Anda di halaman 1dari 8

1.

Pada dasarnya asas kesimbangan dalam kontrak yang kedudukannya seimbang sepenuhnya
praktis tidak ada, selalu ada pihak yang lebih lemah dari pihak yang lain.

Contoh Perjanjian tidak seimbang,


Perjanjian di bawah tekanan Pasal 1321 KUHPerdata: “Tiada suatu persetujuan pun
mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan.” Perlu di pahami bahawa perjanjian yang sudah ditandatangani tidak mutlak sah
dan mengikat. Apabila dalam pembuatan perjanjian tersebut ada kedudukan yang tidak
seimbang dan keadaan-keadaan yang tidak bebas, maka perjanjian tersebut batal demi
hukum.

- Asas-asas perjanian-
a. Asas Konsensius, konsensualisme (1320 KUHP).
Bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Dengan adanya kesepakatan oleh para pihak, jelas melahirkan
hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut
telah bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi kontrak tersebut. Perjanjian berdasarakan kensesus (kesepakatan) bebas
dari ancaman, tekanan, paksaan.
b. Asas kebebasan berkontrak (1338KUHP).
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan
kepada pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan
perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian/ pelaksanaan dan
persyaratannya, menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan. Asas ini
hanya mengatur para pihak, sehingga para pihak dapat saja mengenyampingkannya,
kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa. Bebas membuat
perjanjian apa saja yang penting tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan
norma kesusilaan.
c. Asas Kepastian Hukum, Pacta Sunt Servanda (1338KUHP)
Asas kepastian hukum, berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak. Bisa dibilang perjanjian yang berlaku
seperti Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.
d. Asas Itikad baik, TE GOED TROUW (1338 KUHP)
Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur dan
Debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas ini menegaskan
Perjanjian harus di laksanakan dengan itikad baik.
e. Asa Kepribadian (1315 1340) KUHP
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang yang akan
melakukan kontrak hanya untuk kepentingan perorangan. Berlaku hanya untuk
orang yang di tunjuk.
2. Pengertian Konsumen menurut pasal 1 ayat 2 UU No. 8/Tahun1999 Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan /jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Dapat di simpulkan bahwa konsumen menurut pasal ini, jelas bahwa yang di maksud adalah
konsumen akhir.

Apabila adanya kerugian yang di alami konsumen karena menggukanan produk yang dibuat
pelaku usaha, maka tergugatlah (Pelaku usaha/produdsen) yang harus membuktikan tidak
adanya kesalahan di pihaknya. Namun penggugat masih harusmembuktikan adanya
perbuatan melawan hukum dari tergugat, adanya kerugian yang diderita karena perbuatan
melawan hukum itu serta adanya hubungan sebab akibat antar perbuatan melawan hukum
yang dilakukan tergugat dan kerugian yang ditimbulkannya. Hal ini menganut pada teori stict
liability atau biasa di sebut liability without fault. Ajaran ini mengharus kan produsen /
pelaku usaha bertanggung jawab atas kerugian konsumen yang disebabkan oleh produknya,
terlepas dari apakah ada kesalahan dari produsen atau tidak.

Pada dasarnya larangan untuk memuat klausula - klausula baku tertentu dalam perjanjian
antara konsumen dengan pelaku usaha, dimaksudkan untuk mencegah tegadinya
penyalahgunaan keadaan oleh pihak yang memiliki kedudukan leblh kuat, yang padaakhimya
akan merugikan konsumen. Contoh dua bentuk pengaturan oleh undang-undang mengenai
klausa baku yang di larang:

- Pasal 18 ayat 1 (a) Pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, Seperti ketika kita membeli
barang / produk. Sering kali kita jumpai adanya klausula yang menyebutkan “barang
yang sudah di beli tidak dapat di kembalikan” sering dengan berjalannya waktu hal ini
sangat memberatkan bagi konsumen ketika kita membeli barang secara online.
- Pasal 18 ayat 1 (G). Sebagai contoh, jika Bank Indonesia membebankan bunga 12%
pertahun kepada Bank, maka kalau Bank yang menyalurkan kredit kepada konsumen
dilarang mengubah secara sepihak bunga yang dibebankan kepada konsumen.
3. Unsur-unsur Asuransi , Berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, KUHD pasal 246 dan Pasal 1774 KUHPerdata.
- Suatu Perjanjian.
- Ada premi.
- Adan kewajiban penanggung untuk memberikan penggatian kepada tertanggung.
- Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi.
- Adanya benda atau objek pertanggungan.
- Adanya jumlah pertanggungan.
- Adanya waktu pertanggungan.
- Pemberitahuan kepada tertanggung dan syarat – syarat yang di perjanjikan.

Menurut Pasal 255 KUHD Polis adalah surat berharga yang dibuat untuk tanda bukti adanya
perjanjian asuransi antara Penanggung dan Tertanggung. Bisa dibilang polis asuransi adalah
dokumen asuransi yang di dalamnya berisi kesepakatan antara pihak tertanggung (nasabah)
dengan penanggung (pihak asuransi) yang menerangkan bahwa perusahaan asuransi akan
menanggung sejumlah kerugian pada masa mendatang yang mungkin timbul pada nasabah
asuransi.

Prinsip Dasar Asuransi, Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus
dipenuhi, yaitu:

- Insurable interest
- Utmost good faith
- Proximate cause
- Indemnity
- Subrogation
- Contribution.

Utmost good faith, Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua
fakta material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan, baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas
segala sesuatu tentang luasnya syarat atau kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga
harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang
dipertanggungkan. Sebagai contoh:

- Asuransi jiwa, Anda mungkin diminta untuk mengungkapkan masalah kesehatan


sebelumnya yang mungkin Anda miliki anda tidak menceritakan penyakit – penyakit
kronis yang pernah di alami dimana menjadi pertimbangan bagi pihak asuransi.
- Asuransi Kendaraan, anda tidak mengungkapkan kalau kendaraan yang anda miliki
pernah mengalami kecelakaan sebelum di asuransikan.
4. Secara umun pengertian bangkrut atau pailit keadaan dimana seseorang yang oleh suatu
pengadilan dinyatakan bankrupt dan yang aktivanya atau warisannya telah diperuntukkan
untuk membayar utang-utangnya. Sedangkan Menurut UU 37 tahun 2004 Pasal 1, Kepailitan
diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitor oleh curator (pengawas/


orang yang bertugas dalam mengurus warisan/budaya) kepada semua kreditor dengan
memperhatikan semua hak mereka masing-masing.
Dalam pasal 222 ayat 2 dan 3 UU 37 ahun 2004, yang di maksud adalah adanya
upaya dari pihak debitur mengajukan rencana perdamaian untuk pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditur. Perdamaian ini dailakukan dengan cara mengajukan
penundaan keawjiban pembayaran utang. Tujuannya adalah untuk memungkinkan
seseorang debitor dapat meneruskan usahanya meskipun ada kesulitan pembayaran dan
untuk menghindari kepailitan karena krisis finansial.

Syarat mengajukan permohonan pailit:


- Harus mempunyai minimal dua kreditor atau lebih.
- Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang.
- Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
- Permohonan pailit bisa atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

Pihak yang berhak mengajukan pailit;

- Berdasarkan permohonon debitur sendiri (tanpa paksaan)


- Berdasarkan permintaan 1 atau lebih kreditur (bisa dipaksa atau tidak)
- Kejaksaan atas nama kepentingan umum
- Bank Indonesia yang dalam hal debitur, sudah ditentukan merupakan lembaga bank
- Badan Pengawas Pasar Modal yang dalam hal debitur, sudah ditentukan sebagai
perusahaan efek

Apabila permohonan kepailitan dilakukan untuk kepentingan umum maka kejaksaan yang
melakukan permohonan pengajuan kepailitan. Hal ini di atur dalam Pasal 1 PP No 17 tahun
2000 tentang Permohonan Pailit untuk Kepentingan Umum.
5. Perjanjian dan Kegiatan yang di larang dalam undang-undang UU no 5 tahun 1999.
- Oligopoli, Dalam pasal 4 diperbolehkannya Oligopoli disebutkan sebagai  suatu
perjanjian yang dilarang yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya
untuk bersama-sama melakukan penguasaan produksi atau pemasaran yang dapat
menyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha.
- Penetapan Harga, Perjanjian penetapan harga dilarang dalam pasal 5. Penetapan harga
adalah pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen
- Pembagian wilayah, Berdasarkan pasal 9, Pembagian wilayah merupakan suatu
perjanjian yang dilarang yang dilakukan pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya
untuk membagi wilayah pemasaran sehingga dapat menyebabkan terjadinya praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. Pemboikotan
- Kartel, Dalam pasal 11 disebutkan bahwa Kartel adalah perjanjian yang dilarang antara
pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.
- Trust, Dalam pasal 12 disebutkan bahwa Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya,
yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa.
- Oligopsoni, Dalam pasal 13, Oligopsoni merupakan dua atau lebih pelaku usaha
menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa
dalam suatu pasar komoditas.
- Integrasi Vertikal, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi
merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung
maupun tidak langsung.
- Perjanjian Tertutup, Dalam pasal 15 disebutkan bahwa Pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali
barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.
- Perjanjian dengan pihak luar Negeri, Dalam pasal 16 disebutkan Pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 

Pelaku usaha yang dikecualikan dari UU no 5 tahun 1999 di atur dalam pasal 51. Disebutkan
bahwa monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara diatur dengan UU dan diselenggarakan oleh BUMN dan
atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah.

Untuk bisa masuk dalam pengecualian ini, ada beberapa syarat yang harus di penuhi
oleh BUMN yaitu:  

- pertama bahwa kegiatan yang dilakukan oleh BUMN adalah kegiatan yang menguasai
hajat hidup orang banyak. 
- Kedua, kegiatan yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut harus ditetapkan
dengan UU. 
- Ketiga, BUMN tersebut memang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan kegiatan
usaha itu.

Sebagai contohnya adalah PLN, Angkasa Pura, dan Pelindo.


6. Bentuk – bentuk jaminan, jaminan sendiri di bagi menjadi 2, jaminan umum (pasal 1131
KUHPerdata) dan jaminan khusus. Jaminan khuus dibagi lagi menjadi 2 yaitu jaminan
kebendaan (pasal 1131 KUHPerdata) dan Jaminan perorangan (pasal 1820-1850
KUHPerdata).
Jaminan kebendaan dibagi menjadi 5, yaitu:
- Gadai
- Fidusia
- Hak tanggungan
- Hipotik
- Resi Gudang

Perbedaan dalam menjaminkan benda bergerak dan gtidak bergerak adalah perlakuannya.
Untuk benda bergerak perlakuan yang di kenakan dengan cara gadai, sedangkan untuk
benda tidak bergerak dilakukan dengan cara hipotik.

Untuk kasus ini, jenis jaminannya berifat fidusia atau biasa diesbut denagan jaminan
kepercayaan. Dimana debitur di percaya oleh kreditur untuk tetap memgang jaminan yang
di jaminkan. Hal ini bisa saja terjadi, sebagai contoh. Apabila suatu perusahaan menjaminkan
assetnya (mesin pabrik) sebagai jaminan kreditnya di bank, pihak bank sebagai kreditur
tentu saja tidak menyimpan mesinnya sebagai jaminan. Logikanya adalah mesin yang di
jaminkan merupakan sebuah asset perusahaan, diaman asset tersebut memiliki peran untuk
keberlangsungan perusahaan. Bagaimana bisa perusahaan melakukan aktifitasnya jika mesin
yang di jadikan jaminan di simpan oleh bank dan perusahaan tersebut tidak bisa beroperasi.
Tentu perusahaan tidak bisa menghasilkan uang, dan utang tidak dapat dibayar.
7. Yang dimaksud arbitrase adalah prosedur penyelesaian sengketa yang disepakati oleh pihak-
pihak berselisih secara sukarela dengan mengikakan diri pada putusan pihak ketiga yang
netral di luar peradilan.
Penentuan arbitrase sebagai jalan penyelesaian sengketa perdata, pihak-pihak bersengketa
setuju untuk menyelesaikan perselisihan melalui arbitrase dan persetujuan tersebut dibuat
dalam suatu perjanjian tertulis yang ditanda tangani kedua belah pihak.
Berikut adalah manfaat dari arbitrase:
- Lebih efektif, apabila melalui pengadilan akan menghabiskan waktu yang berlarut-larut.
- Prosesnya cepat, diatur dalam Pasal 48 ayat 1 UU no 30 tahun 1999. Pemeriksaan
sengketa harus diselesaikan dalam waktu 180 hari / 6 bulan sejak arbiter atau majelis
terbentuk.
- Dilakukan secara rahasia, pemeriksaan maupun pemutusan sengketa oleh suatu majels
arbitrase selalu dilakukan secara tertutup.
- Bebas memilih arbiter, para pihak yang bersengketa dapat bebeas memilih arbiter yang
akan menyelesaikan persengketaan mereka. Namun jika tidak sepakat, pengadilan akan
ikut turun tangan sesuai dengan pasal 13 ayat 1 UU no 30 tahun 1999.
- Diselesaikan oleh ahlinya, dalam arbitrase para pihak yang bersengketa dapat menunjuk
para ahli untuk menyelesaikan masalahnya.
- Merupakan putusan akhir dan mengikat, putusan arbitrase dianggap final dan mengikat.
Bila diperlukan pengesahan putusan arbitrase melalui pengadilan, pengadilan yang
mengesahkan tidak berhak meninjau kembali persoalan materi dan putusan tersebut.
- Biaya lebih murah,karena waku yang di luangkan tidak banyak biaya juga jadi murah.
Biasanya selain dari operasional siding, biaya hanya meliputi pendaftaran, administrasi
dan biaya arbiter.
- Bebas memilih hokum, ketentuan hukum yang diberlakikan dapat dipilih oleh arbiter.

Anda mungkin juga menyukai