Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM DAN POLITIK

NAMA ANGGOTA :

Anggit Wijaya 521340048 (Ketua)

Puput Nur Hidayati 5402420001 Nilna Fircha 5404420007

Nabilla Isyfi Nafiatin 5402420009 Septia Widiastuti 5404420009

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Anirotul Qoriah, M. Pd.

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah
memberi kami kesehatan hingga dapat menulis dan menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apapun. Tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul Islam dan Politik ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada makalah ini diuraikan pengertian Islam dan
politik, hubungan antara Islam dan politik, Islam dan politik di Indonesia, contoh Islam dan
politik, serta hadist tentang politik Islam.

Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterimakasih kepada :

1) Ibu Dra. Anirotul Qoriah, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.

2) Kedua orangtua yang telah memberikan kami segala fasilitas selama pengerjaan
makalah ini dan memberikan kami semangat dan dukungan hingga detik ini.

3) Teman-teman kelompok 7 (tujuh), Anggit Wijaya, Nabilla Isyfi Nafiatin, Nilna


Fircha, dan Septia Widiastuti yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

4) Pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan
kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Semarang, 24 November 2020

Kelompok 7 (Tujuh)

2
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN ISLAM DAN POLITIK.......................................................................4
2.2 HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN POLITIK........................................................5
2.3 ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA.....................................................................6
2.4 CONTOH ISLAM DAN POLITIK...............................................................................6
2.5 HADIST TENTANG POLITIK ISLAM.......................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

BAB I
3
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perbincangan mengenai Islam dan politik atau agama dan negara memang merupakan
tema yang cukup menarik dan tak pernah basi untuk dibicarakan, terutama setelah
berkembangnya pemikiran politik sekular di dunia Islam termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, agama dan negara masih bersifat problematis. Persoalan ini berpusat dan
berakar pada bagaimana “menghadirkan” peran Islam dalam lingkup negara bangsa atau
netion state. Ketika konstituante berupaya menyusun UUD yang baru, persoalan pilihan
muncul: Pancasila atau Islam. .

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut
:

1. Apa pengertian dari Islam dan politik?


2. Bagaimana hubungan antara Islam dengan politik?
3. Bagaimana Islam dan politik di Indonesia?
4. Apa saja contoh Islam dan politik?
5. Apakah ada hadist tentang Islam dan politik?

1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam pembuatan
makalah adalah sebagai berikut :

1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i yang


mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang ada di Universitas Negeri
Semarang maupun Universitas dan Perguruan Tinggi lainnya.

2. Memberikan wawasan kepada publik tentang pengertian Islam dan politik,


hubungan antara Islam dan politik, Islam dan politik di Indonesia, contoh Islam
dan politik, serta hadist tentang politik Islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ISLAM DAN POLITIK


Pengertian politik (al-siyasah) dalam fiqih Islam menurut ulama Hanbali, adalah sikap,
perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada kemaslahatan, sekaligus
menjauhkan dari kerusakan, meskipun belum pernah ditentukan oleh Rasulullah SAW. Ulama
Hanafiyah memberikan pengertian lain, yaitu mendorong kemaslahatan makhluk dengan
rnemberikan petunjuk dan jalan yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Bagi para
Nabi terhadap kaumnya, menurut pendapat ini, tugas itu meliputi keselamatan batin dan lahir.
Bagi para ulama pewaris Nabi, tugas itu hanya meliputi urusan lahiriyah saja.

Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan syari'at
Islam, yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan umum prinsip syari'at.
Tujuan itu ialah: (1) Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam. (2)
Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat. (3)
Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer,
sekunder mau pun suplementer. (4) Memelihara harta kekayaan dengan pengembangan usaha
komoditasnya dan menggunakannya tanpa melampaui batas maksimal dan mengurangi batas
minimal. (5) Memelihara keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.

Dari pengertian itu, Islam memahami politik bukan hanya soal yang berurusan dengan
pemerintahan saja ataupun terbatas pada politik struktural formal belaka, namun menyangkut
juga kulturisasi politik secara luas. Lebih dari itu, ia meliputi serangkaian kegiatan yang
menyangkut kemaslahatan umat dalam kehidupan jasmani mau pun rohani, dalam hubungan
kemasyarakatan secara umum dan hubungan masyarakat sipil dengan lembaga kekuasaan.

2.2 HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN POLITIK


Islam merupakan agama yang mencakup keseluruhan sendi kehidupan manusia, bukan
hanya agaa yang memiliki ritual-ritual ibadah dan ajaran kasih sayang, dan bukan juga agama
yang hanya mementingkan aspek ilegal formal tanpa memperdulikan aspek-aspek moral.
Politik sebagai salah satu sendi kehidupan juga diatur dalam islam. Ibnu Taimiyyah
mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal : Al-Qur’an dan pedang. AlQur’an

5
merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan pedang melambangkan kekuatan politik
atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-Qur’an.

Hubungan islam dengan politik tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa politik
merupakan cara untuk mewujudkan tegaknya hukum islam agar mendapatkan kehidupan yang
harmonis dan tentram dalam kkehidupan berbangsa daan bernegara. Hal ini disebabkan karena
haruslah ada keseimbangan antara islam dengan politik. Seperti untuk menegakan hukum-
hukum islam diperukan politik, dan dalam kehidupan berpolitik juga membutuhkan ajaran-
ajaran islam agar mendapat ketenangan dan tetap sesuai dengan ajaran Allah tidak melewati
batasan dan tidak menyeleweng.

2.3 ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA


Berbicara Islam dan politik di Indonesia melibatkan kekhawatiran dan harapan lama yang
mencekam. Daerah ini penuh dengan ranjau kepekaan dan kerawanan, sehingga pekerjaan
harus dilakukan dengan kehati-hatian sekucupnya. Tapi berhati-hati tidaklah berarti
membiarkan diri terhambat dan kehilangan tenaga untuk melangkah, sebab jelas pembicaraan
harus dilakukan juga, mengingat berbagai alasan dan keperluan.

Karena seperti ditulis Wertheim, pemerintahan Orde Baru Soeharto lebih khawatir dan
takut terhadap Islam dibandingkan dengan Soekarno. Natsir semakin menyadari bahwa
kebijakan-kebijakan awal politik Orde Baru memojokkan kalangan Islam disatu sisi dan
menempatkan kelompok kecil elite terdidik non-Muslim dalam posisi strategis dalam Negara.

Natsir juga mengamati strategi pembangunan ekonomi Orde Baru, yang sekalipun
diakuinya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ternyata telah memperlebar
kesenjangan sosial ekonomi antara orang kaya dan miskin. Mereka yang tergolong miskin itu
sebagian besar adalah kaum Muslimin, sedangkan yang kaya adalah penduduk non-pribumi.
Tumbangnya Orde Lama yang umat Islam ikut berperan besar didalam menumbangkannya,
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum Muslimin.

Namun kekecewaan muncul di masa tersebut. Umat Islam merasa, meskipun musuh
bebuyutannya, komunis, telah tumbang kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan.
Rehabilitasi Masyumi, partai Islam berpengaruh yang dibubarkan Soekarno, tidak
diperkenankan. Bahkan, tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif dalam partai Muslimin
Indonesia (Parmusi) yang didirikan kemudian. Orde Baru memang sejak semula

6
mencanangkan pembaruan sistem politik. Peran politik (formal) Islam tidak ada lagi, tetapi
sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu
akan terus berlangsung mungkin dengan pendekatan yang berbeda.

2.4 CONTOH ISLAM DAN POLITIK


Perbincangan mengenai Islam dan politik atau agama dan negara memang merupakan tema
yang cukup menarik dan tak pernah basi untuk dibicarakan, terutama setelah berkembangnya
pemikiran politik sekular di dunia Islam termasuk di Indonesia.

Perbincangan ini semakin mengemuka setelah penghapusan sistem kekhilafahan Turki


Usmani oleh Mustafa Kemal al-Tattur pada tanggal 3 Maret 1924 dan diikuti dengan
pencabutan Islam sebagai agama resmi negara serta penghapusan syari’at sebagai sumber
hukum tertinggi negara. Pemisahan agama dan negara (sekularisme) yang dilakoni Mustafa
Kemal di Istambul merupakan sebuah perwujudan atas keinginan yang kuat untuk mengikuti
dan mengadopsi pemikiran politik sekuler dari Barat dengan grand theory utamanya Max
Weber.

Sekularisme menjadi sesuatu yang dianggap baik oleh Barat karena secara historis ia
terlahir dari perlawanan atas kejumudan pemikiran gereja pada abad pertengahan. Di
Indonesia, agama dan negara masih bersifat problematis. Persoalan ini berpusat dan berakar
pada bagaimana “menghadirkan” peran Islam dalam lingkup negara bangsa atau nation state.

Ketika konstituante berupaya menyusun UUD yang baru, persoalan pilihan muncul: Pancasila
atau Islam.

Dan tarik menarik kepentingan politik yang demikian kuat dari golongan nasionalis
sekuler dan nasionalis Islam tersebut, Akhirnya terjadilah kompromi politik dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden yang menetapkan kembali ke UUD 1945. Begitupun ketika
masa Orde Baru, Islam – terutama di masa-masa awal Orde Baru – dalam taraf tertentu,
identik dengan ekstrim kanan, oposisi, anti-Pancasila, dan lain-lain sejenisnya. Kesan seperti
ini muncul lagi, di masa Orde Kabinet Kerja, Jokowidodo sekarang ini.

2.5 HADIST TENTANG POLITIK ISLAM


Hadits yang maknanya mengutamakan kepemimpinan suku Quraisy adalah hadits Bukhari
dari Mu’awiyah, yaitu:

7
‫ام ھھجو يلع هللا ھبّ ك الإ دحأ مھیداعی ال شیرق يف رمألااذھ نإ أقامواالدی‬
Artinya: “Sesungguhnya persoalan (khilafah) ini adalah hak suku Quraisy, yang (apabila)
seseorang tidak mengembalikannya kepada mereka, Allah pasti menjatuhkannya, selama
mereka (suku Quraisy) menegakkan agama.”

Kelompok Ali membuat hadits yang memuliakan dan mengagungkan Ali (Khatib,
1963: 199), di antaranya:

‫یا علي إن هللا غفر لك ولذریتك ولوالدیك وألھلك ولشیعتك ولمحبي شیعتك‬

Artinya: “Hai Ali, Allah sungguh mengampuni kamu, anak-anakmu, kedua orang tuamu,
keluargamu, pengikutmu, dan orang-orang yang mencintai pengikutmu.”

Sebagaimana dua kelompok di atas, kelompok Khawarij pun memiliki hadits yang
mendukung kepentingan politik mereka (Abdul Ghaffar Aziz, 1989: 126), diantaranya:

‫يشبح دبع مك ّالوولو ةعاطالو عمسالب مكیصوأ‬

Artinya: “Nasihatku (yang terakhir) kepadamu adalah dengarkan dan ta’ati


penguasamu, sekalipun ia adalah seorang budak berkulit hitam legam.” Dalam hadits tersebut,
seruan untuk menaati pemimpin politik secara mutlak tampak bersifat kontraKhawarij, tetapi
pernyataan mengenai pemimpin berkulit hitam jelas sekali bersifat mendukung kepentingan
politik kelompok Khawarij. Perlu diketahui bahwa kelompok Khawarij umumnya berasal dari
orang-orang Arab pegunungan (Baduwi) yang nomaden, pemberani dan berkulit hitam.

8
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni : bahwa
mengenai agama dan negara berhubungan secara komplementer dan integralistik dalam
pengertian bersifat saling mengisi dan saling melengkapi, atau berada pada spektrum yang
lebih “dekat” dengan poros tengah atau “jalan tengah”. Yakni adanya peluang bagi agama-
agama untuk mengisi dimensi etis dari kehidupan bernegara dan moralitas agama, sehingga
rumusan “Negara Indonesia bukanlah negara agama bukan pula negara sekuler”, tetapi negara
yang di dalamnya nilai-nilai agama-agama bisa hidup dan eksis.

Bahwa pandangan dan gagasan tentang demokrasi yang dikedepankan tokoh-tokoh


pemikir politik Islam Indonesia agaknya secara prinsip mengutamakan demokrasi pluralis,
dengan konsep demokrasi liberal yang berkembang di Barat. Namun demikian, adopsi nilai
dan lembaga demokrasi Barat ini dilakukannya dengan penambahan dan modifikasi, antara
lain memasukkan nilai-nilia moral agama. Sehingga dengan demikian demokrasi di Indonesia
sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Qohar. 2017. “Politik dan Islam di Indonesia”. Jurnal TAPIs: 14 (1) : 46-50

Fahmi Rozaq. “Makalah Agama Islam dan Politik”.


https://www.academia.edu/35356647/Makalah_Agama_Islam_dan_Politik?auto=download

KH MA Sahal Mahfudh. 2014. “Islam dan Politik”.


https://www.nu.or.id/post/read/50799/islam-dan-politik

Makrum. 2015. “Hadits-Hadist Politik Pada Abad Pertengahan (Suatu Kajian


Sosiologis)”. Stain Pekalongan: 18 (83) : 3-4

Usman. 2017. “Islam dan Politik (Telaah atas Pemikiran Politik Kontemporer di
Indonesia)”. Ad-Daulah: 6 (1) : 76-77

10

Anda mungkin juga menyukai