Anda di halaman 1dari 5

COLLECTIVE ACTION AGRIBUSINESS

TUGAS PAPER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Kelembagaan Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Djoko Soejono, S.P., M.P.

Oleh
Hoirul Umam (171510601138)
Kelembagaan Agribisnis (J)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
COLLECTIVE ACTION AGRIBUSINESS
Collective action agribusiness merupakan suatu tindakan yang terkemas
dari gabungan dinamika-dinamika didalam kelompok yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan status kelompoknya dari kelompok lain dengan mengutamakan
koordinasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara bersama-sama dalam
bidang pertanian secara luas yaitu dari aspek hulu hingga hilir. Beikut contoh-
contoh penerapan collective action dalam bidang agribisnis:
1. Jalinan kemitraan petani Guna Meningkatkan pendapatan
(study kasus: Usahatani Jagung Manis Di Kabupaten Ciamis dengan
BNI)
Produksi jagung di Kabupaten Ciamis masih relatif rendah dan masih
belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat,
Rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain,
seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan
keterampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi
yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk
melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil. Terkendalanya
permasalahan tersebut paa petani berinisiatif menjalin kemitraan melalui
Kampoeng BNI, para petani jagung manis di Kabupaten Ciamis telah
mendapatkan kucuran dana dan pembinaan dari lembaga tersebut, sehingga
para petani jagung manis di Kabupaten Ciamis mampu meningkatkan produksi,
lancar dalam pemasaran dan distribusi serta mampu meningkatkan pendapatan
para petani jagung manis.

2. Kerjasama Koperasi Susu sapi dengan Peternak sapi perah


(Study kasus: Peran Koperasi Susu Terhadap Pembangunan Ekonomi
Hijau Di Kabupaten Pasuruan)
Kabupaten Pasuruan memiliki produksi susu dan populasi sapi perah lebih
tinggi dibandingkan dengan Kota Batu. Penetapan kawasan pengembangan
sapi perah menjadi penting terkait dengan perencanaan pembangunan industri
susu nasional, mulai dari penyediaan prasarana, sarana penunjang, teknologi,
pembiayaan, pengolahan, pemasaran serta kelembagaan dan sumber daya
manusia. Industri susu nasional merupakan industri strategis yang potensial,
karena permintaan yang terus meningkat seiring dengan kenaikan taraf hidup
masyarakat. Manajemen usaha yang cukup rumit dalam bidang peternkan sapi
perah membuat para peternak berinisiatif dalam melakukan kerjasama terhadap
koperasi guna memperlancar usaha dan keberlanjutannya. Koperasi dapat
melatih dan mendidik anggota secara bersama-sama untuk memenuhi
kebutuhan bersama melalui operasi dari bisnis yang dikendalikan secara
demokratis. Hal ini menunjukkan bahwa peran koperasi susu merupakan faktor
yang menentukan pemnbangunan ekonomi hijau di Kabupaten Pasuruan.

3. Kerjasama Stakeholder dan petani tebu dalam pencapaian swasembada


gula. (Study kasus: Wilayah Kerja Pabrik Gula Redjosarie Kabupaten
Magetan)
Pencapaian target swasembada gula nasional pada tahun 2014 oleh
pemerintah didukung oleh Pedoman Teknis Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Semusim yang disusun Kementrian
Pertanian, yang selanjutnya dijabarkan kembali menjadi Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) melalui Pengembangan Tebu Rakyat
pada tingkat kabupaten/kota. Kegiatan Pengembangan Tebu Rakyat di
Kabupaten Magetan melibatkan stakeholder terkait. stakeholder terkait dalam
Pengembangan Tebu Rakyat pada wilayah kerja PG Redjosarie telah
menjalankan peran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peran stakeholder
dalam kegiatan (1) Pemberian kredit modal kepada petani tebu; (2) Kegiatan
penyuluhan; (3) Kegiatan Forum Temu Kemitraan; dan (4) Kegiatan kebun
peraga. Masing-masing stakeholder saling berkoordinasi dan melakukan
pengawasan terhadap petani tebu dalam (a) pengajuan dan penyaluran kredit
modal, (b) melakukan penyuluhan dalam budidaya tebu, (c) penyelesaian
masalah yang dihadapi petani tebu dan PG Redjosarie melalui musyawarah.
4. Kemitraan Petani Cabai Dengan Juragan Luar Desa (Studi Kasus
Kemitraan di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)
Permasalahan yang dihadapi petani cabai dengan skala kecil hingga saat
ini menyangkut tentang kurangnya permodalan. Petani di Desa Kucur dominan
memilih bermitra dengan juragan, khususnya juragan dari luar Desa Kucur
dibandingkan mengakses bantuan permodalan perbankan atau lembaga
keuangan lainnya. pola kemitraan antara Ibu RST sebagai juragan dari luar
desa dengan petani mitra di Desa Kucur cenderung mengikuti pola kerjasama
operasional agribisnis (KOA). Ibu RST mempertahankan hubungan baik
dengan petani mitranya di Desa Kucur dengan cara berkomunikasi interaktif
dan membangun sistem kerjasama yang baik dengan petani mitranya di Desa
Kucur. Alasan petani memilih bermitra dengan Ibu RST karena kebutuhan
modal usahatani dipenuhi seluruhnya oleh Ibu RST, proses peminjaman modal
lebih mudah dengan adanya Bapak MSN sebagai perantara, dan kesediaan Ibu
RST memberikan modal kepada petani mitranya yang sedang dalam masa sulit.
Pada musim tanam 2015/ 2016 pendapatan usahatani petani mitra Ibu RST di
Desa Kucur mencapai Rp35.100.558/ Ha. Sementara itu, pendapatan Ibu RST
mencapai Rp4.912.428/ Ha.
DAFTAR PUSTAKA

Sutikno, B. dan Abdul H. 2016. Analisis Peran Koperasi Susu Terhadap


Pembangunan Ekonomi Hijau Di Kabupaten Pasuruan. Sketsa Bisnis,
3(2) :1-5.

Tresnati, R. dan Nina M. 2015. Kajian Kemitraan Kampoeng Bni dengan


Usahatani Jagung Manis Di Kecamatan Panumbangan Kabupaten
Ciamis. Unisba, 5(1) : 1-12.

Tutik, Irwan N. dan Ainul H. 2014. Peran Stakeholder Dalam Pengembangan


Tebu Rakyat (Studi Pada Wilayah Kerja Pabrik Gula Redjosarie
Kabupaten Magetan), Administrasi Publik, 2(5) : 823-829.

Yulianjaya, F dan Kliwon H. 2016. Pola Kemitraan Petani Cabai Dengan Juragan
Luar Desa (Studi Kasus Kemitraan di Desa Kucur, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang). Habitat, 27(1) : 37-47.

Anda mungkin juga menyukai