NAMA ANGGOTA :
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah
memberi kami kesehatan hingga dapat menulis dan menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apapun. Tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul Islam dan Politik ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada makalah ini diuraikan pengertian Islam dan
politik, hubungan antara Islam dan politik, Islam dan politik di Indonesia, contoh Islam dan
politik, serta hadist tentang politik Islam.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterimakasih kepada :
1) Ibu Dra. Anirotul Qoriah, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.
2) Kedua orangtua yang telah memberikan kami segala fasilitas selama pengerjaan
makalah ini dan memberikan kami semangat dan dukungan hingga detik ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan
kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Kelompok 7 (Tujuh)
2
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN ISLAM DAN POLITIK.......................................................................4
2.2 HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN POLITIK........................................................5
2.3 ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA.....................................................................6
2.4 CONTOH ISLAM DAN POLITIK...............................................................................6
2.5 HADIST TENTANG POLITIK ISLAM.......................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
3
PENDAHULUAN
Di Indonesia, agama dan negara masih bersifat problematis. Persoalan ini berpusat dan
berakar pada bagaimana “menghadirkan” peran Islam dalam lingkup negara bangsa atau
netion state. Ketika konstituante berupaya menyusun UUD yang baru, persoalan pilihan
muncul: Pancasila atau Islam. .
1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam pembuatan
makalah adalah sebagai berikut :
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan syari'at
Islam, yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan umum prinsip syari'at.
Tujuan itu ialah: (1) Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam. (2)
Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat. (3)
Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer,
sekunder mau pun suplementer. (4) Memelihara harta kekayaan dengan pengembangan usaha
komoditasnya dan menggunakannya tanpa melampaui batas maksimal dan mengurangi batas
minimal. (5) Memelihara keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.
Dari pengertian itu, Islam memahami politik bukan hanya soal yang berurusan dengan
pemerintahan saja ataupun terbatas pada politik struktural formal belaka, namun menyangkut
juga kulturisasi politik secara luas. Lebih dari itu, ia meliputi serangkaian kegiatan yang
menyangkut kemaslahatan umat dalam kehidupan jasmani mau pun rohani, dalam hubungan
kemasyarakatan secara umum dan hubungan masyarakat sipil dengan lembaga kekuasaan.
5
merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan pedang melambangkan kekuatan politik
atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-Qur’an.
Hubungan islam dengan politik tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa politik
merupakan cara untuk mewujudkan tegaknya hukum islam agar mendapatkan kehidupan yang
harmonis dan tentram dalam kkehidupan berbangsa daan bernegara. Hal ini disebabkan karena
haruslah ada keseimbangan antara islam dengan politik. Seperti untuk menegakan hukum-
hukum islam diperukan politik, dan dalam kehidupan berpolitik juga membutuhkan ajaran-
ajaran islam agar mendapat ketenangan dan tetap sesuai dengan ajaran Allah tidak melewati
batasan dan tidak menyeleweng.
Karena seperti ditulis Wertheim, pemerintahan Orde Baru Soeharto lebih khawatir dan
takut terhadap Islam dibandingkan dengan Soekarno. Natsir semakin menyadari bahwa
kebijakan-kebijakan awal politik Orde Baru memojokkan kalangan Islam disatu sisi dan
menempatkan kelompok kecil elite terdidik non-Muslim dalam posisi strategis dalam Negara.
Natsir juga mengamati strategi pembangunan ekonomi Orde Baru, yang sekalipun
diakuinya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ternyata telah memperlebar
kesenjangan sosial ekonomi antara orang kaya dan miskin. Mereka yang tergolong miskin itu
sebagian besar adalah kaum Muslimin, sedangkan yang kaya adalah penduduk non-pribumi.
Tumbangnya Orde Lama yang umat Islam ikut berperan besar didalam menumbangkannya,
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum Muslimin.
Namun kekecewaan muncul di masa tersebut. Umat Islam merasa, meskipun musuh
bebuyutannya, komunis, telah tumbang kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan.
Rehabilitasi Masyumi, partai Islam berpengaruh yang dibubarkan Soekarno, tidak
diperkenankan. Bahkan, tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif dalam partai Muslimin
Indonesia (Parmusi) yang didirikan kemudian. Orde Baru memang sejak semula
6
mencanangkan pembaruan sistem politik. Peran politik (formal) Islam tidak ada lagi, tetapi
sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu
akan terus berlangsung mungkin dengan pendekatan yang berbeda.
Sekularisme menjadi sesuatu yang dianggap baik oleh Barat karena secara historis ia
terlahir dari perlawanan atas kejumudan pemikiran gereja pada abad pertengahan. Di
Indonesia, agama dan negara masih bersifat problematis. Persoalan ini berpusat dan berakar
pada bagaimana “menghadirkan” peran Islam dalam lingkup negara bangsa atau nation state.
Ketika konstituante berupaya menyusun UUD yang baru, persoalan pilihan muncul: Pancasila
atau Islam.
Dan tarik menarik kepentingan politik yang demikian kuat dari golongan nasionalis
sekuler dan nasionalis Islam tersebut, Akhirnya terjadilah kompromi politik dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden yang menetapkan kembali ke UUD 1945. Begitupun ketika
masa Orde Baru, Islam – terutama di masa-masa awal Orde Baru – dalam taraf tertentu,
identik dengan ekstrim kanan, oposisi, anti-Pancasila, dan lain-lain sejenisnya. Kesan seperti
ini muncul lagi, di masa Orde Kabinet Kerja, Jokowidodo sekarang ini.
7
ام ھھجو يلع هللا ھبّ ك الإ دحأ مھیداعی ال شیرق يف رمألااذھ نإ أقامواالدی
Artinya: “Sesungguhnya persoalan (khilafah) ini adalah hak suku Quraisy, yang (apabila)
seseorang tidak mengembalikannya kepada mereka, Allah pasti menjatuhkannya, selama
mereka (suku Quraisy) menegakkan agama.”
Kelompok Ali membuat hadits yang memuliakan dan mengagungkan Ali (Khatib,
1963: 199), di antaranya:
یا علي إن هللا غفر لك ولذریتك ولوالدیك وألھلك ولشیعتك ولمحبي شیعتك
Artinya: “Hai Ali, Allah sungguh mengampuni kamu, anak-anakmu, kedua orang tuamu,
keluargamu, pengikutmu, dan orang-orang yang mencintai pengikutmu.”
Sebagaimana dua kelompok di atas, kelompok Khawarij pun memiliki hadits yang
mendukung kepentingan politik mereka (Abdul Ghaffar Aziz, 1989: 126), diantaranya:
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni : bahwa
mengenai agama dan negara berhubungan secara komplementer dan integralistik dalam
pengertian bersifat saling mengisi dan saling melengkapi, atau berada pada spektrum yang
lebih “dekat” dengan poros tengah atau “jalan tengah”. Yakni adanya peluang bagi agama-
agama untuk mengisi dimensi etis dari kehidupan bernegara dan moralitas agama, sehingga
rumusan “Negara Indonesia bukanlah negara agama bukan pula negara sekuler”, tetapi negara
yang di dalamnya nilai-nilai agama-agama bisa hidup dan eksis.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Qohar. 2017. “Politik dan Islam di Indonesia”. Jurnal TAPIs: 14 (1) : 46-50
Usman. 2017. “Islam dan Politik (Telaah atas Pemikiran Politik Kontemporer di
Indonesia)”. Ad-Daulah: 6 (1) : 76-77
10