Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AGAMA ISLAM

ZAKAT DAN WAQAF

Jhon Ways Gunawan


Kelas 10 MIPA 6

SMA NEGERI 11 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2020\2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah
mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta
mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas
terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa
haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil
pertanian). Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah
yang menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana
firman Allah taala yang berbunyi:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,


mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 277 ).
Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara
lain : Rasulullah SAW bersabda:. Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu , ia berka
a “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang bersedekah
dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak
menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima
sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan
memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga
dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar
gunung.” Mu afaq ’alaih.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Perkataan zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan subur. Makna
lain kata zaka, sebagaimana digunakan dalam al-Qur’an adalah suci dari dosa
Dalam kitab-kitab hukum islam, perkataan zakat itu diartikan dengan suci,
tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan
dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh
berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup
dan kehidupan yang punya). Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta
yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-
orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah
nisab, haul dan kadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika
Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman untuk mewakili beliau
menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan bahwa zakat adalah harta
yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak
menerimanya, antara lain fakir dan miskin.sebagaimana firman allah Ta’ala
berfirman :

“ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At Taubah : 103).

1. Prinsip-prinsip Zakat
Menurut M. A. Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and
Practice (Lahore, 1970 : 285), zakat mempunyai enam prinsip, yaitu prinsip
keyakinan keagamaan (faith), prinsip pemerataan (equity) dan keadilan, prinsip
produktivitas (productivity) dan kematangan, prinsip nalar (reason), prinsip
kebebasan (freedom), prinsip etik (ethic) dan kewajaran.
2. Tujuan Zakat
Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini adalah sasaran
praktisnya. Tujuan tersebut, selain yang telah disinggung diatas, antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan
hidup serta penderitaan.
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh paragharimin,
ibnussabil dan mustahiq lainnya.
3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya.
4) Menghilangkan sifat kikir.
5) Membersihakan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati orang-orang
miskin.
6) Menjebatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
masyarakat.
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta.

3. Syarat-syarat Zakat
Menurut para ahli hokum Islam, ada bebrapa syarat yang harus dipenuhi agar
kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim.
Adapun Syarat-syarat zakat adalah :
a. Pemilikan yang pasti, artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang
punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang, artinya harta itu berkembnag baik secara alami berdasarkan
sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.
c. Melebihi kebutuhan pokok, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu
melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk
hidup wajar sebagai manusia.
d. Bersih dari hutang, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari
hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada
sesame manusia.
e. Mencapai nisab, artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan
zakatnya.
f. Mencapai haul, artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,
biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen.

4. Macam-macam Zakat
Beberapa macam zakat terdiri atas :
1) Zakat mal atau zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga
dalam hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu
setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal
tertentu. Pada umumnya didalam kitab-kitab hukum fikih Islam harta
kekayaan yang wajib dizakati atau dikeluarkan zakatnya digolongkan ke
dalam kategori emas, perak, dan uang (simpanan), barang yang
diperdagangkan, hasil peternakan, hasil bumi, hasil tambang dan barang
temuan. Masingmasing kelompok itu berbeda nisab dan kadarnya.
2) Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang
mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan
hari raya Idulfitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai
menunaikan ibadah puasa. Zakat fitrah ini, selain dari untuk menggembirakan
hati fakir-miskin pada hari raya Idulfitri itu, juga dimaksudkan untuk
menyucibersihkan dosa-dosa kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan
puasa Ramadhan, agar orang itu benar benar kembali kepada keadaan ftrah,
suci seperti ketika dilahirkan ibunya.

5. Penerima Zakat
Mengenai penerima zakat dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu yang
berhak dan yang tidak berhak menerima zakat sebagaimana yang akan diuraikan
berikut ini :
1) Yang berhak menerima zakat Yang berhak menerima zakat adalah fakir,
miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil.
2) Yang tidak berhak menerima zakat Yang tidak boleh menerima zakat adalah
kelompok orang-orang berikut adalah keturunan Nabi Muhammad
berdasarkan hadist Nabi sendiri, kelompok orang kaya, keluarga Muzzaki
yakni keluarga orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat, orang yang
sibuk beribadah sunnat untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi meluoakan
kewajibannya mencari nafkah untuk diri dan keluarga dan orang-orang yang
menjadi tanggungannya, dan orang yang tidak mengakui adanya Tuhan dan
menolak ajarang agama.

B. Wakaf
Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari
kata kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau
menahan sesuatu. Pengertian menghentikan ini (kalau) dihubungkan dengan ilmu
baca al-Qur’an (ilmu tajwid) adalah tata cara menyebut huruf-hurufnya, dari mana
dimulai dan dimana harus berhenti. Wakaf dalam pengertian ilmu tajwid ini
mengandung makna menghentikan bacaan, baik seterusnya maupun untuk
mengambil nafas sementara. Menurut aturannya seorang pembaca tidak boleh
berhenti di pertengahan suku kata, harus pada akhir kata di penghujung ayat agar
bacaannya sempurna. Pengertian wakaf dalam makna berdiam di tempat,
dikaitkan dengan wuquf yakni berdiam di Arafah pada tanggal9 Zulhijjah ketika
menunaikan ibadah haji. Tanpa wuquf di Arafah tidak ada haji bagi seseorang.
Pengertian menahan (sesuatu) dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah yang
dimaksud dengan wakaf dalam uraian ini. Wakaf adalah menahan sesuatu benda
untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran Islam. Harta yang diwakafkan
haruslah benda yang kekal zatnya (tahan lama wujudnya), tidak lekas musnah
stelah dimanfaatkan,lepas dari kekuasaan orang-orang yang berwakaf, tidak dapat
diasingkan kepada pihak lain, baik dengan jalan jual-beli hibah maupun dengan
warisan, serta untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran Islam.
1. Syarat-syarat Wakaf
Di samping rukun-rukun wakaf tersebut di atas, ada pula syaratsyarat sahnya
suatu pewakafan benda atau harta seseorang. Syarat-syarat itu adalah sebagai
berikut :
a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja,
tetapi untuk untuk selama-lamanya. Wakaf yang dibatasi waktunya untuk
lima tahun saja misalnya, adalah tidak sah.
b. Tujuannya haruis jelas, tanpa menyebutkan tujuan secara jelas,pewakafan
tidak sah.namun apabila seorang wakif menyerahkan tanahnya kepada
suatu badan hukum tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya,
wewenang untuk penentuan tujuan wakaf itu berada pada badan hukum
yang bersangkutan sesuai dengan tujuan badan hukum itu.
c. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh
wakif tanpa menggantungkan pelaksanaannya pada suatu peristiwa yang
akan terjadi di masa yang akan datang.

2. Macam Wakaf
a. Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli
Yang dimaksud dengan wakaf keluarga atau wakaf ahli (disebut juga
wakaf khusus) adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Dalam
hubungan dengan wakaf keluarga ini perlu dicatat bahwa harta pusaka tinggi
di Minangkabau misalnya, mempunyai cirri-ciri yang sama dengan wakaf
keluarga. Ia merupakan harta keluarga yang dipertahankan tidak dibag-bagi
atau diwariskan kepada keturunan secara individual, karena ia telah
diperuntukkan bagi kepentingan keluarga, memenuhi kebutuhan baik dalam
keadaan biasa apalagi dalam keadaan yang tidak disangka-sangka (darurat).
b. Wakaf Umum
Yang dimaksud dengan wakaf khairi atau wakaf umum adalah wakaf yang
diperuntukkan bagi kepentingan atau kemaslahatan umum. Wakaf jenis ini
jelas sifatnya sebagai lembaga keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk
mesjid, madrasah,pesantren, asrama, rumah sakit, rumah yatim-piatu, tanah
pekuburan dan sebagainya. Wakaf khairi atau wakaf umum inilah yang paling
sesuai dengan ajaran Islam dan yang dianjurkan pada orang yang mempunyai
harta untuk melakukannya guna memperoleh pahala yang terus mengalir bagi
orang yang bersangkutan kendatipun ia telah meninggal dunia, selama wakaf
itu masih dapat diambil manfaatnya.

3. Pemilikan Harta Wakaf


Para ahli hukum (fikih) Islam sependapat bahwa sebelum harta yang
diwakafkan, pemiliknya adalah orang yang mewakafkannya. Dan setelah harta
wakaf itu diwakafkan oleh wakif, pemilikannya beralih kepada Allah dan
manfaatnya menjadi hak mauqul ‘alaih ( : orang atau orang yang berhak
memperoleh hasil harta wakaf itu). Sebab, menurut pendapat umum, begitu wakif
selesai mengucap ikrar wakaf seketika itu juga pemilikan harta yang di
wakafkannya tanggal (lepas) dari tangannya dan berpindah (kembali) menjadi
milik Allah, tidak pada orang atau badan yang disebut dalam tujuan wakaf itu.
Dengan kalimat lain, pemilikan atas harta wakaf, setelah ikrar wakaf diucapkan
oleh wakif, berpindah (kembali) kepada Allah, tidak tetap di tangan wakif dan
tidak pula berpindah menjadi milik mauquf ‘alaih. Dengan demikian, harta wakaf
itu menjadi amanat Allah yang memerlukan orang atau badan hukum mengurus
atau mengelolanya. Orang atau badan yang mengurus wakaf disebut nadzir atau
mutawalli.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata
kerja zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’. Infaq (bahasa Arabnya:
infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti ‘membelanjakan harta, uang, ataupun
ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat wajib maupun yang bukan wajib’.
Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau bentuk
nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’. Manfaat
Zakat Infaq dan Shadaqah ialah sebagai Sarana Pembersih Jiwa, Realisasi
Kepedulian Sosial, Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial, Ungkapan Rasa
Syukur Kepada Allah. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah yaitu Menghindari
kesenjangan sosial antara orang kaya dan kaum dhu'afa, Membersihkan dan
mengingkis akhlak yang buruk, Alat membersih harta dan menjagah dari
ketamakan orang jahat, ungkapan rasa syukur atas nikmat yang allah berikan,
untuk pengembangan potensi ummat, dukungan moral kepada prang yang baru
masuk islam, dan menolong, membantu,dan membina kaum dhu'afa yang lemah.

Anda mungkin juga menyukai