net/publication/360630401
CITATIONS READS
0 634
1 author:
Darwin Damanik
Universitas Simalungun Pematang Siantar
54 PUBLICATIONS 102 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Darwin Damanik on 16 May 2022.
Penulis:
Nugrahini Susantinah Wisnujati, Akhmad Muhammadin
Pawer Darasa Panjaitan, Lora Ekana Nainggolan
Pinondang Nainggolan, Mira Hastin, Titik Inayati
Nadia Fazira, Darwin Damanik, Bonaraja Purba
Adat Muli Peranginangin, Nur Arif Nugraha, Nurjannah
Ari Mulianta Ginting, Muhammad Hasan
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Buku ini menarik karena ekonomi merupakan topik yang sangat dekat
dengan kehidupan kita. Ekonomi berlaku pada semua individu, baik pada
orang perorang atau pada perusahaan dan pemerintah. Ekonomi juga
mengalami perubahan karena di pengaruhi oleh faktor budaya, hukum,
sejarah, geografi, dan faktor-faktor lainnya dapat memberi dampak pada
kondisi ekonomi pada suatu wilayah atau negara, maka tidak ada
perekonomian yang sama di suatu negara dengan negara lainnya
Tidak ada gading yang tak retak. Maka mohon saran dan masukan.
Diucapkan terimakasih pada fihak yang banyak mendukung terbitnya
buku ini yaitu Yayasan kita Menulis
Tabel 3.1: Permintaan Terhadap Buku Tulis Pada Berbagai Tingkat Harga...30
Tabel 3.2: Permintaan Pasar Terhadap Buku .................................................32
Tabel 3.3: Daftar Penawaran Buku .................................................................39
Tabel 5.1: Jumlah komoditas X yang Dikonsumsi, Total Utility, dan Marginal
Utility...............................................................................................63
Tabel 5.2: Penggunaan Anggaran Konsumen untuk Barang X dan Y.........65
Tabel 5.3: Kombinasi 2 Jenis Barang yang Memberi Kepuasan Yang Sama
Bagi Konsumen ..............................................................................67
Tabel 15.1: Perbedaan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi ..............201
xiv Dasar Ilmu Ekonomi
Bab 1
Pengertian dan Fungsi Ekonomi
1.1 Pendahuluan
Pengertian ekonomi atau disebut juga perekonomian adalah sejumlah kegiatan
yang berkaitan dengan aktivitas produksi, konsumsi dan aktivitas perdagangan
barang dan jasa penduduk di suatu wilayah. Ekonomi berlaku pada semua
individu, baik pada orang per orang atau pada perusahaan dan pemerintah.
Faktor budaya, hukum, sejarah, geografi, dan faktor-faktor lainnya dapat
memberi dampak pada kondisi ekonomi pada suatu wilayah atau negara, maka
tidak ada perekonomian yang sama di suatu negara dengan negara lainnya.
Adapun pengertian sistem ekonomi adalah produksi dan konsumsi dari barang
dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang hidup
dan beroperasi di dalam perekonomian. Sistem ekonomi di negara Indonesia
tentunya berbeda dengan yang digunakan suatu negara lain, hal ini karena
secara historis Indonesia mempunyai sumber daya alam, lembaga ekonomi,
lembaga sosial, lembaga politik, budaya, dan ideologi yang berbeda.
Sistem ekonomi terdiri dari beberapa yakni:
Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ini dicirikan dengan masyarakat belum memiliki pembagian kerja yang
tegas, untuk mendapatkan produk barang, masyarakat masih menggunakan
2 Dasar Ilmu Ekonomi
Gambar 1.1: Ekspor dan Impor Indonesia Dalam US $ (World Bank, 2022)
Konsumsi
Indikator ekonomi lainnya adalah konsumsi masyarakat. Pengeluaran
konsumsi akhir (sebelumnya konsumsi total) atau final Consumption
Expenditure adalah penjumlahan dari pengeluaran konsumsi akhir rumah
tangga (konsumsi swasta) dan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah umum
(konsumsi pemerintah umum). Perkiraan ini mencakup setiap perbedaan
statistik dalam penggunaan sumber daya relatif terhadap pasokan sumber daya.
Bab 1 Pengertian dan Fungsi Ekonomi 5
Pengeluaran Konsumsi akhir Indonesia dari data Bank Dunia (World Bank)
dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pengeluaran untuk konsumsi akhir
Indonesia mengalami kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
karena jumlah penduduk Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun.
2.1 Pendahuluan
Secara umum, kehadiran pemerintah memiliki berbagai tingkat dampak
ekonomi. Ada pemerintah yang mengatur perekonomian secara ketat atau
berat, dan ada pula pemerintah yang membatasi sebagai penunjang
perekonomian. Beberapa peran pemerintah dalam perekonomian adalah
membantu perkembangan usaha secara umum, mendorong persaingan usaha
yang sehat, membantu kelompok ekonomi lemah, dan sebagai stabilisator.
Dalam perekonomian suatu negara, pemerintah memiliki peran mengatur,
meningkatkan kegiatan ekonomi pemerintah dan sektor swasta. Oleh karena
itu, kemajuan pembangunan suatu negara tergantung pada peran pemerintah
dalam mengatur negara tersebut, termasuk perekonomian. Kebutuhan akan
barang publik seperti sistem barang dan jasa merupakan sesuatu yang harus
disiapkan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada
warganya.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat memengaruhi tingkat perekonomian
suatu negara. Dalam menjalankan perannya, Pemerintah menghadapi beberapa
kegagalan dalam menjalankan fungsi pemerintahannya. Dalam tulisan ini akan
12 Dasar Ilmu Ekonomi
Dalam situasi ini, Adam Smith menyadari bahwa pasar tidak akan mampu
menyediakan beberapa barang publik yang terlalu mahal untuk disediakan
oleh individu.
Sejarah Perkembangan Pembangunan
Sejarah perkembangan sektor publik dapat digambarkan secara singkat sebagai
salah satu proses pertumbuhan yang penting. Langkah-langkah sektor publik
bagaimana memilih kemampuan untuk mengumpulkan pendapatan dan
mengalokasikan pengeluaran. Perlu diketahui bahwa data pengeluaran sering
kali didasarkan pada dampak sektor publik terhadap perekonomian.
Fungsi redistribusi juga cenderung terpusat. Untuk program pendidikan,
misalnya, tampak di semua negara sebagian besar pelaksanaan program
diserahkan kepada pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten atau
tingkat yang lebih rendah (Kecamatan dan kelurahan).
Pengeluaran kesehatan selalu signifikan di tingkat pusat, tetapi juga bisa
signifikan di tingkat yang lebih rendah. Contoh nyata dari situasi ini adalah di
Jerman. Tingkat insentif yang lebih rendah untuk membelanjakan uang dapat
diganti dengan desain formula hibah, dan pemerintah pusat dapat
menggunakan ini sebagai cara untuk mendorong pengakuan eksternalitas di
antara daerah.
Bab 2 Peran Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi 13
Padahal, pada kenyataannya, tingkat pengaruh pemerintah jauh lebih luas dari
sekedar belanja. Ini juga akan mencakup konsekuensi ekonomi dari peraturan
yang disponsori pemerintah dan kendala pada perilaku ekonomi. Undang-
undang upah minimum, bobot dan ukuran peraturan, undang-undang
kesehatan dan keselamatan adalah contoh intervensi pemerintah dalam
perekonomian. Selain itu, negara hanya memengaruhi perekonomian di sekitar
angka pengeluaran.
barang daripada yang bisa mereka dapatkan dari sektor swasta. Ternyata
konsep minimalis negara sangat bertolak belakang dengan konsep redistribusi.
Berdasarkan pernyataan Musgrave (1985:3), “Transaksi di sektor publik yang
dikembangkan oleh para ekonom klasik dilihat dalam konteks tatanan alam
yang bergantung pada ada tidaknya intervensi pasar”. Dalam ruang lingkup
tiga fungsi Musgrave, yang merupakan respons terhadap kegagalan pasar yang
awalnya dirancang untuk mencapai efisiensi ekonomi, pendekatan ini dapat
digambarkan sebagai peran neo-klasik pemerintah.
mencari cara untuk melindungi haknya sendiri, yang tentunya akan sangat
mengurangi efisiensi ekonomi.
Berfungsinya ekonomi pasar tergantung pada perlindungan hak-hak individu,
yang merupakan fungsi utama pemerintah mana pun. Tanpa perlindungan ini,
perekonomian akan sangat buruk. Dalam perekonomian yang direncanakan
secara terpusat, meskipun struktur dan fungsi pemerintahan dan apa yang
dibutuhkan warga negara sangat berbeda dengan ekonomi pasar, pemerintah
tetap memberikan perlindungan, pertahanan negara, dan sistem peradilan bagi
warganya.
Sistem pasar dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien karena semua
individu memiliki hak untuk menukar output yang mereka hasilkan dengan
output yang dihasilkan oleh orang lain. Diasumsikan bahwa individu memiliki
hak untuk secara bebas bertukar dan atas output yang mereka hasilkan.
Pertahanan nasional melindungi individu dari agresi oleh negara asing. Sistem
pengadilan secara hukum menengahi perselisihan yang timbul antara individu.
Tanpa perlindungan negara terhadap hak individu, masyarakat akan berusaha
mencari cara untuk melindungi haknya sendiri, yang tentunya akan sangat
mengurangi efisiensi ekonomi.
Berfungsinya ekonomi pasar tergantung pada perlindungan hak-hak individu,
yang merupakan fungsi utama pemerintah mana pun. Tanpa perlindungan ini,
perekonomian akan sangat buruk. Dalam perekonomian yang direncanakan
secara terpusat, meskipun struktur dan fungsi pemerintahan dan apa yang
dibutuhkan warga negara sangat berbeda dengan ekonomi pasar, pemerintah
tetap memberikan perlindungan, pertahanan negara, dan sistem peradilan bagi
warganya.
berkembang. Barang ekonomi yang tidak stabil dan faktor pasar menyebabkan
inefisiensi dalam alokasi sumber daya.
Pasar komoditas dicirikan oleh kekurangan dan surplus, sedangkan pasar
faktor dicirikan oleh pengangguran yang tinggi dan kekurangan modal. Dalam
kebanyakan kasus, harga pasar tidak mencerminkan biaya produksi marginal.
Alasan kegagalan pasar meliputi:
Persaingan Tidak Sempurna
Persaingan tidak sempurna adalah penyebab kegagalan pasar. Di bawah pasar
ini, perusahaan menghadapi kemiringan ke bawah dari kurva permintaan
untuk produknya. Penyimpangan pendapatan marginal dari pendapatan rata-
rata dan harga tidak lagi sama dengan biaya marginal. Dalam skenario ini,
monopolis membebankan harga melebihi biaya marginal untuk
memaksimalkan keuntungan. Hal ini menghasilkan output yang jauh lebih
rendah daripada perusahaan persaingan sempurna yang beroperasi di bawah
kondisi biaya yang sama. Konsumen tidak memiliki kedaulatan dalam hal
alokasi sumber daya di bawah monopoli.
Operasi perusahaan monopoli dikatakan tidak efisien karena dapat
menyebabkan alokasi sumber daya yang kurang optimal. Monopoli alami dan
perusahaan lain yang mengalami biaya rata-rata lebih rendah pada berbagai
output adalah sumber kegagalan pasar. Monopoli alami tidak diatur untuk
mengembangkan outputnya pada harga yang lebih tinggi dari biaya marginal.
Tingkat output tidak dalam kondisi optimal Pareto. Jika sebuah perusahaan
mencoba untuk menetapkan harga produknya pada biaya marginal, itu harus
dibiayai oleh pajak yang hilang atau diskriminasi harga.
Contoh persaingan tidak sempurna adalah sebagai berikut:
1. Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada satu penjual, tidak
ada substitusi yang dekat, dan hambatan untuk masuk. Dalam pasar
monopoli, para produsen, yaitu pada tingkat produksi, memiliki
prinsip keuntungan maksimum.
2. Oligopoli
Pasar oligopoli adalah situasi di mana lebih dari dua perusahaan
mendominasi pasar tetapi tidak begitu banyak (2-10), dan tindakan
satu pengusaha akan memengaruhi kebijakan pengusaha lain. Ketika
Bab 2 Peran Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi 23
pasar terdiri dari dua perusahaan, itu disebut duopoli. Jika produk
yang dihasilkan oleh pengusaha oligopoli itu homogen, pasarnya
disebut oligopoli murni, dan jika produknya tidak homogen disebut
oligopoli terdiferensiasi
3. Monopoli alami
Ketika pemerintah berusaha menghapus monopoli dalam produksi
suatu barang, maka akan menimbulkan persaingan antar produsen
yang mengakibatkan kelangsungan hidup hanya satu produsen. Hal
ini karena pasar untuk barang-barang tersebut terlalu kecil atau
investasi yang dibutuhkan terlalu besar, sehingga perekonomian yang
efisien akan terjadi bila tingkat produksinya besar. Situasi ini dikenal
sebagai monopoli alami.
Kegagalan Institusi
Gillis, Perkins, dan Roemer (1992) mengidentifikasi kegagalan institusional
sebagai penyebab utama kegagalan pasar di negara berkembang. Hal ini
didasarkan pada pandangan bahwa lembaga-lembaga terbelakang
mengecualikan banyak orang dari pasar. Di banyak negara, pasar uang dan
modal kecil dan terbelakang, dan aktivator tabungan tidak efisien. Selain itu,
pasar keuangan di negara-negara ini tidak merespons sinyal suku bunga
dengan cepat.
Gillis, Perkins, dan Roemer. (1992) juga melihat kegagalan kelembagaan
sebagai penyebab kerusakan lingkungan di negara berkembang. Mereka
berpendapat bahwa meskipun pemerintah memiliki hak milik atas sebagian
besar kawasan hutan di negara berkembang, pemerintah tidak dapat
menegakkan peraturan di kawasan itu. Hutan adalah sumber daya milik
umum, tetapi deforestasi disebabkan oleh lembaga itu sendiri, sedangkan
mekanisme pasar tidak dapat mengatur penggunaan sumber daya milik umum.
Kegagalan pasar ini dikenal sebagai "tragedi kemitraan".
Kesalahan Informasi
Persaingan sempurna, yang menjamin Pareto optimal, dianggap memiliki
pengetahuan yang sempurna tentang barang dan harga di pasar. Di banyak
negara berkembang, konsumen dan pekerja memiliki informasi yang tidak
lengkap tentang barang dan jasa serta kesempatan kerja. Gillis, Perkins, dan
Roemer (1992) menyatakan bahwa investor, produsen, dan pedagang tidak
24 Dasar Ilmu Ekonomi
3.1 Pendahuluan
Ilmu ekonomi dahulunya adalah ilmu ekonomi politik. Orang yang berperan
penting dalam perubahan ini adalah seorang profesor Cambridge yaitu Alfred
Marshall (1842-1924) yang dalam bukunya yang berjudul Principles of
Economics mengisyaratkan bahwa ilmu ekonomi sama formalnya dengan
ilmu fisika, matematika, dan ilmu pengetahuan pasti lainnya. Dalam bukunya
yang dicetak tahun 1890 itu diperkenalkan grafik penawaran dan permintaan,
rumus matematika, ukuran kuantitatif tentang elastisitas dan istilah lainnya
yang dipinjam dari ilmu fisika, mesin, dan biologi (Skousen, 2005).
Ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi dua sub disiplin yaitu ekonomi mikro
dan ekonomi makro. Ekonomi mikro mempersoalkan segmen-segmen kecil
dalam perekonomian yaitu para konsumen dan produsen individual, atau
kelompok konsumen dan produsen yang dikenal sebagai pasar-pasar
sedangkan ekonomi makro mempersoalkan totalitas-totalitas ekonomi seperti
masalah pengangguran dan inflasi. Salah satu masalah yang dikaji dalam
ekonomi mikro adalah permintaan dan penawaran (Winardi, 1988).
28 Dasar Ilmu Ekonomi
Permintaan dan penawaran adalah dua kekuatan yang membuat ekonomi pasar
bekerja dengan baik (Mankiw, 2006). Permintaan dan penawaran memiliki
kesamaan dalam satu faktor yaitu harga (Bilas, 1992). Pertanyaan barang apa
yang harus diproduksi dan berapa jumlahnya dapat terjawab dengan adanya
interaksi antara pembeli dan penjual di pasar.
Terjadinya permintaan adalah sebagai wujud kemampuan pembeli dan
penawaran sebagai wujud kemampuan penjual. Besarnya permintaan
tergantung pada manfaat yang diperoleh konsumen dan besarnya penawaran
tergantung biaya produksi (Hanafie, 2010). Setiap hari terjadi interaksi antara
pembeli dan penjual dengan menawarkan barang-barang dengan cara yang
unik dan menarik baik melalui iklan ataupun penjualan ke rumah-rumah.
Model permintaan dan penawaran menjadi titik tolak bagi berbagai model dan
teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam pasar yang
kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang
diminta konsumen dan kuantitas yang ditawarkan produsen (Siahaan, 2012).
Model ini juga mengakomodasi adanya faktor-faktor yang mengubah
keseimbangan yang membuat pergeseran dari permintaan atau penawaran.
Apa saja yang menjadi faktor penentu macam, jumlah, dan harga barang yang
ditawarkan? Untuk itu, bab ini akan menjelaskan konsep permintaan dan
penawaran.
Keterangan:
Qdx = Jumlah permintaan terhadap barang
F = Notasi fungsi Y= Pendapatan
Px = Harga barang X T= Selera konsumen
Py = Harga barang yang terkait Ydis= distribusi
pendapatan
E = Ekspektasi konsumen akan harga di masa mendatang
Kurva Permintaan
Dari data yang diperoleh dari daftar permintaan yang ada kita dapat membuat
kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan
jumlah barang yang diminta pembeli. Jumlah permintaan (quantity demand)
suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli
(Mankiw, 2006).
Kurva permintaan pada umumnya bergerak menurun dari kiri atas ke kanan
bawah dengan sumbu tegak Y menggambarkan harga (P) dan sumbu
horizontal X menggambarkan jumlah (Q). Hal ini disebabkan oleh sifat
hubungan antara harga dan jumlah yang diminta berbanding terbalik sehingga
saat salah satu variabel meningkat (harga) maka variabel lain akan menurun
(jumlah permintaan).
Kurva permintaan tidak selalu tepat dan sama, bahkan dapat terjadi perbedaan
kurva pada barang yang sama menurut tempat dan waktu yang berbeda namun
semua kurva permintaan menunjukkan ciri yang sama yaitu menurun dari kiri
atas ke kanan bawah (downward sloping to the right) di mana saat harga naik
maka permintaan akan barang tersebut berkurang dan begitu pula sebaliknya.
Permintaan Perseorangan dan Permintaan Pasar
Permintaan akan suatu barang dapat dilihat dari dua sudut yaitu permintaan
yang dilakukan seseorang dan permintaan yang dilakukan semua orang dalam
pasar. Untuk itu perlu dibedakan antara kurva permintaan perseorangan dan
kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan
dari kurva permintaan berbagai individu dalam pasar.
Contoh tabel 3.2 menunjukkan gambaran hipotesis untuk memperoleh
permintaan pasar yaitu dengan menjumlahkan permintaan masing-masing
individu di pasar. Pada pasar terdapat Ali dan Badu yang hendak membeli
buku tulis.
Tabel 3.2: Permintaan Pasar Terhadap Buku (Sukirno, 2005)
Harga Jumlah yang diminta
(rupiah) Permintaan Ali Permintaan Badu Permintaan Pasar
5000 10 + 10 = 20
4000 15 + 15 = 30
3000 30 + 20 = 50
2000 50 + 30 = 80
1000 70 + 45 = 115
Dari tabel 3.2 dapat dibuat kurva permintaan perseorangan dan kurva
permintaan pasar terhadap buku tulis. Masing-masing kurva dapat dilihat dari
gambar 3.2 berikut.
a. Barang inferior
Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang
dengan pendapatan rendah. Saat pendapatan tinggi maka
permintaan akan barang inferior akan menurun di mana pembeli
meningkatkan kualitas mutu barang tersebut.
b. Barang esensial
Barang esensial adalah barang yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari yaitu kebutuhan pokok masyarakat seperti
makanan seperti beras, kopi, dan gula. Permintaan akan barang
tersebut tidak akan berubah walaupun pendapatan meningkat.
c. Barang normal
Kebanyakan barang yang ada di masyarakat adalah barang
normal seperti pakaian, sepatu, dan berbagai peralatan rumah
tangga dan berbagai jenis makanan. Ada 2 faktor penyebab
terjadinya kenaikan permintaan akan barang saat pendapatan
pembeli bertambah yaitu: 1) pertambahan pendapatan menambah
kemampuan untuk membeli lebih banyak, 2) pertambahan
pendapatan memungkinkan pembeli menukar konsumsi dari
barang yang kurang baik ke mutu yang lebih baik.
d. Barang mewah
Jenis barang yang dibeli apabila pendapatan sudah relatif tinggi
termasuk dalam golongan barang mewah ini seperti emas, intan
dan mobil sedan. Biasanya masyarakat akan membeli barang-
barang mewah tersebut setelah memenuhi kebutuhan pokoknya
seperti makanan, pakaian, dan perumahan.
3. Beberapa faktor lain
a. Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan memengaruhi corak permintaan akan suatu
barang. Dengan semakin meratanya tingkat pendapatan
masyarakat maka permintaan akan suatu barang pun akan
meningkat (Purba dkk, 2013). Sekiranya pemerintah menaikkan
pajak bagi orang kaya dan pajak tersebut dimasukkan sebagai
tambahan penghasilan bagi orang bergaji rendah maka
permintaan barang yang digunakan orang kaya akan berkurang
Bab 3 Konsep Permintaan dan Penawaran 35
buku tulis menjadi 2000 maka akan terjadi perubahan permintaan dari titik R
ke titik S yang menambah permintaan menjadi 900. Kenaikan harga akan
mengurangi jumlah permintaan seperti dapat dilihat pada kurva DD dari titik R
menjadi titik T.
Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara
jumlah barang yang ditawarkan dengan faktor-faktor yang memengaruhi
penawaran (Siahaan, 2012). Secara matematis fungsi penawaran (Purba,
Effendi, Silalahi, & Fahmi, 2013), yaitu:
Keterangan:
Qsx = Penawaran terhadap barang x
Px = Harga barang x
C = ongkos produksi
f = notasi fungsi
Py = harga barang terkait
Kurva Penawaran
Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas di
mana berbalikan dengan kurva permintaan. Hal ini terjadi karena ada
hubungan positif antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin
tinggi harga semakin banyak barang yang ditawarkan. Jumlah penawaran
(quantity supplied) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan
mampu dijual oleh penjual (Mankiw, 2006).
Berdasarkan data pada daftar penawaran pada tabel 3.3 dapat dibuat kurva
penawaran. Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan
hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang tersebut yang
ditawarkan. Pada gambar 3.5 dapat dilihat kurva penawaran buku tulis yaitu
kurva SS yang melalui titik A,B,C,D, dan E.
4.1 Pendahuluan
Faktor-faktor apa yang memengaruhi perubahan dan pergerakan permintaan
dan penawaran, bagaimana pengaruhnya terhadap produsen dan konsumen,
dan seberapa besar respons permintaan dan penawaran ketika harga barang
naik dan turun. Semua hal ini akan dipelajari dan dijawab dengan memahami
konsep elastisitas. Dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam suatu
masyarakat atau negara, hal ini menunjukkan adanya kegiatan permintaan
komoditas sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga komoditas utama,
dan variabel lainnya (Syafii et al., 2020).
Dari penjelasan sebelumnya, diperoleh gambaran tentang efek perubahan
harga suatu komoditas dan faktor-faktor lainnya terhadap kuantitas permintaan
dan penawaran komoditas tertentu. Pengukuran seberapa jauh reaksi dari
permintaan dan penawaran terhadap perubahan faktor-faktor yang
memengaruhinya merupakan informasi yang sangat penting guna menerapkan
kebijakan berkaitan dengan permintaan dan penawaran terhadap suatu
komoditas tertentu, hal ini berkaitan dengan sensitivitas dari permintaan dan
penawaran komoditas tersebut dengan perubahan harga dan faktor-faktor
lainnya.
46 Dasar Ilmu Ekonomi
perubahan harga pasar sedemikian rupa sehingga jika harga naik, jumlah yang
diminta dari barang tersebut akan berkurang dan sebaliknya.
Elastisitas relatif terhadap harga komoditi itu sendiri. Elastisitas harga
mengukur persentase perubahan permintaan suatu barang ketika harga berubah
sebesar 1%. Dapat pula diartikan elastisitas ini mengukur seberapa besar
perubahan komoditas yang diminta konsumen terhadap perubahan harga
komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus.
Menurut beberapa ahli elastisitas permintaan harga sebagai berikut (Pratama,
2017):
1. Mankiw, the price elasticity of demand measures how much the
quantity demanded responds to a change in price.
2. Faried Wijaya, respons yang dinyatakan dalam perubahan jumlah
yang diminta terhadap perubahan harga disebut sebagai elastisitas
permintaan terhadap harga.
3. McEachern, elastisitas harga dari permintaan adalah ukuran kepekaan
kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga.
4. Sadono Sukirno, suatu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan
sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga ke atas
perubahan permintaan.
5. Salvatore, elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari
jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahan harga
barang. Dengan kata lain, elastisitas harga adalah perubahan
proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan
perubahan proporsional dari harga.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat para ahli di atas adalah
elastisitas harga merupakan berapa jumlah permintaan barang terhadap
perubahan harga barang. Permintaan bisa dikatakan elastis jika konsumen/
distributor merespons perubahan harga dengan jumlah permintaan barang
yang besar. Sedangkan permintaan barang yang sedikit, tidak berubah terhadap
perubahan harga barang.
48 Dasar Ilmu Ekonomi
Contoh soal:
Pada saat harga komoditas X sebesar Rp 150, permintaan atas barang tersebut
adalah 30. Ketika harga barang naik menjadi Rp 450, jumlah permintaan
menurun menjadi 15. Maka elastisitasnya adalah:
Penyelesaian:
∆𝑄 𝑃1
𝜂𝑝𝑑 = 𝑥
∆𝑃 𝑄1
−15 150
𝜂𝑝𝑑 = 𝑥
300 30
−15 150
𝜂𝑝𝑑 = 𝑥
300 30
𝜂𝑝𝑑 = −0,25
Notasi negatif menunjukkan korelasi antara harga dengan permintaan, oleh
sebab itu nilai koefisien elastisitas harga permintaan adalah 0,25 (sifatnya
inelastis).
Kaitan Antara Elastisitas Permintaan Dengan Penjualan
Hasil penjualan yang diperoleh oleh penjual adalah pembayaran dari sejumlah
komoditas yang dibeli oleh konsumen. Hasil penjualan sama dengan harga
komoditas per unit (P) dikalikan dengan jumlah komoditas yang diminta oleh
konsumen (Q). Pada umumnya masyarakat akan beranggapan bahwa semakin
tinggi harga suatu komoditas maka hasil penjualan akan meningkat pula.
Bab 4 Konsep Elastisitas 53
Contoh soal:
Jika harga minyak goreng turun dari Rp 10.000,00 menjadi Rp 8.000,00, dan
jumlah penjualan naik 20%, dapat disimpulkan bahwa:
Penyelesaian:
Perubahan harga yang terjadi adalah harga menurun 20% (ceteris paribus), dan
akibat penurunan ini, berlaku hukum permintaan yang mendorong penjualan
meningkat 20% (permintaan konsumen meningkat 20%). Dalam disimpulkan
dalam contoh ini, minyak goreng merupakan komoditas dengan sifat elastisitas
harga uniter
Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan (Ηi)
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah besaran perubahan dari
respons masyarakat dalam membeli suatu komoditas akibat adanya perubahan
pendapatan (income) masyarakat tersebut. Nilai dari elastisitas tersebut dapat
mengelompokkan komoditas ke dalam kategori barang mewah, normal,
inferior. Pengelompokan komoditas dari hasil perhitungan diatas, dibagi
sebagai berikut:
η I : - komoditas inferior (mutunya rendah)
η I : + komoditas normal
54 Dasar Ilmu Ekonomi
Keterangan:
I = pendapatan konsumen mula-mula
0
Sebelum Sesudah
Komoditas
Harga Jumlah Harga Jumlah
Kopi (Y) 40 50 60 30
Teh (X) 20 40 20 50
Penyelesaian:
Contoh soal:
Apabila diketahui fungsi penawaran adalah sebagai berikut: Q = P-10, jika
s
harga barang diketahui sebesar $15,00. Maka apa sifat dari elastisitas
penawaran tersebut:
Penyelesaian:
𝑃
𝜂𝑃𝑠 = 𝑄′𝑥
𝑄𝑠
15
𝜂𝑃𝑠 = 1𝑥
5
𝜂𝑃𝑠 = 3
Nilai koefisien elastisitas penawaran barang tersebut adalah 3, maka sifat
komoditas yang ditawarkan adalah elastis.
Manfaat elastisitas penawaran:
58 Dasar Ilmu Ekonomi
5.1 Pendahuluan
Seorang Konsumen mengonsumsi sejumlah barang tertentu atau mengonsumsi
berbagai jenis barang karena barang tersebut memberikan kepuasan atau
mempunyai nilai guna (utility). Nilai guna yang diperoleh konsumen dari
mengonsumsi sejumlah barang disebut juga dengan kepuasan atau kenikmatan
(satisfaction). Sampai batas titik tertentu semakin banyak barang yang
dikonsumsi seseorang per unit waktu akan semakin besar total utility total
yang diterimanya, namun tambahan kepuasan (marginal utility) akan semakin
berkurang (Samuelson and Nordhaus, 2003).
Teori nilai guna (utility) dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu: teori nilai
guna pendekatan kardinal (cardinal utility approach) dan teori nilai guna
pendekatan ordinal (ordinal utility approach)
62 Dasar Ilmu Ekonomi
𝑇𝑈𝑋 = + 𝑈𝑋,
2. Pertambahan nilai guna (Marginal Utility, MU) adalah tambahan
nilai guna total sebagai akibat penambahan satu satuan barang yang
dikonsumsi.
∆𝑇𝑈.
𝑀𝑈. =
∆𝑋
Tabel 5.1: Jumlah komoditas X yang Dikonsumsi, Total Utility, dan Marginal
Utility
Jumlah Jeruk Nilai Guna Total Tambahan Nilai Guna
Dikonsumsi (X) (Total Utility) (TUX) (Marginal Utility) (MUX)
0 - -
1 20 20/1 = 20
2 35 15/1 =15
3 45 10/1 = 10
4 50 5/1 = 5
5 53 3/1 = 3
6 55 2/1 = 2
7 55 0/1 = 0
8 53 -2/1 = -2
Tabel 5.1 memperlihatkan apabila belum ada komoditas X yang dikonsumsi
maka nilai guna total (TUx) maupun tambahan nilai guna (MUx) belum ada.
Pada saat mengonsumsi 1 unit komoditas X nilai guna total (TUx) sebesar 20
dan tambahan nilai guna (MUx) sebesar 20. Selanjutnya mengonsumsi X
sebanyak 2 unit, maka TUx bertambah menjadi 35 dan MUx menjadi 15.
Mengonsumsi X yang ke 6 dan ke 7 TUx, TUx sama yaitu 55, hal ini berarti
pada saat mengkonsumsi jeruk yang ke 6 kepuasan konsumen sudah
maksimum sehingga tambahan kepuasannya sudah tidak ada (nol). Jika
dikonsumsi lagi komoditas X yang ke 7 maka total nilai guna (TUx) sudah
menurun dan tambahan nilai guna (MUx) sudah negatif yaitu -2.
Gambar 5.1: Kurva Utility (TUX), Marginal Utility (MUX) (Syafii et al.,
2020)
64 Dasar Ilmu Ekonomi
Contoh soal:
Dalam suatu pasar harga sebuah buku (Y) = Rp 2500,00/ unit dan harga
pulpen (X) = Rp 1000,00/unit dengan anggaran sebesar Rp 10.000,00, Rp
15.000,00 dan Rp 20.000,00. Jika anggaran untuk membeli produk Y atau X,
maka akan diperoleh produk Y atau X sebanyak:
Penyelesaian:
Q = 10000/2500 = 4 unit dan Q =10000/1000= 10 unit
Y X
sebanyak Q . 0
2. Pada harga yang lebih tinggi P yaitu harga yang bersedia dibayar
1
Gambar 5.3: Kurva Kepuasan Yang Sama (Indifference Curve) Konser (Y)
Dengan Konser (X)
Garis yang menghubungkan titik A, B, C, D dinamakan kurva kepuasan yang
sama (Indifference curve). Kepuasan dikombinasi A sama kepuasan titik B
sama dengan C sama dengan kepuasan D.
Sifat-sifat Indifference curve (IC):
1. Bentuknya melengkung ke bawah mendekati garis horizontal
(bersudut negatif).
2. Letak indifference curve yang lebih tinggi menunjukkan kepuasan
yang lebih tinggi bagi konsumen.
3. Dua buah kurva indifference tidak saling berpotongan.
yang harus dikorbankan (dilepas) demi memperoleh tambahan satu unit “X”
tanpa mengubah tingkat kepuasan konsumen.
Bab 5 Perilaku Konsumen, Produsen, Dan Efisiensi Pasar 69
M
Untuk X = 0 → maka y = dan selanjutnya:
Py
Untuk Y = 0→ maka:
Contoh: M = 1000
Py= 20
Px=25
M = Px .x + Py . y
M - Px .x - Py . y = 0
1000 - 25 x - 20 y = 0
M 1000
x= →x = =4
Py 25
M 1000
y= →y= =5
Py 20
Budget Line:
Jika faktor produksi lebih banyak lagi maka fungsi produksi dinyatakan
dengan bentuk:
Q = f(K, L, A, T)
di mana Q adalah jumlah produksi (output) yang dihasilkan pada periode
tertentu, K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, A adalah
sumber daya alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan.
Fungsi produksi sebagai hubungan teknis antara input dengan output dapat
digambarkan sebagai berikut:
TPL = Q = f(k, L)
Keterangan:
K = modal sebagai input tetap
L = tenaga kerja sebagai input berubah
Bab 5 Perilaku Konsumen, Produsen, Dan Efisiensi Pasar 75
Peningkatan efisiensi terjadi bila output yang dihasilkan dengan biaya yang
lebih rendah.
Efisiensi Pasar Persaingan Sempurna
Dalam pasar persaingan sempurna mempunyai ciri di mana jumlah produsen
dan konsumen sangat banyak dengan barang yang sama (homogen) dan
pengikut harga serta kebebasan masuk keluar pasar. Efisiensi pasar pada pasar
persaingan sempurna terdiri dari efisiensi produktif dan efisiensi alokatif
(Sudarsono, 1995).
Efisiensi produktif adalah efisiensi yang mempunyai syarat dalam
memproduksi barang yaitu menyalurkan biaya yang paling minimum dan
seluruh industri harus memproduksi barang dengan biaya rata-rata yang paling
rendah. Sedangkan efisiensi alokatif adalah mengalokasikan sumber-sumber
daya untuk mencapai efisiensi maksimal jika harga (P) setiap barang sama
dengan biaya marginal (MC) dan sama dengan marginal revenue (MR) seta
sama dengan harga (P) dalam memproduksi barang tersebut (MC = P = MR =
AR = D).
Efisiensi Pasar Monopoli
Pasar monopoli mempunyai ciri produsen tunggal dengan produk yang unik,
kekuasaan menentukan harga, serta tidak bebas masuk pasar. Efisiensi pasar
monopoli ditunjukkan oleh harga (P) yang sama dengan marginal cost (MC).
Akan tetapi dalam pasar monopoli cenderung terjadi keberagaman harga
karena karena terjadi diskriminasi harga pada berbagai pasar sasaran. Namun
tingkat efisiensi masih lebih baik dibanding dengan pasar persaingan
sempurna. Efisiensi dalam pasar monopoli adalah marginal cost harus sama
dengan marginal revenue (MC = MR) (Samuelson and Nordhaus, 2003).
Efisiensi Pasar Monopolistik
Pasar monopolistik adalah pasar di mana terdapat banyak perusahaan (tetapi
tidak sebanyak pada pasar persaingan sempurna) yang menawarkan produknya
di pasar dengan produk yang berbeda corak (differentiated product). Efisiensi
pasar persaingan monopolistik dicapai apabila harga produk sama dengan
marginal cost (MC) atau P = MC dengan syarat marginal cost harus sama
dengan marginal revenue (MC = MR)(Sukirno, 2013).
Dalam jangka pendek perusahaan yang berada pada pasar oligopolistis dapat
memperoleh laba diatas normal, tetapi dalam jangka Panjang hanya mendapat
laba normal karena persaingan yang ketat. Efisiensi pasar monopolistik dapat
Bab 5 Perilaku Konsumen, Produsen, Dan Efisiensi Pasar 77
terjadi dalam beberapa bentuk, yaitu: Efisiensi dalam bentuk lemah, yaitu di
mana harga saat ini telah memasukkan telah memasukkan semua informasi
perdagangan dan harga masa lalu, artinya harga merupakan alat prediksi
terbaik tentang harga masa datang.
Efisiensi pasar dalam bentuk sedang, adalah di mana informasi yang tercermin
dalam harga lebih dari sekedar harga, namun juga mencerminkan semua
informasi yang tersedia secara umum. Efisiensi pasar bentuk kuat, yaitu di
mana harga mencerminkan semua informasi yang kemungkinan semua dapat
diketahui.
Efisiensi Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar di mana ada beberapa perusahaan besar yang
memproduksi dan menjual barang standar dan berbeda corak dan mampu
melayani pasar yang sangat luas. Pasar 0ligopoli memiliki sifat harga produk
relatif sama, Tindakan satu perusahaan akan diantisipasi dan dibalas
perusahaan lain, sulit masuk pasar karena harus memiliki modal yang sangat
besar. Perbedaan produk yang unggul menjadi kunci sukses perusahaan
(Salvatore, 2008).
Perusahaan oligopoli memiliki efisiensi dalam skala besar, yaitu kemampuan
untuk menjalankan usaha dengan baik dan tepat. Efisiensi pasar oligopoli
menyangkut antara lain, efisiensi penggunaan teknologi dalam proses
produksi, penempatan sumber daya secara optimal, biaya produksi hingga
bagaimana mengatur secara tepat supaya harga barang yang dihasilkan dapat
diterima konsumen.
Di samping itu oligopoli yang dapat terbentuk dengan adanya kompetisi harga
dan non harga, oleh karenanya perusahaan harus cermat dalam
memperhitungkan setiap keputusan supaya tidak menimbulkan kerugian. Oleh
karena itu perusahaan oligopoli harus mempertimbangkan biaya marginal
(MC) maupun penerimaan marginal (MR) sebagai pertimbangan penentuan
harga.
78 Dasar Ilmu Ekonomi
Bab 6
Keseimbangan Perusahaan
6.1 Pendahuluan
Konsep keseimbangan perusahaan adalah salah satu materi dasar ilmu
ekonomi yang sangat penting dikuasai oleh seorang pengusaha atau pimpinan
perusahaan. Karena konsep ini merupakan dasar penentuan pengambilan
keputusan dalam memproduksi barang atau jasa. Rugi laba dan masa depan
perusahaan sangat tergantung dari posisi keseimbangan perusahaan dalam
berbagai pasar.
Pada dasarnya setiap perusahaan selalu berusaha menjaga kelangsungan hidup
usahanya. Terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan terlihat apabila tujuan
perusahaan dapat dicapai, yaitu meningkatkan keuntungan sesuai dengan
perencanaan yang menunjang stabilitas usaha perusahaan, dan didukung oleh
posisi keuangan perusahaan yang ada dalam keadaan seimbang. Sebuah
perusahaan dikatakan dalam keadaan seimbang apabila perusahaan tersebut
dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Artinya perusahaan tersebut
mampu membiayai aktivitas-aktivitas yang dijalankan dan tidak mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajibannya pada pihak lain, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Dalam keadaan seimbang berarti sebuah perusahaan mendapatkan laba normal
atau laba minimal, sebab pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat
80 Dasar Ilmu Ekonomi
kondisi ini perusahaan disebut berada dalam titik impas artinya tidak
ada untung ataupun rugi (Break Even Point, BEP).
Posisi laba normal, ditampilkan dalam kurva berikut ini:
Gambar 6.5: Kurva Rugi Minimal Pada Pasar Persaingan Sempurna (Ghofur,
2020)
Bab 6 Keseimbangan Perusahaan 85
Penjelasan:
Dalam hal ini perusahaan mengalami kerugian ditunjukkan dengan biaya
produksi (OCSQ) yang lebih besar dari pendapatan yang diterima yaitu
sebesar OPRQ. Kerugian yang dialami sebesar PCSR. Karena biaya
variabel rata-rata berada di bawah pendapatan rata-rata artinya biaya
tersebut masih bisa ditutupi oleh pendapatan perusahaan, sehingga
perusahaan masih bisa bertahan dan meneruskan operasi/kegiatan
usahanya.
4. Rugi maksimal
Pada pasar persaingan sempurna, perusahaan menderita kerugian
maksimal ketika harga per unit barang berada di bawah biaya rata-
rata total (P < ATC), baik biaya variabel rata-rata maupun biaya tetap
rata-rata ataupun penerimaan total lebih kecil dari biaya total (TR <
TC). Posisi rugi maksimal ditampilkan dalam kurva di bawah ini:
Gambar 6.7: Kurva Laba Maksimal Dalam Pasar Monopoli (Ghofur, 2020)
Penjelasan:
Keseimbangan perusahaan terjadi pada saat MR = MC, di mana
jumlah output sebanyak Q unit. Harga per unit sebesar OP dan biaya
per unit sebesar OC. Total pendapatan sebesar OPRQ, sedangkan
biaya yang dikeluarkan sebesar OCSQ. Sehingga laba yang diperoleh
sebesar CPSR (daerah yang diarsir). Laba sebesar CPSR adalah laba
ekonomi.
2. Laba Normal
Perusahaan memperoleh laba normal (laba minimal) atau disebut
perusahaan pada posisi impas (Break Event Point, BEP), terjadi
ketika penerimaan marginal sama dengan biaya marginal (MR = MC)
dan penerimaan rata-rata sama dengan biaya rata-rata (AR = AC).
Gambar 6.8: Kurva Laba Normal Dalam Pasar Monopoli (Ghofur, 2020)
Penjelasan:
Pada posisi keseimbangan perusahaan yang terjadi pada saat MR = MC di
mana jumlah output sebanyak Q unit, harga per unit dan biaya per unit
sebesar OP atau OC, maka total pendapatan besarnya sama dengan total
Bab 6 Keseimbangan Perusahaan 89
biaya yang dikeluarkan yaitu di titik OPRQ = OCRQ. Pada kondisi ini
dapat dikatakan bahwa perusahaan berada dalam posisi titik impas artinya
seluruh pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat menutup seluruh
biaya yang telah dikeluarkan.
3. Rugi Minimal
Kerugian minimal yang terjadi pada pasar monopoli ini ketika biaya
variabel rata-rata berada di bawah pendapatan rata-rata (AVC < AR),
posisi rugi minimal seperti terlihat pada kurva di bawah ini.
Gambar 6.9: Kurva Rugi Minimal Pada Pasar Monopoli (Ghofur, 2020)
Penjelasan:
Dengan biaya produksi sebesar OCSQ yang lebih besar dari pendapatan
yang diterima yaitu sebesar OPRQ, sehingga kerugian yang dialami
sebesar PCSR. Kondisi seperti ini dinamakan rugi minimal, yang artinya
biaya tersebut masih bisa ditutupi oleh pendapatan perusahaan, sehingga
perusahaan masih bisa bertahan dan meneruskan operasi/kegiatan
usahanya.
4. Rugi Maksimal
Posisi rugi maksimal pada pasar monopoli dapat ditampilkan dalam
kurva di bawah ini.
Gambar 6.10: Kurva Rugi Maksimal Pada Pasar Monopoli (Ghofur, 2020)
90 Dasar Ilmu Ekonomi
Penjelasan:
Keadaan seperti pada kurva di atas, walaupun berposisi sebagai
monopolis, perusahaan lebih baik menutup usahanya karena pendapatan
yang diperoleh sebesar OPEQ tidak dapat menutup biaya total produksi
baik itu biaya variabel total atau biaya tetap total sebesar OCDQ.
Perusahaan menderita rugi sebesar PCDE yang disebut dengan rugi
maksimal. Bila diteruskan maka perusahaan akan mengalami bangkrut.
7.1 Pendahuluan
Perusahaan sebenarnya menjalankan suatu sistem yang melaksanakan proses
input dan menghasilkan output. Perusahaan yang berorientasi mencari laba
ataupun perusahaan yang nirlaba mengolah input, berupa sumber ekonomi
untuk menghasilkan output berupa sumber ekonomi dalam bentuk yang lain
dan mempunyai nilai lebih tinggi dari sebelumnya.
Perusahaan tidak akan berkembang tanpa ada dana/keuntungan yang
dihasilkan, tanpa pengelolaan keuangan yang tepat perusahaan sulit untuk
mempertahankan eksistensinya. Untuk itu, informasi terkait biaya menjadi hal
yang sangat penting bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tanpa adanya
informasi biaya yang dikeluarkan, perusahaan tidak akan mempunyai dasar
untuk mengelola dan mengalokasikan berbagai sumber ekonomi untuk
menghasilkan sumber ekonomi lainnya.
Nwokoye and Ilechukwu (2018) mendefinisikan biaya sebagai berikut:
To an economist, the cost of producing any good or service is its opportunity
cost. In everyday living, all man-made choices have alternatives. Therefore the
opportunity cost of obtaining a commodity is the foregone utility which could
have been derived from the forgone alternatives.
92 Dasar Ilmu Ekonomi
konstan pada volume produksi tertentu. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam jumlah tetap.
Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Biaya ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: biaya pengeluaran modal dan biaya
pengeluaran pendapatan. Biaya pengeluaran modal merupakan biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya
pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam
periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Riwayadi (2016) mengklasifikasikan biaya sebagai berikut:
1. Klasifikasi biaya berdasarkan kemudahan.
2. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi utamanya.
3. Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya.
penentuan harga produk di pasar. Jika harga terlalu tinggi bisa berdampak
produk tidak laku, namun jika harga terlalu rendah dikawatirkan tidak
menutup keseluruhan biaya yang dikeluarkan, atau menjadi rugi.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi Utamanya
Dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) fungsi produksi, (2) fungsi pemasaran dan
(3) fungsi administrasi dan umum. Fungsi produksi ini merupakan fungsi
utama yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, sehingga disebut
dengan biaya produksi (manufacturing cost). Biaya tersebut terdiri dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Fungsi pemasaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran
produk sehingga pengeluarannya disebut biaya pemasaran (marketing
expenses). Misalkan: biaya iklan, biaya promosi, biaya transport promosi,
dsbnya. Sedangkan kegiatan lain selain dua fungsi sebelumnya dikelompokkan
menjadi fungsi administrasi dan umum sehingga disebut biaya administrasi
dan umum (administrative and general expenses). Contoh: biaya penyusutan
mesin, biaya perlengkapan dan administrasi, biaya perbaikan mesin, dsbnya.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya
Perilaku biaya ini mengkaji tentang hubungan total biaya dengan perubahan
output pada kegiatan tertentu. Perilaku biaya ini dibagi menjadi biaya tetap,
biaya variabel dan biaya semi variabel. Penggolongan biaya ini sedikit berbeda
dengan klasifikasi biaya sebelumnya, yaitu: berupa biaya variabel, biaya semi
variabel, biaya semi tetap dan biaya tetap (Mulyadi, 2016).
Biaya produksi terdiri dari beberapa biaya yang dikeluarkan dalam mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Semakin jelas, bahwa biaya
produksi merupakan biaya yang berhubungan dengan pembuatan barang serta
biaya penyediaan jasa. Biaya-biaya ini terdapat beberapa unsur biaya produk
yang berbentuk bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan biaya produksi merupakan biaya
yang lebih besar dibanding dengan biaya lainnya dalam suatu produk. Untuk
itu, diperlukan pengendalian biaya dengan menentukan biaya untuk
memproduksi satu satuan produk. Jika perusahaan menentukan biaya dengan
tempat, tinggal perusahaan melakukan pengawasan pengeluaran biaya
sesungguhnya agar sesuai dengan biaya yang sudah ditentukan perusahaan.
Konsep biaya produksi pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Memaksimalkan keuntungan produsen atau perusahaan dan
meminimalkan biaya yang dikeluarkan produsen atau perusahaan.
2. Opportunity cost berupa selisih biaya produksi tertinggi terhadap
biaya produksi alternatif atas sumber daya yang digunakan produsen
atau perusahaan.
3. Biaya eksplisit, pengeluaran aktual perusahaan untuk penggunaan
sumber daya dalam proses produksi (secara akuntansi).
4. Biaya implisit, biaya ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber
daya yang ditimbulkan karena proses produksi.
Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari
unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
biaya variabel overhead pabrik) ditambah dengan biaya variabel non produksi
(biaya variabel pemasaran dan biaya variabel administrasi dan umum) dan
biaya tetap (biaya tetap overhead pabrik, biaya tetap administrasi dan umum).
Metode variabel costing ini biasanya digunakan pihak manajemen untuk
mengambil kebijakan dalam menentukan harga. Laporan laba rugi yang
disusun dengan metode ini mengutamakan pada penyajian biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (Supriyono, 2013).
digunakan. Jangka waktu ini bisa diukur dalam hari, minggu, bulan dan
seterusnya.
Dalam jangka pendek, konsep biaya-biaya terdiri atas:
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost/ TFC) yaitu biaya yang
jumlahnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas yang
diproduksi perusahaan. Berapa pun jumlah produk (Q) maka biaya
yang dikeluarkan (RP) TFC nya akan tetap. Contohnya adalah
pembelian gedung, mesin, sewa gedung, pajak, gaji karyawan tetap,
penyusutan mesin dan lain-lain.
jarak vertikal pada semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan
biaya berubah total (TVC) yaitu sebesar n.
sehingga tidak ada biaya tetap maupun biaya variabel. Artinya dalam konsep
biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya variabel.
Hal ini menyebabkan produsen bisa melakukan kombinasi input yang paling
efektif dan efisien sehingga diperoleh biaya terendah. Dalam jangka panjang
ada kemungkinan ada perubahan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan perusahaan dapat ditambahkan jika memang dibutuhkan
perusahaan. Faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa faktor bahan mentah,
faktor perubahan pasar, fasilitas pengangkutan dan penambahan tenaga kerja,
dsb.
Oleh karena itu, biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total,
biaya variabel dan biaya marginal. Produk yang dihasilkan akan dijual untuk
mendapat penerimaan, sehingga didapatkan total penerimaan penjualan produk
atau total revenue. Hubungan antara VC, FC, TC dan TR dapat digambarkan
dalam grafik berikut. TC merupakan penambahan dari VC + FC. Titik pulang
pokok (BEP) terjadi pada saat penerimaan total (TR) sama dengan biaya total
(TC). Berikut gambar titik pulang pokok (BEP):
8.1 Pendahuluan
Pasar merupakan salah satu tempat penting bagi masyarakat karena di pasar
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berdagang ataupun
berbelanja. Sehingga tidak heran bahwa pasar menjadi penggerak
perekonomian suatu negara. Dalam praktiknya, pasar yang ada di masyarakat
dapat kita bedakan berdasarkan strukturnya. Dengan begitu kita dapat
memahami tujuan, kegunaan hingga pola persaingan dari berbagai macam
struktur pasar tersebut.
Struktur pasar dibagi menjadi dua, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar
persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna dibagi lagi
menjadi tiga yaitu pasar monopoli, pasar monopolistik dan pasar oligopoli.
Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna merupakan suatu pasar di mana jumlah penjual
dan pembeli sangat banyak dan barang yang diperjual belikan bersifat
homogen. Contoh barang yang diperjual belikan adalah beras, jagung, dll.
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna:
1. Banyak penjual dan pembeli.
2. Barang bersifat homogen.
104 Dasar Ilmu Ekonomi
Dalam pasar persaingan sempurna, harga ditentukan oleh pasar sehingga kurva
permintaan dalam pasar persaingan sempurna berbentuk horizontal. Dengan
demikian, berapa pun jumlah permintaan barang atau jasa, harga per unit
tersebut selalu sama. Kemudian, karena harga tidak berubah, maka penerimaan
marjinal (marginal revenue) selalu sama dengan harga produk (Mankiw,
2008).
Keseimbangan pada pasar persaingan sempurna dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Keseimbangan jangka pendek
Keseimbangan jangka pendek mengasumsikan bahwa produsen tidak
bisa menambah kapasitas produksi dan tidak ada produsen baru yang
memasuki pasar.
2. Keseimbangan jangka panjang
Keseimbangan jangka panjang mengasumsikan bahwa produsen
mampu menambah kapasitas produksi dan di saat yang sama terdapat
kesempatan bagi produsen baru untuk memasuki pasar.
Bab 8 Struktur Pasar 105
Dalam kondisi ini perusahaan tetap harus beroperasi, karena harga produk
masih cukup besar dari biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan. Apabila
perusahaan tidak meneruskan operasinya, maka perusahaan akan merugi lebih
besar yaitu sebanyak biaya tetap yang dikeluarkannya. Kemudian apabila
perusahaan tetap beroperasi, maka sebagian dari biaya tetap dapat ditutupi oleh
perusahaan.
Posisi Perusahaan Harus Ditutup/Dibubarkan
Apabila harga produk di pasar telah berada pada kondisi lebih tinggi dari biaya
variabel rata-rata (AVC>P), maka tidak ada pilihan bagi perusahaan kecuali
tutup. Gambar 8.4 menunjukkan bahwa posisi AVC > P, dengan demikian,
maka apabila perusahaan melanjutkan operasinya maka perusahaan di
samping merugi dengan biaya tetap, perusahaan juga merugi dengan sebagian
biaya variabel rata-rata. Karena itu, pilihan terbaik bagi perusahaan adalah
menutup usahanya atau perusahaan dibubarkan (Akhmad, 2014).
Maksimisasi Keuntungan
Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna, keuntungan maksimum pada
perusahaan monopoli dicapai apabila penerimaan marginal sama dengan biaya
marjinal (MR=MC). Gambar 8.5. menunjukkan kurva permintaan pasar, juga
merupakan kurva penerimaan rata-rata (MR) yang diterima oleh perusahaan
monopoli.
Kurva tersebut sekaligus menentukan harga per unit yang diterima oleh
perusahaan monopoli sebagai fungsi dari outputnya. Selain kurva penerimaan
marjinal (MR), juga ditunjukkan kurva biaya rata-rata (AC), dan kurva biaya
marjinal (MC). Penerimaan marjinal dan biaya marginal sama (MR=MC) pada
saat jumlah yang dihasilkan sebesar Q* dan harga P*.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita memastikan bahwa Q* dan P*
adalah jumlah dan harga yang memaksimalkan laba perusahaan monopoli?
Bagaimana seandainya perusahaan monopoli tersebut memproduksi dalam
Bab 8 Struktur Pasar 109
jumlah yang lebih sedikit misalkan pada Q2 dan menerima harga yang lebih
tinggi pada P1 seperti terlihat pada Gambar 8.5. Terlihat bahwa penerimaan
marjinal melebihi biaya marginalnya.
Oleh karena biaya marginal lebih kecil dari penerimaan marginal maka apabila
pelaku monopoli memproduksi sama dengan Q2, maka ia akan menerima laba
yang lebih kecil (MR-MC) sehingga akan mengurangi laba total. Para pelaku
monopoli dapat meningkatkan laba sampai pada kuantitas Q*, di mana pada
titik ini tambahan laba pada 1 unit produksi tambahan adalah nol.
Oleh karena itu jumlah Q yang lebih sedikit misalnya pada Q2 tidak
menambah laba, walaupun perusahaan monopoli memasang harga yang lebih
tinggi. Apabila perusahaan monopoli memproduksi pada Q2 bukan pada Q*,
maka laba total yang diperoleh perusahaan akan lebih kecil sebesar jumlah
yang sama dengan daerah di bawah kurva MR dan diatas kurva MC di antara
Q*, dan Q2 (Akhmad, 2014).
Oleh karena perusahaan akan melakukan hal yang terbaik yang dapat
dilakukannya dengan memperhitungkan apa yang dilakukan oleh pesaing-
pesaingnya, maka wajar apabila perusahaan berasumsi bahwa para pesaing
akan melakukan hal terbaik yang dapat mereka lakukan dengan
mempertimbangkan hal terbaik yang dapat mereka lakukan dengan
memperhitungkan apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Dengan demikian masing-masing perusahaan memperhitungkan pesaing-
pesaingnya, dan berasumsi bahwa pesaing-pesaingnya juga melakukan hal
yang sama.
Model ini terlihat abstrak, namun hal tersebut merupakan suatu yang logis. Hal
ini memberi kita suatu dasar untuk menentukan keseimbangan dalam pasar
oligopoli. Konsep Ekuilibrium Nash, ini pertama kali dikembangkan oleh ahli
matematika John Nash pada tahun 1951, sehingga kita menyebut
keseimbangan yang digambar itu, sebagai Ekuilibrium Nash. Ekuilibrium
Nash: Masing-masing perusahaan melakukan hal terbaik untuk mengimbangi
apa yang dilakukan para pesaingnya (Akhmad, 2014).
114 Dasar Ilmu Ekonomi
Bab 9
Pendapatan Nasional
9.1 Pendahuluan
Perekonomian negara merupakan fondasi penting dalam keberlangsungan
aktivitas suatu negara. Pengelolaan perekonomian tersebut haruslah
dilaksanakan dengan efisien dalam pengalokasiannya. Salah satu indikator
telah terjadinya alokasi efisien secara makro adalah nilai output nasional yang
dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya
output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam perekonomian
(Nursalam, 2016).
Penilaian prestasi ekonomi suatu negara harus dilakukan, karena dengan
pengukuran prestasi ekonomi dapat diukur keberhasilan pemerintah yang
dijalankan, serta mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan makroekonomi
yang dijalankan. Untuk mengukur prestasi makroekonomi dapat dilihat dari
indikator ekonomi yaitu salah satunya Pendapatan Nasional, pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita (Karya dan Syamsuddin, 2016).
Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Peningkatan jumlah pendapatan nasional dapat
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi (Sudarmanto et al, 2021).
Pendapatan nasional adalah suatu tolak ukur yang digunakan untuk
memperhitungkan suatu perekonomian negara untuk memperoleh gambaran
116 Dasar Ilmu Ekonomi
Menurut BPS (2018), Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator
makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun.
Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar
menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
120 Dasar Ilmu Ekonomi
Metode Pendapatan
Dalam metode pendapatan, pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan
yang diterima oleh seluruh sektor perekonomian dalam suatu negara dalam
jangka waktu biasanya satu tahun. Masyarakat sebagai pelaku ekonomi yang
memiliki faktor produksi akan menerima pendapatan dari perusahaan. Faktor
produksi tersebut berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan
tenaga ahli.
Bagi yang memiliki SDA berupa tanah, maka ia akan memperoleh uang sewa
(rent). Bagi yang memiliki SDM, maka ia akan memperoleh upah (wage).
Bagi yang mempunyai modal, maka ia akan menerima bunga (interest). Dan
bagi yang mempunyai tenaga ahli, maka ia akan memperoleh laba (Profit).
Y = rent + wage + interest + profit
Metode Pengeluaran
Dalam metode pengeluaran, pendapatan nasional adalah jumlah pengeluaran
yang telah dipakai oleh seluruh sektor perekonomian. Perekonomian
dikelompokkan dalam empat sektor yang sama dalam metode pendapatan.
Hasil perhitungan pendapatan nasional berdasarkan ketiga metode tersebut
berdasarkan teori akan menghasilkan angka yang sama, untuk negara yang
sama pada tahun yang sama. Jika terdapat perbedaan, biasanya nilainya relatif
kecil atau tidak material.
Di antara ketiga metode perhitungan, yang paling lazim digunakan dan
disajikan oleh negara-negara di dunia adalah perhitungan dengan metode atau
pendekatan pengeluaran. Berdasarkan pendekatan pengeluaran (expenditure
approach), pendapatan nasional (Y) adalah jumlah nilai pengeluaran yang
dibelanjakan oleh sektor-sektor rumah tangga, bisnis, dan pemerintah; serta
sektor perdagangan luar negeri jika perekonomian bersifat terbuka, yakni
terdapat kegiatan ekspor (X) dan impor (M).
Pelaksana ekonomi di sektor rumah tangga adalah orang perorangan atau
rumah tangga. Pelaksana di sektor bisnis adalah industri atau perusahaan.
Bab 9 Pendapatan Nasional 125
Ekonom menggunakan estimasi terkait PDB riil untuk dua tujuan utama, yaitu:
1. Untuk membandingkan standar hidup sepanjang waktu.
2. Untuk membandingkan standar hidup antar negara.
Menurut Parkin (2018), ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dari PDB
Riil, yaitu:
1. Produksi rumah tangga.
2. Aktivitas ekonomi yang bersifat ilegal.
3. Waktu luang.
4. Kualitas lingkungan.
Bab 10
Ekonomi Pembangunan
10.1 Pendahuluan
Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu
perubahan, pembangunan di sini diartikan sebagai bentuk perubahan yang
sifatnya direncanakan. Setiap orang atau kelompok orang tentu akan
mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan
sempurna dari keadaan yang sebelumnya.
Untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu perencanaan.
Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih
rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau baru
berkembang (Kuncoro, 2006; Jhingan, 2016; B. Purba et al., 2020; Purba,
Albra, et al., 2021; Damanik et al., 2021).
Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu: pembangunan menurut
Rogers (Harahap, 2019) adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem
sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa.
Selanjutnya menurut Rostow (Hakim, 2002) pembangunan merupakan proses
yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke
masyarakat negara yang maju. Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti
pertumbuhan ekonomi.
128 Dasar Ilmu Ekonomi
antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi
proyek dengan mendasarkan diri saling belajar.
Kelima, proses pembentukan jejaring (networking) antara birokrasi dan
lembaga swadaya masyarakat, satu-satunya organisasi tradisional yang
mandiri, merupakan bagian yang integral dari pendekatan ini, baik untuk
meningkatkan kemampuan mereka mengidentifikasi dan mengelola pelbagai
sumber, maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal
maupun horizontal, melalui proses networking ini diharapkan terjadi simbiosis
antara struktur-struktur pembangunan di tingkat lokal (Kuncoro, 2006).
Dasar interpretasi pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah asumsi
bahwa manusia adalah sasaran pokok dan sumber paling strategis, karena itu
pembangunan juga meliputi usaha terencana untuk meningkatkan kemampuan
dan potensi manusia serta mengarahkan minat mereka untuk ikut serta dalam
proses pembuatan keputusan tentang berbagai hal yang memiliki dampak bagi
mereka dan mencoba mempromosikan kekuatan manusia, bukan pengabdian
ketergantungan yang menciptakan hubungan antara birokrasi, negara dengan
masyarakat.
Dari penjelasan elemen-elemen di atas maka muncullah teori pemberdayaan
(empowerment) yang dipandang sebagai pemikiran alternatif terhadap
pembangunan (Rahayu, 2017). Untuk mewujudkan delapan kondisi utama di
atas Mahbub UI Haq dalam (Purba, Rahmadana, et al., 2021) menawarkan tiga
komponen penting dalam pembangunan manusia yaitu:
1. Kesetaraan dalam memperoleh kesempatan (Equal Access To
Opportunity).
2. Berkelanjutan (Sustainability) dipahami bahwa generasi yang akan
datang harus bisa menikmati kesempatan yang sama dengan generasi
sekarang.
3. Produktivitas (Productivity) hal ini dibutuhkan investasi pada
pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan set-up
ekonomi makro untuk memfasilitasi pengembangan SDM (Mulyani
et al., 2017).
dengan politik adu domba imperialisme yang dengan sadar atau tidak
telah dilaksanakan justru oleh gembong-gembong politik,
mengakibatkan rakyat diam dalam seribu bahasa dalam
menyelesaikan revolusi.
3. Faktor pendidikan;
Faktor pendidikan yang sebagian besar menurut dasarnya masih
mempergunakan sistem lama, yaitu sistem pendidikan kolonial sudah
tidak sesuai dengan tuntutan nasional.
4. Menghidupkan potensi rakyat;
Pembangunan semesta dan berencana baru terjamin akan berhasil
baik, apabila pembangunan itu tidak saja mempunyai tujuan untuk
membentuk masyarakat yang adil dan makmur, tetapi juga harus
didukung oleh rakyat sendiri yang diikutsertakan dalam menyusun,
mengesahkan, menilai, mengawasi, dan melaksanakan pembangunan
itu (Witjaksono, 2009).
11.1 Pendahuluan
Berbicara tentang kegiatan perekonomian maka kita tidak boleh melupakan
bidang keuangan yang menjadi salah satu inti dari pada setiap kegiatan
ekonomi. Di dalam implementasi bidang keuangan tersebut maka kita juga
harus membahas tentang lembaga keuangan yang merupakan salah satu unit
usaha yang di dalam kegiatan operasionalnya melibatkan keuangan.
Namun sebelum kita membahas tentang lembaga keuangan tersebut maka
perlu kita melihat apa yang dimaksud dengan uang oleh karena di dalam
sebuah lembaga keuangan bank dan bukan bank maka uanglah yang menjadi
komoditasnya operasional dan transaksi kegiatan bisnisnya. Uang juga
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pada lembaga keuangan karena
lembaga keuangan seperti rumah tempat bernaungnya uang dengan segala
aspeknya.
Sejarah Uang
Uang merupakan salah satu hal yang paling banyak dibicarakan sepanjang
sejarah peradaban manusia di muka bumi ini. Sejarah mencatat uang yang
awal digunakan sebagai alat untuk bertransaksi jual beli barang yang
dibutuhkan berkembang memiliki fungsi yang lebih luas. Uang (Wether Ford,
2005) pertama kali diciptakan dan digunakan oleh orang-orang dari Kerajaan
142 Dasar Ilmu Ekonomi
Lydia. Bangsa Lydia diperkirakan pernah hidup di kawasan yang kini menjadi
wilayah Turki pada 1200-546 SM. Uang yang dipakai Kerajaan Lydia konon
berwujud koin bergambar singa mengaum. Orang-orang Lydia sudah
memakai uang itu sebagai alat tukar sejak sekitar tahun 1.000 SM.
Namun hal yang berbeda diungkapkan oleh (Clane, 2000) Uang koin
merupakan uang pertama didunia yang dipakai di wilayah Turki sekarang
sekitar 6000 tahun SM yang lalu. Para ahli meyakini bahwa uang koin inilah
yang pertama kali digunakan di dunia sebagai alat tukar dan penggunaan uang
kertas diyakini dimulai di China sekitar tahun 100 Masehi.
Sementara di Indonesia, uang koin logam diyakini sudah ada sejak peradaban
Hindu-Buddha ada di nusantara., bukti tertua uang koin logam di Jawa saat ini
tersimpan di Museum Nasional. Koleksi Museum Nasional itu berupa 2 uang
logam dari zaman Hindu-Buddha di Jawa yang terbuat dari perak. Bentuknya
cembung, sisi depan bergambar pot bunga, dua tangkai bunga, dan garis-garis
lekuk di sekitarnya seperti ruang asap.
Sedangkan di sisi belakang, ada gambar bunga lotus mekar dalam garis
berbentuk persegi empat. Mata uang logam tersebut diperkirakan menjadi alat
tukar pada sekitar tahun 569 [Saka] atau 647 Masehi. Adapun uang logam
emas di Jawa yang paling tua sebagian besar diperkirakan berasal dari Abad
ke-9 dan ke-10 serta termasuk tipe piloncito (ukurannya kecil, gepeng seperti
dadu dengan sudut-sudut membulat).(www.tirto.id, 2022)
Definisi Uang
Dalam perekonomian yang semakin maju dan modern seperti sekarang ini
uang sangat memainkan peranan yang sangat penting bagi semua lapisan
masyarakat. Uang menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat dan pemerintah
di dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari bahkan bagi pemerintah uang
menjadi salah satu penentu stabilitas perekonomian negara.
Uang (Hart, 1952) adalah properly which the owner can pay off the debt with
certainly and without delay (uang adalah suatu kekayaan yang dimiliki untuk
dapat melunasi utang dalam jumlah tertentu dan pada waktu yang tertentu
pula). Pendapat ahli yang menyatakan bahwa uang (Thomas G, 1959) adalah
alat untuk membayar barang ataupun jasa, serta untuk melunasi utang. Uang
(Kasmir, 2017) alat untuk membayar terhadap barang yang akan dibeli atau
diterima dari penjualan barang dan jasa. Bila ditinjau dari segi ekonomi
pengertian uang (Mishkin, 2008) ialah sesuatu yang secara umum diterima
dalam pembayaran barang, jasa, maupun utang.
Bab 11 Uang dan Lembaga Keuangan 143
Dari pendapat yang disampaikan oleh para ahli diatas maka dapat kita
simpulkan bahwa uang adalah suatu kekayaan yang dimiliki yang dapat
digunakan untuk membayar suatu transaksi berupa barang dan jasa serta dapat
digunakan untuk melunasi utang.
Secara teoritis dan aplikatif maka uang mempunyai manfaat antara lain
(Kasmir, 2017):
1. mempermudah untuk memperoleh dan memilih barang dan jasa yang
diinginkan secara cepat;
2. mempermudah dalam menentukan nilai(harga) dari barang dan jasa;
3. memperlancar proses perdagangan secara luas;
4. digunakan sebagai tempat menimbun kekayaan.
Syarat-Syarat Uang
Uang yang merupakan alat pembayaran telah mengalami berbagai evolusi
sesuai dengan perkembangan jaman. Dulu jika ingin melakukan sebuah
transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih menggunakan barter,
Barter adalah sebuah transaksi tukar menukar suatu kebutuhan dengan orang
lain, hal ini terjadi karena setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda
sehingga mereka melakukan pertukaran barang yang mereka butuh kan dalam
menunjang kegiatan kehidupan mereka maupun untuk kegiatan bisnis.
Sistem Barter ini tentunya akan sangat sulit diterapkan jika dalam komunitas
masyarakat yang luas karena ukuran yang digunakan untuk menentukan harga
akan sangat tergantung kepada besar, jenis barang yang dipertukarkan tanpa
memiliki sebuah standar yang baku dapat digunakan sebagai patokan dalam
menentukan nilainya barang tersebut. Kondisi ini tentunya sangat menghambat
dalam kegiatan perekonomian di tengah-tengah masyarakat yang semakin luas
dan kompleks.
Uang menjadi sebuah solusi yang dapat menghilangkan hambatan tersebut.
Namun Uang yang digunakan oleh masyarakat harus memenuhi syarat syarat
tertentu agar dapat diterima oleh masyarakat luas sebagai alat pembayaran
dalam memenuhi kebutuhan mereka
144 Dasar Ilmu Ekonomi
Secara garis besar syarat-syarat uang agar dapat diterima sebagai alat
pembayaran yang sah adalah (Budisantoso and Triandaru, 2006):
1. Dapat diterima oleh umum (Acceptability).
Uang yang baik haruslah dapat diterima atau digunakan secara umum
di mana saja sebagai alat pembayaran/alat tukar, sebagai alat untuk
menimbun kekayaan atau sebagai standar untuk pencicilan hutang.
2. Tahan lama dan tidak mudah rusak (Durability).
Uang yang gunakan harus uang yang tidak mudah rusak secara fisik,
tahan lama. Tidak mudah pecah/luntur/robek. Dengan demikian maka
uang tersebut secara fisik harus menggunakan bahan kertas uang
yang berkualitas dan bertahan lama.
3. Mudah disimpan dan nilainya tetap (Stability).
Uang harus memiliki fleksibilitas dan mudah untuk disimpan dan
memiliki nilai nominal dari kecil sampai besar sehingga akan
memudahkan untuk disimpan.
4. Mudah dipindah dan dibawa ke mana-mana (Portability).
Uang sebaiknya mudah dibawa untuk keperluan sehari-hari, yang
memungkinkan orang lain membawa secara mudah dan juga
gampang untuk dipindah tangankan.
5. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (Divisibility).
Uang harus mudah dibagi ke berbagai nilai nominal misalnya.
Rp.100.000.,; Rp. 50.000., ; Rp.10.000. Jadi jika terjadi transaksi
maka tidak akan kesulitan untuk membagi sesuai dengan nilai
transaksi yang dilakukan kendatipun barang yang dibeli harganya
melebihi nilai nominal diatas.
6. Jumlahnya mencukupi (Elasticity of Supply)
Syarat psikologis, bahwa uang harus bisa memuaskan keinginan
orang yang memilikinya. Uang haruslah dapat memenuhi kepuasan
kebutuhan yang melakukan transaksi menggunakan uang tersebut
Fungsi Uang
Pada jaman dulu ketika terjadi transaksi dalam kapasitas pertukaran
kebutuhan, alat tukar yang digunakan adalah barter, kemudian seiring
terjadinya perubahan zaman maka diganti uang. Penggunaan uang dianggap
Bab 11 Uang dan Lembaga Keuangan 145
lebih simpel dan memudahkan sebagai alat tukar dan fungsi ini menjadi fokus
yang utama dari salah satu fungsi uang tersebut. Seiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi dewasa ini maka fungsi uang pun mengalami
perubahan.
Fungsi uang (Manurung and Rahardja, 2004):
1. Uang sebagai alat tukar (medium of exchange)
Uang sebagai alat tukar mempunyai arti bahwa para pelaku ekonomi
menerima uang untuk dapat digunakan sebagai alat untuk membeli
barang/jasa atau para penjual mau menerima uang sebagai
pembayaran atas barang/jasa yang dijualnya. Uang akan membuat
kegiatan ekonomi semakin mudah dan simpel, efisien karena para
pelakunya dapat melakukan transaksi kapan saja, di mana saja dan
dengan siapa saja baik dalam jumlah besar maupun kecil
2. Uang sebagai alat penyimpan nilai (store of value)
Uang sebagai alat penyimpan nilai, uang memungkinkan setiap hasil
produksi atau aktivitas peningkatan atau penciptaan nilai tambah
tersimpan dalam bentuk aset yang sangat likuid yang nilai
nominalnya tidak akan berubah. Misalnya petani menjual hasil
kebunnya dan ditukar menjadi uang, maka uang tersebut akan dapat
disimpan dengan sejumlah uang sesuai harga hasil kebun tersebut,
Uang yang diterima petani tersebut dapat disimpan dan menjadi
penambah kekayaan si petani dengan sejumlah nilai harga jual hasil
kebun tersebut. Perubahan hasil kebun ke uang akan memudahkan
petani untuk melakukan investasi dengan menggunakan uang
tersebut. Dan memungkinkan kekayaan si petani akan meningkat
sebagai perwujudan fungsi uang sebagai alat penyimpan nilai.
3. Uang sebagai standar nilai (standard of value)
Uang memungkinkan seluruh barang jasa dinilai dengan satuan uang.
Dengan demikian manusia tidak perlu lagi menghafal ratusan, ribuan,
bahkan ratusan ribu nilai tukar seperti yang harus dilakukan dalam
perekonomian barter. Uang sebagai satuan hitung artinya uang dapat
memberikan harga suatu komoditas berdasarkan satu ukuran umum,
146 Dasar Ilmu Ekonomi
Jenis-jenis Uang
Uang yang digunakan sebagai alat tukar/pembayaran dalam kegiatan
perekonomian sehari-hari memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis uang tersebut
pun mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan zaman
walaupun fungsi tidak berubah.
Jenis-jenis uang adalah (Kasmir, 2017):
1. Berdasarkan bahan, jika ditinjau berdasarkan bahan yang digunakan
untuk membuat uang maka jenis uang terdiri dari dua macam:
a. Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat
logam, baik aluminium, kupronikel, bronze, emas, perak atau
perunggu dan bahan lainnya. Biasanya untuk uang yang
nominalnya kecil.
b. Uang Kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas
atau bahan lainnya. Uang ini terbuat dari bahan yang berkualitas
tinggi, tahan terhadap air, tidak mudah luntur atau robek.
2. Berdasarkan nilai, dilihat berdasarkan nilai yang terkandung pada
uang tersebut, apakah nilai intrinsiknya (bahan uang) atau nilai
Bab 11 Uang dan Lembaga Keuangan 147
nominalnya (nilai yang tertera pada uang tersebut) . Uang jenis ini
terbagi dua jenis, yaitu:
a. Bernilai penuh (full bodied money), uang yang nilai intrinsiknya
sama dengan nilai nominalnya.
b. Tidak bernilai penuh (representatif full bodied money), uang
yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya.
3. Berdasarkan lembaga, lembaga atau badan yang mengeluarkannya.
a. Uang kartal, uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral baik uang
logam maupun uang kertas.
b. Uang giral, uang yang diterbitkan oleh bank umum seperti cek,
bilyet giro, traveller cheque, dan credit card.
4. Berdasarkan kawasan, dilihat berdasarkan wilayah berlakunya uang
tersebut.
a. Uang lokal, uang hanya berlaku di dalam satu negara
b. Uang regional. Uang yang berlaku di kawasan tertentu.
c. Uang internasional, uang yang berlaku antar negara, seperti Dolar
Amerika.
keuangan ini dapat berbentuk bank dan non bank. Lembaga keuangan yang
lain yang ada di tengah masyarakat adalah lembaga keuangan formal dan
informal.
Lembaga keuangan formal adalah lembaga yang beroperasi berdasarkan
kekuatan hukum, sehingga semua transaksi dilakukan secara ketat dan formal,
hal ini dapat mengakibatkan sebagai masyarakat tidak dapat meminjam atau
menyimpan ke lembaga ini karena sangat prosedural dan formal. Sehingga
masyarakat yang tidak bisa masuk ke lembaga keuangan formal tersebut
mencari alternatif lembaga keuangan yang memiliki prosedur dan syarat yang
lebih simpel dan sederhana yaitu lembaga keuangan informal. Dikatakan
informal karena lembaga ini beroperasi tanpa kekuatan hukum formal.
2. Pegadaian
Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan bukan bank yang
secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar
hukum gadai seperti dalam Undang-undang Hukum Perdata Pasal
1150. Sedangkan berdasarkan (Peraturan Pemerintah No. 10, Tahun
1990, 1990), dalam pegadaian adanya laba yang diperoleh digunakan
untuk 55% dana pembangunan semesta, 20% untuk cadangan umum,
5% untuk cadangan tujuan dan 20% untuk kepentingan dana sosial.
3. Asuransi
Lembaga keuangan bukan bank yang terakhir adalah asuransi dengan
adanya perjanjian antara dua pihak di mana pihak satu berkewajiban
membayar iuran atau premi sedangkan di pihak lain memberikan
kewajiban jaminan sepenuhnya kepada pembayar premi tersebut
apabila terjadi yang menimpa pihak pertama. Adapun beberapa
contoh jenis produk asuransi seperti asuransi pendidikan, asuransi
jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kendaraan, asuransi bisnis dan
asuransi properti.
Bab 12
Bank Sentral, Kebijakan
Moneter, dan Kebijakan Fiskal
12.1 Pendahuluan
Perekonomian dalam suatu negara menjadi tolak ukur dalam melihat
kesejahteraan suatu negara. Ekonomi makro merupakan bidang perekonomian
yang memiliki ruang lingkup sangat luas meliputi kemakmuran dan resesi,
output barang dan jasa perekonomian, laju pertumbuhan output, laju inflasi,
pengangguran, neraca pembayaran, dan nilai kurs.
Oleh karena itu pemerintah senantiasa menjaga stabilitas ekonomi dalam
negaranya dan mencapai sasaran dalam ekonomi makro melalui penetapan
berbagai kebijakan di antaranya kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal
merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan cara meningkatkan
atau menurunkan pendapatan atau anggaran negara. Pemerintah memiliki
kewenangan untuk menentukan besaran anggaran atau pendapatan yang
dikeluarkan pada program tertentu. Kebijakan ini dibuat dengan maksud untuk
memengaruhi jalannya perekonomian dan menjaga keseimbangan ekonomi
dalam negara.
Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat dapat ditingkatkan yang bisa
berdampak pada pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.
156 Dasar Ilmu Ekonomi
Selain itu permintaan agregat mengenai jumlah produksi barang dan jasa pada
tingkat harga tertentu juga menjadi tolak ukur keberhasilan negara. Kebijakan
fiskal identik dengan optimalisasi pengeluaran pemerintah dan kebijakan pajak
untuk memengaruhi kondisi ekonomi, terutama kondisi makroekonomi,
termasuk permintaan agregat untuk barang dan jasa, lapangan kerja, inflasi,
dan pertumbuhan ekonomi (Abbas, S.M. Ali; Bouhga-Hagbe, 2011).
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi dengan menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar untuk memengaruhi kegiatan ekonomi.
Kebijakan moneter di Indonesia diatur oleh Bank Indonesia selaku bank
sentral. Kebijakan moneter mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh bank
sentral suatu negara untuk mengendalikan peredaran jumlah uang dan
mencapai tujuan makroekonomi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
Kebijakan moneter mempunyai peranan yang penting karena peredaran uang
memiliki hubungan yang erat dengan sektor barang dan jasa atau sektor riil.
Dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka akan
dapat memengaruhi variabel-variabel ekonomi di sektor riil, seperti tingkat
harga, investasi, dan produksi (Mathai, 2020).
Dengan demikian, kebijakan moneter bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui peningkatan investasi dan produksi sehingga
peningkatan ekonomi dapat diwujudkan. Namun, hal yang penting
diperhatikan bahwa penerapan kebijakan moneter tidak dapat dipisahkan
dengan kebijakan ekonomi makro lainnya, yaitu kebijakan fiskal. Kebijakan
moneter dan fiskal diterapkan bersamaan untuk mempertahankan stabilitas
ekonomi dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005 menerapkan
kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka
kebijakan tersebut dilihat sesuai dengan mandat dan aspek kelembagaan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi merupakan
sasaran yang diutamakan (overriding objective).
Secara berkesinambungan, Bank Indonesia melakukan berbagai
penyempurnaan kerangka kebijakan moneter yang menyesuaikan dengan
perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi untuk
memperkuat efektivitasnya (Indonesia, 2021).
Fungsi Kebijakan Moneter
Selain memiliki tujuan, kebijakan moneter juga mempunyai beberapa fungsi
yang penting yaitu menjaga stabilitas harga, menurunkan laju inflasi,
meningkatkan neraca pembayaran, menyeimbangkan nilai tukar mata uang,
memelihara iklim investasi, dan menyediakan lapangan pekerjaan.(Amalia,
2019)
Fungsi kebijakan moneter yang pertama adalah menjaga stabilitas harga.
Sebagai salah satu instrumen kebijakan ekonomi makro, kebijakan moneter
mencakup permasalahan yang terkait di dalamnya, termasuk inflasi yang
menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa secara signifikan dalam kurun
waktu singkat. Oleh karena itu, peran kebijakan moneter yang mampu
menjaga kestabilan harga jual beli menjadi sangat diperlukan.
Fungsi kedua dari kebijakan ini yaitu menurunkan laju inflasi. Kebijakan
moneter berperan untuk mengendalikan peredaran mata uang di pasaran. Jika
terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat terlalu berlebih, maka
kemungkinan besar akan terjadi inflasi. Dalam hal ini, pembuatan kebijakan
keuangan akan membantu mengatasi hal tersebut.
Fungsi kebijakan moneter selanjutnya adalah meningkatkan neraca
pembayaran. Transaksi ekonomi internasional yang dilakukan oleh penduduk
dalam negeri dengan penduduk luar negeri dicatat dalam neraca pembayaran.
Neraca pembayaran merupakan suatu catatan statistik yang berisi ringkasan
arus keluar dan masuknya produk selama kurun waktu periode tertentu.
Fungsi berikutnya dari kebijakan moneter yaitu menyeimbangkan nilai tukar
mata uang. Setiap negara memiliki mata uang yang berbeda sehingga
keberadaan alat ukur yaitu nilai tukar sangat dibutuhkan. Nilai tukar
berhubungan erat dengan peraturan moneter karena ketika nilai tukar
Bab 12 Bank Sentral, Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Fiskal 163
melemah, daya beli masyarakat pun akan ikut menurun. Selain itu, juga akan
membuat suku bunga dan harga barang-barang impor meningkat naik secara
drastis.
Fungsi kelima dari kebijakan moneter adalah memelihara iklim investasi.
Pemilik modal akan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor
penting, seperti tingkat suku bunga. Keberadaan kebijakan keuangan membuat
suku bunga dapat dikontrol dengan baik.
Fungsi terakhir dari kebijakan moneter adalah menyediakan lapangan kerja.
Bank sentral memiliki kewenangan untuk mengatur nilai suku bunga. Ketika
lapangan pekerjaan semakin menipis, bank sentral akan meningkatkannya
dengan cara menurunkan tingkat suku bunga supaya mendorong kegiatan
ekonomi di sektor ritel dan pelaku usaha dapat mengembangkan bisnis atau
memulai usaha baru.
Instrumen Kebijakan Moneter
Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter adalah kebijakan operasi pasar terbuka,
kebijakan diskonto, kebijakan cadangan kas, kebijakan kredit ketat, dan
kebijakan dorongan moral (Bernanke, 2020).
1. Kebijakan operasi pasar terbuka
Merupakan salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk
menambah dan mengurangi jumlah uang beredar. Hal ini dilakukan
dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat berharga di pasar modal.
2. Kebijakan diskonto
Mempunyai makna bahwa pemerintah akan menambah dan
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan mengubah diskonto
bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar
telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), maka keputusan yang
diambil adalah dengan menaikkan suku bunga, yang berarti akan
merangsang keinginan orang untuk menabung.
3. Kebijakan cadangan kas
Merupakan kebijakan yang dilakukan bank sentral dapat membuat
peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas. Bank
164 Dasar Ilmu Ekonomi
permintaan yang lebih tinggi meningkatkan output dan harga, bergantung pada
keadaan siklus bisnis.
Apabila perekonomian berada dalam resesi, dengan kapasitas produktif dan
pekerja yang menganggur, maka peningkatan permintaan akan menghasilkan
lebih banyak output tanpa mengubah tingkat harga. Namun sebaliknya, apabila
perekonomian berada pada kesempatan kerja penuh, kebijakan fiskal ekspansif
akan lebih berpengaruh pada harga dan pengaruhnya lebih sedikit pada total
output (Spilimbergo, Antonio; Symansky, Steve; Blanchard, Olivier;
Cottarelli, 2009).
Salah satu dampak dari kebijakan fiskal yang ekspansif adalah defisit yang
meningkat. Banyak ahli ekonomi yang hanya mempermasalahkan efektivitas
kebijakan fiskal ekspansif, dengan alasan bahwa pengeluaran pemerintah
terlalu mudah menghalangi investasi oleh sektor swasta. Stimulus fiskal secara
politis sulit untuk di balik apakah memiliki efek terhadap ekonomi makro yang
diinginkan atau tidak di mana masyarakat lebih menyukai pajak rendah dan
pengeluaran pemerintah.
Oleh karena insentif politik yang dihadapi oleh pembuat kebijakan, maka
cenderung ada bias yang konsisten untuk terlibat dalam pengeluaran defisit
yang konstan yang sebagiannya dapat dirasionalisasi sebagai suatu hal yang
baik untuk perekonomian.(Mountford, Andrew; Uhlig, 2008)
Kebijakan Fiskal Kontraktif
Dalam keadaan inflasi yang meningkat dan gejala ekspansif lainnya,
pemerintah dapat menerapkan kebijakan fiskal yang kontraktif, bahkan
mungkin sampai menimbulkan resesi yang singkat untuk memulihkan
keseimbangan ekonomi. Kebijakan fiskal dapat dikatakan ketat atau kontraksi
ketika pendapatan lebih tinggi daripada pengeluaran yaitu ketika anggaran
pemerintah surplus dan longgar. Demikian pula sebaliknya kebijakan dapat
dikatakan ekspansif yaitu ketika anggaran pemerintah defisit.
Secara historis, keunggulan kebijakan fiskal sebagai alat kebijakan telah
mengalami peningkatan dan penurunan. Sebelum tahun 1930, pendekatan
pemerintahan terbatas, atau laissez-faire yang berlaku. Dengan jatuhnya pasar
saham dan The Great Depression, pembuat kebijakan mendorong pemerintah
untuk memainkan peran yang lebih proaktif dalam perekonomian. Beberapa
negara telah mengurangi fungsi pemerintah, namun ketika krisis keuangan
global mengancam resesi di seluruh dunia, mereka akan kembali ke kebijakan
fiskal yang lebih aktif.(Bernanke, 2013)
Bab 12 Bank Sentral, Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Fiskal 171
berada dalam keseimbangan. Dalam skala yang lebih besar, arus modal
internasional ekonomi domestik dapat diintegrasikan secara baik dengan
ekonomi global.
Komponen kebijakan fiskal yang terakhir adalah pengelolaan surplus atau
defisit. Apabila pendapatan yang diterima oleh pemerintah lebih besar
daripada anggaran yang dibelanjakan, maka negara tersebut mengalami
surplus. Namun, jika kondisi sebaliknya yang terjadi, maka negara tersebut
mengalami defisit. Pembiayaan terhadap defisit atau kerugian dilakukan
dengan melakukan pinjam.
Bab 13
Nilai Tukar
13.1 Pendahuluan
Nilai tukar mata uang atau sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit
mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga
mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sistem nilai tukar (exchange
rate system) adalah kerangka kebijakan yang diadopsi oleh suatu negara untuk
mengelola nilai tukar mata uangnya.
Dalam sejarah sistem moneter internasional penentuan nilai tukar suatu negara
mempunyai evolusi yang panjang. Perkembangan terakhir menunjukkan
bahwa sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara tidak hanya terbatas
pada sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), tetapi juga sistem nilai tukar
mengambang (Flexible exchange rate) atau variasi dari kedua sistem.
Krisis nilai tukar tidak hanya mengakibatkan harga-harga membumbung
tinggi, tetapi juga mengakibat terjadinya kontraksi perekonomian yang parah.
melemahnya nilai tukar akan memberi dampak buruk pada perekonomian dan
dapat pula mengakibatkan semakin besarnya kewajiban hutang luar negeri
perusahaan-perusahaan sehingga neraca perusahaan dan bank-bank
memburuk. Krisis nilai tukar ini menuntut ditetapkannya kebijakan untuk
menstabilkan nilai tukar.
174 Dasar Ilmu Ekonomi
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dapat diberikan contoh sebagai
berikut. Misalnya, harga 1 (satu) botol Coca Cola di Amerika Serikat sebesar 2
dolar Amerika Serikat (USD) dan 1 (satu) USD bernilai sebesar Rp8.500.
Dengan mengacu pada PPP, maka harga Coca Cola impor di Indonesia adalah
sebesar 2 x Rp8.500 atau sebesar Rp17.000. Untuk penyederhanaan di sini
dimisalkan biaya transportasi diabaikan dan tidak ada hambatan perdagangan
(trade barrier), seperti tarif.
Dengan mengacu konsep PPP di atas, dapat dijelaskan hubungan antara nilai
tukar dan inflasi pada suatu negara. Harga barang-barang impor dipengaruhi
oleh harga di luar negeri dan nilai tukar. Apabila harga di luar negeri
meningkat, maka harga barang dalam negeri yang berasal dari impor juga
meningkat. Dalam kaitannya dengan nilai tukar, apabila terjadi penurunan nilai
tukar lokal terhadap mata uang asing atau depresiasi maka harga barang-
barang yang diimpor juga meningkat.
Penjelasan di atas lebih menitikberatkan hubungan langsung antara nilai tukar
dengan harga. Selain hubungan langsung, dikenal juga hubungan tidak
langsung antara nilai tukar dengan harga. Hubungan tidak langsung nilai tukar
dan harga ditransmisikan melalui permintaan domestik dan permintaan
eksternal bersih atau ekspor dan impor. Mekanisme transmisi permintaan
domestik dapat terjadi melalui perubahan harga relatif antara harga barang
domestik dengan harga barang impor.
Kenaikan harga barang impor relatif terhadap harga barang di dalam negeri
akibat depresiasi mengakibatkan kecenderungan masyarakat untuk membeli
lebih banyak barang di dalam negeri. Kenaikan permintaan tersebut dapat
mendorong peningkatan harga-harga barang dalam negeri.
Sementara itu, transmisi tidak langsung melalui permintaan eksternal bersih
terjadi melalui mekanisme perubahan harga barang-barang impor dan ekspor.
Devaluasi nilai tukar mengakibatkan harga barang impor lebih mahal dan
harga barang ekspor lebih murah. Kenaikan harga barang impor dapat
mendorong terjadinya penurunan jumlah barang impor, sementara penurunan
harga barang ekspor dapat meningkatkan ekspor. Secara keseluruhan kedua
faktor ini akan meningkatkan permintaan eksternal bersih dan pada
lanjutannya meningkatkan total permintaan agregat dan pada akhirnya
meningkatkan laju inflasi.
Bab 13 Nilai Tukar 185
Jika elastisitas barang impor atau barang ekspor terhadap harga elastis, maka
devaluasi atau depresiasi akan dapat mendorong ekspor dan mengurangi
impor.
Sebaliknya, jika elastisitas barang ekspor dan impor tidak elastis, maka
kebijakan devaluasi ataupun depresiasi akan sulit untuk memperbaiki neraca
perdagangan. Kebijakan devaluasi dapat berhasil memperbaiki neraca
perdagangan jika elastisitas barang ekspor dan impor lebih dari satu dan
persyaratan ini disebut dengan Marshall Lerner Condition.
Beberapa pandangan berkembang mengenai pesimisme akan dapat
terpenuhinya tingkat elastisitas sebagaimana diisyaratkan Marshall dan Lerner
di atas. Terdapat beberapa alasan lemahnya respons perubahan nilai tukar
terhadap harga. Pertama, terdapat lag kebijakan karena penyampaian informasi
tidak sempurna sehingga importir baru menyadari bahwa telah terjadi
perubahan harga akibat kebijakan tersebut.
Kedua, terdapat lag antara pengambilan keputusan dan waktu pemesanan,
seperti persediaan bahan baku untuk produksi akan habis dua atau tiga bulan
kemudian sehingga perusahaan tidak perlu mengimpor. Ketiga, terdapat lag
antara impor baru dengan produksi dan penyampaian barang sebelum
dipenuhi; misalnya, dalam kegiatan impor, perusahaan yang telah memesan
barang-barang modal, seperti mesin, tidak dapat membatalkan pesanannya
karena telah terikat kontrak. Dengan kata lain, dalam jangka pendek
perusahaan tetap membutuhkan impor, seperti bahan baku dan barang modal,
untuk kelancaran operasi perusahaan.
Selanjutnya, dalam jangka waktu yang lebih panjang perusahaan atau
perorangan akan menyesuaikan kebutuhannya, misalnya, melalui substitusi
barang-barang impor terhadap produksi dalam negeri. Dengan demikian
pengaruh devaluasi atau depresiasi nilai tukar akan dirasakan dalam jangka
waktu yang lebih panjang, sementara dalam jangka pendek neraca
perdagangan cenderung memburuk.
Pengaruh dari devaluasi sebagaimana dikemukakan di atas dapat digambarkan
dalam bentuk kurva J (J-curve). Pada daerah (1) neraca perdagangan akan
memburuk akibat kebijakan devaluasi. Kal ini dapat terjadi karena dalam
jangka pendek kebutuhan impor perusahaan masih tinggi sementara ekspor
belum meningkat. Pada daerah (2) elastisitas barang ekspor dan impor
meningkat secara bertahap, dan daerah (3) neraca perdagangan akan
melampaui titik awal ketika Marshall-Lerner condition dipenuhi.
Bab 13 Nilai Tukar 187
14.1 Pendahuluan
Pengangguran bersama dengan inflasi merupakan dua permasalahan suatu
perekonomian yang dihadapi oleh masyarakat dan negara. Permasalahan
tersebut baik pengangguran dan inflasi memberikan pengaruh yang kurang
baik kepada ekonomi suatu negara, sosial, politik dari negara. Berbagai
dampak efek buruk yang dapat muncul akibat pengangguran dan inflasi.
Bab berikut ini memiliki tujuan menjelaskan teori dan permasalahan terkait
pengangguran dan inflasi dalam perekonomian suatu negara dan dampak yang
ditimbulkan akibat permasalahan tersebut. Sukirno (2012) menjelaskan bahwa
di kebanyakan negara permasalahan utama terkait dengan perekonomian
adalah pengangguran. Analisa ekonomi menunjukkan bahwa mekanisme pasar
tidak dapat mengatasi hal tersebut, selanjutnya pemerintah perlu menjalankan
kebijakan ekonomi yang kreatif dan alternatif untuk mengatasi hal tersebut.
Hal yang sama terkait dengan inflasi yang dialami oleh masyarakat dapat
berdampak terhadap penurunan daya beli masyarakat yang pada akhir dapat
mendorong terjadinya penurunan pendapatan riil masyarakat.
192 Dasar Ilmu Ekonomi
14.2 Pengangguran
Menurut Server dan Igdeli (2018) menyebutkan bahwa definisi dari
pengangguran. Definisi dari pengangguran adalah orang yang siap bekerja
namun tidak dapat bekerja karena ketiadaan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Lebih lanjut menurut Rahardja dan Manurung (2004) secara konsep dalam
perekonomian bahwa kondisi menganggur tidak selalu sama dengan tidak mau
untuk melakukan pekerjaan, namun orang tersebut menganggur bila mau
melakukan pekerjaan dan sedang proses pencarian pekerjaan akan tetapi belum
mendapatkannya.
Lebih lanjut terkait definisi pengangguran dapat dijelaskan sebagai masyarakat
yang sedang tidak melakukan pekerjaan akan tetapi sedang mencari suatu
pekerjaan dan sedang mempersiapkan usaha dan putus asa atau sudah
mendapatkan pekerjaan akan tetapi belum memulai pekerjaan tersebut (BPS,
2014).
Berdasarkan jenisnya Mankiw (2021) menjelaskan bahwa pengangguran
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang timbul bukan
karena tidak ada pekerjaan namun karena sedang mencari pekerjaan
yang lebih baik. Dalam perekonomian yang semakin maju dan
berkembang maka orang akan mencari pekerjaan yang menawarkan
gaji dan benefit lebih tinggi sesuai dengan keahliannya. Proses
pencarian pekerjaan baru ini yang disebut sebagai pengangguran
friksional atau dalam bahasa lain sering disebut sebagai
pengangguran normal.
2. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang timbul karena
siklus perekonomian dari suatu negara. Adanya peningkatan
perekonomian dampak dari peningkatan permintaan agregat akan
mendorong peningkatan produksi. Namun ketika kondisi yang terjadi
sebaliknya terjadi penurunan perekonomian, maka kondisi sebaliknya
terjadi penurunan produksi dan penurunan permintaan agregat.
Penurunan produksi dan permintaan agregat ini berdampak terhadap
Bab 14 Pengangguran dan Inflasi 193
14.3 Inflasi
Permasalahan berikutnya yang dihadapi oleh pemerintah terkait permasalahan
dalam perekonomian adalah inflasi. Peningkatan inflasi yang semakin tinggi
dapat menjadi permasalahan bagi suatu negara karena terkait dengan
pendapatan riil masyarakat yang semakin menurun.
Namun pada satu sisi inflasi yang terlalu rendah dalam satu perekonomian
juga menandakan bahwa perekonomian tersebut tidak mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lambat dan cenderung jalan di tempat. Kebijakan
pengelolaan inflasi perlu dijaga pada level yang tepat untuk tetap
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menjaga daya beli dari
masyarakat.
Berdasarkan sumber dari inflasi dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis
(Parkin, 2016):
Demand-pull inflation
Peningkatan inflasi yang disebabkan oleh naiknya permintaan disebut sebagai
demand-pull inflation. Berdasarkan sumber inflasi bahwa peningkatan
permintaan agregat dapat mendorong kurva permintaan agregat, sebagai
contoh terjadi peningkatan konsumsi belanja pemerintah. Peningkatan
permintaan agregat demand namun penawaran agregat tidak berubah maka
berdampak terhadap peningkatan harga.
Bab 14 Pengangguran dan Inflasi 195
Peningkatan harga inilah yang disebut sebagai inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan permintaan secara agregat (Lihat Gambar 14.1).
hal ini berdampak terhadap definisi dari kurva Philips tersebut. Kurva Philips
memberikan informasi adanya suatu trade off suatu inflasi dengan tingkat
pengangguran yang terjadi.
Peningkatan inflasi akan memberikan dampak terhadap semakin menurunnya
tingkat pengangguran, namun sebaliknya semakin menurun tingkat inflasi
maka berdampak terhadap semakin bertambahnya tingkat pengangguran,
ceteris paribus.
Sementara itu, long-run Phillips curve menggambarkan hubungan antara
inflasi dan tingkat pengangguran pada saat tingkat inflasi sama dengan
ekspektasi tingkat inflasi. Gambar 14.4 menunjukkan bahwa kurva Phillips
dalam jangka panjang berbentuk garis vertikal pada saat tingkat pengangguran
alamiah, hal ini dikarenakan dalam jangka panjang terjadi ekspektasi inflasi.
Menurut Milton Friedman dan Phelps tidak ada trade-off antara inflasi dengan
tingkat pengangguran dalam jangka panjang. Peningkatan penawaran uang
menentukan tingkat inflasi. Jadi berapa pun tingkat inflasi, tingkat
pengangguran dalam jangka panjang selalu mengikuti tingkat pengangguran
alamiah (Mankiw, 2021).
15.1 Pendahuluan
Istilah pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai proses di mana pendapatan
nasional dan per kapita riil suatu negara meningkat dalam jangka waktu yang
lama.
Definisi pertumbuhan ekonomi ini terdiri dari ciri-ciri pertumbuhan ekonomi
yang meliputi:
1. Pertumbuhan ekonomi menyiratkan proses peningkatan pendapatan
nasional dan pendapatan per kapita, peningkatan pendapatan per
kapita merupakan ukuran pertumbuhan ekonomi yang lebih baik
karena mencerminkan peningkatan taraf hidup masyarakat.
2. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan peningkatan pendapatan
nasional riil dan bukan hanya peningkatan pendapatan uang atau
pendapatan nasional nominal, dengan kata lain, peningkatan itu
seharusnya dalam arti peningkatan output barang dan jasa, dan bukan
karena kenaikan harga pasar barang-barang yang ada.
200 Dasar Ilmu Ekonomi
produksi barang-barang konsumen yang tahan lama dan ke difusi jasa secara
massal.
Mesin jahit, sepeda, dan kemudian berbagai peralatan rumah tangga bertenaga
listrik secara bertahap tersebar. Namun, secara historis, elemen yang
menentukan adalah mobil massal yang murah dengan efek yang cukup
revolusioner, baik sosial maupun ekonomi pada kehidupan dan harapan
masyarakat (Rostow, 1960).
Menurut model tersebut, pembangunan membutuhkan investasi modal yang
besar. Agar ekonomi negara-negara kurang berkembang dapat tumbuh,
kondisi yang tepat untuk investasi semacam itu harus diciptakan. Jika bantuan
diberikan atau investasi asing langsung terjadi pada tahap 3, ekonomi harus
telah mencapai tahap 2. Jika tahap 2 telah tercapai maka suntikan investasi
dapat menyebabkan pertumbuhan yang cepat.
Simbol dari tahap ini, yang dicapai di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan
di Eropa Barat pada tahun 1950-an, adalah mobil, pinggiran kota, dan barang-
barang konsumsi dan gadget yang tahan lama yang tak terhitung banyaknya.
Dalam pandangan Rostow, masyarakat lain dapat memilih negara
kesejahteraan atau kekuatan militer dan politik internasional.
Model tersebut bersifat historis dalam arti hasil akhirnya diketahui sejak awal
dan diturunkan dari geografi historis masyarakat maju. Teori ini
mengasumsikan bias yang kuat terhadap model modernisasi barat. Ini tidak
menekankan perbedaan antara bagaimana sektor-sektor terkemuka
berkembang di pasar bebas dan terkontrol.
Namun, pertimbangan Rostow terhadap kasus-kasus non-barat seperti Cina
menunjukkan bahwa sampai batas tertentu, modernisasi dapat dicapai dengan
cara yang berbeda dan melalui pasar bebas atau cara-cara ekonomi yang
terkendali dan masih cocok dengan modelnya. Ini lebih pada deskripsinya
tentang tahap terakhir, usia konsumsi massal yang tinggi, di mana ekonomi
yang dikendalikan tampaknya sebagian besar tidak menemukan ceruk dalam
karya Rostow.
Bahkan di sana, dapat dikatakan bahwa masyarakat mencari kesetaraan
ekonomi dengan mengorbankan kemewahan apa pun. Selain itu, sifatnya yang
umum membuatnya agak terbatas. Ini tidak menetapkan sifat rinci dari pra-
kondisi untuk pertumbuhan. Pada kenyataannya, pembuat kebijakan tidak
208 Dasar Ilmu Ekonomi
publik, dapat menawarkan upah yang akan menjamin kualitas hidup yang
lebih tinggi daripada yang dapat diberikan oleh orang-orang yang tinggal di
daerah pedesaan
Selanjutnya, karena tingkat produktivitas tenaga kerja sangat rendah di daerah
pertanian tradisional, orang-orang yang meninggalkan daerah pedesaan akan
hampir tidak berdampak pada output. Model tersebut menggambarkan
bagaimana negara terbelakang dapat mengubah perekonomiannya dari
keadaan statis menjadi keadaan dinamis (Lewis, 1954).
Selanjutnya akan dibahas terkait teori dan pola teori perubahan struktural.
Model ini berfokus pada proses berurutan di mana struktur ekonomi, industri,
dan kelembagaan dari ekonomi terbelakang diubah dari waktu ke waktu untuk
memungkinkan industri baru menggantikan pertanian tradisional sebagai
mesin pertumbuhan ekonomi.
Namun, berbeda dengan model Lewis, peningkatan tabungan dan investasi
dianggap sebagai kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup untuk
pertumbuhan ekonomi. Selain akumulasi modal, baik fisik maupun manusia,
diperlukan serangkaian perubahan yang saling terkait dalam struktur ekonomi
suatu negara untuk transisi dari sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi
modern.
Perubahan struktural ini melibatkan hampir semua fungsi ekonomi. Ini
termasuk transformasi produksi dan perubahan komposisi permintaan
konsumen, perdagangan internasional, dan penggunaan sumber daya serta
perubahan faktor sosial ekonomi seperti urbanisasi dan pertumbuhan distribusi
penduduk suatu negara (Todaro, 1994).
Model perubahan struktural yang paling terkenal adalah yang didasarkan pada
karya Hollis Chenery. Pekerjaan Chenery sangat luas tetapi dapat diringkas
Bab 15 Pertumbuhan Ekonomi dan Konsep Ekonomi Digital 215
negara kaya dengan mengorbankan negara kaya. Ini adalah pendapat sentral
dari teori ketergantungan bahwa negara-negara miskin dimiskinkan dan
negara-negara kaya diperkaya dengan cara negara-negara miskin
diintegrasikan ke dalam sistem dunia.
Teori ketergantungan didasarkan pada:
1. Negara-negara miskin menyediakan akses pasar ke negara-negara
kaya (misalnya, dengan mengizinkan orang-orang mereka untuk
membeli barang-barang manufaktur dan barang-barang usang atau
bekas dari negara-negara kaya), memungkinkan negara-negara kaya
untuk menikmati standar hidup yang lebih tinggi.
2. Negara-negara kaya secara aktif melanggengkan keadaan
ketergantungan dengan berbagai cara, pengaruh ini mungkin
beragam, yang melibatkan ekonomi, kontrol media, politik,
perbankan dan keuangan, pendidikan, budaya dan semua aspek
pengembangan sumber daya manusia (termasuk perekrutan dan
pelatihan pekerja).
3. Negara-negara kaya secara aktif melawan upaya negara-negara yang
bergantung untuk melawan pengaruh mereka melalui sanksi ekonomi
dan/atau penggunaan kekuatan militer.
Dualisme dicirikan oleh perbedaan harga yang lebar untuk produk atau faktor
produksi yang tampaknya sama di sektor tradisional dan modern. Lewis
(1954) menganalisis proses ekspansi ekonomi dalam ekonomi ganda yang
terdiri dari sektor kapitalis dan sektor non-kapitalis. Sektor kapitalis
didefinisikan sebagai bagian dari ekonomi yang menggunakan modal yang
dapat direproduksi, membayar kapitalis untuk penggunaannya, dan
mempekerjakan tenaga kerja upahan untuk tujuan menghasilkan keuntungan.
Output per kepala jauh lebih rendah di sektor non-kapitalis daripada di sektor
kapitalis; mengingat teknik yang tersedia.
Bab 15 Pertumbuhan Ekonomi dan Konsep Ekonomi Digital 219
Hubungan mendasar antara kedua sektor adalah bahwa ketika sektor kapitalis
berkembang, ia menarik tenaga kerja dari kelebihan pasokan di sektor non-
kapitalis. Pembangunan dalam ekonomi dualistik melihat sektor tradisional
ditekan dengan berkonsentrasi dan memperluas sektor modern.
Model Lewis cenderung mendorong kebiasaan memperlakukan sektor
tradisional sebagai kotak hitam yang ada semata-mata untuk menyediakan
pasokan tenaga kerja yang tidak terbatas. Teori ketergantungan ditolak karena
penekanan eksklusif pada teori ekonomi neoklasik tradisional yang dirancang
untuk mempercepat pertumbuhan sebagai indeks utama pembangunan
(Todaro & Smith, 2006).
Teori ketergantungan dikatakan memiliki dua kelemahan utama. Pertama,
meskipun mereka menawarkan penjelasan yang menarik tentang mengapa
banyak negara tetap tidak berkembang, mereka menawarkan sedikit penjelasan
formal atau informal tentang bagaimana negara memulai dan mempertahankan
pembangunan. Kedua, pengalaman ekonomi aktual dari negara-negara kurang
berkembang yang telah mengejar kampanye revolusioner industrialisasi dan
produksi yang dijalankan negara sebagian besar negatif dan belum
diperhitungkan dalam teori (Todaro & Smith, 2006).
Pengalaman Pelanggan
Dalam ekonomi digital, semua pelanggan bisnis ke bisnis maupun bisnis ke
konsumen ingin berinteraksi dengan bisnis kapan dan di mana mereka
inginkan dan dengan cara yang paling nyaman bagi mereka. Selain itu,
pelanggan menginginkan keterlibatan dengan merek melalui pengalaman yang
mulus, omnichannel, langsung, kontekstual, dan dipersonalisasi. Menjadi
penting untuk memberikan semua pelanggan perjalanan yang dipersonalisasi
dan unik langsung dari saat mereka tiba di situs web bisnis, hingga melakukan
pembelian di toko online dan seterusnya.
Internet of Things (IoT)
Internet of Things (IoT) menghubungkan dunia digital dan fisik dengan
mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data untuk memprediksi dan
mengotomatisasi proses bisnis. Solusi IoT memungkinkan bisnis menganalisis
data yang dihasilkan oleh sensor pada objek fisik di dunia perangkat cerdas
yang terhubung.
Data ini dapat mengubah bisnis, mengungkapkan pola dan wawasan
tersembunyi yang dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih tepat
dan mengambil tindakan lebih cepat. Ketika sebuah organisasi dapat
memahami inventaris aset fisik dan digitalnya pada saat tertentu, organisasi
tersebut dapat beroperasi dengan presisi yang sebelumnya tidak terbayangkan,
membuka jalan bagi perusahaan lean terbaik. Ini tidak akan menjadi pembeda
yang bagus untuk dimiliki, tetapi keharusan untuk bisnis digital apa pun dalam
dua tahun ke depan.
Jaringan Pasokan Digital
Sementara kelas menengah global diperkirakan akan berkembang tiga kali
lipat pada tahun 2030, ada peningkatan tekanan pada sumber daya bisnis
penting, yang tumbuh pada tingkat yang lebih lambat 1,5 kali. Jawaban atas
ketidaksesuaian ini terletak pada bagaimana perusahaan secara aman berbagi
data secara real time untuk memungkinkan aplikasi perdagangan generasi
berikutnya berkembang.
Digitalisasi segalanya menciptakan jaringan-jaringan digital cerdas baru yang
secara mendasar mengubah cara perdagangan dikelola, dioptimalkan,
dibagikan, dan disebarkan.
224 Dasar Ilmu Ekonomi
Daftar Pustaka
Abimayu, Yoopi, (2004) Memahami Kurs Valuta Asing, FE-UI, Jakarta, 2004.
Afonso, Antonio & Sousa, R. M. (2012) ‘The macroeconomic effects of fiscal
policy’, Applied Economics, 44, pp. 4439–4454.
Akhmad. (2014) Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Penerbit
CV Andi Offset:Yogyakarta.
Amalia, D. (2019) Pengertian, Tujuan dan Instrumen Kebijakan Moneter,
Jurnal.id. Available at: https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-
tujuan-dan-instrumen-kebijakan-moneter/ (Accessed: 12 February 2021).
Arifin, B. (2013) Ekonomi pembangunan pertanian. PT Penerbit IPB Press.
Asfia Murni, (2013) Ekonomika Makro (2013) Bandung, PT. Refika Aditama,
2013), 244.
Balassa, B. (1982). "Disequilibrium analysis in developing economies: An
overview". World Development 10, no. 12 (December).
Bank, W. (2017) The Distributional Impact of Taxes and Transfers. Edited by
N. Inchauste, Gabriela; Lustig. New York: International Bank for
Reconstruction and Development / The World Bank.
Basmar, E., Purba, B., Damanik, D., et al. (2021) Ekonomi Bisnis Indonesia.
Yayasan Kita Menulis.
Basmar, E., Purba, B., Nugraha, N. A., et al. (2021) Perekonomian dan Bisnis
Indonesia. Yayasan Kita Menulis.
Basmar, E., Sartika, S. H., et al. (2021) Ekonomi Pembangunan: Strategi dan
Kebijakan. Yayasan Kita Menulis.
226 Dasar Ilmu Ekonomi
Mardia, M., Alam, M. C., et al. (2021) Ekonomi Pertanian. Yayasan Kita
Menulis.
Marit, E. L. et al. (2021) Pengantar Ilmu Ekonomi. Yayasan Kita Menulis.
Marit, E. L., Nainggolan, P., Nainggolan, L. E., Purba, B., Mardia, M.,
Sudarmanto, E., Rahman, A., Nugraha, N. A., Kareth, M. A. C. and
Purba, E. (2021) ‘Pengantar Ilmu Ekonomi’. Yayasan Kita Menulis.
Maychel Christian Ratag, et al (2018) ‘Analisis Pengaruh Produk Domestik
Bruto, Defisit Anggaran, Dan Tingkat Kurs Terhadap Utang Luar Negeri
Indonesia (Periode Tahun 1996-2016)’, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi,
18(01), pp. 69–78.
Mishkin, F. S. (2008) Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Edisi 8.
Jakarta: Salemba Empat.
Moraga, G. et al. (2019) ‘Circular economy indicators: What do they measure?’,
Resources, Conservation and Recycling, 146(November 2018), pp. 452–
461. doi: 10.1016/j.resconrec.2019.03.045.
Mountford, Andrew; Uhlig, H. (2008) WHAT ARE THE EFFECTS OF
FISCAL POLICY SHOCKS?
Mulyadi. (2016). Sistem Akuntansi. Jakarta Selatan : Salemba Empat.
Mulyani, E. et al. (2017) ‘Ekonomi pembangunan’. UNY Press, Yogyakarta.
Mursyidi. (2010). Akuntansi Biaya. Bandung: PT Refika Aditama.
Musgrave, R. A. (1959). The Theory of Public Finance. New York: McGraw-
Hill.
Musgrave, R. A. (1985). "A brief history of fiscal doctrine". In Handbook of
Public Economics, Vol. 1, edited by A. J. Auerbach, and M.
Feldstein.Amsterdam : North Holland.
Nainggolan, L. E., Koesriwulandari, K., et al. (2021) Ekonomi Manajerial: Teori
dan Pendekatan. Yayasan Kita Menulis.
Nainggolan, L. E., Purba, B., Sudarmanto, E., et al. (2021) Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Yayasan Kita Menulis.
Novitasari, E. and Ayuningtyas, T. (2021) ‘Analisis ekonomi keluarga dan
literasi ekonomi terhadap perilaku menabung mahasiswa Pendidikan
Daftar Pustaka 231
Pinondang Nainggolan,
Dilahirkan di desa Laepanginuman Kabupaten Dairi
tahun 1959. Kuliah di Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Umum (Ekonomi Inti), Universitas HKBP
Nommensen Medan, dan meraih gelar Sarjana
Ekonomi (S.E). Tahun 1994 melanjutkan kuliah
Program Pasca sarjana (S2) Program Studi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas
Syiahkuala Banda Aceh dan memperoleh gelar
Magister Sain (M.Si) tahun 1997. Tahun 2010 studi
lanjut Doktoral (S3) Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
(USU), Medan dan memperoleh gelar Doktor tahun 2015. Saat ini aktif
mengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun (USI)
Pematangsiantar, serta dosen pada Program Studi Magister Manajemen Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Simalungun, Dosen Luar Biasa pada STIE Sultan
Agung Pematangsiantar. Mata kuliah yang diampu adalah Teori Ekonomi
Makro-Mikro, Ekonomi Internasional, Statistik Ekonomi dan Bisnis, Ekonomi
Pembangunan.
240 Dasar Ilmu Ekonomi
Mira Hastin,SE.,ME,
Lahir di Kerinci pada tanggal 15 Agustus 1982. Ia
menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar Sarjana
Ekonomi pada 14 Agustus 2004. Ia merupakan
alumnus Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Eka Sakti Padang. Pada tahun 2010
mengikuti Program Magister Ilmu Ekonomi dan lulus
pada tahun 2012 dari Universitas Negeri Padang.
Pada tahun 2009 diangkat menjadi Dosen STKIP
Muhammadiyah Sungai Penuh dan ditempatkan di
program studi Pendidikan Matematika. Dan juga
mengajar di STIE Sakti Alam Kerinci.
Titik Inayati
Lahir di Surabaya pada 21 April 1969. Ia tercatat
sebagai lulusan Program Doktor Ilmu Manajemen
Universitas Brawijaya Malang tahun 2015. Wanita
yang kerap disapa Inna ini adalah anak pertama dari
pasangan Abdul Malik (ayah) dan Nanik Istiqomah
(ibu). Titik Inayati menjadi dosen sejak tahun 2007
dan sekarang sebagai dosen tetap Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya dan pengajar di beberapa
perguruan tinggi lainnya. Ia pengajar mata kuliah
Manajemen Keuangan, Manajemen Keuangan Internasional dan Manajemen
Investasi. Ia telah mempunyai beberapa publikasi karya ilmiah dan buku ber-
isbn. Selain itu, ia menjabat sebagai Ketua Pusat Standarisasi Mutu di Badan
Penjaminan Mutu Universitas Wijaya kusuma Surabaya.
Biodata Penulis 241
Februari 2006. Selepas lulus, kemudian diangkat menjadi Pemeriksa Pajak dan
ditempatkan di Surakarta dan Temanggung. Pada tahun 2011, dia mendapatkan
beasiswa S2 dari Australia Development Scholarships (ADS) sampai akhirnya
mendapatkan gelar Master of Public policy and Management di The University
of Melbourne, Australia. Setelah lulus, ditempatkan di Kantor Pusat DJP selama
hampir 3 tahun. Setelah lulus seleksi penerimaan dosen di lingkungan
Kementerian Keuangan, pada bbaulan November 2016, dia pindah dari DJP ke
Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, akhirnya pada Desember 2017
diangkat menjadi Dosen Tetap di PKN STAN dan sampai sekarang
ditempatkan di Jurusan Pajak pada program studi Diploma III Pajak.
Nurjannah, SE.,M.Si
Lahir di Banda Aceh, pada 10 Februari 1970. Gelar
S1 dan S2 diperoleh pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh. Sejak tahun 1996 penulis
menjadi Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi
Unversitas Samudra, dan salah satu dosen pengampu
matakuliah ekonomi moneter, ekonomi mikro dan
metopel pada Prodi Ekonomi Pembangunan. Pernah
menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan pada Fakultas Ekonomi
Universitas Samudra sejak tahun 2010 sampai dengan 2017. Saat ini penulis
sedang melanjutkan studi S3 pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi (DIE)
Universitas Syiah Kuala.
Penulis juga sebagai Pengurus pada Organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI) Cabang Langsa dan sebagai Pengurus pada Organisasi Ikatan
Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Komisariat Universitas Samudra.
244 Dasar Ilmu Ekonomi