Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEBIDANAN DALAM ISLAM

KEBIASAAN DALAM SUNNAH RASULULLAH SAW


(PUASA SUNNAH SENIN DAN KAMIS)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebidanan Dalam Islam


Dosen Pengampu : Andri Nur Solikhah, S.ST., M.Kes

Disusun oleh:
Elnadia Septiana K
1610104017

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan tugas analisis Kebidanan Dalam Islam “Kebiasaan Sunnah
Rasulullah SAW (Puasa Sunnah Senin dan Kamis)”.
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

    
                                                                                    Yogyakarta,  November 2019
    
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………..…...………………………………... 1
B. Tujuan…………………………..……………………………….......... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puasa Sunah Senin dan Kamis.......................................... 3
B. Landasan Puasa Senin dan Kamis....................................................... 3
C. Hikmah Puasa Senin dan Kamis......................................................... 3
BAB III ANALISI JURNAL........................................................................ 8
BAB IV REKOMENDASI............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap suci,
kudus, atau ilahi, disebut agama. Biasanya agama dikaitkan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan, dewa, atau roh. Ibadah, perilaku moral, iman, dan
partisipasi dalam lembaga keagamaan merupakan unsur agama sebagaimana
diamalkan penganutnya karena diperintahkan kitab suci agama (Abdurrahman,
2013).
Islam merupakan agama samawi terakhir yang diwahyukan Allah SWT
kepada utusan-Nya, Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh
umut manusia di dunia. Agama islam bersifat universal dan menjadi rahmat
bagi seluruh alam (rahmatan lil al-‘alamin). Islam tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya dan kedudukan manusia di hadapan
Tuhan, tetapi juga memberikan tuntunan bagaiaman manusia berhubungan
dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia di tengah alam semesta
ini.
Kehidupan spiritual umat Islam diatur terpadu dalam pelaksanaan ibadah
praktis, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Empat macam kewajiban itu
mempunyai hubungan kausal dengan aspek akidah dan muamalah (urusan
kemasyarakatan/sosial). Salah satu yang akan dibahas oleh penulis yaitu terkait
dengan puasa. Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga, puasa adalah salah
satu ibadah umat Islam yang memiliki arti menahan diri dari segala sesuatu
yang membatalkan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, yang
berupa memperturutkan syahwat, perut dan farji (kemaluan), sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat khusus (Sukri, 2009).
Puasa diperintahkan untuk menjadikan manusia agar lebih bertaqwa.
Dengan berpuasa seseorang akan selalu dididik untuk selalu bertaqwa keada
Allah SWT dimanapun seseorang itu berada, baik ketika ada banyak orang atau
saat seseorang itu sendiri. Seseorang yang berpuasa, tidak akan mudah

1
terombang-ambing oleh godaan dan rayuan kemewahan dunia karena
seseorang yang berpuasa telah dibentengi oleh iman dan taqwa. Orang yang
bertaqwa akan selalu menghiasi pribadinya oleh cahaya iman, amaliah dan
gaya hidup sehari-hari dengan akhlak terpuji.
Puasa sunnah adalah puasa yang manakala dilaksanakan pelaku akan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan pelaku tidak berdosa. Ada
beberapa puasa sunah salah satunya yaitu puasa Senin dan Kamis. Puasa Senin
dan Kamis merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW suka melaksanakan puasa pada kedua hari tersebut,
dengan alasan bahwa pada hari itu seluruh amalan anak Adam dilaporkan
(diangkat), dan beliau berharap ketika amalannya diangkat kehadapan Allah
SWT dalam keadaan puasa, sebagaiaman disebutkan dalam sebuah hadits
yanga diriwayatkan oleh Imam Trimidzi, An-Nasaai dan Ibnu Majah, bahwa
Rasulullah SAW bersabda,
“ Seluruh amal perbuatan itu diangkat pada hari Senin dan Kamis, maka
aku ingin, saat amalku diangkat, aku sedang shaum “ (HR. Turmudzi).

Kebanyakan orang belum mengetahui esensi dari puasa, padahal puasa


melekat pada orang Islam, karena tertera pada rukun Islam yang ketiga dan
juga puasa memiliki banyak manfaat terhadap tubuh dan kehidupan kita. Puasa
dianggapnya hanya membebani, padahal dengan berpuasa pikiran kita menjadi
lebih bersih dan segar. Dengan keadaan pikiran bersih dan segar setiap orang
yang ber[uasa pasti melakukan hal-hal yang positif.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian puasa sunah Senin dan Kamis.
2. Mengethaui landasan puasa Senin dan Kamis.
3. Mengethaui hikmah puasa Senin dan Kamis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puasa Sunah Senin dan Kamis


Menurut pengertian agama islam, puasa adalah menahan diri dari
sesuatu yang membukakan, satu hari lamanya dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat. Secara etimologi atau berdasarkan
bahasa, puasa artinya menahan (Yazid, 2014). Puasa menurut bahasa adalah al-
Imsaak (menahan diri). Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam tafsirannya
mengatakan, bahwa shaum menurut bahasa adalah al-Imsaak ‘anisy sya’il wat
tarku lahu, yang berarti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkannya.
Maka orang yang menahan diri dari bicara (berdiam diri) pun disebut
jugaorang yang shaum, sebagaimana firman Allah SWT dalm QS. Maryam:
26, yaitu
“Sesungguhnya aku telah bernazar untuk Tuhan yang Maha Pemurah.
Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.

Menurut fuqaha, kalimat shaum dalam ayat tersebut maknanya


menahan diri untuk tidak berbicara. Sedangkan menurut istilah syar’i puasa
adalah menahan diri dari makan, minum dan berjima’, disertai dengan niat dan
dimulai dari terbitnya fajar subuh hingga terbenam matahari (El-hamdy, 2010).
B. Landasan Puasa Senin dan Kamis
Puasa Senin dan Kamis merupakan puasa sunnah yang sering
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana yang terdapat dalam
beberapa hadits yang membahas tentang puasa Senin dan Kamis, diantaranya
adalah dalam hadits riwayat Tirmidzi,
“Amal-amal diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang
diperlihatkan amalku, sedangkan aku sedang berpuasa (HR. Tirmidzi”.

C. Hikmah Puasa Senin dan Kamis


1. Aspek Ruhiyyah
Dilihat dalam aspek ruhiyah menurut El-Hamdy (2010), yaitu
a. Puasa Dapat Meningkatkan Ketakwaan

3
Dalam keadaan puasa, semua hamba Allah akan berupaya dengan
optimal untuk selalu memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT dan
menghindarkan diri dari kemaksiatan, dan ketika itu berrati sesseorang
tersebut bisa mengaplikasikan hakekat dari ketakwaan kepada Allah
SWT.
b. Puasa Bisa Mengendalikan Hawa Nafsu
Jika seorang muslim secara ekonomi belum mampu menikah,
sedangkan ia merasa takut untuk terjerumus kedalam zina, maka
hendaklah ia melakukan puasa sehingga syahwatnya bisa terkendali,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian sudah
mampu untuk menikah, maka hendaklah menikah, dan brang siapa yang
tidak memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah melakukan
puasa, karena puasa itu adalah benteng (HR. Bukhari)”.

c. Puasa Dapat Melahirkan Perasaan Takut


Ketika seseorang menginginkan sesuatu baik makan, minum atau
berbuat maksiat di saat ia menjalnkan puasa, maka semua itu akan
ditinggalkannya karena Allah. Sehingga bersemi di dalam dirinya
perasaan selalu diawasioleh Allah SWT, dan akan menjadi kuat perasaan,
takut terhadap azab Allah SWT.
d. Puasa Dapat Melahirkan Sikap Disiplin Waktu
Ibadah puasa disyariatkan Allah SWT mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari, maka setiap hamba yang melaksanakan ibadah puasa
tidak akan berani membatalkan puasa seblum waktunya tiba.
2. Aspek Kesehatan
Doktor Wahbah Zuhaely dalam kitabnya, Fikhul Islam wa Adillatuhu
jili 2, mengutip hadits Rasulullah SAW, yang menjelaskan bahwa puasa
akan memberikan faedah kesehatan.
a. Membuang Sel-Sel Yang Sudah Rusak
Puasa menurut Muhtar Sadili, sebenarnya bisa membantu badan
dalam membuang sel-sel yang sudah rusak, sekaligus hormon ataupun
zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh. Puasa sebagaiman

4
yang dituntunkan oleh islam adalah 14 jam, kemudian baru makan untuk
durasi waktu bebrapa jam, merupakan metode yang bagus untuk
membangun kembali sel-sel baru.
b. Mengistirahatkan Organ Pencernaan
Menurut dr. Daniel Irwan (2006), dari banyaknya manfaat
berpuasa terhadap kesehatan, diantaranya memberikan kesempatan bagi
alat pencernaan untuk bersitirahat, membebaskan tubuh dari racun dan
kotoran yang merusak kesehatan, memblokir makanan untuk kuman-
kuman termasuk bakteri, virus maupun sel kanker, menyeimbangkan
kadar asam dan basa dalam tubuh, memperbaiki fungsi hormon yang
diperlukan dalam berbagai proses fisiologi dan biokimia tubuh,
meremajakan sel-sel tubuh serta meningkatkan sel darah putih untuk
menambah fungsi daya tahan tubuh.
c. Menstabilkan Hormon
Kekurangan atau kelebihan hormon yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin dan hipofisis sebagai reaksi tubuh terhadap berbagai tekanan
dan stress lingkungan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Misalnya,
hormon insulin dan adrenalin yang turut mengatur waktu lapar yang
dapat terganggu keseimbangannya ketika stress, sehingga nafsu makan
bisa hilang atau malah bertambah. Hormon insulin juga berpengaruh
pada munculnya penyakit diabetes bila produksinya berkurang dan
hiperglikemi bila berlebih.
Melalui berpuasa hormon-hormon ini akan menjadi lebih stabil
diproduksi oleh tubuh. Selain itu, juga ada kesempatan untuk
mengembalikan keseimbangan sekresi hormon dari kelenjar endokrin.
d. Perlambatan Proses Penuaan
Membuat sel otot dan pembuluh darah menjadi lebih segar,
sehingga memperlambat proses penuaan. Hal tersebut terjadi dikarenakan
pada saat berpuasa terjadilah proses peremajaan sel-sel tubh dan organ-
organ lainnya berada dalam kondisi relaks, sehingga kesempatan untuk

5
memperbarui sel-sel yang rusak juga menjadi lebih baik, selain itu
fungsinya juga meningkat.
e. Menyimpan Energi
Melalui penelitian medis, ketika tubuh dalam keadaan kosong,
maka secara otomatis tubuh akan mengubah simpanan lemak menjadi
energi. Pada saat simpanan lemak digunakan untuk energi selama
berpuasa, proses ini melepaskan zat-zat kimia yang berasal dari asam
lemak ke dalam sistem yang kemudian dikeluarkan mellaui organ-organ
pembuangan.
f. Istirahat Lebih Nyenyak
Dalam konteks puasa Senin dan Kamis, tidur merupakan hak
tubuh. Jika waktu istirahat terlalu banyak, justru tidak bagus bagi
kesehatan. Oleh karenanya, yang dibutuhkan tubuh adalah tidur yang
nyenyak, tetapi tidak membutuhkan waktu yang lama.
g. Kulit Lebih Bersinar
Berdasarkan penelitian secara medis bahwa orang yang berpuasa,
amka kulitnya akan lebih bersinar karena terjadi proses peremajaan sel-
sel tubuh, sehingga berpengaruh positif terhadap kulit.
h. Memperbaiki Daya Ingat
Dengan sering berpuasa, bisa menjernihkan pikiran, mempertajam
pengindraan, dan memperbiki daya ingat. Bukan hanya itu orang
perutnya kosong identik dengan kesecerdasan. Sebaliknya, orang yang
perutnya penuh kecerdasannya menjadi tumpul.
i. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Manfaat puasa tenyata juga meningkatkan daya tahan tubuh.
Mekanismenya antara lain mengurangi konsumsi kalori yang akan
bermanfaat mengurangi laju metabolisme energi. Suhu tubuh akan
menurun, hal ini menjukkan pengurangan konsumsi oksigen.
3. Aspek Sosial
Setiap orang yang melakukan puasa pasti akan merasakan lapar dan
dahaga, sehingga dia bisa merasakan bagaimana lapar dan dahaga yang

6
dirasakan oleh orang miskin. Dalam hadits berikut dengan tegas Rasulullah
SAW telah menyuruh kita sebagai umatnya untuk selalu peduli terhadap
orang lain yang sedang membutuhkan bantuan dan dalam kesulitan.
“Dari Abu Musa Al-‘Asy’ary, ia berkata: Rasulullah SAW telah
bersabda: “Hendaklah kalian (selalu) memberi makan orang yang lapar,
menengok orang sakit dan melepaskan orang yang mendapatkan kesulitan
(HR. Bukhari)”.

7
BAB III
ANALISIS JURNAL
Berdasarkan jurnal yang penulis dapatkan dengan judul “Hubungan
Keteraturan Menjalankan Sholat dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas”,
terdapat gambaran umum yang mendasari dilakukannya penelitian tersebut. Latar
belakangdari penelitian tersebut yaitu adanya perilaku agresif yang terjadi di
kalangan masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang memprihatinkan.
Dari hasil penelitian sebelumnya, menggambarkan bahwa dengan banyaknya
stimulus negatif yang berkembang di tanah air dimungkinkan menjadi pemicu
munculnya agresivitas dengan berbagai bentuk.
Ibadah ritual merupakan salah satu unsur pelaksanaan ajaran agama dan
unsur yang lainnya adalah unsur keyakinan terhadap ajaran agama. Keyakinannya
tersebut, berusaha mematuhi tidak hanya dimotivasi oleh kebutuhan ekstrinsik,
melainkan oleh motivasi intrinsik yang berefek terhadap pengontrolan diri.
Bentuk kepercayaan dalam agama islam antara lain, melaksanakan ibadah ritual
sholat lima waktu dengan khusuk dn teratur serta ibadah sunnah lainnya, seperti
puasa Senin dan Kamis.
Esensi sholat lima waktu, merupakan penjernihan hati, pikiran serta
evaluasi terhadap perilaku. Demikian juga puasa sunah, selain pengekangan
terhadap kebutuhan biologis, puasa memiliki manfaat terhadap kesehatan, baik
fisik maupun biologis. Kedua ibadah ritual tesebut dapat dipakai sebagai
pembelajaran dalam mengendalikan diri, seperti pikiran negatif (shuudhon), nafsu
marah, dendam, iri atau sikap bermusuhan terhadap sesame makhluk, merupakan
proses pengontrolan dan pengendalian diri (self control) terhadap dorongan nafsu
termasuk basic needs, yang menuntut pemuasan dengan segera.
Dari penelitian dalam jurnal tersebut, peneliti mengambil sampel
mahasiswa aktif dengan usia rata-rata 18-22 tahun, yang secara finansial masih
bergantung pada orang tua. Mahasiswa yang diambil merupakan mahasiswa yang
pada umumnya telah memiliki dasar keislaman, dan selama dalam pendidikan
mereka dididik dengan pengetahuan agama islam selama enam semester tentang
aqidah, akhlak, dan syari’ah. Di lingkungan mereka, jarang ditemukan bentuk

8
agresivitas nyata, namun terlihat adanya reaksi agresi dalam bentuk perilaku lain,
yakni ucapan kotor dan jorok, tulisan bernada kasar serta kritikan pedas, yang
tidak semestinya diucapkan oleh mahasiswa yang bernaung di bawah nilai
keislaman.
Hasil analisis regresi diperoleh hubungan antara keteraturan menjalankan
puasa Senin dan Kamis dengan agresivitas menunjukkan korelasi yang negatif.
Artinya bahwa semakin teratur dan baik individu dalam menjalankan puasa Senin
dan Kamis, maka semakin rendah tingkat agresivitas, dan sebaliknya semakin
tidak teratur dalam menjalankan puasa Senin dan Kamis maka semakin tinggi
agresivitasnya, keteraturan menjalankan sholat dapat dipakai untuk memprediksi
perilaku agresif, meskipun kurang berarti. Hal ini membuktikan bahwa
pengontrolan diri terhadap kebutuhan, baik biologis maupun kebutuhan psikologis
yang berefek pada munculnya agresivitas mampu dikendalikan melalui
pembelajaran operan kondisioning.

9
BAB IV
REKOMENDASI
Berdasarkan jurnal tersebut, rekomendasi yang dapat diberikan yaitu perlu
adanya motivasi dalam bentuk nyata untuk melaksanakan kegiatan puasa sunah
Senin dan Kamis. Perlu adanya kerjasama dari setiap orang untuk meningkatkan
kebiasaan tersebut. Selain dari sikap individu pengaruh dengan lingkungan juga
perlu di tingkatkan yaitu dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam
rangka mengajak suatu kelompok atau individu lain untuk melaksanakan
kebiasaan yang baik tersebut yaitu puasa sunah Senin dan Kamis. Dengan adanya
lingkungan yang seperti itu dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk
mempengaruhi kebiasaan puasa sunah Senin dan Kamis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. Yusuf. 2013. Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin


Kamis. Yogyakarta: Diva Press.

Al Bushtomi, Yazid. 2014. Puasa Senin Kamis Itu Ajib. Yogyakarta: Diva Press.

El-Hamdy, Ubaidurrahim. 2010. Rahasia Kedahsyatan Puasa Senin Kamis.


Jakarta: Wahyu Medika.

Mu’arifah, A & Martaniah, S. M. 2004. Hubungan Keteraturan Menjalankan


Sholat dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas. Jurnal Humanitas:
Indonesian Psychologycal Journal. (Online). Volume 1 Nomor 2 Agustus
2004. (http://portalgaruda.org/, diakses pada tanggal 13 November 2019).

Sukri, Sri Suhandjati. 2009. Ensiklopedia Islam dan Perempuan. Bandung:


Penerbit Nuansa.

11

Anda mungkin juga menyukai