Siti Nurbaya Kasih Tak Sa PDF
Siti Nurbaya Kasih Tak Sa PDF
com/
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
"Baiklah!"
"Hanya sekarang, janganlah terlalu banyak mencetak uang
perak, melainkan uang mas itulah yang harus dilebihkan,
sebab uang perak, lekas dikenal orang."
"Baiklah! Lagi pula tiadakah baik tempat itu dipindahkan?
Sebab hamba baru mendapat sebuah gua batu dalam gunung
yang dekat di sana yang baik rupanya, tersembunyi di pinggir
laut."
"Baiklah, nanti kita periksa bersama-sama."
"Perkara toko Bombai itu, bagaimana?" tanya Pendekar
Lima, yang rupanya sangat rajin hendak bekerja, karena
mengenangkan uang dua ratus rupiah tadi. .
"Perkara itu. nantilah; aku hendak mencari muslihat yang
baik dahulu. Sekarang ini ada perkara lain, yang hendak
kukatakan kepadamu."
"Perkara apa, Engku?" jawab Pendekar lima.
"Aku sesungguhnya tiada senang melihat perniagaan
Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju,
sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu
hendaklah ia dijatuhkan."
"Akan tetapi bagaimanakah akal kita? Karena barang-
barangnya bukan sedikit, tak dapat diangkat dalam sehari
dua. Dan diambil separuhnya pun, tiadalah dirasainya," kata
Pendekar Lima.
"Bukan aku suruh engkau mencuri barang-barangnya,
karena berapakah yang akan terbawa olehmu? Aku bukan
bodoh. Aku tahu akal yang lebih baik, yaitu gudang-gudang
dan tokotokonya harus dibakar, perahu yang membawa
barang-barangnya dari Painan harus ditenggelamkan dan
orang-orang yang ada di sana dibujuk, supaya jangan mau
bekerja dengan dia lagi; sekalian pohon kelapanya di Ujung
Karang, haruslah diobati, biar busuk dan tak berbuah," kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kena hujankah surat ini atau kena air laut?" tanya Samsu
dalam hatinya.
Tatkala akan dikoyaknya pembungkus surat itu, tiba-tiba
jatuhlah gambar Nurbaya yang tergantung pada dinding
biliknya, sehingga hancur kaca dan bingkainya, sedang potret
itu sendiri rusak pula, karena sqbuah daripada pecahan kaca
yang runcing, menembus dada kekasihnya ini, tentang
jantungnya. Potret itu diangkat oleh Samsu, lalu dicabutnya
pecahan kaca yang masuk ke dalam dada Nurbaya perlahan-
lahan, takut akan bertambah rusak gambar itu. Akan tetapi
bagaimana pun ia berhati-hati, kertas potret itu rusak juga
tentang dada Nurbaya.
"Ajaib," pikir Samsu dalain hatinya, sambil termenung.
"Apakah artinya alamat ini? Apakah kabar yang akan
kudengar?"
Setelah dibersihkannya pecahan kaca-kaca tadi, lalu
diambilnyalah pula surat yang baru datang itu, dibukanya
dengan tangan yang gemetar dan hati yang berdebar-debar.
Ketika itu kelihatanlah olehnya surat itu penuh dengan bekas
titik air, serta tulisannya pun banyak yang kurang terang,
sebagai suatu surat yang tertulis oleh orang yang pikirannya
sedang kusut. Demikian bunyi surat itu:
Padang, 13 Mare11897.
Kekasihku Samsulbahri!
Walaupun kuketahui, bahwa surat yang malang ini, yang
telah kutulis dengan air mata yang bercucuran dan hati yang
sangat sedih lagi pedih, terlebih daripada diiris dengan
sembilu dan dibubuh asam, garam; serta pikiran yang kelam
kabut akan datang membawa kabar yang sangat dukacita
kepadamu, barangkali juga akan memutuskann
pengharapanmu, yang kau amalkan siang dan malam dan
walaupun rasakan putus rangkai jantung hatiku
mengenangkan sedih dan duka nestapa yang akan menimpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurbaya, pada malam itu dan apabila tak malu ia kepada sais
Ali, tentu keluarlah air matanya, karena sedih.
"Adakah Nurbaya dalam rumah ini atau tiadakah?"
Demikianlah pikiran Samsu dalam hatinya. Kalau ada
bagaimana ia bertemu dengan kekasihnya yang telah
meninggalkannya ini?
Setelah masuklah ia ke dalam rumah Nurbaya, tiadalah
kelihatan olehnya seorang juga, lalu ia berjalan perlahan-
lahan, masuk ke bilik Baginda Sulaiman. Di sana tampaklah
olehnya saudagar ini sedang berbaring di atas tempat
tidurnya, berselimutkan kain panas. Sangat terperanjat Samsu
serta sedih hatinya melihat perubahan ayah Nurbaya ini.
Apabila di tempat yang lain ia bertemu dengan Baginda
Sulaiman, tentulah tiada percaya ia yang berbaring itu
memang mamanda angkatnya.
Rambutnya mulai putih, mukanya pucat, badannya kurus,
mata dan pipinya serta napasnya sekali-sekali, karena sangat
letih rupanya.
"Engkau Nurbaya? Hampirlah kemari!"
"Hamba bukan Nurbaya," sahut Samsu dengan gemetar
bibirnya, karena menahan sedih hatinya. "Hamba Samsulbahri,
baru datang dari Jakarta. Tatkala hamba dengar Mamanda
sakit, segeralah hamba kemari."
Setelah mendengar perkataan ini, menoleh si sakit kepada
Samsu dengan membesarkan matanya, sebagai hendak
menerangkan penglihatannya. "Samsulbahri?" tanyanya
dengan lemah suaranya.
"Hamba, Mamanda," jawab Samsu.
"Marilah dekat kemari, Samsu!" kata Baginda Sulaiman
pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, janganlah lupa pula akan pepatah kita: Buah yang manis
itu acap kali berulat.
Yang tua harus dihormati, yang muda dikasihi, sama besar
mulia-memuliakan. Walaupun yang tua itu rupanya kurang
daripada kita, tentang pengetahuan, kekayaan, pangkat,
bangsa, ataupun yang lain-lain sebagainya, tetapi ia terlebih
dahulu makan garam daripada kita dan terlebih banyak
merasai kehidupan yang baik dan jahat. Ingatlah, lama hidup
banyak dirasai, jauh berjalan banyak dilihat. Oleh sebab itu
pada orang yang sedemikian, tak dapat tiada adalah juga
pengetahuan atau penglihatan atau penanggungan yang
belum ada pada kita, atau belum kita rasai. Itulah sebabnya
orang ini harus dihormati.
Yang muda harus dikasihi; sebab mereka adik kita, yang
kurang kekuatan dan pengetahuannya daripada kita. Tak
patut kita mempergunakan kelebihan kita, akan menganiaya
mereka. Demikian pula segala mahluk yang ada, terlebih-lebih
yang lemah dan lata, haruslah disayangi. Jangan disakiti,
karena sekalian itu hamba Allah sebagai kita juga. Dengan
sesama manusia, haruslah berkasih-kasihan, beramah-
ramahan dan bertolong-tolongan, dalam segala pekerjaan,
suka dan duka. Terlebih-lebih yang sengsara dan kesusahan
itulah, yang terutama harus ditolong. Yang mulia dan kaya
pun tak perlu dihindarkan, karena yang miskin dapat
membantu dengan kekuatan dan nasehat dan yang kaya
dapat menolong dengan uang. Janganlah angkuh dan
sombong; istimewa pula karena pada kita sekarang ini, tak
ada yang dapat disombongkan; uang tidak, bangsa pun
kurang. Walaupun ada berharta, berbangsa dan berpangkat
sekalipun, tak perlu disombongkan, karena sebagai telah
kukatakan, sekalian itu barang pinjaman belaka dan hanyalah
dalam dunia ini saja ada harganya. Bila yang empunya kelak
meminta kembali hartanya itu, tak dapat tiada haruslah
dipulangkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
X. KENANG-KENANGAN KEPADA
SAMSULBAHRI
Hari kira-kira pukul setengah tujuh, petang berebut dengan
senja, siang hampir akan hilang, malam hampir akan datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa-apa saja yang perlu; karena aku tak hendak kembali lagi
ke Padang, biarlah mati di rantau orang. Di tanah airku sendiri
tiada lain daripada kesusahan dan kesengsaraaq yang
kuperoleh. Barangkali di negeri orang dapat aku beroleh
kesenangan," kata Nurbaya.
"Ya, benar; sesungguhnyalah itu. Pikiranku pun deniikian
juga. Padaku, apa lagi yang akan menarik hatiku ke Padang?
Engkau telah ada di sini dan ibuku akan kusuruh datang
kemari, tinggal bersama-sama dengan kita," jawab Samsu.
"Wahai, alangkah senang hatiku, bila ibumu pun telah
bersama-sama pula dengan kita! Tentulah hilang segala
sengsara yang telah kurasai itu; tentulah tinggal kesenangan
dan kesukaan lagi; tentulah... Ah, sesungguhnya cita-cita itu
sangat elok rasanya," kata Nurbaya setelah termenung
sejurus, sedang keriangan hatinya yang mulai timbul, hilang
kembali, bertukar dengan sedih, sehingga mendatangkan
khawatir pula, dalani hatinya, takut kalau-kalau tiada
disampaikan T uhan.
"Masih ingatkah engkau akan segala cita-cita pada malam,
tatkala engkau akan berangkat kemari, Sam? Apakah jadinya
sekarang?"
"Jangan berpikir sedemikian!" jawab Samsu. "Jangan putus
asa! Engkau masih muda dan aku pun begitu pula. Siapa tahu,
tidak sekarang, barangkali kelak kita beroleh kesenangan.
Masakan hujan saja dari pagi sampai petang. Panas sesudah
hujan, menimbulkan kesegaran badan dan kesenangan hati."
"Kuharap demikian jugalah hendaknya! Akan tetapi, karena
segala kecelakaan dan kedukaan telah datalig bertubi-tubi
menimpa diriku, tak beranilah aku berharap lagi; istimewa
pula sebab aku sekarang harus pulang ke Padang.
Sesungguhnya sangat berat hatiku hendak meninggalkan
engkau dan Jakarta ini, karena aku di sini sungguh berasa
senang; pertama sebab ada dalam tanganmu. kedua sebab
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh dari tempat aku beroleh mara bahaya. Dan lagi, sebagai
ada yang melarang aku kembali ke Padang, sebagai di sana
telah menunggu pula sesuatu kecelakaan yang mengancam
diriku."
"Hilangkanlah pikiran yang seperti itu! Ingatlah akan
nasihat orang tuamu!" kata Samsu dengan perlahan-lahan,
membujuk kekasihnya, walaupun hatinya sendiri berasa
khawatir pula.
"Apalagi karena dalatn perkara ini, kita tak boleh
mengatakan tidak; harus menurut. Sebab itu nienyerahlah
engkau dan berhatihatilah menjaga diri! Selama-lamanya
engkau sebulan di sana; sudah itu tentulah kita bertemu pula.
Aku sesungguhnya ingun benar hendak mengantarkan
engkau; tetapi waktu ini tiada dapat aku berangkat, karena
ada sesuatu pekerjaan yang hendak kuminta. Kalau aku pergi
dari s ini, tentulah lepas pekerjaan itu dari tanganku. Keinginan
hatiku, bila engkau telah kembali pula kemari, aku telah
mempunyai pekerjaan.
Lagi pula, engkau kembali ke Padang diantarkan oleh
seorang opas yang kukenal. Nanti kupesankan kepadanya,
supaya engkau dijaganya baik-baik. Jika engkau kelak hendak
kembali kemari dan tak ada teman, kirimlah kabar kepadaku!
Tentu aku datang menjemput. Dengan demikian, tak lama aku
di Padang. Bila aku menumpang dengan kapal Jakarta yang
bertemu di Padang dengan kapal dari Aceh, barangkali hari itu
juga dapat aku kembali, sehingga tak perlu bermalam di
Padang.
Seboleh-bolehnya jangan aku bertemu pula dengan
ayahku. Bagaimana pikiranmu Nur? Baikkah begitu?"
"Baiklah, kalau engkau suka demikian," jawab Nurbaya,
sambil memandang muka Samsu dengan tersenyum.
"Memang engkau baik hati, segala menurut," kata Samsu
pula, seraya mencium adiknya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mengapa pula kita kan menurut adat kafir itu," jawab
Fatimah, sambil membasuh tangannya, sebab telah selesai
makan:
Alimah dan Nurbaya mulailah mengangkat sisa-sisa
makanan, lalu menyuruh cuci piring dan mangkuk, bekas
tempat makan, kepada bujang.
Sungguhpun Nurbaya bekerja, tetapi telinganya selalu
dipasangnya, akan mendengar perkataan Bapa Mudanya,
karena buah pikirannya sesuai benar dengan pendapatnya.
"Mereka itu kafir, kata kita; tetapi mereka barangkali
berkata, kitalah yang kafir, sebab tak menurut agama mereka.
Mana yang benar, wallahualam! Tak dapat kita putuskan;
hanya Allah yang mengetahui. Sekalian agama datang dari
pada-Nya, untuk keselamatan manusia. Tentu saja tiap-tiap
bangsa akan memuji agamanya sendiri, sebagai tiap-tiap
orang memuji dirinya sendiri pula; tetapi pujian kepada diri
sendiri itu, tak boleh menjadi sebab, untuk mencela diri orang
lain; apalagi kalau pengetahuan kita hanya baru sekadar
tentang diri kita sendiri saja. Bagaimana dapat kita
perbandingkan dua buah benda, kalau kita hanya tahu satu
saja, daripada keduanya?
Tentang agama itu, yang kita ketahui hanya agama kita
sendiri, itu pun belum sempurna pula. Agama lain sekali-kali
tiada kita ketahui. Bagaimana dapat kita katakan buruk
baiknya? Bagaimana dapat kita perbandingkan, mana yang
benar, mana yang salah, antara kedua agama itu? Cobalah
pikir benar-benar! Bila aku mempunyai sebuah batu dan
engkau mempunyai pula sebuah, dapatkah kaukatakan, mana
lebih berat di antara kedua batu itu, jika tiada kauketahui
berat keduanya? Dan bagaimanakah dapat kaukatakan,
batumu lebih berat daripada batuku, kalau kau belum tahu
berapa besar dan berapa berat batuku? Sedangkan batumu
sendiri pun belum kauketahui benar-benar, berat dan
ringannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buruk? Adat mereka yang jahat itu jangan kita ambil dan adat
kita yang baik disimpan benar-benar.
Banyak aturan dan adat bangsa asing yang sudah kita tiru
dengan tiada dipikirkan dalam-dalam buruk baiknya. Baju jas
dan sepatu, pakaian siapa itu? Bukankah pakaian orang Barat?
Mengapakah dipakai juga? Orang haji dan Arab pun banyak
pula yang meniru pakaian Barat itu. Berkursi, bermeja,
berlampu gantung, bukan adat nenek moyang kita turut juga.
Piring dan mangkuk, perbuatan siapa? Tetapi dipakai juga?
Adat dan aturan siapakah yang harus diturut orang Islam?
Adat orang Arab? Orang Arab makan kurma dan minum susu
unta; mengapa tidak ditiru pula? Manakah adat dan aturan
kita yang asli?
Ah Fatimah, sekalian itu, hanya dunia saja; bukan akhirat;
lahir, bukan batin. Pada pikiranku, walaupun apa juga yang
engkau pakai atau perbuat, asal hakikatmu suci dan hatimu
tiada bcrubah, tiada jadi apa-apa. Tetapi walaupun kauturut
bcnar tiaptiap perkataan yang tersebut dalam kitab, kalau
hatimu tiada suci dan lurus, tak ada gunanya."
"Ya itu betul; tetapi adat kita, pusaka nenek moyang kita,
tak boleh disia-siakan atau ditukar-tukar saja. Dan lagi, tak
baik kita membuang-buangnya; buruk dan baik harus diturut.
Itu tandanya kita beradat. Kalau hendak menambahnya
dengan aturan lain, baik, tetapi adat kita, dipakai juga."
"Memang kurang baik membuang yang lama, karena
nrendapat yang baru. Tetapi ada di antara adat dan aturan
lama itu, yang sesungguhnya baik pada zaman dahulu, tetapi
kurang baik atau tak berguna lagi waktu sekarang ini. Adalah
halnya seperti pakaian tatkala mula-mula dibeli, boleh dan
baik dipakai, tetapi makin lama ia makin tua dan lapuk;
akhirnya koyakkoyak, tak dapat dipergunakan lagi. Kalau
sayang membuang pakaian tua ini, karena mengingat jasanya,
sudahlah, simpanlah ia, untuk jadi peringatan! Tetapi pakaian
baru, harus juga dibeli, bukan?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berat, tetapi duduk selalu pun tak baik pula, karena susah
kelak melahirkan anak kata orang. Berjalan ke luar rumah,
malu, takut dikatakan tukang tambur.
Bila laki-laki disuruh mendukung anaknya sejam saja,
lelahlah ia katanya; tetapi perempuan sembilan bulan
lamanya; terkadang-kadang lebih lama pula, tiada berhenti-
henti siang ma lam, pada segala tempat, mengandung anak
dan sesudah itu beberapa tahun pula mendukungnya,
perempuan itu tiada botch mengatakan lelah.
Bila waktu akan melahirkan anak telah datang, tak dapatlah
dikatakan perasaan diri kesakitan yang ditanggung. Alam dan
dunia rasakan lenyap, pikiran benar menjadi hilang, bertukar
dengan ketakutan dan was-was. Sakit pun tiada terderita,
seluruh badan rasakan hancur, pemandangan menjadi gelap,
perasaan tiada tentu. Bila susah bersalin itu, karena sesuatu
hal, acap kali membawa kita ke pintu kubur, jika tiada lekas
dapat pertolongan. Walaupun mendapat pertolongan
sekalipun, dari dukun atau dokter yang pandai, acap kali
terlalu sakit juga, karena terkadang-kadang dengan
kekerasan. Ada yang dipotong, dibedah dan dijahit,
sekaliannya boleh mendatangkan cacat dan penyakit seumur
hidup.
Apabila anak itu telah lahir ke dunia, beberapa lamanya
perempuan itu harus tidur diam-diam, tak botch bergerak-
gerak, serta harus pula memakan bermacam-macam obat
yang kurang sedap rasanya, supaya lekas sembuh. Ada
kalanya penyakit itu lama maka baik, padahal dalam waktu itu
kita telah harus menjaga dan menyusukan anak, karena
kurang baik jika anak itu diberi susu lembu.
Bila kita telah sernbuh, tiadalah pula dapat melepaskan
lelah barang sedikit pun, sebab kewajiban yang lain telah
menanti, yaitu menjaga, memelihara dan membesarkan anak
itu. Tak tentu susah, tak tentu payah, tak tahu siang dan tak
tahu malam; karena makanannya harus diberi dan dijaga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendapat tentang hal ini. Kalau sudah dem ikian, tak dapat jua
diselesaikan kekusutan itu baiklah bercerai keduanya. Apa
boleh buat. Daripada bercampur dalam neraka, lebih baik
bercerai dalam surga. Tetapi bercerai itu hendaklah dengan
baik, jangan sampai menaruh dendam kesumat. Tatkala kawin
dengan baik, bercerai pun dengan baik pula. Siapa tahu,
barangkali jodoh masih ada: jadi mudah kembali. Biarpun
telah habis sekalipun jodoh, apako gunanya bekas suami atau
istri itu dipandang se,bagai musuh? Karena kita telah
bercampur beberapa lamanya; menjadi satu dengan dia.
Bukankah lebih baik ia dipandang sebagai saudara?
Sedangkan hewan yang telah dipelihara, lagi tak dapat
dilupakan dalam sekejap mata, mengapakah manusia, yang
terkadang-kadang telah terikat kepada kita dengan tali anak,
diperbuat musuh?
Berselisih bermaki-makian, sampai terbuka rahasia yang
penting-penting, berteriak-teriak, sampai gempar orang
sebelahmenyebelah, berpukul-pukulan, sampai berluka-lukaan
atau cara lain yang semacam itu bukan saja tak berguna,
tetapi menyatakan kita bukan orang yang betertib sopan dan
tak tahu peraturan yang baik. Lagi pula ia boleh
mendatangkan, bahaya kepada badan sendiri. Bukankah lebih
baik, kalau hendak berselisilr, masuk berdua ke dalam bilik,
tutup pintu, lalu bicarakan atau keluarkan apa yang terasa
dalam hati, perlahan-lahan, supaya jangan diketahui orang.
Apakah gunanya perselisilran kita, diperlihatkan kepada orang
lain, yang tiada bersangkut paut dengan hal itu; apalagi
karena tiada berapa lama sesudah itu, kita akaii berdamai
pula? Pada rasa hatiku, perkara yang sedemikian, masuk
rahasia rumah tangga kita; tak ada faedahnya diketahui orang
lain. Lagi pula aib rasanya seperti kelakuan anak kecil,
sebentar berkelahi, sebentar berbaik. Lihatlah anak-anak!
Tatkala berkelahi, bermaki-makian, berpukul-pukulan, seakan-
akan hendak berbunuh-bunuhan rupanya, tetapi sejurus
kemudian berbaik pula, bermain-ma in, bersama-sama, sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paduka Ayahanda!
Sebelum ananda menuliskan maksud ananda dan
mencurahkan segala yang terasa di hati ananda
kepada Ayahanda dalam surat ini, terlebih dahulu
ananda memohonkan ampun beribu-ribu ampun ke
bawah ribaan Ayahanda, atas kesalahan ananda yang telah
ananda perbuat dahulu dan kesalahan ananda sekarang ini,
karena telah berani memanggil Ayah pula kepada Ayahanda,
walaupun Ayahanda tiada sudi lagi mengaku anak kepada
ananda.
Ananda maklum, tentulah sangat susah bagi Ayahanda,
seorang yang berbangsa dan berpangkat tinggi, akan menarik
surut perkataan yang telah terlanjur. T etapi sebab permintaan
ini, ialah permintaan yang penghabisan bagi ananda,
permintaan seorang yang tiada lama lagi akan hidup di dunia
ini, seorang yang akan segera meninggalkan negeri yang fana
ini dan pada penghabisan umurnya, tiada lain
pengharapannya, hanya akan beroleh ampun dan maaf dari
ayahbunda, sanak saudara dan kaum kerabatnya, maka besar
gunung kata orang, tetapi lebih besarlah lagi pengharapan
ananda, supaya permintaan ananda ini, Ayahanda kabulkan
juga.
Bukankah orang yang akan dihukum mati itu, diturut
kehendaknya dan diberi permintaannya yang akhir? Sekali
inilah lagi ananda akan meminta kepada Ayahanda dan sekali
inilah pula lagi, Ayahanda akan meluluskan permintaan
ananda; karena bilamana Ayahanda membaca surat ini,
lamalah sudah ananda tiada dalam dunia ini, melainkan telah
sujud ke hadirat Tuhan rabbulalamin, akan memohonkan
ampun ata!O sekalian dosa ananda yang amat besar itu;
karena rupanya dalam dunia yang fana ini, tiadalah boleh
ananda mendapat ampun itu, meskipun ananda telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah seorang tuan, seorang diri saja; jadi kurang baik, bila
aku bawa engkau, dengan tiada memberi tahu lebih dahulu
kepada yang punya rumah. Kelak, bila aku pergi pula ke sana,
tentulah akan kuminta kepadanya, supaya kita boleh pergi
bersama-sama ke situ."
"Ah, tak jadi apa itu. Aku pun tentu tak berani ke sana,
kalau tiada dipanggil. Hanya kuharap, janganlah engkau lupa
pulang kelak, karena asyik bercakap-cakap," kata Arifin
dengan purapura tersenyum, supaya jangan syak hati Samsu
kepadanya.
"Nah, Sam, aku harap engkau akan banyak beroleh
kesukaan dan kesenangan di sana!" kata Arifin pula, sambil
keluar dari kantor pos. Setelah sampai ke jalan besar, di muka
kantor pos itu, menolehlah ia kebelakang. Dengan terperanjat
dilihatnya Samsu masih berdiri di kantor pos itu sambil
memandang ia berjalan dan nyata tampak olehnya, air mata
sahabatnya ini berlinang-linang di pipinya, dengan tiada
dirasainya rupanya.
Ketika itu barulah Samsu ingat akan dirinya, lalu
memalingkan mukanya dan berjalan cepat-cepat menuju arah
ke barat.
Melihat hal yang sedemikian, bertambah-tambahlah keras
sangka Arifin, Samsu berniat akan berbuat pekerjaan yang
penting, yang tiada boleh diketahui orang; siapa tahu
barangkali perbuatan yang boleh mencelakakan dirinya.
Sekarang yakinlah nyata kepadanya, bahwa segala perkataan
Samsu tadi tiada benar. Oleh sebab itu semangkin keraslah
keinginannya hendak mengetahui maksud sahabatnya ini dan
kalau benar ia berniat jahat, seboleh-bolehnya hendak
dicegahnya.
Akan menyembunyikan dirinya, segeralah ia masuk ke
dalam suatu kedai, pura-pura hendak membeli apa-apa, tetapi
sebenarnya akan mengintai ke mana tujuan perjalanan
sahabatnya itu. Setelah nyata olehnya Samsu berjalan menuju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila engkau telah tua, tentu tak diikat lagi, sebab biasanya
yang tua itu tak suka lari, karena kakinya telah lemah dan ia
tak kuat berjalan lagi. Yang diikat itu, ialah yang muda, yang
kakinya masih kuat akan melarikan dirinya..."
"Aha, itulah yang kusukai, Mas!" jawab Van Sta. "Makin
lama, engkau makin riang. Barangkali tadi ma lam engkau
dapat mimpi yang baik. Itulah yang sebaik-baiknya. Nyahkan
segala waswas dan pikiran yang kusut, ganti dengan
kesukaan! Turutlah fahamku, riang selama-lamanya. Hidup
keriangan!"
"Sungguhpun dernikian, hidup sendiri-sendiri, bukanlah
hidup sejati,"
kata Mas pula, sebagai tak mengindahkan kesukaan hati
sahabatnya. "Sebab perempuan harus bersuami dan laki-laki
harus beristri. Bukankah kewajiban sekalian makhluk yang
hidup, mengembangkan bangsanya? Bagaimanakah akhirnya
dunia ini, bila sekalian orang hendak hidup bebas, sebagai
engkau?"
"Di tanah Eropah telah mulai banyak yang berbuat begitu,"
jawab Van Sta.
"Ya, tapi pikiran yang sebagai itu, tak hendak kawin seumur
hidup, tak dapat kubenarkan. Bila ada sesuatu cacat di badan,
misalnya penyakit atau celaan yang lain, sudahlah; tak
mengapa.
Tetapi jika membujang itu, karena hendak menurutkan
kesukaan hati saja, kurang baik. Bagaimanakah jadinya
manusia itu kelak?"
"Jadinya, ialah laki-laki dan perempuan terlebih merdeka
daripada sekarang ini dalam perkara perkawinan. Jika hendak
berhubung atau bercerai dengan siapa pun, dapat pada
sebilang waktu, dengan tiada ada alangan apa-apa, asal suka
sama suka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/