha ke
daerah lain. Perlu diketahui, bahwa pada umumnya penggunaan zakat harta
diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti, dipergunakan untuk
usaha pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya.
a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang
melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu
b. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat
luas yang masuk kedalam pola harta oranga kaya yang terjadi, baik karna
proses eksploitasi tenaga kerja, orang miskin dan tidak berdaya dalam
proses produk atau proses transaksi dipasar barang karena orang miskin
lemah dalam posisi tawar mereka.
c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan
terarah dapat dinikmati masyarakat miskin
Kesimpulan
Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti yaitu
keberkahan (al-barkatu), pertumbuhan dan perkembangan (al nama), kesucian (ath
thaharatu) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Sedangkan arti
zakat menurut istilah (syar’iyah), yaitu merupakan bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan persyaratan tertentu
pula. Selain itu ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqih, mengatakan
bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat sedangkan shadaqah sunnah dinamakan
infaq sebagian yang lain mengatakan bahwa infaq wajib dinamakan zakat
sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Adapun zakat menurut terminologi
(syara) berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta. Mazhab maliki
mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang
khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan kepemilikian itu
penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan barang
pertanian. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan sebagian harta
yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus ditentukan oleh
syariat karna Allah SWT. Menurut mazhab Hanbali mendefinisikan zakat adalah
hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula. Menurut Nabawi, jumlah yang dikeluarkan dari
kekayaan disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat
lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu
Taymiyah, jiwa orang yang berzakat menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih
pula, dan berambah pula maknanya. Dengan mengeluarkan zakat, harta itu menjadi
bersih. hukumnya wajib ‘ain bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh syariat. dan seharusnya zakat yang diberikan oleh
muzaki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk
modal usaha dan beasiswa pendidikan. Sehingga nominal uang yang diberikan
diawal akan bertambah dan terus bertambah jumlahnya jika diberikan dalam
bentuk modal usaha dan beasiswa.
Dua strategi utama dalam pengelolaan zakat yang tepat untuk penanggulangan
kemiskinan adalah
1) upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakat yang miskin
akibat dampak krisis ekonomi, dan
a. Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti didalam
syariat Islam
b. Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas
perekonomian.
c. Zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim
a. Zakat adalah salah satu bentuk hak (tabungan) masyaraakat miskin yang
melekat atau dilekatkan pada harta sikaya dalam jumlah tertentu
b. Zakat adalah hak fakir miskin yang melekat pada penghasilan masyarakat
luas yang masuk kedalam pola harta oranga kaya
c. Hanya dengan mekanisme zakat hak fakir miskin tersebut secara jelas dan
terarah dapat dinikmati masyarakat miskin
d. Mekanisme zakat secara sengaja dipersiapkan oleh Allah SWT agar
disalurkan untuk menanggulangi kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, 2010, Surabaya, Putra
Media Nusantara, hlm 1
Iqbal M. Ambara, Problematika Zakat dan Pajak Di Indonesia, 2009, Sketsa, hlm 23
Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, 2008, Jakarta, Gema Insani, hlm 29
Didin Hafiduddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta, Gema Insani Press, hlm 168
M. Umar, Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, Jakarta, GP Press, hlm 50
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam, 2007, Jakarta, Zikrul Hakim, hlm 128
Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin, Malang, Bahtera
Press, hlm.45
Asrifin, Sucikan Hati dan Bertambah Rizki Bersama Zakat, Jakarta, Delta Prima Press
Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2005, Jakarta,
Zikrul Hakim hlm.29
http://multifiahfeb.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/img019.pdf