Transfer Pricing
Harga transfer sering memicu masalah pada penentuan harga kesepakatan karena
melibatkan dua unit yaitu unit penjualan dan unit pembelian. Selain itu mempengaruhi
juga pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi dapat mempengaruhi unit
pembeli sedangkan jika sebaliknya akan merugikan unit penjual maka penentuan
harga transfer manajemen tidak dapat sembarang dalam menentukan harga dan sebisa
mungkin tidak merugikan satu pihak yang terlibat, dalam prakteknya harga transfer
harus diperhatikanagar tujuan manajeman sesuai dengan tujuan perusahaan.
Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan
istimewa tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa (pembanding independen), baik itu internal CUP
maupun eksternal CUP. Metode ini sebenarnya merupakan metode yang paling
akurat, tetapi yang sering menjadi permasalahan adalah mencari barang yang benar-
benar sejenis.
Contoh penerapan:
PT ABC menyerahkan penjualan barang X kepada afiliasinya PT Y dengan harga
franko tujuan Rp10.000.000. Di saat yang sama PT ABC juga menjual barang X
kepada pihak ketiga PT KLM dengan harga franko pabrik Rp10.000.000 dan biaya
pengangkutan dan asuransi Rp500.000. Dengan metode CUP harga jual wajar barang
X dari PT ABC kepada PT Y adalah Rp10.000.000 + Rp500.000 = Rp10.500.000.
uraian
Harga pokok produksi 50.000.000
Biaya oprasi 15.000.000
Total biaya 65.000.000
Net Mark-Up (sesuai data perbandingan 6.500.000
PT XYZ 10%)
Harga Transfer 71.500.000
e. Kapan harga transfer atas dasar biaya (cost based transfer prices) tepat digunakan? Apa
kelemahannya?
Digunakan pada transfer antar perusahaan yang menggunakan konsep pusat
pertanggung jawaban biaya. Kinerja manajer diukur melalui pertanggung jawabannya
mengenai pengendalian biaya. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya
karena tersedianya informasi di setiap tingkat aktivitas perusahaan.
Kelemahan
Penggunaan biaya penuh debagai dasar penetapan harga transfer dapat mengarah
pada keputusan yang buruk.
Divisi penjual tidak akan pernah menhasilkan laba dari aktivitas transfer,
khusunya jika menggunakan variable cost, devisi yang melakukan penjualan
akhir pada pasar eksternal yang akan meraup laba lebih besar.
Tidak ada pengendalian biaya secara optimal, khusunya pada devisi penjual.