Anda di halaman 1dari 9

MASALAH PENELITIAN

Masalah Penelitian menurut Notoatmodjo (2002) Suatu kesenjangan (gap) antara yang
seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada
atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.
Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya kesenjangan
antara hal yang diinginkan dengan yang didapatkan dilapangan/lingkungan, kesenjangan
antara Das Sollen (seharusnya) dan Das Sein (kenyataan), kesenjangan antara Harapan
dan Kenyataan, kesenjangan antara Fakta dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia

Harapan/ Das Sollen/ (seharusnya) : dapat berupa kajian


teori/standar/program/standar/perundangan-undangan
Das Sein /Kenyataan: Fakta/data yang di temukan di lapangan/situasi

Tugas:
 Uraikan Harapan (Das Sollen):
1. Teori Perkembangan Psikoseksual dr Sigmud Freud
Menurut Sigmund Freud kepribadian sebagian besar dibentuk pada usia lima
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan
kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku dikemudian hari.
a. Fase Oral
Fase oral adalah fase perkembangan yang terjadi pada tahun pertama
dari kehidupan individu, Pada fase ini daerah yang paling peka adalah
mulut yang berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti
makanan dan air. Rangsangan yang terjadi pada mulut adalah pada saat
menghisap makanan atau minumannya. Fase oral berakhir saat bayi
tidak lagi memperoleh asupan gizi secara langsung dari ibunya.
b. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah
pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama
pada tahap ini adalah pelatihan toilet, anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
c. Fase Phalic
Tahap ini berlangsung kira-kira usia ini anak mulai memperhatikan atau
senang memainkan alat kelaminnya sendiri, dengan kata lain anak
sudah mulai bermasturbasi, mengusap-usap atau memijit-mijit organ
seksualnya sendiri yang menghasilkan kepuasan atau rasa senang.
d. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi dimana energy seksual tetap ada,
tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan
interaksi social. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan social dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud
menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relative stabil.
e. Fase Genital
Tahap ini dimulai sekitar usia 12 atau 13 tahun. Pada masa ini anak
sudah masuk usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ
reproduksi anak. Pada periode ini, anak mulai mengembangkan motif
untuk mencintai orang lain atau mulai berkembangnya motif altruis
(keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain).

Teori Perkembangan Psikososial dr Erik Erikson


Erik Erikson (1902-1994) mengatakan, tahap-tahap perkembangan
manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi social dan
budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Teori
perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik
dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego.
a. Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
1) Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
2) Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi
antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan
tingkatan paling dasar dalam hidup.
3) Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa
selamat dan aman dalam dunia.
b. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) vs malu dan ragu-ragu (shame and
doubt)
1) Tejadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
2) Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini
terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada
perkembangan besar dari pengendalian diri.
3) Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet
adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alas
an Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa
belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan
membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian
4) Kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih
yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga
pemilihan pakaian
5) Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan
percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak
cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri
c. Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
1) Terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun
2) Selama masa usia prasekolah mulai menunjukan kekuatan dan
kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi
social lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi
dunia social yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan
bertujuan
3) Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan
perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu dan kurang inisiatif.
Persaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul
apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat
cemas
4) Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan
dengan cepat oleh rasa berhasil.
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui
empat tahap dalam memahami dunia. Masing masing tahap
terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda.
a. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) yang terjadi dari
lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget.
Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh
kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
( seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan- gerakan
dan tindakan fisik
b. Tahap praoperasional (preoperational stage) yang terjadi
dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget
pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-
kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran
egosentrisme, animism dan intuitif. Egosentrisme adalah
suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara
perspektif seseorang dengan perspektif orang lain dengan
kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya
c. Tahap operasional formal (formal operational stage) yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap
ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan
penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh yang spesifik
atau konkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang
terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap
keempat dan terakhir dari piaget. Pada tahap ini, individu
melampaui dunia nyata, pengalaman konkrit dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis.
(Heryani,Reni.2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus
Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.Jakarta: TIM Hal 61-66)
2. Masa anak-anak awal (Early childhood) dimulai usia 4-5 tahun 11 bulan.
Pada masa ini anak masih terikat dengan orang tua, namun sudah mulai
belajar kemandirian, kemampuan control diri (self control) dan keinginan
bersosialisasi dengan teman sebaya. Dengan sosialisasi tersebut anak mulai
mengurangi kelekatan dengan orang tua, mengurangi egosentris,
mengurangi sifat irrasional menuju rasional, dalam pergaulan anak mulai
saling mengkritik, mengejek, konflik, pertengkaran yang diikuti dengan
proses pembuatan kompromi, adaptasi norma-norma sosial yang baru. Masa
ini masih diliputi kegiatan bermain sendiri dan dengan kelompok teman
sebaya, terutama untuk mengembangkan kepribadian, psikomotorik kasar
dan halus. (Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah. Bandung : PT Refika Aditama Hal : 20)
3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya
Seseorang tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahap sebelumnya. Misalnya seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa
kritis yang akan menentukan perkembangan selanjutnya. (Yuniarti, Sri. 2015.
Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Bandung : PT Refika
Aditama Hal : 9)
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66
TAHUN 2014 TENTANG PEMANTAUAN PERTUMBUHAN,
PERKEMBANGAN, DAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ANAK
Pasal 2
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak merupakan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja pada
fasilitas pelayanan kesehatan dasar/primer, kelompok profesi, tenaga
pendidik, petugas lapangan Keluarga Berencana, petugas sosial yang terkait
dengan pembinaan tumbuh kembang anak, organisasi profesi dan
pemangku kepentingan terkait pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan
tumbuh kembang anak.
Pasal 4
(1) Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh
kembang anak dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan di
taman kanak-kanak.
(2) Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh
kembang anak di taman kanak-kanak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh guru taman kanak-kanak bekerjasama dengan
orang tua anak didik dan tenaga kesehatan.
5. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Menurut Hurlock (1996)
beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi
perkembangan individu yaitu :
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi
yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas
awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan baris berbaris.
4) Melalui perkembangan motorik normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak
normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak
untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkan atau menjadi anak fringer (terpinggirkan).
5) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi
perkembangan selfconcept atau kepribadian anak.
(Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Bandung : PT Refika Aditama Hal : 15-16)
6. Sejak 4 sampai 5 tahun, kemampuan yang dimiliki adalah sebagai berikut
a. Melompat dan menari
b. Menggambar orang yang terdiri atas kepala, lengan, dan badan
c. Menggambar segi empat dan segi tiga
d. Pandai bicara
e. Dapat menghitung jari-jarinya
f. Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
g. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
h. Minat kepada kata-kata baru dan artinya
i. Memprotes bila dilarang melakukan keinginannya
j. Mengenal 4 warna
k. Memperkirakan bentuk dan besarnya benda serta mampu membedakan
besar dan kecil
l. Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
(Dewi, Vivian Nany Lia.2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika Hal : 67)
7. Tahapan perkembangan anak menurut umur
Umur 48-60 bulan
a. Berdiri 1 kaki 6 detik
b. Melompat-lompat 1 kaki
c. Menari
d. Menggambar tanda silang
e. Menggambar lingkaran
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. Mengancing baju atau pakaian boneka
h. Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i. Senang menyebut kata-kata baru
j. Senang bertanya tentang sesuatu
k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l. Bicaranya mudah dimengerti
m. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya
n. Menyebut angka, menghitung jari
o. Menyebut nama-nama hari
p. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
q. Menggosok gigi tanpa dibantu
r. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
(Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012)

 Uraikan Fakta/data (Das Sein:


1. Menurut World Health Organization (2016), diperkirakan 5-10% anak
mengalami keterlambatan perkembangan. Diperkirakan sekitar 1–3%
khusus pada anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami
keterlambatan perkembangan umum yang meliputi perkembangan
motorik, bahasa, sosio–emosional, dan kognitif. Seorang anak dapat
mengalami keterlambatan dan gangguan perkembangan. Angka
kejadian gangguan perkembangan anak di seluruh dunia masih
tergolong tinggi yaitu di Amerika Serikat bekisar 12-16%, Thailand
24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13-18% .
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2016 melakukan pemeriksaan
terhadap anak dari usia 0-60 bulan. Hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil perkembangan normal sesuai dengan usia 53%,
meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%,
dan penyimpangan perkembangan sebanyak 34%. 10% dari
penyimpangan perkembangan tersebut terdapat pada aspek motorik
kasar (seperti berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis,
memegang), 44% bicara bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian. Data
di atas menyebutkan bahwa angka perkembangan yang meragukan dan
terdapat penyimpangan perkembangan masih cukup besar di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan orang
tua terhadap tahap-tahap perkembangan anak serta sikap dan
keterampilan orangtua yang masih kurang dalam hal pemantauan
perkembangan anaknya.
3. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
bahwa persentase anak yang mengalami gangguan perkembangan
motorik kasar di Indonesia sebesar 12,4% dan perkembangan motorik
halus sebesar 9,8%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2010
gangguan perkembangan motorik kasar di Indonesia sebesar 8,8% dan
perkembangan motorik halus sebesar 6,2% akan tetapi data
menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan perkembangan
motorik masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama.
4. Pada perkembangan anak usia 4 – 5 tahun banyak anak yang belum
bisa menendang bola secara terarah. Bahkan pada usia tersebut anak
masih meleset arah kaki saat menendang bola. Penyebab utama dari
hal ini adalah kurangnya perhatian terhadap perkembangan motorik
kasar anak usia dini. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak
mengetahui tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok
sosialnya (Hurlock, 2010).
5. Masalah keterampilan motorik kasar pada anak terkait dengan
ketidakmampuan anak mengatur keseimbangan dan reaksi kurang
cepat serta koordinasi kurang baik. Jika tidak cepat ditangani akan
berdampak pada kesulitan dalam membaca dan menulis ketika anak
memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Selain itu, kemampuan
bereaksi dan koordinasi juga menentukan keterampilan motorik kasar
anak, masih banyak anak lambat dalam bereaksi dan kacau dalam
koordinasi gerakannya. Hal ini terjadi karena anak kurang diberi
kesempatan untuk berlatih atau ada kemungkinan anak memiliki
masalah dalam syaraf motoriknya (Fitriani, 2018)
 Identifikasi Gap/kesenjangan/ketidak sesuaian antara seharusnya dengan
kenyataan
1. Anak belum bisa seimbang ketika berdiri 1 kaki selama 6 detik
2. Anak belum sigap dalam menangkap bola
3. Anak belum bisa melompat satu kaki dengan baik
4. Anak belum bisa melompati tali
5. Anak belum bisa menendang bola secara terarah

Masalah penelitian yang akan dipilih

1. Gambaran Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun Di Raudhatul Athfal An Nuur
Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung

Anda mungkin juga menyukai