DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayahnya, Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Madzhab Pemikiran Fikih Politik Etis”. Dalam penulisan ini, pemakalah banyak
menemukan kesulitan, namun berkat kerja sama kelompok maklah ini dapat
diselesaikan, walaupun masih banya kekurangan. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah SIYASAH pada jurusan Ahwal Al-
Sykahsiyah Di Universitas Islam Indonesia.
Pemakalah bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari para pembaca
untuk menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Dengan menyelesaikan makalah ini, pemakalah mengharapkan, semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat kepada pembaca sesuai dengan judul yang diambil
pemakalah.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................I
B. Pokok Permasalahan........................................................................................................II
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................1
B. Contoh Kasus...................................................................................................................2
D. Analisis.............................................................................................................................5
A. Kesimpulan......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Pokok Permasalahan
Dari gambaran latar belakang tersebut, kami menemukan beberapa permasalahan
yang ingin penulis bahas dalam makalah ini.
1. Bagaimana etika politik dalam Islam ?
2. Bagaimana pandangan para ahli mengenai etika dalam berpolitik ?
3
M. Amin Abdullah,” Antara al-Ghozali dan Kant: Filsafat Etika Islam” (Bandung: Mizan,2002),
hal 38.
II
BAB II
PEMBAHASAN
4
Prihatin Dwihantoro, “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik” Jurnal POLITIKA, Vol. 4, No. 2,
Oktober 2013, hal 13.
5
Ibid,.
6
Farhah, “Prinsip EtikaPolitik Pemimpin Dalam Islam”, Jurnal Dauliyah, Vol. 4, No. 2, Juli 2019,
hal 68.
7
Ibid, 69
B. Contoh Kasus
Sebagai contoh kasus, beberapa waktu yang lalu wakil ketua DPR Priyo
Budi Santoso tengah dalam sorotan, setelah mengunjungi LP Sukamiskin.
Sebenarnya tidak masalah bagi siapa saja yang mengunjungi LP, baik sekadar
melihat-lihat kondisi penjara, atau untuk menjenguk penghuninya. Yang penting
pengunjung mengikuti prosedur yang berlaku. Namun kemudian kunjungan
Priyo ke LP Sukamiskin jadi sorotan publik karena Priyo tidak jujur soal
kunjungan tersebut. Saat datang di LP Sukamiskin, Priyo mengaku sedang
melakukan inspeksi mendadak atau sidak. Hal ini sesuai dengan kewenangannya
selaku wakil ketua DPR yang membidangi hukum. Tetapi, menurut kepala LP
Sukamiskin, izin Priyo Budi Santoso ke LP untuk mengunjungi Fahd el Faouz,
terpidana kasus korupsi pengadaan AlQuran. Tidak hanya itu, pimpinan DPR
yang lain, juga mengaku tidak pernah mengeluarkan tugas kepada Priyo untuk
melakukan sidak ke LP Sukamiskin. Dengan demikian, dalam aksinya ke LP
Sukamiskin, Priyo tidak jujur dalam dua hal, yaitu pertama, mengaku sidak,
padahal hanya kunjungan biasa. Kedua, mengaku menjalankan tugas pimpinan
DPR, padahal pimpinan DPR tidak pernah membahas dan menugasinya. Selain
itu, Priyo juga menyalahgunakan wewenang yaitu waktu sidak yang melebihi
jam kunjungan. Kedua, Priyo juga berbicara dengan banyak narapidana, padahal
berdasarkan izin kunjungan, mestinya dia hanya bisa bicara dengan Fahd.
Kunjungan ini makin mendapat sorotan setelah nama Priyo disebutsebut ikut
menerima fee dalam proyek penggandaan Alquran. Untuk membahas tentang
kejujuran menjadi alasan strategis untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap para politisi, akan dilihat melalui beberapa perspektif etika.
Yaitu etika keutamaan, etika deontologis dan etika teleologis. Dalam etika
keutamaan tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau
murah hati dan sebagainya. Etika keutamaan memandang sikap atau akhlak
seseorang. Keutamaan dapat didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah
2
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral8.
8
Prihatin Dwihantoro “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik” Jurnal POLITIKA, Vol. 4, No. 2,
Oktober 2013, hal 16.
9
M.Thahir Maloko, “Etika Politik Dalam Islam”, Jurnal Al-Daulah Vol. 1, No. 2, Juni 2013, hal
57
10
Farhah dan Achmad Farid, “Prinsip EtikaPolitik Pemimpin Dalam Islam”, Jurnal Dauliyah,
Vol. 4, No. 2, Juli 2019, hal 78.
3
“Dari sini kita mengetahui bahwa inilah etika dalam berpolitik. Jika
mereka (baca: pemimpin dan penguasa) memiliki karakter-karakter
terpuji ini (dermawan, pemaaf, sabar, menepati janji, mengagungkan
hukum agama, memuliakan ahli agama, bersikap dan berperilaku sesuai
dengan perintah agama dan aturan-aturan syariat, serta menjauhkan diri
dari pengkhianatan, penipuan, dan monopoli), maka mereka layak
menjadi pemimpin bagi para bawahan mereka atau masyarakat pada
umumnya. Kepemimpinan tersebut menjadi anugerah terbaik yang yang
dilimpahkan Allah kepada mereka." (Khaldun, Muqaddimah)
11
M. Thahir Maloko, “Etika Politik Dalam Islam”, Jurnal Al-Daulah Vol. 1, No. 2, Juni 2013, hal
57
12
Ibid,.70
4
D. Analisis
Berkaitan dengan salah satu contoh yang dipaparkan diatas, hal ini
membuktikan bahwasannya etika didalam dunia perpolitikan semakin jauh
ditinggalkan. Para politisi yang semakin haus akan kekuasaan mengakibatkan
segala cara dihalalkan demi memenuhi nafsu dan kelompok semata. Jika melihat
pemaparan dari apa yang diungkapkan oleh Imam Ghazali berkaitan dengan
etika dalam berpolitik, maka apa yang terjadi pada perpolitikan (indonesia) yang
sekarang ini bisa dibilang jauh dari nilai-nilai akhlak yang baik yang ditunjukan
oleh para politisi.
Politik sebagai instrument untuk meraih kebajikan melalui artikulasi
kepentingan seharusnya didasari oleh kejujuran. Hanya dengan kejujuran maka
tujuan kebajikan tersebut akan bisa diwujudkan. Sayangnya bahwa tujuan
menciptakan kebajikan tersebut seringkali direduksi oleh berbagai tindakan para
pelaku politik yang tidak mencerminkannya13. Kembali mempertajam tentang
kasus diatas, jika dilihat dari perspektif etika keutamaan maka contoh kasus di
atas menggambarkan bahwa kejujuran menjadi sesuatu yang langka dan mulai
hilang dikalangan politisi DPR. Kita melihat dan merasakan bahwa kejujuran
sepertinya sedang pergi meninggalkan bangsa ini. Seharusnya seorang politisi
tidak hanya harus bersifat jujur ramah, namun harus penuh tanggung jawab.
Seorang politisi tidak hanya pintar bersilat lidah namun mampu
mempertangungjawabkan tindakan dan omongannya. Politik moral bagaikan
sebuah panduan dan manual tindakan bagi politisi. Penuh tanggung jawab,
populis, adil dan jujur adalah etika dalam politik yang tetap harus dijunjung
tinggi14
Berkaitan dengan kasus diatas, Islam memiliki konsep etika dalam
berpolitik, tentunya landasan yang paling utama untuk dijadikan rujukan jika
berkaitan dengan etika iyalah al-Quran dan al-Hadist. Berbagai tawaran konsep
13
Prihatin Dwihantoro “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik” Jurnal POLITIKA, Vol. 4, No. 2,
Oktober 2013, hal 16.16
14
Ibid.,
5
diberikan oleh islam dalam berpolitik, salah satunya sikap jujur dan adil. Sikap
jujur dan adils merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh
setiap individu politisi.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persoalan etika sangat penting dan kebutuhan mendasar dalam berbagai hal, karena
etika atau ilmu akhlaq adalah bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Umat Islam
tidak akan terjadi perdebatan yang akut, asal memiliki tujuan bersama
yaitumemandang aspek-aspek etis al-Qur’an. Menurut Fazlur Rahman, kalau kita
berlandaskan etika yang kokoh, perbedaan yang terjadi dapat dirujukan pada
landasan-landasan etis. Dengan tegas ia mengatakan, jangankan kemungkinan,
kebutuhan untuk pintu ijtihad itu sendiri pun tertutup.
2. Mengenai etika politik, al-Ghazali menjelaskan korelasi antara akhlak
dengan kehidupan realitas, dimana salah satunya termasuk kehidupan
berpolitik adalah sangat penting. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa Imam al-Ghazali mengelompokkan politik ke dalam ilmu
filsafat. Menurutnya, tujuan utama berpolitik adalah mencari kemaslahatan
masyarakat serta membimbingnya kepada jalan yang lurus di dunia maupun
di akhirat.
3. Etika politik Islam merupakan suatu konsep yang disertakan dengan prinsip
etika atau akhlak, yang berlandaskan dasar-dasar keislaman dalam al-Qur’an
dan as-Sunnah, yang diimplementasikan ke dalam ranah politik sehingga
akan menghasilkan kemaslahatan masyarakat pada umumnya.
4. Islam memiliki konsep dengan etika berpolitik, tentunya landasan yang
paling utama untuk dijadikan rujukan jika berkaitan dengan etika iyalah al-
Quran dan al-Hadist
7
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jawahir Thontowi, 2002. “Islam, Politik dan Hukum; Esai-Esai Ilmiah untuk
Pembaruan”(Yogyakarta: Madyan press)
M. Amin Abdullah, 2002. ”Antara al-Ghozali dan Kant: Filsafat Etika Islam”
(Bandung: Mizan)
Jurnal
Farhah, “Prinsip EtikaPolitik Pemimpin Dalam Islam”, Jurnal Dauliyah, Vol. 4, No. 2,
Juli 2019
M.Thahir Maloko, “Etika Politik Dalam Islam”, Jurnal Al-Daulah Vol. 1, No. 2, Juni
2013
Prihatin Dwihantoro, “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik” Jurnal POLITIKA, Vol.
4, No. 2, Oktober 2013
Rashda Diana, dkk. “Etika Politik dalam Perspektif al-Mawardi”, Jurnal Pendidikan
Islam Vol. 14 No. 2, 2018,.