Hutang Jangka Pendek adalah peminjaman dana atau kewajiban (hutang) yang sifatnya darurat namun
tetap bisa dikembalikan dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Dalam dunia bisnis, hal ini biasa juga
disebut sebagai liabilitas lancar yang mana selalu dilakukan oleh para pemilik usaha, baik itu kecil,
menengah bahkan hingga enterprise.
Pelunasan hutang biasanya dilakukan dengan menggunakan aktiva atau aset perusahaan yang
sebelumnya telah diperhitungkan. Jika pemilik usaha tidak melakukan pelunasan, maka mereka harus
mengambil kebijakan dividen yang mana ‘memotong’ sementara hasil keuntungan milik investor.
Namun pada situasi jenis hutang ini, jarang sekali ada pemilik usaha yang harus melakukan kebijakan
dividen demi menutupi hutangnya. Sebab, mereka sudah memperhitungkan sejak awal besaran
pinjaman yang akan dilakukan dengan keberadaan uang di dalam aktiva masing-masing.
Utang ini timbul dari pembelian barang atau jasa dan dari pinjaman jangka pendek.
Untuk menentukan jumlah utang jangka pendek perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang
telah dibeli namun masih dalam perjalanan.
Pencatatan hutang atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan harus mempertimbangkan
syarat pengirimannya.
Atau jasa, pinjaman bank jangka pendek pegawai atau pemegang saham dan untuk pembelian mesin-
mesin dan peralatan.
Sedangkan utang jangka panjang yang belum jatuh tempo tetap dilaporkan sebagai utang jangka
panjang di laporan neraca.Bila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu akan dilunasi
dengan dana-dana pelunasan atau uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar dengan saham.
Maka utang jangka panjang tersebut tetap dilaporkan sebagai utang panjang.Walaupun
pelunasannya masih dalam waktu satu tahun tapi karena tidak dilunasi dengan sumber aktiva lancar.Dan
menimbulkan utang jangka pendek yang baru maka dikelompokkan dalam utang jangka pendek.
3. Utang Dividen
Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar) dicatat dengan men-debit
rekening Laba Tidak Dibagi dan meng-kredit Utang Dividen.
Utang dividen ini akan segera dilunasi maka dimasukkan dalam utang jangka pendek.Utang dividen
ini timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh direksi dan terutang sampai tanggal
pembayarannya.Dividen untuk saham prioritas, walupun jumlahnya sudah pasti tapi sebelum tanggal
pengumuman belum merupakan utang.Uang dividen skrip akan dikelompokan sebagai utang jangka
pendek jika akan segera dilunasi.
Pembagian dividen dalam bentuk saham (dividen saham) akan dicatat dengan debit laba tidak dibagi
dan kredit dividen saham yang akan dibagi.
Kredit yang dibuat untuk mencatat dividen saham yang akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok
utang jangka pendek tapi merupakan elemen modal.
Uang muka yang berasal dari pembeli untuk barang-barang yang akan dibeli.Sebelum barang-barang
diserahkan pada pembeli maka uang muka tersebut merupakan utang jangka pendek.Jaminan yang
diminta dari pelanggan juga merupakan utang.Jika jaminan itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu
maka itu merupakan utang jangka pendek.
Tapi jika jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama maka termasuk
dalam kelompok utang jangka panjang.
5. Dana yang Dikumpulkan untuk Pihak Ketiga
Perusahaan terkadang akan menjadi pihak yang mengumpulkan uang dari pelanggan dan karyawan
yang nantinya akan diserahkan kepada pihak lain.Pengumpulan dana ini dapat dilakukan dengan cara
pemotongan upah pegawai atau membebani pembeli dengan jumlah tertentu.
Misalnya setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% sebagai pajak penghasilan pegawai yang
nantinya akan disetorkan ke kas negara.Pajak yang dipotong oleh perusahaan dicatat sebagai utang
lancar.
Misalnya gaji pegawai bulan Maret 2019 sebesar Rp. 3.000.000,- maka PPH pegawai sebesar 15%
akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) akan
membebankan PPN ini kepada pembeli, yaitu dengan menambahkan PPN di harga jual.PPN yang
diterima dicatat sebagai utang sampai saat penyetorannya ke Kas Negara.
Penjualan bulan Maret 2019 sebesar Rp. 11.000.000 termasuk PPN sebesar 10%, maka pencatatan
penjualan dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :
Pada saat menyetorkan PPN tersebut ke Kas Negara dibuat jurnal sebagai berikut :
Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang
sudah terjadi tapi belum dibayar.
Utang biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah: utang uang yang timbul dari gaji dan upah,
bonus dan biaya sewa.
Utang Gaji dan Upah
Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga dan sewa dilakukan dengan
dasar waktu terjadinya biaya teresebut.
PT Manajemen Keuangan Network Jaya yang bergerak dalam bidang kursus akuntansi dan pembuatan
laporan keuangan membayar gaji dan upah pegawai tiap tanggal 2 pada bulan berikutnya.
Bila gaji dan upah Maret 2019 Rp. 5.000.000,- maka pada tanggal 31 Maret 2019 dibuatkan jurnal
penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah.
Cara pencatatan yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang masih akan dibayar.
Utang Bonus
Apabila bonus dihitung atas dasar laba maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai
berikut :
1.Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPH)
2.Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi bonus.
3.Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.
Jumlah yang diterima dari pelanggan untuk barang dan jasa yang akan diserahkan dalam periode
yang akan datang dicatat sebagai pendapatan yang diterima di muka.Dan dicatat dalam kelompok utang
jangka pendek.Contoh dari pendapatan yang diterima di muka adalah uang muka yang diterima untuk
pelanggan majalah dan surat kabar.Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang diterima di
muka sampai majalah dan surat kabarnya diserahkan pada pembeli.