Anda di halaman 1dari 29

KASUS 2

NAFSU MAKAN MENURUN

Seorang laki-laki berusia 32 tahun masuk UGD dengan keluhan sakit perut.
Hasil pengkajian nyeri abdomen kanan atas skala 7 (0-10), anoreksia,
nampak lesu, mual dan muntah, sclera icterus, HbsAg (+), Tekanan darah:
130/80 mmHg, nadi: 100x/menit, pernapasan: 20x/menit, suhu: 38,2°C.

1
I. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
1. UGD
Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan unit runah sakit yang
memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit ini dipimpin
oleh seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli dan
berpengalaman dalam menangani PGD (Pelayanan Gawat Darurat),
yang kemudian bila dibutuhkan akan merujuk pasien kepada dokter
spesialis tertentu (Hidayati, 2014).
2. Abdomen
Abdomen merupakan bagian tubuh berupa rongga perut yang berisi
alat pencernaan (KBBI).
3. Skala
Skala nyeri secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka,
yakni 1-10. Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka
yang perlu Anda ketahui.
a. Skala 0, tidak nyeri
b. Skala 1, nyeri sangat ringan
c. Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak
begitu sakit
d. Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi
e. Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi)
f. Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa
didiamkan dalam waktu lama
g. Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama
indera penglihatan
h. Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan
aktivitas
i. Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih,
bahkan terjadi perubahan perilaku

2
j. Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan
menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri
k. Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa
menyebabkan Anda tak sadarkan diri
4. Anoreksia
Anoreksia adalah keadaan menurunnya atau hilangnya nafsu makan.
Anoreksia bukanlah suatu pnyakit, tapi gejala dari suatu penyakit
(kamus kesehatan).
5. Sclera icterus
Iktekus merupakan keadaan klinis berupa pewarnaan kuning yang
tampak pada sclera dan kulit akibat penumpikan bilirubin indirek
dalam darah. Secara klinis, ikterus akan terlihat jika kadar bilirubin
serumnya lebih dari 5 mg/dl dan biasanya terlihat pada usia satu
minggu (Akinbi, 2005; Sukadi 2009)
6. HBsAg
HBsAg adalah kepanjangan dari Hepatitis B surface Antigen, yang
merupakan antigen permukaan virus hepatitis B. pemeriksaan
HBsAg dilakukan untuk memastikan diagnosis hepatits B. jika hasil
pemeriksaan HBsAg positif, berarti anda terinfeksi virus hepatitis B
(VHB) dan berisiko menularkan penyakit ini ke orang melalui darah
atau cairan tubuh anda (HelloSehat, 2018).

II. KATA PROBLEM/KUNCI


1. Nyeri abdomen kanan atas
2. Anoreksia
3. Mual dan muntah
4. Sclera icterus
5. HbsAg (+)
6. Suhu tubuh meningkat

3
III. MIND MAP NAFSU MAKAN MENURUN

HEPATITIS B KOLELITIASIS KANKER HATI

Definisi : Definisi : Definisi :


Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan Batu empedu adalah timbunan kristal didalam Kanker hati adalah kanker yang bermula dari
penyakit infeksi yang menyerang hati, kantung empedu atau didalam saluran empedu. organ hati, dan bias menyebar ke organ lain
disebabkan oleh virus hepatitis B. ditubuh. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel
Etiologi : didalam hati bermutasi dan membentuk tumor.
Etiologi : Etiologi batu empedu masih belum diketahui
Ditularkan melalui darah atau produk darah, dengan sempurna namun yang paling penting Etiologi :
pemakaian jarum suntik bersama, diantara adalah gangguan metabolism yang disebabkan Penyebab kanker hati bias karena hepatitis,
mitraseksual, dan ditularkan ke bayi dari ibunya. oleh perubahan susunan empedu, statis empedu sirosis akibat penyalahgunaan alcohol,
dan infeksi kantung empedu. kegemukan, atau hati yang berlemak.
Manifestasi Klinis :
a. Kehilangan nafsu makan Manifestasi Klinis : Manifestasi Klinis :
b. Mual dan muntah a. Nyeri perut a. Penurunan berat badan
c. Lemas, lesu b. Demam tinggi b. Mual dan muntah
d. Nyeri perut kanan atas c. Sakit kuning c. Nyeri dibagian perut
e. Sakit kuning (kulit dan sclera) d. Denyut jantung berdetak cepat d. Perut yang membesar
f. Suhu tubuh meningkat e. Mual dan muntah e. Gangguan makan
g. Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, f. Nafsu makan menurun f. Tampak lemas
nyeri pada tubuh, dan sakit kepala (Nucleus Precise Newsletter, 2011) g. Penyakit kuning
(Cahyono, 2009) (Riski Candra Swari 2018)

4
IV. LEMBAR CEKLIS
Manifestasi Hepatitis B Kolelitiasis Kanker Hati
Penyakit
Nyeri abdomen kanan atas   
Mual dan muntah   
Anoreksia   
Sclera Icterus   
HBsAg (+)  - -
Suhu tubuh meningkat   -

V. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada kasus diatas pasien mengeluh nyeri perut bagian
kanan atas ?
2. Apakah usia mempengaruhi kasus diatas ?
3. Apa yang mempengaruhi sclera icterus pada kasus diatas ?
4. Apa hubungan pemeriksaan HBsAg pada kasus diatas ?
5. Mengapa pada kasus diatas suhu tubuh pasien tinggi ?

VI. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


1. Hati terletak dibagian kanan atas dari abdomen. Hepatomegali dapat
mengakibatkan infasi pembuluh darah yang mengakibatkan
obstruksi vena hepatica sehingga menutup vena porta yang
mengakibatkan menurunnya produksi albumin dalam darah
(hipoalbumin) dan mengakibatkan cairan intra sel keluar ke ekstrasel
dan mengakibatkan udem. Menutupnya vena porta juga dapat
mengakibatkan ansietas. Hepatomegali juga dapat mengakibatkan
vaskularisasi memburuk, sehingga mengakibatkan nekrosis jaringan.
Hepatomegali dapat mengakibatkan proses desak ruang, yang
mendesak paru, sehingga mengakibatkan sesak, proses desak ruang
yang melepas mediator radang yang merangsang nyeri (Iyer et al
2013)

5
2. Semakin muda usia seseorang pada saat mereka terinfeksi hepatitis
B, maka akan semakin tinggi resiko terjadinya kerusakan hati,
bahkan bias berkembang menjadi kanker hati ketika mereka
menginjak usia dewasa. Sebagian besar penderita hepatitis B kronis
di Australia, terjadi pada seseorang yang lahir diluar negeri pada saat
mereka bayi atau anak-anak
Usia Pada Saat Perkiraan Jumlah Orang yang
Terinfeksi Berkembang Menjadi Hepatitis B Kronis
0-1 tahun 90 dari 100 orang
1-5 tahun 60 dari 100 orang
Dewasa 5 dari 100 orang

3. Penyakit kuning disebabkan oleh penumpukan zat bernama bilirubin


didalam darah. Bilirubin terbentuk dari penghancuran sel darah
merah. Setiap orang memiliki kadar bilirubin normal yang berbeda-
beda sesuai usianya. Salah satu fungsi hati adalah menghasilkan
cairan empedu seperti (garam empedu, air, kolesterol, bilirubin, dan
elektrolit), apabila hati mengalami peradangan akibat virus hepatitis
b maka aliran cairan empedu akan terhambat yang seharusnya
dialirkan ke usus halus tetapi pada keadaan ini cairan empedu
menumpuk didalam darah sehingga kadar pigmen empedu
(bilirubin) yang tinggi didalam darah akan menyebabkan gejala
kuning pada kulit atau mata (Tjin Wili, 2019)
4. HBsAg merupakan protein yang terdapat pada permukaan virus
hepatitis B. Tes HBsAg yang menunjukan hasil positif, menandakan
bahwa seseorang terinveksi virus hepatitis b, dan kemungkinan dapat
menularkan virus tersebut pada orang lain. Namun, tes ini tidak bias
menjadi satu-satunya patokan, sebab hasil HBsAg yang positif juga
bisa terjadi dalam waktu 2 minggu pasca vaksinasi hepatitis B pada
beberapa orang (Kevin Adrian 2018)
5. Saat terinfeksi oleh virus hepatitis B maka didalam tubuh akan
terjadi proses fagositosis yang kemuadian akan menghasilkan

6
senyawa yang disebut pirogen eksogen. Pirogen eksogen adalah
factor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi
tubuh manusia. Pirogen eksogen akan dicegah atau dilawan oleh
leukosit dengan cara mengeluarkan pirogen endogen yang berfungsi
sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar kemudian akan
merangsang endothelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemuadian akan
meningkatkan patokan thermostat di pusat termoregulasi
hipotalamus. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut
(Radhianie Djan 2017)

VII. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1. Mengetahui diagnostic yang menyangkut tentang kasus diatas
2. Mengetahui data-data penunjang lainnya pada kasus diatas

VIII. INFORMASI TAMBAHAN


1. Jurnal I : Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta
Oleh : Resmi Aini, Jarwati Susiloningsih
(2013)
2. Jurnal II : Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar pada Pasien
yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus.
Oleh : Joyce Bratama, Rino Alviani Gani, Teguh Haryono Karjadi
(2015)

IX. KLARIFIKASI INFORMASI TAMBAHAN


1. Jurnal I :

7
Hasil analisis yaitu prevalensi hepatitis B pada Pondok Pesantren
Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta adalah 2,06%. Hal ini tidak tidak
jauh berbeda dengan prevalensi Hepatitis B di Kota Yogyakarta.
Factor yang berhubungan dengan kejadian Hepatitis B pada siswi
Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim adalah riwayat keluarga ada yang
menderita Hepatitis B.
2. Jurnal II :
Hasil analisis yaitu selama bulan desember 2008- januari 2009
diperoleh 58 subjek HIV, tetapi terdapat 1 subjek yang didiagnosis
hepatitis B sehingga dikeluarkan dari penelitian. Jadi didapatkan
total 57 subjek penelitian yang memenuhi criteria penerimaan.
Subjek penelitian diperoleh dari pasien rawat jalan dan rawat inap.
Proporsi hepatitis B tersamar sebesar 8,8% (5 dari 57 subjek). Pada
subjek dengan hepatitis B tersamar didapatkan mayoritas berjenis
kelamin laki-laki (80%), median umum 32 tahun (25-41 tahun),
resiko penularan HIV melalui IVDU (60%), median CD4 128 (41-
416 sel/ µL), pada kelompok hitung CD4 ≤ 200 sel/µL (80%) dan
koinfeksi dengan hepatitis C (40%).

X. ANALISA DAN SINTESIS DATA


Berdasarkan analisa yang dilakukan kelompok kami, kami
menyimpulkan bahwa kasus ini adalah penyakit Hepatitis B karena
berdasarkan kasus tersebut pasien merasakan sakit perut dari hasil
pengkajian pasien nyeri abdomen kanan atas, Nampak lesu, anoreksia,
mual dan muntah, sclera icterus, HBsAg (+), hasil pemeriksaan fisik TD
: 130/80 mmHg, nadi : 100x/menit, pernapasan : 20x/menit dan suhu
38,2°C.
XI. LAPORAN DISKUSI

KONSEP MEDIS

8
A. Definisi
Infeksi virus hepatitis B ( VHB ) merupakan penyakit infeksi
yang menyerang hati, disebabkan oleh virus hepatitis B.
Blumberg,penemu virus ini semula memberi nama Australian antigen,
pada tahun 1967. Dalam bukunya ia menuliskan bahwa ratusan juta
orang terinfeksi VHB. Pada saat ini diperkirakan ada 350 juta orang
yang menderita infeksi VHB kronis (Cahyono 2009 )
Hepatitis B adalah infeksi pada hati yang berpotensi
menyebabkan kematian yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global utama dan merupakan
jenis yang paling serius dari semua jenis Hepatitis. Penyakit ini dapat
menyebabkan penyakit hati kronis dan bisa menyebabkan penderitanya
beresiko tinggi mengalami kematian akibat komplikasi lebih lanjut
menjadi sirosis hati dan kanker hati. (WHO, 2008)

B. Etiologi
Virus hepatitis B penularannya tidak semudah virus hepatitis A.
Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan
biasanya terjadi diantara para pemakaian obat 6yang menggunakan
jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual ( baik
heteroseksual maupun pria homoseksual).Ibu hamil yang terinfeksi oleh
hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan.
Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat tyang membawa hepatitis
B. Didaerah Timur jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B
berkembang menjadi heoatitis menahun, sirosis dan kanker hati ( Deden
Darmawan & Tutik Rahayuningsih, 2010 )

C. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan nafsu makan

9
b. Mual dan muntah
c. Lemas, lesu
d. Nyeri perut kanan atas
e. Sakit kuning (kulit dan sclera)
f. Suhu tubuh meningkat
g. Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit
kepala

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar opada hepar ( hepatitis ) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksis terhadap opbat-
obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkemvbangnya inflamsi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuhy oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalamai hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi
virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasika dengan adanya rasa mual
dan nyeri di ulu hati.Timbulnya icterus karena kerusakan sel parenkim
hati. Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi
masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel
hati dan duktuli empedu intrahepatic, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi
kesuliotan dalam hal konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus kepatikus, karena terjadi retensi ( akibat

10
kerusakan sel eksresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi ( bilirubin indirek ). Jadi icterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubinTinja mengandung sedikit sterkobilin
oleh karena itu tinja tampak pucat ( abolish ). Karena bilirubin
konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksre si ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna
gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada icterus. ( Arief,dkk. 2006 )

E. Penatalaksanaan
1. Alfa-interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjikan
2. Lamivudin (Epivir) dan edefovir (Hepsera)
3. Tirah baring dan pembatasan aktivitas sampai pembearan hati dan
peningkatan kadar bilirubin serum dan enzim hati telah teratasi
4. Pertahankan nutrisi yang adekuat ; batasi protein jika kemampuan
hati untuk memetabolisme produk sekunder protein terganggu
5. Berikan antasida dan antiemetic untuk mengatasi dyspepsia dan
malaise umum ; hindari semua medikasi jika pasien muntah
6. Lakukan hospitalisasi dan berikan terapi cairan jika muntah terus-
menerus terjadi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. HBsAg
HBsAg adalah kepanjangan dari Hepatitis B surface Antigen, yang
merupakan antigen permukaan virus hepatitis B. Pemeriksaan
HBsAg dilakukan untuk memastikan diagnosa hepatitis B. Jika hasil
pemeriksaan HBsAg positif, berarti terinfeksi virus hepatitis B

11
(VHB) dan berisiko menularkan penyakit ini ke orang lain melalui
darah atau cairan tubuh.
2. Total Hepatitis Core Antibody (Anti-HBc)
Antibodi ini muncul sejak terjadinya infeksi akut dan bertahan
seumur hidup. Keberadaan anti-HBc menunjukan adanya infeksi
lama atau infeksi yang sedang berlangsung dalam waktu yang tidak
dapat ditentukan.
3. Anti-HBs
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat sistem kekebalan tubuh
terhadap virus hepatitis B. jika pemeriksaan menunjukan hasil yang
positif, kemungkinan besar akan terlindungi dari paparan virus
hepatitis.

G. Komplikasi
1. Sirosis
Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan parut
adalah jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya
normal, mengalami luka atau radang yang berkelanjutan.
2. Kanker Hati
Hepatitis B kronis bias berkembang menjadi kanker hati jika tidak
ditangani dengan baik.
3. Hepatitis B Fulminan
Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi
keliru dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan
yang parah.

KONSEP KEPERAWATAN

12
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Penyakit Hepatitis-B

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 32 tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Suku bangsa :-
e. Pekerjaan :-
f. Pendidikan :-
g. Alamat : -
h. Tanggal MRS :-
i. Diagnosa Medis : Hepatitis B
j. No. Register :-
2. Keluhan utama : Nyeri perut dengan skala nyeri 7 (0-10)
3. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut
4. Riwayat penyakit dahulu : tidak terkaji
5. Riwayat penyakit keluarga : tidak terkaji
6. Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala  :   Kelemahan, kelelahan, lesu
Tanda : tidak terkaji
2) Sirkulasi
Gejala : tidak terkaji
Tanda  :  Ikterik pada sklera.
3) Eliminasi
Gejala  :   tidak terkaji
Tanda : tidak terkaji
4) Makanan dan cairan
Gejala  :   Hilang nafsu makan (anoreksia), mual/muntah, lesu
Tanda : tidak terkaji
5) Neurosensori
Tanda  :   tidak terkaji
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala  :   nyeri perut
Tanda  :   tidak terkaji

13
7) Pernafasan
Tanda  :   20x/menit
8) Keamanan
Gejala  :   tidak terkaji
Tanda  :   tidak terkaji
9) Seksualitas
Gejala  :   tidak terkaji
7. Pemeriksaan Penunjang
1) HbsAg : (+)

B. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Pasien masuk Peregangan kapsul hati Nyeri Akut
UGD dengan
keluhan sakit perut
DO : Hasil Hepatomegali
pengkajian nyeri
abdomen kanan atas
(skala 7(0-10) Perasaan tidak nyaman dibagian
perut kuadran kanan atas

Nyeri perut kanan atas


DS : pasien mual Metabolisme lemak terganggu Ketidakseimbangan Nutrisi :
dan muntah Kurang dari Kebutuhan
DO : Tubuh
- Anoreksi Respon gangguan gastrointestinal
- Pasien
Nampak lesu
Mual dan muntah

14
Anoreksia

Intake nutrisi tidak adekuat

Lesu
DS : - Invasi virus Hipertermi
DO : Hasil
pemeriksaan fisik
suhu : 38,2°C Proses fagositosis

Pengeluaran pirogen eksogen

Merangsang endotel hipotalamus

Pembentukan prostaglandin

Sel point thermostat meningkat


DS : - Kolestistasis Resiko Gangguan Fungsi
DO : Hasil Hati
pengakajian sclera
icterus Gangguan ekskresi cairan empedu

Terhambatnya aliran cairan empedu

15
Menumpuk dalam darah

Kadar pigmen empedu (bilirubin)


meningkat dalam darah

Timbul gejala kuning pd mata


(sclera icterus), urine menjadi
seperti teh (pekat), warna tinja pucat

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Hipertermi
4. Resiko Gangguan Fungsi Hati

16
D. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC RASIOANAL
Nyeri akut (00132) NOC NIC
Domain 12 : Kenyamanan 1.Kontrol nyeri 1.pemberian analgesik
Kelas 1 : Kenyamanan fisik 2.Tingkat nyeri 2.manajemen nyeri
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional Kontrol nyeri Pemberian analgesik 1.Pemberian analgesik
tidak menyenangkan akibat Kriteria hasi: Observasi Observasi
kerusakan jaringan aktual atau Setelah dilakukan tindakan 1. monitor tanda vital sebelum 1. untuk mencegah terjadi hal-
potensial atau yang di gambarkan keperawatan selama 3x24jam dan setelah memberikan hal yang tidak di inginkan
sebagai kerusakan (international masalah kontrol nyeri dapat teratasi analgesik narkotik pada dalam pemberian analgesik
Association Fot the Study Of Pain), dengan indikator : pemberian dosis pertama kali
awitan yang tiba-tibaatau lambat 1.mengenali kapan nyeri terjadi (4) atau jika ditemukan tanda-
dari intensitas ringan hingga berat 2.menggambarka faktor penyebab tanda yang tidak biasanya
dan akhir yang dapat diantisipasi (4)
atau di prediksi 3.menggunakan tindakan Mandiri mandiri
pencegahan (4) 1. -berikan analgesik sesuai 1. pemberian analgesik untuk
Batasan karakteristik 4.melaporkan nyeri yang terkontrol waktu paruhnya,terutama mengendalikan tingkat nyeri
1. Bukti nyeri dengan (4) pada nyeri yang berat 2. untuk mengetahui tingkat
menggunakan standar daftar 2. -berikan analgesik tambahan efek nyeri
periksa nyeri untuk pasien Ket: dan/atau jika diperlukan
yang tidak dapat 1.tidak pernah menunjukan untuk meningkatkan efek
mengungkapkannya (mis., 2.jarang menunjukan pengurangan nyeri

17
Neonatal Infant Pain Scale, 3.kadang-kadang menunjukan
Pain Assessment Checklist 4.sering menunjukan Kolaborasi Kolaborasi
for Senior with Limited 5.secara konsisten menunjukan - -
Ability to Communicate)
2. Diaforesis Tingkat nyeri He He
3. Dilatasi pupil Kriteria hasil: 1. ajarkan tentang penggunaan
4. Eksperksi wajah nyeri (mis., Setelah dilakukan tindakan analgesik, strategi untuk 1. agar pasien dan keluarga
mata kurang bercahaya, keperawatan selama 2x24 jam menurunkan efek samping, dapat mengetahui bagaimana
tampak kacau, gerakan mata masalah tingkat nyeri dan harapan terkait dengan cara menurunkan atau
berpencar atau tetap pada keterlibatan dalam keputusan mengurangi efek samping
satu fokus, meringis) pengurangan nyeri
5. Fokus menyempit (mis.,
persepsi waktu, proses Manajemen nyeri Manajemen nyeri
berpikir, interaksi dengan Observasi Observasi
organ dan lingkungan) 1. monitor kepuasan pasien 1. untuk mengetahui tingkat
6. Fokus pada diri sendiri terhadap manajemen nyeri kenyamanan pasien
7. Keluhan tentang intensitas dalam interval yang spesifik
menggunakan standar skala
nyeri (mis., skala Wong- Mandiri Mandiri
Baker FACES, skala 1. berikan individupenurun 1. agar pasien mampu dapat
analogvisual, skala penilaian nyeri yang optimal dengan menurunkan nyeri sesuai
numerik) peresepan analgesik yang diberikan
8. Keluhan tentang 2. berikan informasi yang

18
karakteristik nyeri dengan akurat untuk meningkatkan 2. memberikan pengetahuan
menggunakan standar pengetahuan dan respon mengenai penyebab nyeri
instrumen nyeri (mis., keluarga terhadap pasien
McGill Pain Inventory) pengalaman nyeri
9. Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas Kolaborasi Kolaborasi
(mis., anggota keluarga, 1. kolaborasi dengan pasien, 1. agar pasien dapat
pemberi asuhan) orang terdekat dan tim mengimplementasikan
10. Mengekspresikan perilaku kesehatan lainya untuk penurunan nyeri dengan
(mis., gelisah, merengek, memilih dan tepat secara mandiri
menangis, waspadah mengimplementasikan
11. Perilaku distraksi tindakan penurun nyeri
12. Perubahan pada parameter nonfarmakologi, sesuai
fisiologi(miss; tekanan kebutuhan
darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, He He
saturasi oksigen,ss dan ajarkan prinsip-prinsip manajemen pasien dan keluarga dapat
entidal karbondioksida nyeri mengetahui prinsip-prinsip dari
(CO2) ) manajemen nyeri
13. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14. Perubahan selera makan
15. Putus asa

19
16. Sikap melindungi rasa nyeri
17. Sikap tubuh melindungi
Faktor yang berhubungan
1. Agens cedera biologis (miss;
infeksi, unfeksi iskemia,
neoplasma)
2. Agens cedera fisik (miss;
abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma,
olahraga berlebihan)
3. Agens cedera kimiawi (miss;
luka bakar, kapsaisin,
metilen klorida, agen mustrat
Ketidakseimbangan nutrisi:  Perawatan diri : Makan  Manajemen Gangguan
kurang dari kebutuhan tubuh Makan
(00002) Perawatan diri : makan
Domain 2. Nutrisi Kriteria Hasil : Observasi : Observasi
Kelas 1. Makan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perilaku klien yang 1. Mengurangi berat badan
keperawatan selama 3 x 24 jam berhubungan dengan pola yang berlebihan agar pola
Definisi : masalahketidakseimbangan nutrisi: makan, penambahan dan makan bisa teratur dengan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk kurang dari kebutuhan tubuh teratasi kehilangan berat badan. baik.
memnuhi kebutuhan metabolik. dengan Indikator : 2. Monitor berat badan klien 2. Untuk mengetahui kenaikan

20
Batasan Karakteristik : 1. Memasukkan makanan ke sesuai secara rutin. tubuh klien.
1. Cepat kenyang setelah mulut dengan jari (4)
makan 2. Mengunyah makanan (4) Mandiri : Mandiri
2. Kelemahan otot untuk 3. Menelan makanan (4) 3. Berikan konsekuensi 3. Agar kehilangan berat badan
menelan pengulangan ketika berespon tidak dapat menimbulkan
3. Ketidakmampuan memakan Ket : dengan kehilangan berat efek tertentu dan tidak
makanan 1. Sangat terganggu badan, perilaku mengurangi mengalami perubahan rasa
2. Banyak terganngu berat badan atau kurang makanan tersebut.
Faktor yang Berhubungan : 3. Cukup terganggu berat badan. 4. Agar pilihan-pilihan
1. Ketidakmampuan makan 4. Sedikit terganggu 4. Beri tanggung jawab terkait makanan dan aktifitas fisik
Ketidakmampuan mencerna 5. Tidak terganngu dengan pilihan -pilihan klien bisa terpenuhi.
makanan makanan dan aktivitas fisik
dengan klien dengan cara
yang tepat.

Kolaborasi : Kolaborasi
5. Rundingkan dengan ahli gizi 5. Untuk menjaga berat badan
dalam menentukan asupan agar tetap stabil dan dapat
kalori harian yang mengetahui kebutuhan
diperlukan untuk asupan kalori harian pasien
mempertahankan berat tersebut.
badan yang sudah
ditentukan.

21
6. Rundingkan dengan tim 6. Untuk memudahkan klien
kesehatan lainnya setiap hari menghitung kebutuhan
terkait perkembangan klien. kalori setiap hari, sesuai
dengan berat badan klien
tersebut.
HE : HE
Ajarkan dan dukung konsep nutrisi Agar nutrisi yang diberikan pada
yang baik dengan klien (dan orang klien dan orang terdekat klien dapat
terdekat klien dengan tepat). terpenuhi dengan baik.
Hipertermi(00007) NOC NIC
1. Termoregulasi 1. Perawatan demam
Definisi: peningkatan suhu tubuh
2. Status neurologi 2. pengecekan kulit
diatas kisaran normal diurnal karena
3. Tanda-tanda vital
kegagalan termoregulasi
Perawatan demam Perawatan demam
Domain 11:
Termoregulasi Observasi Observasi
keamanan/perlindungan
Criteria hasil - Monitor warna kulit dan - Untuk mengetahui terjadi
Kelas 6: Setelah dilakukan tindakan suhu kenaikan suhu dan

Termoregulasi keperawatan selama 3.x24 jam, - Pantau suhu dan tanda-tanda perubahan pada warna kulit
Hipertermi teratasi dengan vital lainnya - Agar suhu dan hasil
Batasan karakteristik:
Indikator pemeriksaan tanda-tanda
1. Apnea 1. Berkeringat saat panas (4) vital dapat terkontrol
2. Bayi tidak dapat 2. ssssssTingkat pernapasan (4) Mandiri Mandiri
mempertahankan menyusu 3. Peningkatan suhu kulit (4) - Beri obat atau cairan - Agar infeksi yang terjadi

22
3. Gelisah 4. Sakit kepala (4) IV(misalnya ,antipiretik, dapat terobati
4. Hipotensi 5. Perubahan warna kulit (4) agen anti bakteri,dan agen - Agar oksigen dapat
5. Kejang 6. Dehidrasi (4) anti menggigil) terpenuhi dengan baik
6. Koma KET - Berikan oksigen yang sesuai
7. Kulit kemerahan 1. sangat terganggu, berat
8. Kulit terasa hangat 2. banyak terganggu, cukup Kolaborasi Kolaborasi
9. Letargi berat - -
10. Postur abnormal 3. cukup terganggu, sedang
11. Stupor 4. sedikit terganggu, ringan He He
12. Takikardi 5. tidak terganggu, tidak ada - -
13. Takipnea Status Neurologi
14. Vasodilatasi Criteria hasil Penegecekan kulit Pengecekan kulit
Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Faktor yang berhubungan
keperawatan selama 3.x24 jam, - Monitor kulit dan selaput - Dapat memantau area
1. Dehidrasi
Hipertermi teratasi dengan lendir terhadap area terjadinya perubahan kulit
2. Penyakit
Indikator perubahan warna,memar dan - Agar kulit dapat terpatau
3. Peningkatan laju metabolisme
1. Kesadaran (4) pecah sehingga tidak terjadi
2. Laju pernapasan (4) - Monitor kulit untuk adanya kekeringan atau kelembaban
3. Statatus kognitif (4) kekeringan yang berlebihan yang terjadi
ket dan kelembaban
1. sangat terganggu, berat
2. banyak terganggu, cukup Mandiri Mandiri
berat - -

23
3. cukup terganggu, sedang Kolaborasi Kolaborasi
4. sedikit terganggu, ringan
5. tidak terganggu, tidak ada He He
- Ajarkan anggota keluarga - Agar keluarga dapat
Tanda-tanda vital /pemberi asuhan mengenai mengetahui tanda terjadinya
Criteria hasil tanda-tanda kerusakan kulit , kerusakan kulit pada pasien
Setelah dilakukan tindakan dengan tepat
keperawatan selama 3.x24 jam,
Hipertermi teratasi dengan
Indikator
1. Suhu tubuh (4)
2. Tingkat pernapasan (4)
3. Tekanan darah sistolik (4)
4. Tekanan darah diastolik (4)
5. Tekanan nadi (4)
Ket:
1=Deviasi berat dari kisaran normal,
berat
2=Deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal, cukup berat
3=Deviasi sedang dari kisaran
normal, sedang
4=Deviasi ringan dari kisaran

24
normal, ringan
Resiko gangguan fungsi hati NOC NIC
(00178) 1. Perilaku penghentian 1. manajemen pengobatan
Domain 2: Nutrisi penyalahgunaan alcohol 2. kontrol infeksi
Kelas 4 : Metabolisme 2. perilaku penghentian
Definisi : penyalahguaan obat terlarang manajemen pengobatan 1.manajemen pengobatan
Kerentanan untuk mengalami 3. keparahan infeksi Obseravasi Observasi
penurunan fungsi hati, yang dapat 1. Monitor pasien mengenai 1. membantu pasien dalam
menggangu kesehatan Perilaku penghentian efek terapeutik obat mengenali efek obat
penyalahgunaan alcohol 2. Monitor efektifitas cara 2. -gar pemberian obat pada
Factor resiko Kriteria hasil: pemberian obat yang benar pasien benar dan tidak
- Infeksi virus Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor efek samping obat terjadi kesalahan
- Penyalagunaan agens keperawatan selama 3x24 jam 3. mengetahui apa efek
- Penyalahgunaan zat masalah Resiko gangguan fungsi samping jika pasien minum
hati teratasi dengan indikator : obat tesebut
1. mengekspresikan keinginan untuk
berhenti menginsumsi alcohol (4) Mandiri Mandiri
2. mengekspresikan keyakinan akan 1. bantu pasien dan anggota 1. -agar gaya hidup pasien
kemampuan untuk berhenti keluarga dalam membuat lebih sehat
mengkonsumsi alcohol (4) penyesuaian gaya hidup 2. -mencegah terjadinya
3. mengidentifikasi mamfaat jika yang diperlukan terkait kesalahan dalam mengolah
mengurangi komsumsi alcohol (4) dengan pemakaian obat-obatan
Ket: 2. kaji ulang stretegi 3. -membantu mengetahui efek

25
1.Tidak pernah dilakukan bersama pasien dalam dari obat
2. jarang dilakukan mengelola obat-obatan
3. kadang-kadang dilakukan 3. dorong pasien untuk
4. sering dilakukan (bersedia dilakukan) uji
5. dilakukan skrining dalam
Secara konsisten menentukan efek obat

Perilaku penghentian kolaborasi Kolaborasi


penyalahguaan obat terlarang 1. konsultasikan dengan 1. mencegah terjadinya
Kriteria hasil: profesional perawatan pemberian obat dengan dosis
Setelah dilakukan tindakan kesehatan lainnya untuk yang tinggi dan dapa
keperawatan selama 3x24 jam meminimalkanjumlah dan mengetahui tingkat efek dari
masalah Resiko gangguan fungsi frekuensi obat yang obat
hati teratasi dengan indikator : dibutuhkan agar didapatkan
1. mengekspresikan keinginan untuk efek terapeutik
berhenti menggunakan obat HE He
terlarang (4) 1. Berikan informasi mengenai 1. agar pasien tidak kurang
2. mengekspresikan keyakinan penggunaan obat bebas dan informasi mengenai obat
untuk mampu menghentikan bagaimana obat-obatan tersebut
pengunaan obat terlarang (4) tersebut dapat
3. mengidentifikasi akibat negatif mempengaruhi kondisi saat
dari penggunaan obat terlarang (4) ini
Ket:

26
1. tidak pernah menunjukan kontrol infeksi .kontrol infeksi
2. jarang menunjukan observasi Observasi
3. kadang-kadang menunjukan - -
4. sering menunjukan mandiri Mandiri
5. Secara konsisten menunjukan 1. Berikan terapi anti biotik 1. membantu untuk mengatasi
yang sesuai infeksi
keparahan infeksi 2. Lakukan tindakan-
Kriteria hasil: tindakan pencegahan 2. menghindari hal-hal yang
Setelah dilakukan tindakan yang bersifat universal tidak diinginkan
keperawatan selama 3x24 jam
masalah Resiko gangguan fungsi Kolaborasi Kolaborasi
hati teratasi dengan indikator : - -
1.demam (4)
2.malaise (4) HE He
Ket: 1. Anjurkan pasien mengenai 1. membantu pasien untuk
1. berat teknik mencuci tangan mengetahui cara-cara cuci
2. cukup berat dengan tepat tangan yang benar agar
3. sedang 2. Ajarkan pasien dan anggota terhindar dari infeksi
4. ringan keluarga mengenai 2. agar pasien dapat
5. tidak ada bagaimana menghindari menghindari infeksi
infeksi

27
Etiologi : ditularkan melalui darah atau produk darah, pemakaian jarum suntik bersamaan, atau diantara mitraseksual (baik
heteroseksual maupun pria homoseksual), dan ditularkan ke bayi dari ibu saat kehamilan dan proses persalinan

HEPATITIS B

Inflamasi Hepar

Respon cedera inflamasi pada seluruh sel-sel hati dan peningkatan


nekrosis sel-sel hati

Peragangan kapsul hati Metabolisme lemak terganggu Kolestasis Invasi virus

Hepatomegali Respon g3 gastrointestinal G3 ekskresi cairan empedu Proses fagositosis

Perasaan tdk nyaman dibagian Mual dan muntah Terhambatnya aliran cairan Pengeluaran pirogen eksogen
perut kuadran kanan atas empedu

Anoreksia Merangsang endotel hipotalamus


Nyeri perut kanan atas Menumpuk dlm darah

Intake nutrisi tdk adekuat Pembentukan prostaglandin


Dx. Nyeri Akut Kadar pigmen empedu
(bilirubin) dlm darah
Lesu Sel point thermostat
Timbul gejala kuning pd mata
Dx. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari (sclera icterus), urine mnjadi Dx. Hipertermi
Kebutuhan Tubuh sperti teh (pekat), warna tinja
mnjdi pucat

28 Dx. Resiko Gangguan Fungsi


Hati
DAFTAR PUSTAKA

Aini Resmi, dkk. 2013. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta.
Yogyakarta
Bratanata Joyce, dkk. 2015. Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar pada
Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. Jakarta
Arief,dkk. 2008. Kapita Selekts Kedokteran. Edisi 6. jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Cahyono, S. (2010). Hepatitis B. Yogyakarta: Kanisius.
Deden Darmawan & Tutik Rahayuningsih.(2010).Keperawatan Medikal Bedah (
Sistem Pencernaan ). Yogyakarta : Gosyen Publishing
Gloria, M. Bulecheck , dkk. (2013). Nursing Outcomes Clasification
(NOC). Indonesia : Elsevier Global Rights.
Gloria, M. Bulecheck , dkk. (2013). Nursing Interventions Clasification
(NIC). Indonesia : Elsevier Global Rights.
Herdman T, Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta. EGC

29

Anda mungkin juga menyukai