Anda di halaman 1dari 15

1.

PENGENDALIAN INTERN
Pengendalian internal adalah suatu proses yang dilaksanakan atau dipengaruhi oleh
dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori:
1) Keandalan suatu unsur-unsur laporan keuangan.
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3) Efektivitas dan efisiensi operasi.

Konsep Dasar Pengendalian Internal

1) Pengendalian internal dalam audit merupakan suatu proses perkembangan akuntansi.


2) Pengendalian internal terdiri dari serangkaian tindakan yang meresap dan terintegrasi
dengan, tidak ditambahkan kedalam, infrastruktur suatu entitas.
3) Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang. Pengendalian internal bukan hanya suatu
manual kebijakan dan formulir-formulir, orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk
dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya.
4) Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai,
bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan direksi suatu entitas karena
keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan perlunya untuk
mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan pengendalian.
5) Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori yang saling tumpang
tindih dari pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

Komponen Pengendalian Internal

Untuk menyediakan suatu struktur dalam mempertimbangkan banyak kemungkinan


pengendalian yang berhubungan dengan pencapaian tujuan entitas, COSO (Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission)mengidentifikasi limakomponen
pengendalian internal yang saling berhubungan, yaitu:

1) Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi
kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
pondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya yang menyediakan disiplin dan
struktur.
2) Penilaian risiko
Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi analisis dan
pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian
risiko oleh manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus atas risiko yang dapat
muncul dari perubahan kondisi seperti yang diuraikan dalam AU 319.29:
(a) Perubahan dalam lingkungan operasi.
(b) Personel baru.
(c) Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi.
(d) Pertumbuhan yang cepat.
(e) Teknologi baru.
(f) Lini, produk, atau aktivitas baru.
(g) Restrukturisasi perusahaan.
(h) Operasi di luar negeri.
(i) Pernyataan tentang pengertian akuntansi.

3) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Mereka membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan telah diambil untuk mengatasi risiko terhadap pencapaian tujuan
entitas.Aktivitas pengendalian yang relevan dengan pengertian dan jenis-jenis audit laporan
keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Salah satu cara adalah sebagai berikut:
(a) Pengendalian otorisasi.
(b) Pemisahan tugas.

Pengendalian pemrosesan informasi meliputi pengendalian umum, pengendalian aplikasi,


pengendalian atas proses pelaporan keuangan, pengendalian fisik, review kinerja dan
pengendalian atas manajemen kebijaksanaan dalam pelaporan keuangan.

1
4) Informasi dan komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode pengumpulan biaya dan catatan-catatan yang
diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat,
dan melaporkan transaksi-transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva
dan kewajiban. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai
peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
5) Pemantauan
Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern suatu
entitas pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian
pengendalian secara tepat waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Kegiatan pemantauan yang efektif meliputi antara lain:
(a) Pemantauan dapat terjadi melalui kegiatan yang sedang berlangsung dan evaluasi berkala
yang terpisah.
(b) Manajemen dan komite audit harus sadar terhadap risiko atas fungsi sistem informasi
akuntansi dan memantau kinerja pengendalian internal di lingkungannya.

2. PROSEDUR KAS DAN SETARA KAS


Kas dan setara kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya
ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat
pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo
rekening giro di bank. Menurut PSAK 2, setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid,
berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Pada umumnya, hanya investasi dengan
jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang memenuhi syarat sebagai setara kas. Deposito
yang jatuh temponya kurang atau sama degan tiga bulan dan tidak diperpanjang terus-
menerus (rollover) dapat dikategorikan sebagai setara kas. Bank adalah saldo rekening giro
yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan usaha.

Prosedur Audit Kas

1) Siapkan skedul utama dari kas dan setara kas

2
2) Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua jenis
kasyang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
3) Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti
pengeluarandan penerimaan telah dibukukan.
4) Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
5) Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur penarikan
mundur(trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal neraca lakukan
penarikanmaju (trace forward) ke tanggal neraca.
6) Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur penarikan
pertanggal neraca.
7) Periksa penjumlahan (footing / cross footing) lembaran-lembaran buku
kas, perhatikanpemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
8) Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (imprest fund), teliti apakah sudah
adapetanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
9) Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs yang
benarper tanggal neraca.
10) Buat daftar koreksi yang diperlukan.
11) Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para
partnerserta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah satu
penilaianterhadap mutu audit

Prosedur Audit Bank

1) Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun yang
sudah tidak aktif.
2) Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi
tersebut (meliputipencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan
cek/giro yang masih beredar(outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in
transit).
3) Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs
yangbenar per tanggal neraca.

3
4) Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat persetujuan
daripejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka rekening baru
maupun alasan dari penutupan rekening.
5) Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti
penerimaandan pengeluaran akhir tanggal neraca.
6) Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan
untukditutup saja.
7) Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
8) Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu singkat
dansarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih tinggi.
9) Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam buku
besar.
10) Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat
manajemen(Management Letter).
11) Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh partner.

Prosedur Audit Investasi Jangka Pendek

1) Siapkan skedul utama investasi jangka pendek.


2) Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan
sebagai jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
3) Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan dengan
harga belinya.
4) Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti pembelian
danpenjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
5) Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
6) Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan standar
akuntansi berlaku umum.
7) Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo
dalamtiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok kas dan
setara kasdan tidak digunakan sebagai jaminan (jika lebih dari tiga bulan termasuk investasi
jangka pendek).

4
3. PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
1) Compliance test (pengujian ketaatan) Auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control
berjalan efektif atau tidak, Yang diambil sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan
bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa
internal control lemah auditor tidak diperlukan mengadakan test ketaatan, tetapi langsung
melakukan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap
dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control
lemah. Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir
apakah internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive
test atas saldo kas/bank.
Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit
untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaanya. Jika klien telah
menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa memutuskan untuk
membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien tampaknya dapat
mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah logis dan secara
sederhana berarti bahwa jika laporan keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah
saji yang material, maka auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang
mendalam ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang
material.  Namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank sebagai berikut:

a. Penerimaan Kas/bank

 Ambil sample bukti penerimaan kas/bank secara random : misal semua penerimaan kas
yang berjumlah > Rp 10 juta ditambah 10 penerimaan kas/Bank yang berjumlah < Rp 10
juta.
 Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat perusahaan
yang berwenang, Lengkap bukti pendukungnya (misal kwitansi bernomor urut, cetak
deposit slip). Mencantumkan nomor perkiraan yang kredit dengan benar dan perhitungan
mathematisnya sudah benar.

5
 Periksa apakah posting ke buku kas ( untuk penjualan tunai ) dan piutang ( untuk
pelunasan piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar.
Begitu  juga posting ke sub buku besar piutang .
 Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.

b. Pengeluaran kas/bank

Ambil sample bukti pengeluaran kas/bank secara random : semua pengeluaran kas
yang misalnya berjumlah > RP 5 juta ditambah 10 pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp
5 juta. Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat
perusahaan yang berwenang; Lengkap bukti pendukungnya (misal PR, PO, supplier
invoice, RR,  Kwitansi  dari supplier dan lain-lain); Mencantumkan nomor perkiraan
yang di debit dengan benar dan Perhitungan mathematisnya sudah benar. Periksa apakah
posting ke buku besar  dan sub buku besar (misalnya hutang) sudah dilkakukan dengan
benar. Tarik kesimpulan mengenai hasil  compliance test.

2) Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca kertas kerja pemeriksaan (KKP)
adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan
pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisa yang dibuat oleh auditor, dan dari
pihak ketiga. Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas
prosedur-prosedur audit yang dilakukannya, tes-tes yang diadakan, informasi yang
didapat dan kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisa, memorandum, surat-surat
konfirmasi dan representasi, ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos
neraca dan laba rugi serta komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh oelh auditor
mempunyai beberapa tujuan:
(a) Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini yang
diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas kerja di
perusahaan.
(b) Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanaan pemeriksaan sesuai dengan standar
professor akuntan public. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa
yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh auditor
(c) Sebagai referesi dalam hal ada pertanyaan dari: a pihak pajak b pihak bank c pihak
klien

6
(d) Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai
kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah selesai suatu penugasan
(e) Sebagai pegangan untuk audit tahun berikunya. Untuk persiapan audit tahun
berikunya kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain: Untuk mengecek
saldo awal, untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa
klien tersebut, untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan
berguna untuk penyusunan audit plan tahun berikutnya.

3) Lakukan Cash Count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca lakukan Cash Count
(Perhitungan Fisik Uang Kas) bisa juga sebelum atau sesudah tanggal neraca. Tujuan dari
cash count adalah menghitung kas perusahaan apakah telah sesuai dengan laporan
keuangannya. Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik
adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai
penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar
aktiva. Selain itu, auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu
atau kondisi aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi
penilaian. Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik
untuk mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji
melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang dihilangkan dari laporan keuangan
bisa ditemukan.
4) Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan kas
opname. Cash Opname adalah pemeriksaan fisik pada uang kas tunai antara saldo yang
terdapat pada Catatan Akuntansi dengan Uang kas yang ada di brankas/di tangan (cash on
hand).
5) Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan. Asersi utama
mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan kewajiban. Teknik ini
juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi kelengkapan serta
penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi maupun kejadian serta hak
dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali diuji dengan konfirmasi.
Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha pelanggan saat ini tidak bisa
diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat diandalkan mengenai kelengkapan,

7
karena pelanggan cenderung tidak melaporkan kesalahan penetapan yang terlalu rendah
dalam akun mereka dan karena auditor biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo
tercatat yang lebih besar. Asersi mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha
sebagian diuji melalui konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas
penyisihan piutang ragu-ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank,
formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan yang disajikan atas
pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti tentang penyajian dan
pengungkapan.
6) Minta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31 Desember 20XX), kalau
terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta per 30 November
20XX. Rekonsiliasi bank tersebut nantinya akan diperiksa kebenarannya.
7) Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh
klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran rekonsiliasi tersebut.
(a) Periksa kecermatan penjumlahannya
(b) Telusuri saldo per klien ke buku besar yang bersangkutan
(c) Bandingkan saldo per bank dengan rekening Koran bank-nya dan jawaban konfirmasi
bank
(d) d.Telusuri undeposit collections ke rekening Koran cut off dan jurnal penerimaan kas
bulan desember 20xx
(e) Telusuri cek yang masih beredar (outstanding checks) ke rekening koran cut off dan
jurnal pengeluaran bulan desember 20xx.
(f) Periksa reconciling items lainnya (jasa giro, bunga materai, buku ceck, koreksi
kesalahan bank dan sebagainya , jika ada) dengan menggungakan dokumen
pendukungnya.
(g) Telusuri cek yang dibayarkan oleh bank dalam 3 hari sebelum dan sesudah tanggal
neraca ke jurnal pengeluaran kas, dan yakini bahwa cek tersebut telah dicatat dalam
periode yang benar.

8
Program pengujian substantif terhadap saldo kas

1. Prosedur Audit Awal

1) Mengusut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan di
dalam buku besar
2) Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
3) Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu
4) Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun kas .
5) Mengusut posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal penerimaan kas
dan jurnal pengeluaran kas.

2. Prosedur Analitik Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian
dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio indusri, atau
ratio yang dianggarkan. Di samping itu, auditor perlu membandingkan akun Kas yang
tercantum di neraca dengan saldo kas pada akhir tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu
auditor untuk mengungkapkan:

1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa


2) Perubahan akuntansi
3) Perubahan usaha
4) Fluktuasi acak, atau
5) Salah saji

3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci

a. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)

1) Membuat rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut
catatan klien Atas dasar cutoff bank statement, auditor dapat membuat rekonsiliasi bank
untuk membuktikan ketelitian catatan kas klien dan membuktikan status setoran dalam

9
perjalanan dan cek yang beredar yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat
oleh klien pada tanggal neraca
2) Mengusut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam
cutoff bank statement
3) Memeriksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca
4) Memeriksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
5) Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek
yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca

b. Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check kitting Check kitting dilakukan untuk menutupi
pemakaian kas perusahaan dengan cara melakukan transfer rekening dari bank satu ke
rekening bank yang dananya digelapkan pada saat bank-bank menyiapkan pembuatan
rekening koran bank.

c. Membuat dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom. Rekonsiliasi bank
empat kolom digunakan oleh auditor untuk membuktikan kebenaran saldo kas dibank.

d. Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluaran kas Lapping dapat terjadi jika penyimpan kas merangkap fungsi sebagai pencatat
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Lapping dilakukan oleh karyawan tersebut dengan
cara tidak mencatat penerimaan kas dari debitur tertentu dan memasukkan uang yang diterima
tersebut ke dalam sakunya sendiri.

4. Pengujian terhadap Akun Rinci

a. Menghitung kas yang ada di tangan klien Dalam penghitungan kas, auditor harus
memperhatikan berbagai hal berikut:

1) Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di muka pejabat yang bertanggung jawab
atas penyimpanan kas
2) Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam Berita Acara Penghitungan Kas yang harus
segera ditandatangani oleh pejabat yang bertanggungjawab atas penyimpanan kas
3) Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsur kas pada saat penghitungan kas adalah
cek mundur, perangko dan materai, dan kas bon.

10
b. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang bersangkutan. Untuk
membuktikan eksistensi saldo kas klien yang disimpan dibank, auditor menempuh prosedur
audit : (1) membuat atau meminta klien untuk membuat rekonsiliasi bank pada tanggal
neraca, (2) mengirim konfirmasi saldo kas di bank pada tanggal neraca.

1. Melakukan konfirmasi saldo kas di bank Konfirmasi saldo kas di bank dilakukan oleh
auditor dengan cara mengirimkan surat konfirmasi ke bank yang klien merupakan
nasabahnya.
2. Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening Koran bank. Untuk
membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal neraca, auditor mengusut
peuangan cek tersebut kedalam rekening koran bank yang diterima klien setelah tanggal
neraca. 

5. Verifikasi Penyajian Kas di Neraca

a) Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap
pemakaian rekening tertentu klien di bank Kas yang disimpan di bank hanya dapat
disajikan sebagai unsur kas jika tidak terdapat batasan penggunaanya dari bank atau
batasan yang dikenakan oleh kontrak perjanjian tertentu.
b) Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas
klien. Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai dana kas yang dibentuk oleh
klien dapat diperoleh dari wawancara dengan manajer keuangan. Informasi ini akan
menentukan apakah suatu unsur disajikan dalam kas atau harus dipisahkan tersendiri
dalam kelompok aktiva lancar, atau bahkan harus disajikan terpisah dalam kelompok
aktiva tidak lancar.
c) Review semua nota debit yang muncul dalam rekenig koran cut off dan tentukan
pengaruhnya terhadap saldo akhir tahun.

6. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui
apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.

7. Periksa inter bank transfer +/- minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui
adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing. Kitting  adalah : Suatu penipuan yang
dilakukan dengan menggunakan cek. Cek tersebut ditarik dari suatu bank, kemudian

11
disetorkan kepada bank lain. Bank tempat menyetorkan ini biasanya terdapat di kota lain.
Penyetoran tersebut diakui sebagai penerimaan bagi perusahaan, akan tetapi dengan sengaja
tidak mencatat penyetoran tersebut sebagai pengurangan dari bank darimana uang tersebut
berasal Sehingga dapat dikatakan Kitting merupakan transfer fiktif. Cara Mencegah
Terjadinya Kitting Yaitu dengan memisahkan tugas-tugas secara layak, selain itu juga dengan
cara melakukan penelusuran atas transfer antar bank dan menggunakan laporan cut off bank.
Window dressing adalah manuver yang seringkali dilakukan oleh perusahaan, bank, reksadana
dll, pada akhir periode akuntansi untuk membuat para pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain terkesan dengan menyajikan laporan keuangan yang lebih baik daripada
kondisi sebenarnya. Untuk mengesankan kinerja keuangan yang baik, perusahaan mungkin
melakukan window dressing dengan memberikan diskon yang besar agar penjualan
meningkat dan perputaran persediaan tinggi.

8.  Periksa transaksi kas sesuai tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent collection),


sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Subsequent
collection ( penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai mendekati
tanggal selesainya pekerjaan lapangan / audit  field work ), yang harus dilaksanakan dalam
pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan. Dan Subsequent payment (pembayaran
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya audit
field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan liabilitas dan biaya yang masih
harus dibayar.

9. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neraca, periksa
apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau
dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.

10. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan keuangan,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS). Seperti informasi akuntansi yang lainnya, laporan arus kas pun memiliki
standar penghitungan, pengungkapan, serta penyajiannya. Tidak seperti laporan keuangan
lainnya yang tergabung dalam satu standar, laporan arus kas secara khusus di ungkapkan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena perkembangan standar

12
akuntansi di Indonesia saat ini sudah mengadopsi IFRS, maka standar akuntansi terdahulu
mulai mengalami perubahan akibat pengadopsian standar IFRS tersebut. PSAK maka dapat
dinyatakan bahwa entitas harus menyusun laporan arus kas sesuai persyaratan dalam
Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan (integral)
dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu,
penyusunan, dan penyajian laporan arus kas perusahaan harus mengacu pada PSAK.

11. Buat Kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan seluruh prosedur audit di
atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., James K. Loebbecke. 1995. Auditing: Suatu Pendekatan


Terpadu. Edisi      Keempat. Erlangga: Jakarta

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai